Bijak Mengelola Keuangan Keluarga
Sudah 2 tahun saya berhenti memberikan kontribusi dalam hal keuangan keluarga. Tepatnya sejak saya Tutup Karir yang sebelumnya saya bangun selama 19 tahun dan setahun kemudian saya juga Tutup Toko di Thamrin City. Akhirnya saya bisa menikmati indahnya dinafkahi, tanpa ikut bersusah payah mencari.
Segitu mulus jalannya?
Tentu tidak!
Saya mengalami masa jet-lag dan oleng seperti hal nya rumah tangga lain yang baru saja kehilangan salah satu periuk keluarga.
Apalagi penghasilan saya sebelumnya tergolong lumayan besar berkat jabatan yang saya emban. Terbiasa punya uang sendiri sejak usia 17 tahun dan merasa bebas mengelola pendapatan sendiri. Maka ketika saya hanya bisa menanti uang dari paksuami, saya merasa ruang gerak agak terbatasi. Harus berpikir sekian kali hanya untuk menggunakan sebagian yang tersebut. Harus berhati-hati membedakan antara keinginan dan kebutuhan.
Seperti prinsip ekonomi yang pernah saya tulis di sini (baca: Komposisi Pengeluaran Bulanan), kalau tidak bisa perbesar pendapatan artinya kami harus perkecil pengeluaran. 2 tahun terakhir kami hidup sangat hemat dibanding tahun-tahun sebelumnya.
MasRafa yang sebelumnya belajar di sekolah internasional, akhirnya masuk ke sekolah negeri (baca: Rafa Masuk SMA), SPP yang harus dibayar berkurang menjadi hanya 1/7 dari sebelumnya.
Pembantu rumah tangga yang sebelumnya ada 2 orang menginap di rumah kami, sekarang tidak ada lagi. Saya hanya dibantu oleh mbak pulang pergi yang hanya datang ke rumah 2 jam setiap hari.
Supir sudah diberhentikan, mobil pun hanya tinggal 1 di garasi.
Selama 2 tahun terakhir juga kami tidak pergi liburan keluarga dan mengurangi frekuensi pergi ke mall.
Tabungan keluarga reset ke titik nol, karena harus kami kuras untuk melunasi hutang. Kami rela tidak punya tabungan, yang penting hidup tanpa cicilan. Ini juga salah satu jalan kami dalam mengurangi pengeluaran dan mengejar target mulia #BebasRiba2020.
Ibaratnya ini periode dimana kami harus pake korset … karena ngencengin ikat pinggang aja terbukti tidak cukup. Hahahaha
Kondisi ini tidak sampai membuat saya frustasi. Kaget iya, tapi pelan-pelan dijalani. Agaknya sekarang saya sudah beradaptasi, lebih stabil dan mulai bisa menikmati.
Makanya saya senang sekali ketika makmin KEB mengundang saya untuk hadir dalam acara Visa Financial Literacy woskhop untuk #ibuberbagibijak, dimana kami belajar tentang financial plan, mengatur cashflow keuangan keluarga dan ikut financial checkup oleh mba Prita Ghozie, seorang Financial Educator ternama di Indonesia. Beliau ini tidak hanya piawai berbicara mengenai literasi keuangan, tapi juga ramah dan cantik jelita.
Acara ini membuka mata banget. Saya mendadak terdiam sejenak mendengar bahwa hanya <25% perempuan Indonesia yang melek tentang literasi keuangan. Padahal 75% kendali cashflow keuangan keluarga ada di tangan seorang ibu.
Fakta hasil survey lembaga keuangan:
– 50% perempuan tidak bisa membedakan kas, konsumsi dan investasi
– 18% perempuan punya hobi berhutang (cicilan atau kartu kredit)
– 32% perempuan punya gaya hidup tinggi
Mba Prita meminta kami untuk mengisi form Periksa Kesehatan Keuanganmu. Tidak perlu mengisi besaran rupiah, tapi fokus kepada persentase komposisi pengeluaran.
Komposisi pengeluaran bulanan yang ideal untuk sebuah keluarga:
- Kegiatan sosial 5% –> zakat/infak/sedekah
- Dana Darurat 10% –> simpanan untuk menutup biaya tak terduga (darurat medis, perbaikan rumah, dll)
- Cicilan hutang 30% –> dibagi untuk cicilan rumah – kendaraan (mobil / motor) dan pinjaman lain
- Pengeluaran rutin 30% –> dibagi untuk belanja bulanan, listrik, telpon, PAM, gas, gaji pembantu, tranportasi harian, belanja dapur harian, makan siang dikantor, dll
- Investasi 15% –> digunakan untuk dana pendidikan anak, dana pensiun, dll
- Gaya Hidup 10% –> digunakan untuk belanja online, kecantikan, liburan, gadget, dll
Sementara untuk asuransi, kurban bagi yang muslim, pajak kendaraan, pajak bumi dan bangunan, liburan keluarga yang sifatnya pengeluaran tahunan, maka sebaiknya dibayar dengan pendapatan tahunan (THR, bonus, komisi, dll).
Mengevaluasi keuangan keluarga tidak perlu dilakukan setiap waktu. Cukup dilakukan secara berkala, misalnya 1 tahun sekali. Dengan mengetahui komposisi pengeluaran ini, maka kita akan lebih mudah dalam mengelola penghasilan keluarga dan membuat anggaran dasar belanja.
Sebuah keluarga dinyatakan berhasil menabung, jika nilai aset yang dimiliki tahun ini meningkat 10% dari tahun sebelumnya. Dan tidak lupa sudah menyiapkan dana darurat yang nilai minimalnya 3 hingga 6 kali biaya kehidupan bulanan keluarga.
Jadi bagaimana kondisi keuangan keluarga kita?
Rejeki memang sudah ada yang mengatur. Tapi apakah kita bisa mengatur rejeki yang sudah diberikanNYA kepada kita?
11 thoughts on “Bijak Mengelola Keuangan Keluarga”
Suka quote terakhirnya mbak. Itu yang Mbak Prita ngomong sebelum nutup WS ya? Semangat ya mengelola keuangan 😀
Aku juga datang ke acara ini dan sangat membantu banget mendapat informasi tentang pengelolaan keuangan keluarga, mba
Aku sejar resign juga menikmati nikmatnya dinafkahi tapi ya itu pusing mikirin pos-posnya sama ngatur biar tetap bisa investasi dan nabung. TFS ilmunya bermanfaat banget mak.
Semangat terus mengelola keuangan. Acara ini sangat bermanfaat sekali, dan menambah wawasan dalam mengelola keuangan. Supaya jadi ibu semakin bijak
Wah resign dan juga tutup toko Tamcit itu ternyata menyenangkan ya mbak wkwk.Akan bisa lebih deket sama anak-anak dong pastinya. Btw itu kenapa hasil survey sepertinya cucok banget deh buat menggambarkan kehidupan wanita jaman sekarang dengan lifestylenya yang tinggi hehe
Nah setelah resign jadi semakin menikmati kan mbak menjadi ibu yang harus ini itu hehe. Ehh btw hasil surveynya kog bener banget ya dengan gaya hidup wanita jaman sekarang wkwk. Dan acara seperti ini membantu banget dan membuka wawasan pentingnya mengelola keuangan rumah tangga dengan baik
mantaf infonya mbak, membantu banget, makasih mbak de
Perjuangan yang cukup besar juga ya, Mba. Resign sebagai pegawai sekaligus sebagai owner. Dua lapak penghasilan ditutup. Alhamdulillah moga dimudahkan selalu untuk rumah-tangga tanpa riba 🙂
Salut sama mbak, bisa melakukan program super pengiritan bahkan ada program bebas riba 2020.