Browsed by
Category: Merantau Di Doha

Berkah Ramadan 2019

Berkah Ramadan 2019

Minggu lalu ketika saya menghadiri pengajian, seorang teman bertanya:

Nama kamu tuh Retno Kristiani apa bukan sih, de?

Betul, mba. Kenapa?

Kek nya nama kamu ada di pemenang undian Carrefour deh. Coba buka websitenya

Lagi ketawa gak percaya karena saya merasa tidak pernah mengisi kupon undian di Carrefour, tetiba henpon saya berdering.

Saya menerima telpon dari customer service Carrefour. Disuruh ambil hadiah voucher belanja di salah satu cabang mereka, yang lokasinya tidak jauh dari kantor pak suami.

Masih setengah percaya dengan apa yang saya dengar karena khawatir penipuan … saya buka website mereka setelah mengakhiri percakapan di telepon.

Eh ternyata benar, ada nama saya di sana!

Ternyata mereka mengundi nomor pelanggan yang menginstal aplikasi MyClub milik Carrefour Qatar di henpon. Saya termasuk pelanggan yang cukup aktif, yang dengan rajin memberikan barcode pada aplikasi ke petugas kasir setiap selesai membayar belanjaan.

Karena sekarang bulan Ramadan, di mana jam operasional mall, restoran dan supermarket bergeser ke malam hari (tutup jam 1 pagi) … saya minta diantar pak suami setelah pulang sholat tarawih ke cabang Carrefour yang diinformasikan petugas Customer Service melalui telepon.

Dengan memberikan QID ke petugas dan menandatangi form yang menyatakan bahwa saya telah menerima hadiah, maka voucher belanja senilai 200 riyal pun menjadi milik saya.

Masya Allah … tabarakallah.

200 riyal atau sekitar 800 ribu rupiah, mungkin bukan merupakan angka yang fantastis. Karena sebenarnya hadiah utama dalam acara “MyClub 2 years anniversary” ini adalah sebuah mobil Chevrolet Tahoe 2019, dan hadiah lain berupa TV, Ipad, Iphone, Voucher senilai 5000 riyal, dll. Saya tetap merasa bersyukur bisa menerima hadiah hiburan berupa voucher 200 riyal.

Alhamdulillah berkah Ramadan.

Insya Allah bisa dipake untuk belanja coklat, chai bubuk dan bumbu biryani untuk oleh-oleh mudik bulan Juli nih. Alhamdulillah.

Sodaqoh Jariyah Di Qatar

Sodaqoh Jariyah Di Qatar

Tinggal hampir 2 tahun di Qatar, saya sering melihat kran air dengan hiasan beraneka ragam di tembok pagar rumah orang lokal sini. Cuma 2 yang berhasil saya abadikan, karena gak berani foto saat ada banyak orang.

Awalnya saya tidak mengerti dengan maksud hiasan di sekitar kran, tapi ketika melihat supir taxi yg berhenti untuk mengisi botol minumnya … kuli bangunan yang datang beramai-ramai dan bergantian mengisi botol-botol mereka … baru lah saya paham bahwa ini contoh nyata dari amalan SODAQOH JARIYAH.

Masya Allah.

Pemilik rumah mempersilakan orang yang lewat di depan rumahnya untuk mengambil air secara cuma-cuma.

HALAL, insya Allah.

Saya jadi ingat tetangga kesayangan, mba Wiwiek yang juga menaruh galon air minum di halaman rumah sehingga siapapun yang lewat di sekitar rumahnya, para atlet jogging, satpam komplek, tukang taman dan tukang sapu keliling bisa minum dengan leluasa secara cuma-cuma.

Semoga Allah melimpahkan rejeki halal barokah dalam hidup mereka dengan pahala yang terus mengalir sebanyak air yang mengalir dalam tubuh orang-orang yang menikmati manfaatnya.

Allahuma aamiin.

Ramadan Di Qatar

Ramadan Di Qatar

Ramadan Kareem!

Tidak seperti di Indonesia yang harga barang meningkat menjelang Ramadan dan lebaran, di Qatar justru toko dan supermarket saling berlomba untuk memberikan potongan harga dan promo lainnya. Masya Allah, kebijakan mentri perdagangan loh ini.

Mulai dari bulan April, banyak toko dan supermarket yang menjual aneka hiasan kertas dan lampu-lampu hias untuk menyambut datangnya Ramadan sang bulan suci penuh berkah. Hanya dalam waktu beberapa hari, biasanya hiasan-hiasan ini sudah ludes terjual. Penduduk Qatar memang terkenal paling semangat menghias rumah saat bulan Ramadan.

Tahun ini merupakan tahun ke 2 kami menjalankan ibadah puasa di negeri gurun. Sesuai dengan pengumuman pemerintah Qatar, hari pertama Ramadan jatuh pada tanggal 6 Mei 2019.

Di beberapa wilayah Qatar, tradisi membangunkan sahur masih dilakukan dengan suara tabuhan gendang yang dilakukan secara keliling. Kalau di sekitar rumah saya di Jakarta, biasanya orang-orang memukul tiang listrik bersahut-sahutan. Ada juga yang membawa obor dan memukul gendang sambil berjalan secara konvoi mengitari komplek perumahan.

Sementara di Qatar, mereka keliling menggunakan mobil mewah walau tetap menabuh gendang. Video di bawah ini dikirim oleh mba Dian melalui WA, kebetulan anak beliau sempat gerak cepat mengabadikan momen berharga ini ketika rombongan lewat di depan rumahnya.

https://www.instagram.com/p/Bjy9rvzhzDU/?utm_source=ig_web_options_share_sheet

Sama seperti tahun lalu, Ramadan kali ini berlangsung di awal musim panas yang suhunya mulai masuk ke 40-an derajat celcius. Semakin menuju akhir Ramadan, maka suhu juga semakin naik menjadi 50-an derajat celcius. Musim panas tahun lalu suhu di Qatar pernah tembus 58 derajat celcius loh. Kebayang gak rasanya panas setengah mendidih?

Menurut Dr Bashir Marzouk, seorang Astronomer di QHC, durasi waktu puasa tahun 2019 ini akan mengalami perubahan: di awal Ramadan durasi puasa di Qatar 14 jam 38 menit, akan terus bertambah secara bertahap sampai akhir Ramadan durasi puasanya menjadi 15 jam 9 menit (source: gulf-times.com)

Jam operasional di negara ini pun berubah sesuai peraturan negara:

  • Sekolah anak masuk jam 8, pulang jam 1.
  • Perkantoran termasuk pemerintahan masuk jam 9, pulang jam 2.
  • Pekerja bangunan bekerja di sore ke malam hari, bukan siang lagi.
  • Bank buka jam 8 – 2, lalu tutup, kemudian buka lagi jam 8 – 10 malam (detil lihat di sini).
  • Restoran mulai buka sejak magrib sampai subuh.
  • Mall tetap buka jam 10, tetapi jam 2 siang tutup, buka lagi mulai jam 7:30 malam sampai jam 1 pagi. (sebaiknya cek jadwal operasional mall di sini, daripada sudah sampai mall ternyata masih tutup)

Karena perkantoran dan anak sekolah pulang nyaris serentak di jam 1-2 siang, maka kondisi jalan raya menjadi macet seperti di Jakarta. Foto di atas diabadikan oleh paksuami dari jendela kantornya. Beliau sengaja menunggu sampai Ashar ketika kondisi jalan sudah mulai sepi, baru pulang ke rumah. Toh perjalanan dari kantor ke rumah tidak lebih dari 30 menit, sebelum magrib beliau sudah tiba dan bisa buka puasa bersama keluarga.

Dengan kondisi cuaca dan jam operasional tempat umum seperti itu, kami nyaris tidak pernah berbuka puasa di luar rumah. Selain itu memang acara buka puasa bersama bukan lah sesuatu yang umum di Qatar.

Setau saya, hanya komunitas Indonesia yang mengadakan acara berbuka puasa bersama. Suami malah pernah mendapat undangan Suhoor Party alias makan sahur bersama. Banyak sekali Ramadan Tent di hotel dan restoran yang memberikan promo Suhoor Buffet, bayar sekian untuk makan sekenyangnya dari jam 10:30 malam sampai jam 2 pagi.

Kami hanya menghadiri acara buka puasa bersama, ketika ada penceramah bagus yang datang langsung dari Indonesia untuk mengisi acara tersebut. Seperti tahun lalu, paling 1 kali saja dalam sebulan kami berbuka puasa bersama dengan komunitas Indonesia di Al Fanar – Islamic Cultural Center. Perempuan makan bersama di lantai 3, kaum lelaki makan bersama di lantai 4, sementara mendengarkan ceramahnya di Auditorium (lelaki di lantai dasar, wanita di lantai 2).

Yang seru di Qatar setiap Ramadan ada tradisi penembakan meriam sebagai tanda berakhirnya waktu berpuasa sebelum adzan Magrib dikumandangkan.

Awalnya Ramadan Cannon ini dilakukan dimana-mana di seluruh Qatar, sebagai penanda berakhirnya waktu sahur (subuh) dan berakhirnya waktu puasa (magrib). Tetapi seiring dengan majunya teknologi dimana suara adzan bisa disampaikan melalui pengeras suara masjid, tradisi Ramadan Cannon ini cuma dilakukan di beberapa tempat saja dan hanya sebelum adzan magrib.

Tempat pelaksanaan Ramadan Cannon Firing di Qatar:

  1. Souq Waqif
  2. Imam Muhammad Ibn Abdul Wahhab Grand Mosque
  3. Katara
  4. Souq Al Wakrah

Kami hanya pernah melihat sekali di Souq Waqif tahun lalu. Karena acara ini selalu menarik banyak pengunjung, saya sarankan ke lokasi minimal 10 menit sebelum waktu Magrib supaya bisa melihat keseluruhan prosesnya dan mendapat tempat yang asyik untuk mengabadikannya.

Sesuai dengan ajaran Islam dimana perempuan lebih utama melakukan sholat di dalam rumah, maka tidak banyak masjid di Qatar yang menyediakan tempat untuk jamaah perempuan. Tahun lalu, baru di 10 hari terakhir Ramadan suami saya memberi tahu ada masjid yang lokasinya sekitar 5-10 menit dari rumah berjalan kaki, yang menyediakan tempat jamaah perempuan di lantai atas. Memang masjid ini sedikit lebih jauh dari masjid yang biasa menjadi tempat suami saya sholat 5 waktu. Tetapi demi merasakan kehangatan Ramadan, suami memilih masjid ini supaya saya dan Fayra juga bisa ikut melaksanakan sholat isya dan tarawih bersama. Sementara untuk sholat lain, suami dan Rafa tetap ke masjid yang terdekat dari rumah.

Tidak ada orang yang membawa sajadah ke masjid, karena semua masjid di Qatar selalu beralaskan karpet tebal nan harum dengan AC yang sejuk. Bagi jamaah yang tidak dapat tempat di dalam masjid, pengurus masjid juga menyediakan setumpuk sajadah untuk digelar di halaman luar. Alhamdulillah semua orang merapatkan barisan shaf, tidak ada yang renggang karena sajadah individu berukuran besar seperti yang biasa terjadi di Indonesia.

Para perempuan di Qatar biasa melakukan sholat dengan menggunakan abaya dan pashmina yang kebanyakan berwarna hitam. Saya dan Fayra juga menyesuaikan diri menggunakan abaya setiap ke masjid. Kalau kami menggunakan mukena putih atau bermotif seperti layaknya di Indonesia, kami akan terlihat mencolok sekali di antara jamaah lain yang mayoritas berwarna hitam. Kalau pun ada jamaah yang menggunakan kerudung atau pashmina bukan berwarna hitam, bisa ditebak sudah pasti beliau pendatang di negara ini.

Sholat tarawih di Qatar dilakukan sebanyak 8 raka’at ditambah 3 raka’at sholat witir, dalam kelipatan 2 raka’at dan ditutup dengan 1 raka’at witir. Selalu ada doa qunut yang dibacakan setelah rukuk di raka’at terakhir sholat witir, 1 raka’at terakhir ini sama lamanya dengan kita melakukan 3 raka’at karena doa qunut yang dibacakan imam benar-benar panjang.

Imam sholat berganti saat ‘break time’ yaitu setiap 4 raka’at (2 + 2). Jadi selalu ada 2 imam yang memimpin sholat tarawih secara bergantian.

Tidak ada ceramah di antara sholat tarawih. Dan selalu berlimpah botol air mineral gratisan di setiap shaf, hingga jamaah tidak perlu khawatir kehausan selama proses sholat tarawih.

10 hari terakhir Ramadan, sholat tarawih akan bertambah menjadi 20 raka’at kemudian ditutup oleh sholat witir sebanyak 3 raka’at (total 23 raka’at).

Jika kita ingin tetap melaksanakan sholat 11 raka’at, maka kita bisa mundur dari barisan jamaah setelah melakukan sholat 8 raka’at. Kemudian sholat witir bisa dilakukan sendiri di belakang atau di rumah saja.

Puasa di negeri gurun … bukan durasi puasa selama 15 jam yang menjadi kendala utama bagi kami, tetapi suhu ekstrim (40-50 derajat celcius) yang membuat anak-anak sempat dehidrasi dan mimisan setiap pulang sekolah.

Badan anak tropis masih kaget sama suhu panas luar biasa saat mereka harus puasa, dimana waktunya bertepatan juga dengan jadwal ujian kenaikan kelas di sekolah. Paket kombo gak sih 😅

Bahkan berjalan kaki menuju masjid untuk sholat tarawih di malam hari pun kami harus melawan angin yang terasa bagai hembusan hairdryer di wajah. Jam 9 malam, suhu masih di atas 30an akibat gelombang panas yang datang sebagai penanda summer dimulai.

Karena jam operasional mall yang berubah, jadwal kami belanja pun ikut berubah. Biasanya kami ke mall setelah sholat tarawih sekitar jam 9-10 malam, baru pulang ke rumah jam 12 dini hari.

Saya juga harus masak sahur jam 2 …  karena jam 3 lewat sudah masuk waktu subuh. Mau tidur kok ya takut kelewat karena pendek waktunya. Akhirnya saya jadi sering begadang deh selama Ramadan ini, baru bisa tidur setelah suami berangkat ke kantor dan anak-anak pergi ke sekolah.

Alhamdulillah tidak terasa sudah berlalu 10 hari pertama Ramadan. Mari kita memanfaatkan sisa waktu dua per tiga dengan ibadah semampu kita, karena Hasan al-Bashri pernah berpesan: “Perbaiki apa yang tersisa, agar kesalahan yang telah lalu diampuni. Manfaatkan sebaik-baiknya apa yang masih tersisa, karena kamu tidak tahu kapan rahmat Allah itu akan dapat diraih.

Semoga Allah melimpahkan nikmat iman dan nikmat sehat sehingga kita bisa mendapatkan kekuatan utk menjalankan ibadah secara maksimal sampai akhir bulan Ramadan. Allahuma aamiin

10 Benda Wajib Bawa Saat Pindah Ke Qatar

10 Benda Wajib Bawa Saat Pindah Ke Qatar

Seiring banyaknya saya menulis segala hal tentang Qatar di blog maupun IG dan FB dengan hestek #MerantauDiDoha, saya jadi sering menerima DM atau email yang bertanya tentang barang-barang yang harus dibawa saat akan pindah hidup ke Qatar selain dokumen penting, niat dan mental tentunya.

Menurut saya pribadi, 10 BENDA WAJIB BAWA SAAT PINDAH KE QATAR adalah sebagai berikut:

1. ALAT IBADAH

Bagi non muslim, sebaiknya membawa peralatan yang dibutuhkan untuk menjalankan ibadah sesuai agama masing-masing. Karena belum tentu kita bisa menemukan benda yang sama di Qatar.

Bagi yang muslim, untuk laki-laki sebaiknya membawa sarung. Karena sarung merupakan benda yang langka di Qatar. Saya pernah melihat sarung dalam bentuk celana di Souq Waqif, tapi belum pernah menemukan sarung yang biasa dengan mudah kita temukan di aneka pasar di Indonesia.

Untuk perempuan muslim, sebaiknya membawa mukena polos dan berwarna gelap. Perempuan di Qatar biasanya sholat hanya menggunakan abaya hitam dan pashmina. Kalau sholat di masjid di Qatar, kita menggunakan mukena putih atau motif bunga beraneka warna, kita akan terlihat mencolok sendiri diantara jemaah lain yang berwarna hitam. Udah gitu putih merupakan warna pakaian laki-laki di negara jazirah Arab termasuk Qatar.

2. KITAB SUCI TERJEMAHAN BAHASA INDONESIA

Bagi non-muslim, sebaiknya membawa kita suci sendiri dari Indonesia, karena belum tentu agama yang dianut ada fasilitas rumah ibadah dan kita sucinya di Qatar.

Untuk yang muslim, meskipun Quran berlimpah yang bahkan sering dibagikan gratis di Qatar, biasanya hanya dalam bahasa Arab dan tanpa terjemahan. Kalau kita ke toko buku untuk mencari Quran dengan terjemahan, paling banter kita menemukan dalam bahasa Inggris. Karena itu saya sarankan untuk membawa Quran dengan terjemahan bahasa Indonesia ke Qatar.

3. MAGIC COM BERUKURAN KECIL 

Magic com tidak sama dengan rice cooker. Karena rice cooker biasanya hanya bisa digunakan untuk menanak nasi, sementara Magic Com selain untuk masak nasi juga bisa menghangatkan. Biasanya ada 2 lampu di bagian depan yang menunjukkan sedang memasak (COOK), atau sudah selesai masak dan menghangatkan (WARM).

Picture soure : google

Rice cooker akan sangat mudah kita temukan di Qatar dalam berbagai macam ukuran. Sementara magic com yang banyak dijual di Qatar biasanya berukuran besar.

Untuk keluarga kami yang hanya 4 orang dan tidak banyak mengkonsumsi nasi, magic com ukuran standar di Indonesia saja sudah terlalu besar untuk kami. Sayang kalau ukuran sebesar itu hanya digunakan untuk masak sedikit nasi, seringkali nasi malah menjadi kering dan kuning kalau sudah kelamaan.

Saya membawa magic com ukuran kecil dari Indonesia karena tidak menemukannya di Qatar.

4. COBEK alias ULEKAN 

Orang Indonesia terkenal suka sekali makan sambal apalagi yang diulek. Dan entah kenapa, sambal yang disajikan dalam ulekan terlihat lebih menggiurkan daripada sambal yang dibuat di blender dan disajikan dalam mangkok kecil.

Picture soure : google

Sebenarnya di QATINDO (supermarket Indonesia) kita bisa menemukan cobek kayu dan batu. Tapi saya tidak tahu kualitas batunya seperti apa. Saya merasa lebih aman bawa dari Indonesia dan kebetulan cobek yang saya bawa itu pemberian dari mami yang sudah digunakan puluhan tahun juga. Jadi selain saya udah tau selahnya saat menggunakan, nilai historis dan ikatan batin cobek ini sangat berharga bagi saya.

5. TRAVEL ADAPTOR

Barang elektronik di Indonesia memiliki colokan listrik 2 kaki yang berbetuk bulat (tipe C/F). Sementara barang elektronik di Qatar memiliki colokan listrik 3 kaki yang berbentuk pipih (tipe G).

Meskipun voltase di Qatar dalam rentang yang sama dengan Indonesia (220-240 V) dalam frekuensi 50 Hz, tetapi karena soket colokannya berbeda, maka kita membutuhkan adaptor colokan dari kaki 2 bulat ke kaki 3 pipih seperti tampak pada foto di bawah ini.

Picture soure : google

Adaptor ini akan dengan mudah kita beli di Qatar, tetapi akan lebih nyaman kalo kita membawa minimal 1 buah dari Indonesia supaya begitu menjejakan kaki di negara ini dan kehabisan batere henpon misalnya … tinggal langsung colokin aja.

6. OBAT-OBATAN

Saya yakin gak ada orang yang pingin sakit, tapi gak ada salahnya juga kita mempersiapkan obat-obatan sebelum sakit.

Seluruh Rumah Sakit di Qatar memiliki Standar Operation Procedure (SOP) yang sama di mana dokternya tidak gampang memberikan diagnosa. Mau sakit apapun, pertolongan pertama biasanya diberikan pereda sakit sekelas panadol. Jika tidak ada perubahan, maka dokter akan melakukan pemeriksaan lebih detil mulai dari cek darah, xray, CTscan, ultra sound sampai MRI. Dokter akan memberikan diagnosa setelah melihat hasil pemeriksaan secara menyeluruh.

Obat-obatan yang dijual bebas, tentunya yang memiliki dosis rendah dan bersifat umum. Paling kita bisa membeli bebas obat pereda sakit, obat oles luka, obat pengurang bengkak, obat flu dan batuk.

Obat diare yang dijual bebas di Indonesia, di sini harus menggunakan resep dokter.

Saat mudik lebaran tahun lalu, saya membawa obat diare, tolak angin cair dan aneka minyak oles (minyak tawon, fresh care, minyak pijat, dll). Kalau sekedar minyak putih dan balsem aja sih kita bisa dengan mudah menemukannnya di Qatar.

7. PERNAK PERNIK NUSANTARA

KBRI Doha dan warga negara Indonesia, sering mengadakan acara dan meminta kita datang menggunakan pakaian yang bernuansa Indonesia. Selain batik, pakaian bernuansa warna merah dan putih sebaiknya kita bawa dari Indonesia.

Walaupun saya tidak membawa kebaya, tapi beruntung juga saya membawa 2 lembar kain batik dan beberapa kain tenun Indonesia.

Di sekolah selalu ada acara CULTURE DAY setiap tahunnya dan biasanya murid diminta menggunakan pakaian dari negara asal kita. Anak-anak yang masih TK dan SD, biasanya masih mau didandanin menggunakan pakaian khas Indonesia seperti kebaya, beskap, baju bodo, dan lain-lain. Sementara anak kami yang sudah remaja, cuma mau pakai kemeja batik saja ke sekolah. Tahun ini Fayra malah menggunakan selembar kain batik untuk dijadikan celana dengan melilitkan ujung kain di bagian pinggang.

Tak disangka, guru-guru bahkan kepala sekolah memuji kain batik yang digunakan Fayra. Mereka terpesona dengan motif dan warna batiknya.

Di sekolah lain, ibu-ibu Indonesia banyak yang membuka stand menampilkan makanan khas Indonesia dengan hiasan aneka pernak-pernik nusantara mulai dari piring anyaman rotan, mangkok tembikar, taplak batik, pajangan bentuk wayang dan topeng sampai hiasan dinding berbentuk kepulauan Indonesia. Alhamdulillah hal ini menjadi kesempatan untuk memperkenalkan budaya Indonesia ke khayalak umum.

Sebenarnya benda-benda yang dibawa ke sekolah itu adalah benda-benda yang digunakan untuk menghias rumah mereka. Meskipun tinggal ribuan kilometer dari Indonesia, kita tetap ingin rumah yang ada sentuhan negara tercinta. Untuk mengobati rindu pada kampung halaman juga.

8. SAPU LIDI 

Saya termasuk orang yang dari kecil dibiasakan mengikuti sunah Rosul, menebah kasur sebelum tidur. Dan saya melakukannya menggunakan sapu lidi yang berbentuk pipih.

Sapu lidi seperti ini amat susah kita temukan di luar Indonesia. Oleh karena itu saya membawa 5 bijik ketika pindah ke Qatar. Setiap kamar saya letakkan 1 biji, di ruang tamu saya simpan 1 untuk membersihkan sofa dan karpet, sementara 1 lagi untuk cadangan kalau ada sapu lidi yang rusak.

Picture soure : google

Kalau sapu lidi bergagang besar dan panjang yang biasa digunakan untuk menyapu halaman dan rerumputan, saya pernah menemukannya di pasar.

9. GULING DAN SARUNGNYA

Sebagai orang Indonesia, kita terbiasa tidur menggunakan bantal dan guling. Tidak lengkap rasanya sebuah tempat tidur tanpa sebuah guling.

Masalahnya guling hanya bisa kita temukan di Indonesia. Kalaupun ada di China dan Korea, guling di sana terbuat dari rotan (disebut Bamboo Wife) … bukan berisi busa seperti yang biasa kita punya.

Picture soure : google

Kalau membawa guling ke luar Indonesia, jangan lupa bawa sarungnya minimal 2 buah untuk 1 guling.

Jangan sampai kita cuma membawa 1 buah sarung untuk 1 guling. Kalau kotor dan mau mencuci sarung guling, kita tidak punya cadangan untuk membungkusnya. Gak ada yang jual soalnya.

10. BAHAN MAKANAN

Seperti yang sudah saya tulis sebelumnya Membeli Barang Indonesia Di Qatar sebenarnya tidak sulit. Sampai dengan tahun 2019 setidaknya sudah ada 3 tempat (Qatindo, Toko Jakarta dan KWIQ Supermarket) yang secara rutin mengimpor bahan makanan dari Indonesia. Dan mereka juga yang menjadi supplier beberapa hypermarket di Qatar seperti Family Food Center, Carefour dan Lulu.

Tapi ada beberapa benda yang sulit kita temukan, kalaupun ada biasanya akan ludes dalam sekejap karena diserbu oleh ibu-ibu Indonesia yaitu: DAUN SALAM, KENCUR, TEMU KUNCI, TERI MEDAN dan IKAN ASIN.

Jika membutuhkan hal yang saya sebutkan itu, sebaiknya membawa  langsung dari Indonesia dan mengisi ulang setiap mudik. Jangan takut … daun salam, kencur dan temu kunci yang saya simpan di freezer, masih awet untuk memenuhi kebutuhan dapur saya selama setahun.

Kalau cuma sekedar teh, mie instan, saus-sausan, aneka bumbu instan, bumbu pecel, tahu tempe bakso dan aneka kerupuk … insya Allah selalu berlimpah di Qatar.

Alhamdulillah Mas Rafa Mau Kuliah

Alhamdulillah Mas Rafa Mau Kuliah

Foto kiri diambil tahun 2004 ketika hari pertama Rafa masuk sekolah Playgroup. Sampai TK, beberapa kali mamade dipanggil kepala sekolah karena Rafa dianggap “pengganggu” yang gak bisa duduk manis di kelas.

Ketika kami bawa ke psikolog, ternyata Rafa tergolong anak Super Aktif (di bawah hyper) dan Kinestetis. Kombinasi kece yang bikin ortu ngos2an deh 😅.

Akhirnya disarankan utk menyalurkan energi Rafa ke olahraga (bola & renang), musik (gitar atau drum) dan supaya diam di kursi saat pelajaran berlangsung … Rafa disuruh memainkan alat tulis. Kalo gak gambar, ya puter2in pensil pake jari.

Saat belajar di rumah, Rafa gak bisa tuh yang duduk diam dan membaca buku.

Jadi Mamade yang selalu membacakan buku dan memberikan soal dalam bentuk lisan, dia mendengarkan dan mengerjakan sambil main mobil2an atau skateboard keliling rumah. Pokoknya mah banyak tepok jidat dan elus dada melihatnya 🙈

Foto kanan diambil di Bandung saat kami mudik tahun lalu, disempatkan mengunjungi ITB ke bagian informasi untuk tanya jalur masuk dan persyaratannya. Kami juga mendatangi beberapa bimbel di sekitarnya untuk mengumpulkan informasi persiapan masuk ITB.

Rafa juga hadir waktu beberapa orang direktur ITB datang ke Qatar bulan November 2018 untuk sosialisasi Program Internasional (jalur masuk ITB khusus bagi WNI di LN dan WNA).

Keinginan Rafa dari SMP gak goyah, mau kuliah di ITB pokoknya.

Kami sampai bilang “Dari Qatar ke Eropa itu lebih dekat dan tiketnya juga lebih murah daripada ke Indonesia. Kamu gak pingin kuliah di Eropa aja?. Tanggung loh, mas … udah sampai sini kita

Anaknya malah bilang “kalo universitas di negeri sendiri, world rank-nya lebih tinggi … untuk apa aku kuliah di negara lain“.

Dia gak mau cuma sekedar gengsi kuliah di luar negeri yang rank universitasnya masih di bawah ITB.

Tapi Rafa juga tau diri dan mengukur kemampuan otaknya juga dompet bapaknya. Rafa belum tertarik untuk kuliah di negara mahal seperti Amerika, Canada, Inggris, Singapura dan Australia. Dia bilang “nanti aja aku cari beasiswa S2 untuk lanjut kuliah di sana“.

Awalnya sempat kekeuh mau jurusan Aristektur atau FSRD yang ternyata gak ada jalur internasionalnya, akhirnya 2 minggu sebelum pendaftaran tutup … Rafa banting setir daftar 2 jurusan lain : Mechanical dan Aerospace Engineering.

Rafa tidak bisa ikut SBMPTN karena syaratnya harus punya NISN (nomor induk siswa nasional) dan minimal harus 5 semester bersekolah di SMA Indonesia. Rafa cuma sempat menjalani 3 semester SMA di Indonesia, sisanya di Qatar.

Selaku orangtua, kami sempat kesal melihat dia gak mau daftar universitas lain dengan alasan “kalo ditolak gelombang pertama ITB, baru aku mau daftar Belanda dan Malaysia”. Gemes gak sih dengernya 🤦🏻‍♀️

Alhamdulillah tanggal 18 April, dapat juga Letter Of Acceptance dari ITB.

Alhamdulillah ikhtiar Rafa menjaga grafik nilai raport selama SMA harus nanjak setiap semesternya, IELTS dan SAT lebih tinggi dari nilai minimal yang diminta bbrp kampus favorit, juga doa dari sekelilingnya … Allah mudahkan jalan dan membuahkan hasil sesuai keinginannya. Hingga Rafa bisa diterima ITB tanpa tes.

Masya Allah … Tabarakallah.

Alhamdulillah yaa Karim.

Lega banget, akhirnya sekarang saya bisa mulai hunting tiket mudik ke negara tercinta.