Body Goal

Body Goal

Icon toilet perempuan di Lagoon Mall – Qatar ini tumben banget gak cuma garis lurus atau siluet A bentuk perempuan berabaya.

Buat De, badan curvy perempuan dengan 2 anak pada icon itu #bodygoal cewek banget. Kita semua tau gimana susahnya bikin body bohay bagai gitar ketika sudah 2x hamil dan melahirkan.

Kata paksuami, perempuan kurus itu cuma enak dilihat di TV dan majalah. Kalo perempuan yang di rumah enaknya yang bisa dipeluk ato setidaknya ada yang bisa dipegang 😅😅. Macam boneka miniso, makin puffy fluffy makin gemes pingin dibawa pulang utk dipeluk-peluk. Ya kan? Hehehe

Repot ya jadi perempuan … pingin body ok, wajah mulus kinclong dan penampilan menawan yang suka bikin kita jadi insecure sama diri sendiri. Terlebih kadang kita menghadapi body shaming dari orang sekitar juga.

Kemarin nonton film Imperfect sama anak gadis, yang seperti remaja lainnya mulai memperhatikan penampilan dan bentuk badan. Banyak ketawa di tengah dialog yang menampar, bikin film ini tidak terkesan menggurui dalam pesan yang disampaikan.

Pesan di film ini serupa dengan pesan bude sumiyati, LOVE YOURSELF duluan – LOVE YOU TOO kemudian.

Kalo kata de sih, karena ketidaksempurnaan diri kita itulah keESAan dan keSEMPURNAan Allah SWT menjadi nyata.

Yuk ah mari kita ubah insekyur jadi bersyukur.

Share this...
Share on FacebookShare on Google+Tweet about this on TwitterShare on LinkedIn
Memilih Suplemen Dibantu Jovee

Memilih Suplemen Dibantu Jovee

Hari Kamis, 5 Desember 2019, saya diundang mba Nunik untuk menghadiri acara launching Jovee.id yang merupakan aplikasi teranyar hasil kreatifitas suaminya, mas Natali Ardianto yang memang sudah terkenal sepakterjangnya di dunia IT. Saya hadir karena penasaran sama terobosan mas Natali yang setiap karyanya selalu hits. Dan gak nyangka banget kalo mas Natali kali ini berani mencoba bermain dalam teknologi kesehatan.

Acara peluncuran aplikasi ini bertempat di Jatomi Fitness Fitness Center Kuningan City. Tidak hanya dihadiri blogger dan para sosial media influencer, tetapi juga dihadiri oleh teman-teman wartawan dari berbagai media. Dimulai dengan sarapan makanan sehat berupa salad dan jus buah sayur yang segar banget, kemudian dilanjutkan dengan pemaparan tentang Jovee, ditutup dengan zumba bersama dan pembagian doorprize dengan hadiah keren yang berlimpah. Seru parah!

Semakin bertambahnya usia, tanpa sadar kita semakin memperhatikan kesehatan tubuh karena merasa metabolisme sudah menurun, kulit mulai kering dan muncul garis halus awal keriput, berat badan makin susah turun. Iya kan?

Belum lagi penyakit yang mulai menghampiri dari kolesterol, asam urat, diabetes, dll.

Yang perempuan mulai repot mencari skin care untuk perawatan, dari sekedar pembersih, pelembab, sunblock, serum sampai segala masker wajah juga dicoba.

Olahraga sudah, membatasi asupan (makanan dan minuman) sudah, tapi badan masih suka gampang capek dan sering kena flu. Sepertinya udah butuh suplemen deh, tapi bingung mau beli yang mana.

Eh pas banget Jovee diluncurkan di saat galau akan suplemen terjadi pada diri ini.

Menurut pemaparan mas Natali selaku co-founder dan CEO, Jovee merupakan aplikasi yang menggunakan data science untuk menghasilkan personalisasi suplemen yang tepat dan aman sesuai kondisi penggunanya. Bahasa gampangnya sih, Jovee ini bisa disebut sebagai APOTIK DIGITAL untuk urusan suplemen dengan kisaran harga dari mulai 99ribu sampai dengan 999ribu.

Harga jual suplemen Jovee masih dibawah HET (Harga Eceran Tertinggi) karena mereka membeli dari PBF (Pedagang Besar Farmasi) secara grosir dalam jumlah besar, sehingga bisa dipastikan harga per pil-nya menjadi lebih murah. Paket termurah yang ditawarkan Jovee pun (Basic, dengan harga 99rb) masih memiliki manfaat yang superior.

Jari kita tinggal download aplikasinya di https://jov.ee/download (sudah tersedia untuk android dan IOS),  terus jawab pertanyaan-pertanyaannya secara tulus dan jujur 😬 kemudian akan muncul tuh rekomendasi suplemen yang harus kita konsumsi beserta harganya.

Jangan khawatir, semua suplemen yang ditawarkan Jovee itu aman kok karena mereka ditangani oleh apoteker handal dari hulu ke hilir untuk mengimplementasikan Good Pharmacy Practice (GPP).

Nah hasil yang muncul pada aplikasi di hape aku seperti foto di atas ini. Suplemen khusus untuk De yang sudah diatur berdasarkan jawaban yang diinput dalam aplikasi yaitu Multi Vitamin + Extra Omega + Garlic.

Range harganya mulai dari 99ribu sampai dengan 699ribu untuk paket yang bisa dikonsumsi selama 1 bulan alias 30 sachet.

Enaknya nih, semua suplemen itu langsung di kirim ke rumah dan sudah dikemas cantik dalam sebuah dus dengan lubang di bagian bawah untuk mengambil setiap sachetnya. Jadi kita tinggal ambil 1 sachet dan minum setiap hari. Kalau mau liburan 3 hari misalnya, kita tinggal bawa 3 sachet aja. Asyik yaaa, gak perlu repot lagi bawa vitamin di dalam tas setiap mau berpergian.

Gak lupa aku minta mas Rafa yang sekarang sudah tinggal sendiri, ngekos di Bandung, untuk mengunduh aplikasi Jovee juga. Sebagai ibu yang sudah tidak tinggal serumah dengan anak, aplikasi ini sangat membantu untuk memenuhi kebutuhan suplemen tanpa kita bingung harus memberikan anak vitamin apa saja.

Mumpung Jovee lagi ada program diskon 30% dan free ongkir untuk paket Ultimate … juga diskon 15% dan free ongkir untuk paket Recommended. Lumayan kan, mamade tinggal bayar … biar Jovee yang merekomendasikan suplemen yang dibutuhkan mas Rafa dan mengirimkannya langsung ke kosan.

Terpujilah kecanggihan teknologi masa kini.

Yang lebih menyenangkan lagi … acara peluncuran aplikasi Jovee ini sekaligus menjadi ajang reuni bertemu teman-teman blogger yang sudah 2 tahun gak jumpa karena De harus merantau di Doha. Aku girang!

Share this...
Share on FacebookShare on Google+Tweet about this on TwitterShare on LinkedIn
My Heart Is Broken

My Heart Is Broken

Minggu siang, Tiwi menelpon mengabarkan berita duka. Ibu dari sahabat kami, Nana, meninggal dunia. Saya langsung siap-siap, kami berdua ditemani pak supir melakukan perjalanan ke Kuningan … 1,5 jam setelah kota Cirebon. Karena Senin pagi anak-anak mulai sekolah, kami putuskan tidak bermalam melainkan langsung balik ke rumah malam itu juga.

Tiba di BSD hari Senin sebelum adzan Subuh berkumandang, setelah menempuh kurang dari 15 jam perjalanan. Yang penting sudah peluk Nana, dan masih sempat antar anak ke sekolah. Meski tidak sampai ke pemakaman.

Selasa siang badan Rafa demam. Itu pun masih saya tinggal riwa riwi mengurus administrasi yang belum juga selesai.

Rabu malam, Tiwi kembali menelpon dan mengabarkan berita duka. Kali ini suaminya berpulang, kecelakaan tunggal di fly over kuningan. Diduga serangan jantung karens memiliki riwayat hipertensi.

Saya ditemani masguh langsung menuju ke RS Medistra. Menunggu sampai jenazah dimandikan dan berangkat ke rumah duka. Saya pulang ke rumah jam 12 malam, badan Rafa masih demam.

Kamis pagi suhu badan Rafa mulai normal, tapi diare dan muntah-muntah ganti menyerang.

Tumbang karena nasi padang. Salahkan lambung yang tidak punya ingatan, setahun tak makan langsung dianggap ancaman.

Hasil lab menunjukkan ada bakteri di lambung. Karena jumlah asupan sudah tidak sebanding dengan yang keluar, disarankan untuk menginap.

Batal menemani sahabat ke pemakaman, hanya bisa menanti kamar RS kosong yang tak kunjung ada kabar. Sampai Rafa memutuskan gak usah nginep aja, dia janji mau makan minum lebih banyak.

Dengan hati carut marut tak karuan, kisah ini saya ceritakan.

Bukan untuk meminta belas kasihan, hanya memohon didoakan … supaya kami diberikan kekuatan, kesabaran dan kesehatan.

Share this...
Share on FacebookShare on Google+Tweet about this on TwitterShare on LinkedIn
Kenapa ITB?

Kenapa ITB?

Ketika saya menjawab ITB, untuk pertanyaan “Rafa kuliah di mana?

Ada beberapa reaksi yang saya terima.

Wah keren ya … selamat

Tapi banyak juga yang merespon:
ITB? Kenapa?
Kok CUMA itebe?

Saat melihat daftar nama universitas yang telah menerima murid-murid angkatan Rafa:
60% berada di Amerika – Canada
30% berada di Eropa
5% berada di Qatar
5% berada di Asia Australia
dan hanya Rafa yang kuliah di Indonesia.

Wajar sih … karena ini sekolah Amerika.

Kebetulan juga hanya Rafa lulusan 2019 yang berasal dari Indonesia.

Kelihatannya anak yang bersekolah di sini memang dari awal sudah direncanakan orangtuanya untuk melanjutkan pendidikan ke Amerika.

Kami sudah menawarkan Rafa untuk kuliah di negara lain mumpung domisili kami sekarang ada di tengah bola dunia, tapi Rafa tetap kekeuh mau ke kampus impiannya sejak SMP dulu.

Alhamdulillah anaknya membuktikan dengan berhasil diterima TANPA TES (pakai nilai raport 5 semester + IELTS + SAT).

Career Counselor di sekolahnya bilang, dengan nilai yang dimiliki Rafa … harusnya dia bisa diterima di kampus Eropa dan Amerika. Sementara anaknya bilang “nanti saja lanjut S2 baru ke sana“.

Gak ada yang salah dengan pilihan kamu, mas. Terlepas orang lain menyayangkan ataupun menyepelekan. Toh ITB juga punya nama besar di negara kita. Anak-anak di Indonesia sendiri tidak gampang untuk bisa diterima masuk ke dalamnya.

Papa mama selalu mendukung setiap langkah kebaikan yang kamu lakukan. Karena kami yakin, kamu yang lebih paham atas kemauan, kemampuan dan rencana hidupmu sendiri.

Make yourself proud, son!

Share this...
Share on FacebookShare on Google+Tweet about this on TwitterShare on LinkedIn
Menjadi Seorang Ibu

Menjadi Seorang Ibu

Ingatan saya kembali melayang saat saya berusia belasan awal, menampilkan sebuah tarian tradisional di panggung sekolah.

Saya melihat mami dari atas panggung, beliau meneteskan air mata di antara barisan penonton.

Yang ada di kepala saya saat itu, “duh, emak gw malu-maluin aja sih. Anaknya cuma manggung 17an, bukan berada di panggung Putri Indonesia yang membanggakan … kok pake nangis segala. Cengeng banget deh“.

Setelah punya anak sendiri, melihatnya berdiri di atas panggung sekolah TK pertama kali … tanpa sadar mata saya burem … dada terasa sesak. Ada yang mengalir hangat di pipi.

Saya kembali berpikir “owh .. jadi ini yang dirasakan mami saat itu. Aahh begini toh rasanya menjadi seorang ibu“.

Makin tambah usia, saya pun merasa makin cengeng.

Jangankan liat anak sendiri pake toga gini, liat sahabat posting foto anaknya aja mata saya tetiba burem kok.

Kanebo … mana kanebo?

Karena saya tau tisu aja gak akan cukup.

Now that I became a mother, I finally understand the profound sense of love in a mother’s heart and hands.

Share this...
Share on FacebookShare on Google+Tweet about this on TwitterShare on LinkedIn