Browsed by
Category: Qingdao

Ke Qingdao Lagi

Ke Qingdao Lagi

Maaf jangan bosen sama perjalanan saya tahun ini yah. Kalau dibilang blog ini sekarang seperti travel blog, ya abis saya bingung mau cerita apa selain kegiatan harian saya dan keluarga. Dan kebetulan tahun ini pekerjaan saya lagi padat sekali, nyaris setiap bulan harus pergi ke luar kota/negeri.

Padahal Kamis dan Jumat sebelumnya saya baru dari Bandung, tapi hari Senin berikutnya sudah harus berangkat lagi ke China. Seperti yang sudah saya bilang sebelumnya, bulan Oktober ini saya kembali mengunjungi kota Qingdao. Visa baru keluar hari Senin jam 3 sore, sementara jadwal terbang saya hari yang sama jam 10 malam. Mepet memang, tapi alhamdulillah lancar.

qingdao22

Seminggu di Qingdao, saya tinggal di hotel yang berbeda dari sebelumnya. Letaknya lumayan jauh, tapi tampilan dari depannya seperti gedung modern.

qingdao23

Begitu sampai di depan pintu kamar, saya takjub. Seperti berada di dalam gedung China tua. Eh ralat bukan berasa di dalam gedung, tapi berada di sebuah kota kecil.

qingdao33

Padahal furniture di dalamnya modern banget loh.

qingdao24

Besoknya saat menunggu jemputan datang sambil menemani teman yang merokok di luar gedung, kami nongkrong di bawah pohon di depan hotel. Saya sambi upload file dan cek email. Lumayan masih dapat cipatran wifi.

qingdao30

Saya datang ke kota ini seperti biasa untuk mengawasi produksi di pabrik. Tapi rugi kalo udah pergi jauh gak disempatkan liat kanan kiri kan yah?

Udara di Qingdao minggu itu mulai dingin. Makanya semua pose saya di foto, kebanyakan lagi masukin tangan ke dalam kantong jaket. Suhu masih sekitar 7-15 derajat celcius. Tapi angin pantai macam menampar pipi yang chubby ini. Pulang dari sana kulit wajah dan tubuh saya mengelupas saking keringnya.

Main layangan di May Fourth Square

Hari pertama kami tiba masih jam 10an. Setelah check in hotel dan mandi, kami langsung jalan untuk cari makan siang. Hari ini belum ada kegiatan ke pabrik. Harusnya sih badan masih capek setelah menempuh nyaris 10 jam perjalanan. Tapi karena udaranya sejuk menyenangkan, kelar makan siang kami lanjut jalan ke lapangan tugu merah alias May Fourth Square. Ngapain lagi disini kalo gak main layangan?

qingdao36

Sebenarnya ini bukan karena masa kecil kurang bahagia yaaa. Tapi karena masa kecil kebanyakan diabisin dengan main layangan sama kakak-adik yang 2-2 nya laki. Gak bisa dapet angin kenceng dikit, langsung main layangan. Iyes saya beli layangan lagi, kan bentuknya beda sama yang saya beli sebelumnya. Hihihi

qingdao37

Qingdao Central Station

Saat menuju pabrik di hari kedua, kami melewati stasiun kereta terbesar di kota ini. Saya minta pak supir parkir sebentar, saya ijin 5 menit untuk lihat-lihat dan foto-foto. Maklum orang kampung, jadi agak norak. Hahahahaha

qingdao25

Saya suka dengan bangunannya … sangat Eropa sekali. Saya sudah cerita kan yah kalau kota ini dulu dijajah Jerman. Makanya tidak heran kalau sebagian besar bangunan tua disini sangat bergaya Eropa.

qingdao26

Dan seketika usil saya kambuh, saya merayu pak polisi untuk foto bersama. Kurang kerjaan banget kan! Hahahahaha

qingdao27

Pak Polisi yang saya ajak bicara menolak dengan halus. Saya berbisik dalam hati “it’s ok lah. nice try“. Eh ternyata rekan disebelahnya menawarkan diri untuk foto bersama saya. Rejeki namanya hihihihi.

Golden Beach

Menjelang malam, saya mengajak teman-teman ke Golden Beach sekalian cari makan malam di pinggir pantai. Sayangnya karena Autumn alias musim gugur, pantainya sepi. Tapi malah punya kesempatan untuk foto-foto gak penting sih. Hahaha

qingdao28

Cuma orang tropis sih yang nekat ke pantai menjelang musim dingin gini. Gak nyebut anak kampung lagi tuh, diganti orang tropis biar lebih keren dikit. Hihihi

qingdao29

Karena sepi pengunjung, stok seafood dan daging di restoran pinggir pantai tidak segar lagi. Kalau hewan laut memang ditampilkan dalam bak penuh air atau aquarium dalam kondisi hidup, tetapi pilihannya tidak banyak seperti saat kunjungan saya di musim panas bulan Juli lalu. Sementara dagingnya sudah dalam tusukan sate dan dikeluarkan dari freezer. Alhamdulillah sate kambingnya masih lezat walau disimpan freezer entah sudah berapa lama.

Qingdao Old Town

Hari ke 3 di Qingdao kami kebut pekerjaan dan lembur, sampai jam 11 malam baru keluar pabrik. Dengan demikian kami punya waktu longgar esoknya dan saya menghabiskan sore di daerah kota tua. Kami menyusuri Guangxi Lu (alias Prince Henry Road), yang merupakan komplek perumahan orang kaya lama macam daerah Menteng di Jakarta lah.

qingdao31

Ada satu rumah dengan pagoda yang ternyata dibuka untuk umum. Kita hanya diminta membayar 10 yuan untuk bisa masuk ke dalam (dikali Rp 1.600). Dan saya menyesal sampai sini menjelang detik-detik matahari terbenam. Karena pemandangan dari rumah ini keren banget.

qingdao34

Tapi saya tetap bersyukur karena saya bisa menikmati sunset dari rumah di atas bukit ini. Kami hanya diam di sana, menikmati pemandangan, foto-foto sejepretnya, tidak ada yang bersuara. Kami bertiga tenggelam dalam rasa takjub pada Sang Pencipta yang menyajikan pemandangan indah ini.

qingdao32

Ini China, bukan Belanda!

Kata teman saya, “China tuh hebat yah. Gak cuma tas – pakaian – gadget yang dibuat versi KW, tapi kota di Eropa pun ada KW nya disini.” Hahahaha

Hari ke-empat alias Jumat, 25 Oktober 2013, waktunya saya kembali ke Jakarta. Suhu makin menggila, kalo liat di aplikasi weather katanya 8 derajat. Saya pakai baju 4 lapis ajah. Maklum anak tropis gampang masuk angin hehehehe. Biar sampai Jakarta tinggal preteli lapisan baju ini 1per1 di toilet airport.

qingdao35

Sampai jumpa lagi Qingdao …

qingdao38

Jadwal padat sudah menanti di Jakarta. Semangat de! *ngomong ama kaca*

Puasa di China

Puasa di China

Biasanya saya selalu menghindari perjalanan dinas di bulan puasa atau saat anak ujian/ulangan umum sekolah. Tapi bulan ramadhan tahun ini saya harus melakukan 2 perjalanan dinas, ke China dan ke Bandung.

Yang ke China sudah saya atur sedemikian rupa, supaya kesana paling lambat 1 minggu sebelum puasa. Berharap tarawih dan sahur pertama bisa melakukannya bersama keluarga di rumah. Tapi apa daya jadwal produksi mundur terus, dan saya harus pergi di hari ke 3 ramadhan.

Hari keberangkatan saya memutuskan untuk tidak berpuasa. Bersyukur juga dengan keputusan ini karena ternyata total perjalanan memakan waktu 18 jam. Dan hari berikutnya saya putuskan lagi tidak berpuasa karena baru sampai hotel ketika waktu subuh tiba. Belum sempat sahur, sementara puasa di Qingdao di musim panas ini 16 jam.

qingdao14

Otomatis hanya 2 hari saya berpuasa di sana.

Hari Senin, 15 July 2013 saya sahur jam 2 pagi. Hanya makan popmi dan minum segelas teh hangat. Subuh tiba jam 3 pagi. Jadi saya baru tidur setelah sholat subuh. Alhamdulillah magrib tiba di jam 19:16, tapi kondisi saya masih di pabrik. Di sana pabrik beroperasi dari jam 8 pagi sampai jam 8 malam. Restoran muslim terdekat dari pabrik, harus ditempuh dengan jarak sekitar 1 jam. Malam itu saya membatalkan puasa dengan air putih dan permen fisherman (macam ngemut kamper rasanya). Mo gimana lagi, saya lupa membawa bekal cemilan. Saya baru makan malam sekitar jam 9 malam, dan tiba di hotel sekitar jam 11 malam.

Hari Selasa, 16 July 2013 saya sudah harus sahur lagi dong jam 2 pagi. Perut rasanya masih kenyang, tapi kalau tidak saya isi … khawatir lemas 16 jam berikutnya. Saya paksa makan popmi lagi, cuma habis 1/2 cup saja. Kalo kekenyangan dipaksa makan, biasanya saya muntah. Jadi saya stop makan popmi, dilanjut makan buah leci 1/2kg untuk menghilangkan mual. Lanjut dengan segelas teh hangat lagi.

Sama seperti sebelumnya, saya baru sampai di restoran sekitar jam 9 malam lagi. Tapi kali ini teman saya membawakan biskuit kelapa dari Indonesia yang saya cemilin sepanjang perjalanan mencari restoran.

Alhamdulillah berpuasa selama 16 jam tidak seberat yang saya bayangkan. Musim panas di Qingdao tidak sepanas di Jakarta. Saya tidak berkeringat atau kegerahan di sana. Saya juga bisa sholat dengan leluasa di ruang rapat dalam pabrik. Waktu juga berjalan tanpa terasa lama karena kesibukan di pabrik membuat saya lupa akan kondisi perut keroncongan.

Justru teman seperjalanan saya yang kebetulan tidak seagama, memanfaatkan momen puasa saya untuk makan siang dengan menu tidak halal. Kata mereka “jauh-jauh ke China harus makan babi, mbak. Rasa babi disini lebih enak dari pada di Jakarta. Untung elo puasa, jadi kami bisa makan babi tiap siang. Kalo elo gak puasa, terpaksa makan ngikutin elo mulu yang gak boleh makan babi.” Hahahaha syukur deh.

Memang saya hanya merasakan puasa 2 hari di negara orang. Dimana adzan magrib hanya berkumandang dari aplikasi di henpon saya. Dan ketika teman-teman pabrik melihat saya tidak makan siang, saat itu lah saya harus menjelaskan arti dan tujuan puasa dalam agama saya kepada mereka. Tapi di sana lah saya merasakan hakekat puasa yang sesungguhnya. Puasa bukan untuk dilihat manusia lain, tetapi murni untuk menjalankan perintahNYA. Hal ini menjadi pelajaran berharga untuk diri saya.

Semoga Allah SWT menerima amal ibadah kita semua di bulan ramadhan ini. Semoga kita mendapatkan ampunan dan berkah dari NYA.

Selamat Idul Fitri bagi teman-teman yang merayakan kemenangan. Mohon maaf lahir dan batin.

Semua tulisan saya tentang China bisa dilihat disini

Tempat Wisata di Qingdao

Tempat Wisata di Qingdao

Hasil gugling sebelum berangkat, membuat saya memiliki acuan untuk menghabiskan waktu yang tersisa dengan mengunjungi beberapa tempat wisata di sekitar Qingdao. Menurut Tripadvisor – Wikitravel – TravelChinaGuide, berikut beberapa yang ngetop dan sempat saya kunjungi:

Badaguan Scenic Area

Ba Da guan secara harfiah memiliki arti “the eight great passes”, daerah perumahan ini terdiri dari 8 jalan yang diberikan nama sesuai dengan nama jenis pohon yang terdapat di jalan tsb. Daerah ini sangat unik dan dipenuhi oleh berbagai bentuk rumah / villa dengan gaya arsitektur Russian, English, French, German, American, Japanese dan Danish. Jalanannya tidak terlalu lebar, hanya ngepas untuk lewat 2 mobil saja. Pepohonan di kanan kiri jalan sangat rindang.

badaguan1

Kami kesana hari Minggu dan musim panas, wajar saja kalau jalan ini ramai oleh wisatawan yang ingin menikmati keindahan daerah Badaguan. Akhirnya kami diturunkan supir di ujung jalan, kemudian melanjutkan perjalanan dengan jalan kaki.

badaguan2

Ada 1 bangunan yang sangat mencolok dan dibuka untuk umum, namanya Hua Shi LOU (artinya bangunan batu berwarna warni) biasa disebut juga sebagai “Granite Castle“. Bangunan ini merupakan villa Rusia yang dibangun tahun 1930-1931 dan terdiri dari 5 lantai dengan luas bangunan total 800 meter persegi. Saat naik ke atap menara, kita bisa melihat pemandangan pantai yang sangat menakjubkan.

Saking bagusnya tempat ini, membuat banyak pasangan muda-mudi yang menggunakannya sebagai lokasi foto pre-wedding.

badaguan3

Tempat wisata ini dipenuhi juga oleh para pedagang. Dari mulai pelukis karikatur, penjual aneka pakaian renang, penjual makanan, penjual mainan pasir pantai, penjual keramik sampai penyewaan sepeda.

badaguan4

Fushan Bay

Fushan Bay adalah wilayah pantai yang digunakan untuk tempat lomba perahu layar dalam ajang olahraga bergengsi Olimpiade 2008. Pemerintah juga menjadikan tempat ini sebagai salah satu objek wisata dan merapihkan para pedangan dengan membuat jajaran kios kecil di sepanjang jalan pinggir pantai.

fushian1

Saya senang memperhatikan lantai sepanjang jalan di Fushan Bay ini. Berbagai logo bertebaran dan menarik untuk di foto.

fushian2

Yinhai German Marina

Yang ingin menyusuri pemandangan kota Qingdao dari laut, bisa menuju Yinhai German Marina masih di kawasan Fushan Bay ini.

fushian3

fushian4

Untuk naik sea-bus, kita tinggal membeli tiket di loket kecil dengan harga 50-100 Yuan. Harga berbeda untuk rute dengan jarak tempuh lebih jauh.

fushian5

May Fourth Square

4 Mei 1919 adalah tanggal dimana para pemuda China melakukan aksi demo besar-besaran di Beijing memprotes pemerintah yang lemah dalam merespon “Treaty of Versailles“, yaitu tanda berakhirnya perang dunia dan penjajahan Jerman di China, tetapi kemudian dilanjutkan dengan penjajahan Jepang. Ini mah keluar mulut buaya lanjut masuk mulut singa yaaa.

Dan untuk memperingati gerakan tersebut, dibuatlah monumen merah yang sekarang menjadi icon kota Qingdao. Lokasinya di dekat Fushan Bay dan wilayah perkantoran pemerintah.

mayfourth

Yang serunya banyak orang yang membawa keluarga ke taman di sekitar monumen. Mereka sekedar duduk-duduk di rumput dan menemani anak-anak bermain layangan atau otopet. Saya juga gak mau kalah dong, ikut main layangan.

mayfourth1

Hasil ngotot nawar saya dapat layangan cumi-cumi besar terbuat dari bahan parasut yang bisa dilipat kecil seharga 80rb rupiah saja. Termasuk tas dan alat gulung benangnya. Lumayan untuk main sama Rafa dan Fayra di lapangan komplek rumah. Hehehe

mayfourth2

Ketauan kan, masa kecil saya lebih fasih main layangan daripada main boneka. Hahaha

Huangdao Golden Beach 

Pantai ini terkenal karena warna pasirnya yang agak ke-emas-an, karena itu lah disebut Golden Beach. Kebetulan lokasinya tidak jauh dari pabrik yang saya kunjungi. Kami kesini saat jam makan siang tiba. Teman-teman makan di restoran seafood di pinggir pantai, sementara saya foto-foto aja dan memilihkan hewan laut yang akan disantap mereka.

huangdao1

Sayangnya walo pemerintah menyediakan banyak tempat sampah, tetap saja pengunjung membuang sampah sembarangan. Maafkan kamera ipon saya yang tidak bisa menangkap dengan jelas warna pasirnya. Padahal aslinya jauh lebih indah dari foto nya dan benar-benar warna pasir nya agak ke-emas-an loh.

Cuaca jam 1 siang di sini masih berkabut seperti layaknya jam 6 pagi di BSD.

huangdao2

Papan peringatan badai pun dibuat untuk mengingatkan pengunjung yang akan memasuki kawasan pantai. Maklum di musim panas seperti ini, sering terjadi hujan dan angin topan. Jadi demi keselamatan pengunjung, peringatan wajib diberikan.

huangdao3

Seperti layaknya pantai lain yang banyak pengunjungnya, sudah pasti akan dipenuhi juga dengan pedangang. Hehehe

huangdao4

Saya tidak lama berada di pantai ini, belum berjalan sampai ke ujung nya yang terlihat dari jauh seperti taman bermain besar lengkap dengan roller coaster. Sayangnya saya harus kembali ke pabrik untuk melanjutkan inspeksi produksi.

Beijiushui River Laoshan

Tempat ini sudah saya ceritakan di postingan sebelumnya yaaa.

laoshan19

Laoshan Scenic Area

Sama udah diceritakan juga sebelumnya disini.

laoshan21

Beer Festival

Qingdao sangat terkenal dengan produk bir nya. Teman-teman saya kalau ke sini pasti cari bir merek lokalnya. Mau makan apapun, minum nya pasti bir. Saya lupa mereknya apa. Yang pasti setiap tahun selalu diselenggarakan International Beer Festival di bulan Agustus. Tahun 2013 ini jatuhnya pada tanggal 10-25 Agustus. Hotel tempat saya menginap juga sudah mempersiapkan festival ini dengan menghias lobby nya.

qingdao21

Kota ini juga memiliki Beer Museum, sayang nya saya tidak ada waktu berkunjung ke sana. Penasaran mau tau sejarah dan cara pembuatannya.

——–

Meski cuma berkunjung 3 hari (ditambah 2 hari perjalanan), saya bersyukur memiliki waktu untuk melihat secara langsung tempat yang saya sebutkan di atas. Masih ada beberapa tempat yang belum saya kunjungi, dan saya pingin banget foto-foto gedung tua dengan arsitektur Eropa di dalam kota. Insya Allah kalau Oktober jadi ke sana lagi, saya akan melanjutkan petualangan ke tempat-tempat lain yang belum saya kunjungi bulan lalu.

Doakan saya sehat dan jadi ke sana yah, biar nanti saya bagi cerita nya disini. Hehehe

Semua tulisan saya tentang China bisa dilihat disini

Naik Gunung Laoshan

Naik Gunung Laoshan

Ketika menerima berita bahwa jadwal produksi mundur menjadi Senin siang, sebenarnya saya agak kecewa juga. Tapi di satu sisi menjadi berkah tersendiri, karena artinya saya punya waktu untuk explore kota Qingdao. Kebetulan hari itu saya memutuskan untuk tidak berpuasa karena baru menempuh perjalanan nyaris 24 jam dan sampai hotel sudah waktu subuh (jam 3 pagi).

Hari Minggu, 14 Juli 2013, setelah makan siang saya ditawari untuk jalan-jalan ke Gunung Laoshan. Saya pernah melihat review tempat ini di TripAdvisor dan tertarik untuk melihatnya langsung.

Ternyata gunung ini sangat luas dan memiliki 3 titik untuk menuju ke atas nya. Setelah berdiskusi dengan teman-teman, kami memutuskan untuk naik ke gunung Laoshan dari titik yang menuju Beijiushui River Laoshan dan Chaoyin Waterfall atau biasa disebut West Gate. Titik ini juga disebut sebagai Central Line. Perjalanan dari tengah kota Qingdao menuju Loashan pintu barat ini menempuh waktu 40 menit.

Selama perjalanan, kami disuguhkan pemandangan yang luar biasa seperti tampak pada foto di bawah ini: laoshan5

Untuk masuk melalui Beijiushui ini, dikenakan biaya 50 yuan per orang untuk periode 1 April sampai 31 Oktober. Sementara kalau kesini dalam periode 1 November sampai dengan 31 Maret, akan dikenakan biaya 30 yuan per orang. Begitu sampai di parkiran, saya langsung melihat peta untuk membayangkan tracking route yang harus ditempuh:

laoshan1

Huuwwwaaa … jauh amat yah air terjun nya. Titik paling ujung di peta ini harus ditempuh dengan jarak 6.500 meter.Tapi udah sampai sini, rugi kalo gak dijabanin dong. Saya juga udah pake kostum yang nyaman, jeans + kaos + sepatu outdoor yang water and snow proof. Gaya jilbab pun biar gak ribet, cuma saya gulung-gulung ke atas tanpa jarum dan peniti. Kata hijabers sih model tulban, kalo kata teman-teman saya itu model a’a Gym. Hahahaha

laoshan2

Saya salut dengan pemerintah China yang memajukan industri pariwisata dengan belajar banyak dari Singapore. Sampai jadi topik berita di Forbes juga loh. Kebetulan saya baca di dalam pesawat menuju kesana. Hihihihi. Walaupun judulnya naik gunung alias tracking menuju air terjun di gunung Laoshan, jangan dibandingkan dengan perjalanan menuju air terjun Gunung Gede Pangrango yah. Etapi saya ke gunung Gede itu jaman STM ding, gak tau sekarang udah jauh lebih bagus atau masih sama kek dulu.

Di gunung Laoshan, walau perjalanannya jauh dan menanjak lumayan curam, pemerintah sudah membuat jalur tracking yang sangat bagus dan terawat kebersihannya.

laoshan4

Setiap 300 – 500 meter kita bisa menjumpai tempat sampah dan toilet yang bersih. Tapi ingat yaa, cuma di Indonesia yang toiletnya dilengkapi air mengucur berlimpah. Kalau di luar Indonesia, biasanya toilet kering saja yang hanya menyediakan tisu tanpa air kran. Karena itu saya selalu membawa botol plastik kosong yang biasanya saya isi air di wastafel sebelum masuk ke dalam bilik toilet, sebagai bekal membasuh organ penting *ups..maaf*.

laoshan3

Perjalanan ke atas menuju air terjun, menempuh waktu kurang lebih 2 jam. Tapi sepertinya kami menempuh 3-4 jam deh, soalnya sebentar-sebentar berhenti untuk foto dan istirahat. Penuaan itu nyata dan jompo itu berasa yaaa. Hahahaha

laoshan8

laoshan7

Subhanallah … pemandangan di sini benar-benar luar biasa. Udaranya juga sejuk walau masih musim panas. Sulit dilukiskan dengan kata-kata deh. Pokoknya saya sangat menikmati ciptaan Sang Maha Kuasa yang spektakuler ini.

laoshan6

Untuk menuju air terjun, perjalanan dilakukan dengan menyusuri pinggiran sungai Beijiushui. Sayangnya karena kami kesana musim panas maka air sungai sangat kering. Tapi malah menonjolkan batu-batu putih bersih di dalam sungai itu sendiri sih. Batu-batunya besar-besar banget. Saya jadi teringat foto-foto pemandangan di Bangka Belitung yang penuh dengan batu putih besar juga. Semoga suatu hari nanti saya juga bisa menikmati pemandangan Bangka Belitung secara langsung.

laoshan9

Kata teman-teman, gaya saya pada foto di atas dan bawah ini terlihat sangat abang-abang. Macam anak STM mo nantangin berantem. Mosok sih?

laoshan10

Giliran saya bergaya manis sedikit seperti foto di bawah ini, dibilang gak pantes. Gak cocok ama sepatu katanya.

laoshan11

Tukang fotonya kok bawel-bawel amat yaaaaa. Nasib perempuan sendiri nih. Udah dijadikan objek, eh masih juga dikomentarin melulu. Petunjuk arah di gunung Laoshan ini sangat lengkap dan informatif. Semua ditulis dalam 2 bahasa : China dan Inggris.

laoshan12

Perjalanan terberat itu 500 meter terakhir. Medan nya benar-benar curam dan nanjak terus. Pantes banyak yang jual tongkat di pintu masuk tadi. Tau gitu ikut beli juga kan.

laoshan13

Saya pun sibuk bertanya ke sang pemandu “are we there yet?

laoshan14

Air terjun yang dinanti-nanti pun akhirnya tiba di depan mata. Sayangnya sekali lagi karena musim panas, air yang mengalir sangat sedikit. Meski tidak mengurangi keindahannya.

laoshan15

Powwassss banget deh. Dan tentunya males untuk turun ke bawah. Hahahaha Begitu melihat jam tangan, eh udah hampir jam 6 sore. Khawatir gelap saat perjalanan turun. Mengingat kami butuh waktu hampir 2 jam untuk turun, jadi buru-buru jalan lagi deh. Baju kami pun sukses basah kuyup oleh keringat. Sampai tempat parkiran lagi pas menjelang matahari terbenam, nyaris jam setengah delapan malam.

laoshan16

Foto-foto di atas adalah hasil karya saya dan teman-teman tersangka di bawah ini:

laoshan17

Demikian lah liputan pandangan mata dari salah satu sisi gunung Laoshan. Semoga suatu hari nanti saya bisa kembali ke sini dan menyusuri sisi lainnya. Penasaran dengan pintu lain menuju Kuil tempat pendeta Laozi atau terkenal dengan nama Lao Tse atau Tao Te Ching, saat mempelajari ajaran agama Tao. Masih ada 2 jalur lain yaitu The Southern Line dan The Eastern Line yang wajib dikunjungi.

laoshan18

Eh kenapa berangkat ke gunung Laoshan setelah makan siang? Karena pagi nya kami jalan-jalan menyusuri pantai sekitar hotel dan menuju tugu May-Fourth.

Tempat apakah itu? Nantikan posting berikutnya yaaaa *semoga belum bosen*

Semua tulisan saya tentang China bisa dilihat disini

Sekilas Kota Qingdao

Sekilas Kota Qingdao

Lanjut postingan tentang Qingdao yaaa.

Kota ini berada di Timur China dan berlokasi di pesisir pantai. Kota ini tidak besar dan sejauh mata memandang …. kita akan melihat hamparan pantai yang indah.

petaqingdao

Pantai di Qingdao

Lihat peta di atas, pantai semua kan?

Posisi A adalah letak hotel tempat saya menginap di wilayah Qingdao.

Posisi B adalah letak pabrik yang harus saya kunjungi di wilayah Huangdao.

Perjalanan dari titik A ke B memakan waktu sekitar 45 – 60 menit menggunakan mobil dengan memotong jalan melalui tunel bawah laut.

qingdao19

Dari hotel saya tinggal menyebrang jalan raya dan berjalan kaki sekitar 5-10 menit untuk menuju pantai.

Lokasi kantor HQ juga berada di pinggir pantai. Karyawan di sini, suka menyebrang jalan raya di depan kantor untuk nongkrong di pantai menghabiskan waktu istirahat setelah selesai makan siang.

Pabrik yang berada di wilayah Huangdao juga dekat sekali dengan pantai. Teman-teman mencari tempat makan siang di pinggir pantai juga. Lumayan untuk menyegarkan mata dari tumpukan pekerjaan rutin harian.

Walaupun dekat pantai dan angin laut berhembus lumayan kencang, udara di sini tidak panas. Jangan bandingkan dengan udara di kawasan Ancol yah. Meski masuk musim panas dan perkiraan suhu sekitar 27-32 derajat celcius, saya tidak pernah keringetan loh.

Matahari terbenam juga hampir jam setengah delapan malam. Jadi orang-orang yang pulang kerja jam 17:30, bisa ke rumah dulu untuk menjemput keluarga dan mengajak mereka ke pantai menunggu sunset. Gak heran kalo pantai selalu penuh dengan manusia walau jam sudah menunjukan pukul 7 malam. Wong langit masih terang juga jam segitu. Udah gitu, mereka cuek aja loh jalan kaki udah pake baju renang dari rumah menuju pantai.

Jiaozhou Bay Tunnel

Untuk menuju Hangdao dari Qingdao sebelum ada terowongan bawah laut, kita harus melalui pinggiran pantai muter ke atas. Perjalanan bisa memakan waktu total 3-4 jam. Tapi setelah ada tunnel sepanjang kurang lebih 6KM, kita cukup menempuh 40-60 menit saja.

qingdao17

Konstruksi tunnel ini mulai dibangun akhir 2006 dan baru selesai 5 tahun kemudian. Dibuka untuk umum sejak Juli 2011. Untuk bisa masuk ke dalamnya, setiap mobil harus dilengkapi dengan alat pembayaran otomatis yang ditempel di kaca depan. Sistem pembayarannya ada 2 pilihan: paska bayar dan prabayar. Tentunya untuk prabayar, pengemudi bisa mendapatkan harga lebih murah dari paska bayar. Sekali lewat dikenakan biaya 20 yuan.

Makanan di Qingdao

Karena posisinya yang berada di pinggir pantai, sudah tentu makanan utama kota ini segala yang berbau laut. Baru kali ini loh saya ke China tanpa harus khawatir soal makanan. Qingdao itu surga nya seafood deh.

qingdao18

Semua resto menawarkan seafood dengan beragam jenis dan ukuran. Saya takjub dengan ukuran kerang dara di sana … ada yang lebih besar dari ukuran henpon saya loh. Kebanyakan mereka masak dengan cara direbus atau dibakar. Meski ada juga yang ditumis dengan aneka bumbu. Udang rebus tanpa bumbu apapun, bisa terasa manis sekali dan kulitnya kriuk macam digoreng dalam minyak banyak. Cukup saya cocol dengan saos sambal juara produksi Indonesia, nikmat banget di mulut.

Makanan Halal di Qingdao

Dari 10 juta penduduk Qingdao, terdapat sekitar 1.000 umat muslim di sana. Saya menemukan beberapa resto muslim dari hasil gugling dan mengunjungi salah satunya, yaitu MaJia Hotpot Restaurant.

majia1

MaJia ini ada 4 lokasi. Saya gak tau deh dibawa ke cabang yang mana. Foto di atas adalah penampakan luarnya. Begitu masuk ke dalam, kita langsung melihat jejeran aneka makanan mentah dan binatang laut yang masih hidup. Tinggal pilih mana yang mau kita makan, nanti pelayan akan menyajikan di meja kita. Kalau di Indonesia, mungkin semacam restoran Hanamasa atau Itasuki gitu deh. Tapi kalo resto hotpot di Indo, saya gak pernah melihat binatang laut hidup nya. Karena tidak segar, rasa di mulut nya juga beda.

majia2

Setiap pengunjung akan diberikan 1 alat masak kecil yang sudah diisi air kaldu ikan dan dilengkapi dengan beberapa biji-bijian sebagai bumbu. Saya cuma mengenali kurma dan biji pala, selain itu gak ngerti biji-bijian lainnya apaan. Untuk saosnya disajikan secara lengkap di dalam mangkok-mangkok kecil. Dari yang cuma campuran kecap asin + potongan cabe rawit, saos berbumbu tauco, saos kacang, dan lain-lain.

majia3

Karena MaJia merupakan resto muslim, seluruh karyawan pria di sini menggunakan peci putih di kepalanya. Kalau yang perempuan sih standar, hanya kemeja dan rok sedengkul. Saya tidak melihat yang berjilbab di antara mereka.

Bentuk Bangunan

Konon wilayah Qingdao ini dulunya pernah dijajah Jerman selama kurang lebih 16 tahun. Setelah Jerman pergi, Qingdao dijajah Jepang selama 8 tahun.
qingdao16

Tidak heran kalau berada di kota ini, kita seperti berada di Eropa. Banyak yang bilang kalau Qingdao itu “red tiles green trees, blue sky and blue sea“. Beneran loh, bangunan di sana kebanyakan berwarna merah, masih banyak pepohonan hijau, langit berwarna biru cerah dan tentunya hamparan pantai dengan air laut yang biru.

Sayangnya saya tidak bisa foto-foto bangunan dari dekat. Padahal saya melewati banyak bangunan keren yang sangat eropa sekali, terutama di wilayah Shinan. Diantaranya:

  • Gereja Katedral St. Michael
  • Bekas gedung administrasi pemerintah Jerman yang sekarang dijadikan museum
  • Stasiun kereta api
  • Jejeran villa di sekitar Badaguan

Oleh-oleh

Saya bingung ketika mencari buah tangan yang bisa saya bawa pulang untuk teman-teman di kantor. Saya hanya melihat kerajinan tangan dari kerang-kerangan atau benda berbetuk hewan laut. Selain itu makanan khas sini berupa aneka abon dari binatang laut, dari mulai abon ikan – udang – cumi.

qingdao20

Kalau cuma kek gitu doang, gak ada bedanya sama oleh-oleh dari Green Canyon – Anyer – Cirebon – Tuban dan kota pantai lainnya di Indonesia. Males beli nya lah yaaaa. Gak unik dan kurang “China” aja menurut saya.

Mundurnya jadwal produksi, membawa berkah tersendiri untuk saya. Waktu yang tersisa, saya gunakan untuk naik gunung bersama teman-teman.

Aaahhh udah gila lo, de! Beneran naik gunung?

Asli beneran … gak boong!

Tunggu posting berikutnya yaaaaa.

Semua tulisan saya tentang China bisa dilihat disini