Browsed by
Category: Saudi Arabia

Memilih Travel Agent Umroh

Memilih Travel Agent Umroh

Sejak saya posting cerita tentang persiapan dan perjalanan Umroh bulan Maret lalu, saya menerima beberapa email dan komen yang menanyakan tentang bagaimana cara memilih travel agent untuk ibadah ke tanah suci ini. Daripada bolak balik menjawab email dengan isi yang sama, jadi saya buat menjadi blog post disini saja yah.

Survey dan bandingkan LEBIH dari 1 travel agent

Sebaiknya kita membandingkan lebih dari 1 travel agent supaya bisa mendapat gambaran dengan lengkap tentang kelebihan dan kekurangan masing-masing agent. Kami survey beberapa travel agent dari 4 bulan sebelum keberangkatan (survey Nov 2011, padahal berangkat Mar 2012). Survey kami lakukan dengan tanya ke orang-orang yang sudah pernah pergi, cari info di web, telpon dan tanya langsung ke travel agent, datang ke pameran haji/umroh, sampai datang langsung ke travel agentnya.

Survey ini kita lakukan untuk mengetahui:

  • Harga Paket
  • Harga paket umroh itu beragam, dari mulai $1,200 sampai $2,500. Biasanya harga yang ditawarkan dalam bentuk dolar amerika. Pembayaran bisa dilakukan dalam dolar amerika maupun rupiah dengan menggunakan kurs pada saat pembayaran dilakukan. Ada juga sih travel agent yang langsung memberikan harga dalam bentuk rupiah, berkisar dari 12 – 25jt. Harga menengah sekitar 15-18jt.

  • Jumlah Hari
  • Sebenarnya umroh bisa dilakukan dalam 1 hari saja. Karena ibadah yang wajib dilakukan hanya bertempat di Masjidil Haram – Mekah. Tapi perjalanan ibadah ini kan tidak hanya dilakukan untuk memenuhi yang wajib, kita juga akan diajak napak tilas perjalanan nabi dan para sahabat dalam menyebarkan agama Islam. Karena itu kita akan melaksanakan ibadah tambahan di Madinah. Sehingga perjalanan yang akan ditempuh Jeddah – Madinah – Mekah, dengan perjalanan pesawat yang memakan waktu 10 jam maka minimal ibadah ini dilakukan dalam waktu 9 hari.

    1 hari perjalanan dari Indonesia ke Jeddah

    1 hari di Jeddah

    3 hari tinggal di Mekah

    3 hari tinggal di Madinah

    1 hari perjalanan pulang ke Indonesia

    Kalau yang lebih dari 9 hari, biasanya sudah termasuk paket jalan-jalan ke negara tetangga. Ada yang membuat paket umroh + Dubai, ada paket umroh + Turki, ada paket umroh + Qatar, dan lain-lain. Semakin lama perjalanan, maka biayanya semakin mahal.

  • Jadwal Keberangkatan
  • Biasanya travel agent sudah mempunyai jadwal umroh selama 1 tahun. Jadi kita bisa menentukan ikut yang tanggal berapa. Perhatikan musim liburan, karena biaya akan meningkat pesat pada saat liburan.

    Awal Tahun, biasanya biaya murah. Terutama saat Masjidil Haram dibuka setelah tutup untuk ibadah haji. Diawal-awal pembukaan ini biasanya travel agent menawarkan paket dengan harga <$1700.

    Tengah Tahun, biasanya mahal. Meski tengah tahun dikenal dengan musim panas, tapi karena bertepatan dengan libur sekolah (summer break) maka banyak orang yang memilih umroh bersama keluarga di musim liburan ini. Pada tengah tahun biasanya travel agent menawarkan paket dengan harga $1800 – $2500. Kalau paketnya digabung dengan jalan-jalan ke negara tetangga (dubai, qatar, abu dhabi, turki, mesir, dll), maka harga bisa melambung sampai $3000.

    Ramadhan, paling mahal. Udah jelas dong yah kenapa Ramadhan paling mahal, tentunya karena banyak orang yang ingin mendapatkan pahala berkali lipat dengan melakukan ibadah suci di bulan suci. Apalagi kalau ikut jadwal 10 hari terakhir ramadhan, harga paket bisa mencapai $2000 – $2500 loh. Dan Masjid Nabawi + Masjidil Haram dijamin luber jamaahnya. Konon katanya jumlah jamaah sudah menyerupai musim haji.

  • Maskapai penerbangan
  • Tanyakan ke travel agent mengenai maskapai penerbangan yang akan digunakan. Ada beberapa airlines yang biasanya digunakan, baik maskapai lokal (Garuda, Batavia, Lion, dll) maupun internasional (Saudi, Emirates, Turkish, Qatar, dll). Orang punya preference tersediri untuk maskapai penerbangan, terlebih untuk orang-orang yang sudah sering berpergian menggunakan pesawat terbang. Contohnya suami saya, karena sudah mencoba banyak penerbangan ke berbagai belahan dunia … menjadi sangat pemilih dalam menentukan maskapai yang akan digunakan. Kalau saya traveling tidak sesering beliau, jadi pasrah sama yang beliau pilih saja. Hehehe

  • Akomodasi
  • Tempat menginap yang digunakan oleh travel agent akan tercermin dari biaya paket yang ditawarkan.

    Semakin mahal, maka hotel yang digunakan akan semakin banyak bintangnya dan lokasinya sangat dekat dengan mesjid Nabawi + Masjidil Haram. Biasanya hotel yang digunakan bertempat di depan pintu mesjid, kita hanya butuh jalan kaki maksimal 500 meter saja untuk sampai di mesjid. Jumlah orang dalam 1 kamar juga menentukan harga paket, kalau 1 kamar ditempati kita sendiri atau maksimal berdua maka harganya juga lebih mahal.

    Semakin murah, maka bisa jadi bukan hotel yang digunakan melainkan hostel atau apartemen. Dan biasanya lokasi penginapan ini akan jauh dari tempat ibadah. Kita harus berjalan kaki lebih dari 1 KM, atau bisa jadi harus naik bus atau taxi untuk mencapai mesjid. Jumlah orang dalam kamar bisa mencapai 4 sampai 6 orang. Ada juga yang kondisinya 8 orang dalam 1 kamar, dengan kamar mandi diluar kamar.

    Kami pribadi menghindari hotel yang jauh dari mesjid. Bukan karena gak bisa tidur di hotel murah yah, melainkan sayang tenaga dan waktu. Semakin jauh jarak penginapan ke mesjid, biasanya kita akan semakin malas mondar mandir ke mesjid. Atau kalau gak mau repot mondar mandir, biasanya tinggal di mesjid lebih lama untuk melakukan beberapa sholat sekalian. Misalnya berangkat ke mesjid menjelang dzuhur, dan baru kembali ke hotel setelah magrib. Dengan begini maka badan akan lebih capek, karena tidak bisa istirahat maksimal diantara waktu sholat dan sayang banget sholat isya jadi dilakukan di hotel.

    Jadi kami mencari travel agent yang memberikan akomodasi dengan radius jarak 100-200 meter dari mesjid, supaya bisa menjalankan sholat 5 waktu berjamaah di mesjid ditambah dengan dhuha dan tahajud. Kami masih bisa pulang setelah dzuhur untuk tidur atau goleran di kasur sebentar, dan balik lagi ke mesjid untuk sholat ashar. Sehingga uang yang dikeluarkan, jarak yang ditempuh dari tanah air, tenaga yang bisa dihemat … tidak sia-sia ketika kita bisa memaksimalkan ibadah selama di tanah suci.

  • Konsumsi
  • Makanan yang dimakan dan lokasi tempat makan juga mempengaruhi harga paket. Ada travel agent yang menawarkan makan prasmanan di restoran hotel, tetapi ada juga yang memberikan nasi box dibagikan ke kamar masing-masing. Ada lagi yang mengajak jamaah makan di foodcourt mall, yang biasanya berlokasi 1 gedung dengan hotel.

    Menu makanan nya yang beragam, tentu mempengaruhi harga paket. Ada travel agent yang menjanjikan full makanan indonesia, ada juga yang kombinasi dengan makanan lokal (kebab, nasi kebuli, dll). Jadi sebaiknya tanyakan tentang hal ini saat kita survey ke travel agent.

  • Transportasi
  • Penting banget nih transportasi selama kita berada di tanah suci. Ada pengalaman seorang teman, yang harus menunggu hampir 1 jam di pinggir jalan karena ternyata travel agent nya belum mendapatkan bus untuk digunakan rombongan jamaah. Ada kerabat yang mengeluh bus yang digunakan travel agent nya sering mogok, banyak waktu yang terbuang untuk menunggu perbaikan bus atau menunggu bus pengganti.

    Travel agent terpercaya biasanya sudah memiliki kontrak dengan pengusaha transportasi setempat, jadi saat jadwal keberangkatan sudah ada bus yang standby dan bisa digunakan selama jamaah disana.

  • Jatah Umroh
  • Coba tanyakan berapa jatah umroh yang diberikan oleh Travel Agent. Ada yang menjawab 1x, ada juga yang menjawab 2x.

    Kalau jatah umrohnya 1x, maka kita akan diantar dan dibimbing umroh sekali saja. Lebih dari itu kita harus keluar Mekah sendiri. Menuju tempat miqat, kita harus cari taxi atau naik bus sendiri.

    Kalau bisa cari travel agent yang memberikan jatah umroh 2x. Siapa tau umroh pertama dirasa belum maksimal atau ada hambatan, kita bisa melakukan umroh kedua tetap dibimbing oleh pengurus travel agent. Atau mungkin umroh pertama kita sukses, tapi kita mau melakukan umroh lagi dengan diniatkan nama keluarga (mengumrohkan orang lain).

————–

Setelah membandingkan beberapa poin diatas, saya dan keluarga (kami berangkat ber 5) memutuskan untuk menggunakan ALISAN Travel. Beberapa kerabat pernah mencoba agen ini, dan alhamdulillah belum ada yang memberikan komentar negatif selama pelaksanaan ibadah di tanah suci.

Pengalaman kami menggunakan Alisan:

  • Maskapai yang digunakan Saudi Airlines
  • Menginap di hotel bintang 5 yang lokasinya di depan pintu masjid Nabawi dan masjidil Haram
  • Jatah umroh 2x, tapi kalau kita mau tambah ada pembimbing yang bersedia mengantar
  • Makanan berlimpah dengan menu makanan Indonesia
  • Bus selalu standby di depan hotel, sebelum jamaah berkumpul
  • Pembimbingnya sangat ramah, helpful, dan sangat memperhatikan seluruh jamaah
  • Ada pembimbing perempuan untuk mengawal ke Raudah (ini penting dan tidak semua travel agent menyediakan pembimbing perempuan)

Hotel di Jeddah –> Hotel Read Sea Palace

Hotel di Madinah –> Hotel Alharithyah:

Hotel di Mekah –> Hotel Dar Al-Ghufran:

Posisi hotel di Mekah

Bus yang digunakan:

Kekurangan yang saya rasakan hanya dijadwal pelaksanaan saja. Kami mendapat jadwal Jeddah – Madinah – Mekah. Artinya ibadah yang utama dan wajib dilakukan terakhir. Jadi tenaga sudah habis kami gunakan selama di Madinah, begitu melaksanakan yang wajib di Mekah harus terus memotivasi diri supaya semangat tidak menurun.

Mungkin ini salah kami juga karena terlalu nge-gas diawal, terlalu semangat dan berusaha sangat maksimal di Madinah … jadi begitu sampai Mekah udah mulai kehabisan tenaga. Maklum baru pertama kali, belum punya pengalaman kondisi lapangan di sana bagaimana. Jadi salah strategi deh.

Yang ideal sebaiknya ambil rute Jeddah – Mekah – Madinah. Lebih lega rasanya kalau yang wajib sudah kita tunaikan, di Madinah tinggal melaksanakan yang sunah sesuai dengan sisa tenaga dan kemauan diri saja.

Berikut informasi tentang Alisan:

Jl. Asem Baris Raya No. 126/3, Kebon Baru
MT Haryono – Jakarta Selatan 12830
Email : info@pt-alisan.co.id
Phone: 6221-8301010

————–

Mohon maaf saya tidak bisa memberikan informasi untuk perjalanan umroh perorangan tanpa travel agent, karena memang belum pernah mencoba.

Informasi diatas murni saya tulis berdasarkan pengalaman pribadi dan tidak dibayar oleh travel agent yang saya tulis.

Semoga bermanfaat.

Seluruh posting tentang Umroh dan persiapannya bisa dibaca disini: http://www.masrafa.org/category/jalan-jalan/umroh/

Umroh part 5 – Sisa Cerita

Umroh part 5 – Sisa Cerita

Banyak orang bilang, kalau kita mungkin akan mengalami hal-hal ‘ajaib’ selama di Tanah Suci. Hal ini kadang membuat orang takut untuk berangkat, karena takut perbuatannya di tanah air akan berdampak ke dirinya saat berada disana. Sudah jelas dong, yang takut itu pasti karena perbuatan jeleknya. Kalau yang berbuat baik mah, pasti percaya diri aja kebaikan akan datang juga.

Saya sendiri gimana?

Pasrah aja lah hehehehe

Beratnya Umroh ke 2

Walau saya tidak mau memaksakan diri dalam menjalankan ibadah ini, tapi saya bertekad untuk bisa maksimal dan memanfaatkan waktu sebaik-baiknya. Makanya ketika travel agent memberikan jadwal untuk umroh tambahan, saya berdiskusi dengan pakde dan janjian siapa mau meng-umroh-kan siapa. Takutnya kami meng-umrohkan orang yang sama, sayang waktu dan tenaga aja sih.

Umroh ke 2 pakde, didedikasikan untuk ayahnya yaitu kakek saya. Umroh ke 2 saya, didedikasikan untuk ibunya mami dan pakde yaitu nenek saya. Saya belum pernah bertemu dengan kakek, jadi takut gak dapat ‘feel’ nya kalau mengumrohkan beliau.

Sementara kalau nenek, saya pernah tinggal bersamanya beberapa bulan menjelang akhir masa hidupnya. Saya cukup dekat dengan nenek dan mendampinginya ketika beliau menyatakan ke-Islam-annya. Sebelumnya keluarga mami memang menganut Katolik. Nenek saya pun rutin menjalankan ritual kejawen. Primbon, kemenyan dan sajen adalah hal-hal penting diseputaran hidupnya.

Alhamdulillah sekitar 5-6 bulan sebelum meninggal, nenek memilih Islam sebagai jalan hidupnya. Kejawen pun ditinggalkannya. Beliau aktif ikut pengajian dan belajar iqra. Hari terakhirnya diawali dengan mandi keramas (rambut panjangnya hampir menyentuh belakang dengkul), kemudian masak banyak yang dibagikan ke tetangga juga minta diantar membeli karpet untuk mesjid dekat rumah. Saya yang tinggal dirumahnya sempat heran dengan kejadian ini, tapi tidak berpikir yang lain … cuma fokus membantu beliau saja sampai mengantarkan masakan ke tetangga. Malam itu saya ijin pulang ke rumah orangtua, tapi ternyata malam itu juga nenek ‘pergi’ ketika saya tidak disampingnya. Hiks.

Makanya ketika ada kesempatan umroh ke 2, saya memilih nama beliau untuk saya umrohkan.

Karena sudah ada pengalaman umroh pertama, seluruh prosesi berjalan lancar sampai … ibadah Sa’i (jalan dari Safa ke Marwah dan sebaliknya sebanyak 7x). Saat perjalanan ke 3, kaki kiri saya sakit sekali. Rasanya seperti ketusuk beling. Saya jalan terseok-seok. Sampai diujung marwah, saya minta pak Ustadz berhenti sejenak. Saya cek kaki saya dengan membuka kaos kaki, tidak ditemukan pecahan kaca/beling, tapi begitu kaos kaki saya pakai … sakitnya datang lagi. Berhubung tidak enak dengan anggota group yang lain, saya paksakan jalan lagi walau terseok-seok sampai ujung Safa. Saya cek lagi kondisi kaki dan kaos kaki, tidak ditemukan juga. Saya juga mikir, bagaimana mungkin ada pecahan kaca atau beling di lantai marmer dalam kawasan Masjidil Haram. Saya lanjutkan jalan lagi, saat melewati pintu yang menghadap Ka’bah saya istighfar 5x sambil berdoa dalam hati “Ya Rabb, ampunilah segala dosa almarhumah. Jadikanlah ibadah umroh yang saya lakukan ini, tercatat sebagai bagian amal ibadah beliau

Subhanallah … ilang loh sakitnya!

Saya bisa melanjutkan sampai perjalanan ke 7 dengan lebih baik.

Waktu saya cerita ke mami, langsung deh komentar “mungkin karena dulunya mbah mu suka hal-hal klenik, yah

Wah gak ngerti deh. Saya gak berani berasumsi apa-apa. Yang penting saya sudah niat umroh atas nama almarhumah, dan berusaha menjalankannya sepenuh hati saya. Semoga Allah mengampuni dosa kami dan menerima ibadah tsb. Amin ya Rabb.

—————-

Ustadz Palsu


Ini sebenarnya buka aib sih, tapi gak papa lah … bukan aib saya *sungkem ke Masguh*. Hahahahaha

Masih berhubungan dengan ‘semua dibayar kontan di tanah haram” nih. Waktu kami ke kebun kurma – Madinah, bertemu sekilas dengan Ust. Yusuf Mansyur. Banyak teman dan saudara yang bilang kalo wajah Masguh mirip dengan beliau. Begitu bisa ketemu langsung, Masguh langsung mengejar Ust. YM yang sedang bergegas menuju bus. “Foto bareng ah, abisnya banyak yang bilang mirip” sayangnya gak kesampaian.

Begitu sampai di Mekah, saat sedang makan malam di restoran hotel … tiba-tiba Masguh disamperin oleh seorang ibu yang mengajak salaman “Apa kabar ustadz?

Masguh kaget tapi berusaha tersenyum “alhamdulillah baik, bu

Eh ibu itu pergi dan balik lagi membawa teman-teman rombongannya. Semuanya berebut minta salaman sama Masguh.

Ustadz yang waktu itu ceramah di Bukit Tinggi kan?

Saya pun bertatapan dengan sepupu saya sambil cekikian.

Masguh disangka Ustadz Yusuf Mansyur. Bwahahahahaha

Lagian ngejar-ngejar ustadz di Madinah, eh dibayar kontan di Mekah disangka beliau. Hahahahahaha

Coba liat deh, emang mirip gitu?

Seluruh posting tentang Umroh bisa dibaca disini: http://www.masrafa.com/category/jalan-jalan/umroh/

Umroh part 4 – Mekah

Umroh part 4 – Mekah

Baru aja postingan sebelumnya saya berjanji untuk menjaga kesehatan, ternyata 1 hari setelah saya update blog eeehhh saya sakit -_-

Jumat di hari lahir saya tsb kebetulan saya mengerjakan project di kantor sampai jam 8 malam, besok pagi nya harus menghadiri 2 rapat lagi mulai jam 8 pagi. Pulang kantor badan demam, lanjut diare. Lemas dan kliyengannya berlanjut sampai Selasa. Kaya’nya ini karena kecapekan akut (akumulasi dari Feb), sarapan telat dan salah tempat (warteg Wati – Sabang dicoret dari list).

Alhamdulillah sekarang sudah mulai pulih, mari kita lanjutkan cerita Umroh sebelum basi dan saya males nulisnya lagi  hehehe.

———————-

Ternyata upgrade kamar saya berlanjut sampai di Mekah. Beginilah tampak kamar kami di Hotel Dar Al-Ghufran:

Terletak di kompleks hotel tujuh menara Abdulaziz, dimana terdapat jam terbesar dunia yang memiliki empat sisi dengan ukuran diameter 43 meter. Tingginya mencapai 400 meter, pencakar langit kedua tertinggi dan terbesar di dunia. Sisi jam ini dihiasi lebih dari 90 juta keping mosaik kaca berwarna, pada setiap sisinya masing-masing menorehkan tulisan besar “Allah” yang bisa terlihat jelas dari seluruh Kota Mekah. Dibawah hotel ini terdapat mall (tempat belanja lengkap dengan food court).

Begitu keluar dari gedung hotel, langsung menghadap ke Masjidil Haram tepat di pintu 1. Begini lah pemandangan spektakuler dengan jarak 50 meter dari hotel:

Owh yah, hari pertama kami sampai di Mekah … tiba jam 9 malam. Kami sudah menggunakan pakaian Ihrom dari Madinah, dan mengambil miqat di Dzulhulaifah Bir Ali. Miqat adalah batas yang telah ditetapkan untuk memulai ibadah haji atau umroh. Di tempat miqat kita mengucapkan niat Ihrom/Haji. Walaupun sudah mandi ihrom, mengenakan pakaian ihrom dan sholat sunah ihrom 2 rokaat di hotel saat di Madinah, tapi niat diucapkan di tempat ini. Kami tidak berhenti di Bir Ali, hanya mengucapkan niat di dalam bus dalam keadaan terus berjalan menuju Mekah untuk menghemat waktu.

Niat yang diucapkan: “Labbaika Allahumma umratan” Aku sambut panggilan-MU ya Allah untuk berumrah

Setelah niat diucapkan, maka berlakulah larangan ihram:

  1. Melakukan hubungan seksual atau apa pun yang dapat mengarah pada perbuatan hubungan seksual
  2. Melakukan perbuatan tercela dan maksiat
  3. Bertengkar dengan orang lain
  4. Memakai pakaian yang berjahit (bagi laki-laki)
  5. Memakai wangi-wangian
  6. Memakai khuff (kaus kaki atau sepatu yang menutup mata kaki)
  7. Melakukan akad nikah
  8. Memotong kuku
  9. Mencukur atau mencabut rambut
  10. Memakai pakaian yang dicelup yang mempunyai bau harum
  11. Membunuh binatang buruan
  12. Memakan daging binatang buruan

Kami melanjutkan perjalanan sambil terus melafalkan Talbiyah: Labaik Allahumma Labaaik, labaaik Laa Syarika Laka Labaaik Inal Hamda Wan Ni’mata Laka Wal Mulka La Syarikalah … Kami memenuhi dan akan melaksanakan perintah-Mu ya Allah. Tiada sekutu bagi-Mu dan kami memenuhi panggilan-Mu. Sesungguhnya segala pujian, nikmat dan begitu juga kerajaan adalah milik-Mu dan tidak ada sekutu bagi-Mu.

Dan saya pun mulai mewek …

Kami sempat berhenti menjelang sholat magrib di tengah jalan. Tapi karena Masguh berpesan “toilet nya kaya di jaman peradaban lain ma, kalau kamu masih bisa tahan … jangan pipis disini” maka saya dan jamaah perempuan lain memilih menunggu di bus, sementara yang lain sholat magrib disini. Kebayang gak sih para cowok-cowok menggunakan baju ihrom selama 6 jam di bus. Kedinginan pastinya, sampai gak bisa tahan untuk segera pipis walau kondisi toilet ala kadarnya. Hehehe

Makanya begitu sampai hotel, selesai pembagian kamar di lobby … kami langsung menuju kamar masing-masing untuk melakukan sholat. Yang belum sholat magrib, melakukan jama’ takhir sekalian Isya.  Setelah itu kami makan malam, dan bersiap untuk Umroh.

Tepat jam 11 malam kami berkumpul di lobby. Rombongan kami yang berjumlah 80 orang, dibagi ke dalam 3 group. Untuk memudahkan pengawasan, setiap group dipimpin oleh mutawwif (orang Indonesia yang tinggal di Saudi). Saya dan keluarga masuk dalam group 1 yang paling dulu menuju Masjidil Haram.

Memandang Masjidil Haram dari luar saja, saya sudah terpukau. Begitu masuk ke dalamnya dan melihat Ka’bah tidak jauh dari diri kami … mulai menangis. Alhamdulillah ya Allah, atas rahmatMU kami bisa sampai disini. Kami memenuhi panggilanMU ya Rabb.

Kami memulai tawaf dari pinggir Hajar Aswat, selurusan dengan batas yang di tandai dengan lampu hijau di pinggir.  Dengan posisi pundak menghadap Ka’bah, kami mengangkat tangan sambil berniat tawaf dan mengucapkan “Bismillahi Allahu Akbar

Berjalan melakukan tawaf dengan mengelilingi Ka’bah sebanyak 7x, kami tak sanggup menahan tangis. Sejenak kami lupa dengan segala do’a yang sudah disusun. Kami hanya bisa memohon ampun, mengucap syukur dan melirihkan doa sapu jagat:

Rabbana atina fiddunya hasanah wafil akhirati hasanatawwaqina a’dza bannar … Ya Rabb, berilah kami kebaikan di dunia dan kebaikan di akhirat, serta selamatkanlah kami dari siksa neraka.

Setelah itu kami menuju maqam Ibrahim AS untuk sholat sunah 2 rakaat. Maqam adalah sebutan untuk tempat kedua kaki. Karena tempat itu adalah tempat dimana nabi Ibrahim As berdiri membangun Ka’bah, atau untuk menjalankan ibadah haji, atau berdakwah kepada umat manusia. Maqam Ibrahim diletak kan dalam rumah kaca di samping Mul tazam, Ka’bah. Warna Maqam Ibrahim menyerupai warna perunggu, agak kehitam-hitaman. Cetakan kaki Nabi Ibrahim terbuat dari besi. Adapun rumah kaca sengaja dibuat untuk menghindari kerusakan prasasti jejak kaki Sang Pembangun Ka’bah, Nabi Ibrahim AS.

Di lurusan multazam (dinding Ka’bah di antara Hajar Aswat dan pintu Ka’bah) kami melantukan do’a, konon ini adalah tempat yang paling mustajab untuk berdoa kepada Allah. Saat itu lah proposal hidup kami panjatkan … titipan doa saudara dan teman-teman kami sampaikan … semua masalah kami bisikan … semua harapan kami sebutkan.

Disini Masguh mengeluarkan catatan do’anya berupa selembar kertas A4 (dia memang lebih rajin, diketik dan di print loh).Waktu di Jedah, Masguh mengingatkan saya “katanya banyak teman titip do’a, sudah siap kertasnya? Mosok di depan Ka’bah kamu sibuk bacain doa teman dari arsip bbm sih”  Hehehehe betul juga. Akhirnya saya menyalin semua titipan do’a menggunakan kertas notes yang tersedia di kamar hotel, lumayan juga nulis manual 1 lembar kertas A4 bolak balik. Pegal tangannya … hehehehe

Pak Ustad sempat tersenyum sambil meledek “waaah… mau berdoa bawa contekan” Hahahaha gak tanggung-tanggung 2 lembar kertas A4 loohh. Yah daripada ada yang kelewat. Titipan doa kan amanah yang harus disampaikan. Dan saya lebih menerima titipan doa dari pada titipan barang. Jadi yang waktu itu titip doa lengkap dengan nama bin/binti siapanya, sudah saya bacakan yaaa.

Selesai berdoa, kami langsung melanjutkan Sa’i. Alhamdulillah ibu-ibu rombongan dari Padang yang bersama kami di group 1, semangat nya tinggi dan tenaganya kuat-kuat. Mereka biasa naik turun bukit di kampungnya, jadi hayuk aja diajak langsung Sa’i tanpa istirahat. 7x bolak balik dari Safa ke Marwah, dengan total jarak 2,8KM … lumayan juga loh. Kami selesai semua prosesi umroh pada pukul 1:30 dini hari. Baru deh melipir cari air zam-zam. Badan udah keringetan, walau sebenarnya malam itu lumayan dingin udaranya.

Senangnya bisa umroh bareng suami, karena kami selalu bergandengan saat tawaf dan sa’i. Sholat sunah dan duduk bersimpuh saat berdoa, juga berdampingan. Sampai ibu-ibu dalam group kami bilang “enak yah dek kalo abis nikah bisa langsung kesini bareng. Pengantin baru langsung bulan madu disini” hahaha iya bu, kami memang pengantin baru …. baru 13 tahun kok!

Tahalul adalah urutan terakhir dari rangkaian prosesi ibadah Umroh yang disimbolkan dengan memotong beberapa helai rambut. Dengan memotong rambut, tandanya berakhir sudah segala larangan ihrom. Rambut Masguh dipotong oleh ustadz, sementara rambut saya dipotong oleh Masguh. Untuk laki-laki disunahkan untuk menggunduli kepala. Tapi karena kami melakukan umroh 2x, Masguh menggunduli kepala nya setelah umroh yang terakhir selesai. Sebelumnya kami menerima info tempat cukur rambut yang murah (10 Riyal), tapi ada testimoni dari seorang bapak “kepala saya rasanya mau disembelih. Murah sih memang murah, tapi kasar banget tukang cukurnya“. Akhirnya Masguh memutuskan untuk cukur di barbershop dibawah hotel walau tarifnya 3x lipat. Tempatnya bersih, pisau cukurnya baru, petugasnya ramah dan kami tidak perlu jalan jauh.

Masjidil haram itu tidak pernah sepi. Jadi kalau mikir “tawaf jam berapa ya yang agak sepian?” … gak akan pernah terjadi. Hehehehe

Umroh pertama kami lakukan jam 11 malam – selesai jam 1:30. Kemudian kami tawaf lagi jam 8 nya, sebelum sholat dhuha. Umroh kedua kami lakukan ba’da dzuhur sekitar jam 2 siang. Meski mataharinya pamer dan lantai marmer memantulkan balik sinar (wajib pakai kacamata item deh kalo tawaf siang bolong gini), tetap aja rame tuh. Paling padat sih kalau tawaf abis ashar dan abis isya, ini waktu favorit banyak orang. Jadi akan penuh banget tuh sekitar ka’bah.

Foto diatas itu saya ambil ketika bubaran sholat dzuhur, dihalaman mesjid menuju hotel. Udah kaya bubaran sholat Ied di mesjid Istiqlal kan? Itu baru sholat dzuhur biasa loh. Untuk hari Senin dan Kamis, penuh luber saat magrib sampai isya. Karena banyak penduduk sekitar yang mengajak keluarganya untuk buka puasa bersama di Masjidil Haram. Begitu pun saat sholat jumat, saya yang datang ke mesjid 1,5 jam sebelum adzan (sekitar jam 10:30), udah kebagian di halaman aja gitu. Padahal kan panasnya ampuuunn, belum lagi debu karena di sekitar mesjid banyak pembangunan gedung bertingkat.

Penjagaan askar di Masjidil Haram tidak seketat di mesjid Nabawi. Bahkan disini disediakan plastik untuk tempat menyimpan alas kaki. Saran saya jangan menyimpan alas kaki di tempat penitipan, mending dibawa masuk ke dalam aja deh. Selain jauh, ribet juga kalau kita harus antri ambil titipan. Sementara jumlah jamaahnya seperti tampak pada foto diatas itu.

Masguh tidak mengeluarkan DSLR nya disini, kami juga tidak banyak foto-foto seperti yang dilakukan di mesjid Nabawi. Pokoknya disini fokusnya ibadah … ibadah … dan ibadah. Tiap malam sebelum tidur, wajib ngoles minyak angin ke betis deh soalnya pegal banget. Tetap deh ya… 3 hari rasanya kuraaaaanngg ajah.

Seluruh posting tentang Umroh dan persiapannya bisa dibaca disini: http://www.masrafa.com/category/jalan-jalan/umroh/

Umroh part 3 – Ziarah Madinah

Umroh part 3 – Ziarah Madinah

Selama 3 hari di Madinah, kami mendapatkan kesempatan untuk ikut half-day-tour. Judulnya sih “Ziarah kota Madinah”, mengunjungi lokasi yang menjadi tempat bersejarah bagi perjuangan Nabi Muhammad SAW.

”Ya Allah berilah kami kecintaan kepada Madinah seperti cinta kami kepada Mekah atau melebihinya”

Jujur saya lebih suka kota ini dibanding Mekah. Cuacanya lebih enak (lebih dingin), tata kota nya lebih rapih, penduduknya lebih teratur. Tapi Mekah menimbulkan kesan tersendiri yang bikin kangen juga sih. Sulit deh dilukiskan dengan kata-kata. Musti datang dan merasakan sendiri.

Rincian tempat yang akan kami datangi, sepertinya seragam untuk semua travel agent penyelanggara Umroh/Haji. Maksimal jarak dari pusat kota Madinah cuma 5-10KM aja. Makanya muter-muter dari waktu dhuha (jam 8an), balik hotel sebelum adzan dzuhur.

Mesjid Quba

Mesjid ini menjadi tempat Nabi Muhammad SAW pertama kali sholat Jumat setelah kepindahannya ke Madinah.  Mesjid ini masih terawat rapih. Sayangnya tempat yang diberikan untuk jamaah perempuan tidak seberapa luas. Musti bergantian dan tidak bisa melihat arsitektur dalamnya.

Katanya kalau kita wudhu dari tempat tinggal dan berniat untuk sholat di mesjid Quba, akan diganjar pahala sama dengan 1x Umroh.

Meski sudah diwanti-wanti panitia untuk menjaga wudhu dari hotel, apa daya perut saya tidak bersahabat *kent#t deh* . Wudhu saya batal diperjalanan menuju mesjid. Sampai sana saya langsung mencari tempat wudhu, kemudian melaksanakan sholat dhuha di dalam mesjid Quba.

Mesjid yang memiliki daya tampung hingga 20 ribu jamaah ini telah beberapa kali mengalami renovasi. Khalifah Umar bin Abdul Aziz adalah orang pertama yang membangun menara masjid ini. Foto diatas diambil oleh Masguh. Karena cuma laki-laki aja yang bisa masuk leluasa di dalam mesjid.

Saya takjub dengan warna putih temboknya. Bisa putih banget gitu pake apa yah?

Kebun Kurma

Kami tidak lama di Mesjid Quba, langsung melanjutkan perjalanan ke Kebun Kurma.

Ketika turun dari bus, saya langsung menyiapkan iphone untuk merekam video perjalanan di dalamnya. Untuk siapa lagi kalo bukan untuk Rafa dan Fayra, supaya mereka bisa melihat secara visual tidak hanya dengar cerita lisan dari kami.

Beragam jenis kurma dan cokelat ada disini. Dari kurma Azwa yang katanya ditanam oleh Nabi dan mahal aja harganya ituh, sampe kurma yang bentuknya dibuat manisan (lengket2 agak berkuah kental gtiu deh). Diantara para pengunjung lain, sepertinya saya yang belanja nya paling dikit. Cuma beli 1/2 kilo kurma Azwa saja. Yang penting kalau ada kerabat ke rumah karena tau kami baru pulang Umroh, ada suguhan selain air zam-zam.

Tapi saya cengar cengir sama Masguh. Karena berada di dalam lokasi ini, seperti berada di sebuah kota kecil di Indonesia. Bagaimana tidak? 100% pengunjungnya orang Indonesia (ntah juga sih kalo ada orang melayu dari negara lain, tampangnya sama semua). Penjualnya 100% orang Indonesia (kecuali manajemen/pemilik yaa). Bahasa yang digunakan untuk komunikasi jelas bahasa Indonesia. Sampai papan petunjuk dan mata uang pun bisa menggunakan Rupiah.

Ada kejadian lucu juga, yang kami baru sadar ketika sudah sampai di Mekah. Nanti aja ceritanya yah.

Jabal Uhud

Jabal Uhud (gunung Uhud),termasuk salah satu tempat yang sangat memiliki nilai sejarah penting dalam sejarah Islam. Di bukit ini, terjadi peperangan yang sangat memilukan dalam sejarah Islam. Pasukan kaum Muslimin yang dipimpin langsung Nabi Muhammad SAW, bertempur habis-habisan dengan kaum musyrikin Kota Mekah. Jabal Uhud tidaklah begitu besar, tingginya kira2 1.050 meter.

Melihatnya mengingatkan kita pada perjuangan dan darah para syuhada. Di Uhud itulah pertarungan spiritual dan politik dalam arti sebenarnya. Ketika itu pasukan diberi pilihan antara kesetiaan pada agama dan kecintaan pada harta. Melihat lokasi dan gunung yang mengelilinya, kita akan terbayangkan bagaimana sulitnya medan perang ketika itu. Bukit batu, panas terik, dan keberanian pada syuhada.

Dalam pertempuran itu, Nabi Muhammad SAW juga mengalami luka-luka yang cukup parah. Bahkan, sahabat-sahabatnya yang menjadi perisai pelindung Rasulullah, gugur dengan tubuh dipenuhi anak panah.

Setelah perang usai dan kaum musyrikin mengundurkan diri kembali ke Mekah, Nabi Muhammad  SAW memerintahkan agar para sahabatnya yang gugur dimakamkan di tempat mereka roboh, sehingga ada satu liang kubur untuk memakamkan beberapa syuhada. Jenazah para syuhada Uhud ini, akhirnya dimakamkan dekat lokasi perang serta dishalatkan satu per satu sebelum dikuburkan.

Kini, jika kita datang ke lokasi tersebut, kompleks pemakaman itu akan terlihat sangat sederhana, hanya dikelilingi pagar setinggi 1,75 meter. Dari luar hanya ada jeruji, sehingga jamaah bisa melongok sedikit ke dalam. Bahkan, di dalam areal permakaman yang dikelilingi  pagar itu, tidak ada tanda-tanda khusus seperti batu nisan, yang menandakan ada makam di sana.

Untuk menyingkat waktu, rombongan kami tidak berjalan sampai ke pinggir bukit. Tidak juga berjalan ke area makam. Hanya berdoa bersama yang dipimpin oleh ustadz, beliau berkata “kita akan melihat bukit ini di surga. Semoga Allah SWT memasukan kita ke dalam golongan umat nabi Mummad SAW sebagai para penghuni surga. Amin ya Rabb“.

*gak pantes banget yah gw pake kacamata item … tunjuk poto atas … ketauan boleh minjem punya Masguh hahaha*

Ah yaa, saya lupa bercerita. Saya dan Masguh tidak hanya berdua menjalankan ibadah Umroh ini. Tapi kami ber 5, bersama kakak sepupu saya dan suaminya (lihat foto di kebun kurma) … juga pakde (kakak mami) yang mualaf sama seperti mami. Alhamdulillah kakak saya (Mas Iwan) memberangkatkan beliau, tapi saya dan Masguh yang bertanggung jawab selama Pakde di tanah suci. Di usianya yang sudah lanjut, Pakde masih sangat tegap dan kuat. Terharu saya saat beliau berkata “aku mau maksimal ibadah disini. Sudah dibayari harus tau diri“. Semua prosesi ibadah dilakukannya dengan hikmat dan semangat, tanpa mengeluh ataupun minta istirahat.

Perawakannya sama seperti mami, tinggi besar dan gagah (beneran deh, emak gw itu gagah banget). Melihat Pakde jalan di depan saya, seperti melihat mami dari belakang. Saya rasa, pakde pake sorban pun akan saya peluk erat dari belakang karena kebayang mami dengan jilbabnya. Hehehehe.

Dari Jabal Uhud kami melanjutkan perjalanan ke Percetakan Al-Quran. Tapi antrian untuk masuk ke dalamnya sangat panjang. Selain itu, hanya jemaah laki-laki yang boleh masuk ke dalamnya. Perempuan hanya boleh menunggu di luar, di area pertokoan. Rombongan memutuskan untuk tidak berhenti disini, dan kami pun kembali melanjutkan perjalanan.

Begitupun saat lewat di depan Mesjid Qiblatain. Kami hanya memandangi dari dalam bus saja.

Menurut wikipedia dan cerita pak ustadz: Pada masa permulaan Islam, kaum muslimin melakukan salat dengan menghadap kiblat ke arah Baitul Maqdis di Yerusalem, Palestina. Pada tahun ke-2 H bulan Rajab saat Nabi Muhammad saw melakukan salat Zuhur di masjid ini, tiba-tiba turun wahyu surat Al-Baqarah ayat 144 yang memerintahkan agar kiblat salat diubah ke arah Kabah Masjidil Haram, Mekah. Dengan terjadinya peristiwa tersebut maka akhirnya masjid ini diberi nama Masjid Qiblatain yang berarti masjid berkiblat dua.

Gak kesampaian juga ke Jabal Magnet, karena lokasinya lumayan jauh. Konon, Jabal Magnet ini merupakan pusat magnet terbesar di dunia. Banyak supir bus yang mematikan mesin pada suatu ruas jalan yang menurun, dan bus tsb berjalan sendiri. Tidak, bukan berjalan maju ke arah yang menurun itu, tapi berjalan mundur mendaki ke atas! Ada yang bilang itu bukan magnet, tapi hanya ilusi optik. Entah lah, kami tidak menyaksikan langsung saat itu. Bagi saya, hal ini tanda kebesaranNYA supaya kita makin memperkuat iman.

Rombongan memutuskan untuk kembali ke hotel. Lebih baik waktu yang tersisa kami habiskan di Mesjid Nabawi sambil menunggu adzan dzuhur.

Besok kami berangkat ke Mekah. Ditunggu cerita lanjutannya ya!

Seluruh posting tentang Umroh bisa dibaca disini: http://www.masrafa.org/category/jalan-jalan/umroh/

Umroh part 2 – Madinah

Umroh part 2 – Madinah

Kami tiba di Madinah sekitar pukul 9 malam. Menunggu pembagian kamar sambil menikmati makan malam di restoran hotel yang letaknya tidak jauh dari Mesjid Nabawi. Harusnya kami menempati kamar ber 4, dengan pengaturan perempuan dan laki-laki terpisah. Tapi salah seorang pengurus travel mendekati saya dan meminta ijin untuk merubah kamar “mbak, maaf ya. Harusnya kan mbak ber 4 sekamar. Tapi yang 2 orang itu ada keluarganya yang lain, minta menjadi 1 kamar. Nah mbak dan sepupu menempati kamar mereka yang isinya hanya 2 orang. Tapi jadi beda lantai dengan para suami-suami. Bagaimana?

Waaahhh saya tersanjung. Ini rejeki untuk kami. Karena harusnya kalau 1 kamar berdua, maka selisih harga paket yang harus kami bayar adalah USD150/org. Artinya kami berdua harusnya membayar USD300 untuk bisa menempati kamar ini. Alhamdulillah …. kami mendapatkan fasilitas ini gratis. Senangnya … gapapa deh beda lantai sama Masguh juga *egois* hahahaha.

Begini lah tampilan kamar saya dan sepupu selama di Madinah:

Kamar suami kami sama bentuknya, cuma lebih luas ukuran kamar mereka yang berisi 4 tempat tidur single. Gampang lah nanti janjian di lobby hotel aja setiap mau berangkat ke mesjid dan ketemu di restoran setiap jam makan tiba.

Malam itu kami sholat di kamar hotel. Dan berjanji untuk kumpul lagi jam 3 dini hari untuk sholat tahajud di Mesjid Nabawi.

Mesjid Nabawi

Masjid Nabawi adalah masjid kedua yang dibangun oleh Rasulullah saw dan menjadi tempat makam beliau dan para sahabatnya. Awalnya, masjid ini berukuran sekitar 50 m × 50 m, dengan tinggi atap sekitar 3,5 m[3] Rasulullah saw. turut membangunnya dengan tangannya sendiri, bersama-sama dengan para shahabat dan kaum muslimin. Setelah itu berkali-kali masjid ini direnovasi dan diperluas. Sekarang luas bangunan masjidnya hampir mencapai 100.000 m², ditambah dengan lantai atas yang mencapai luas 67.000 m² dan pelataran masjid yang dapat digunakan untuk sholat seluas 135.000 m². Masjid Nabawi kini dapat menampung kira-kira 535.000 jemaah.

Akhir bulan Maret masih dalam masa peralihan musim dingin ke musim panas. Udara malam dan anginnya masih terasa begitu dingin. Kami menggunakan jaket untuk melindungi diri dari hembusan angin yang lumayan agak kencang. Sampai di pintu mesjid, melihat tiang-tiang payung menguncup dan berhiaskan lampu yang sangat terang benderang … membuat saya semakin terpukau.

Di Mesjid Nabawi jamaah perempuan dan laki-laki dipisah. Pintu masuknya pun dipisah. Penjagaan askar (polisi perempuan di dalam mesjid) sangat ketat khususnya untuk jamaah perempuan. Kita tidak diperbolehkan membawa kamera dalam bentuk apapun termasuk handphone berkamera. Di setiap pintu masuk, askar memeriksa tas bawaan kita. Kalau ketauan membawa kamera/hp berkamera, siap-siap balik ke hotel untuk menyimpannya atau sholat di pelataran mesjid saja. Cukup lah kita membawa peralatan sholat dan plastik untuk menyimpan sendal (bawa sendal masuk ke dalam mesjid dan letakan di sebelah kita saat sholat). Askarnya selain galak juga bisa berbahasa Indonesia, jadi akan sering kita mendengar “henpon haram! ibu … duduk! jangan wuduhu disitu!

Keutamaan sholat di Mesjid Nabawi adalah mendapatkan pahala 1000 kali lipat dari sholat di Mesjid yang lain. Disini panggilan sholat ada 2x. Adzan pertama dikumdangkan pukul 4 sebagai panggilan untuk sholat tahajud, sementara adzan kedua dikumandangkan pukul 5 sebagai panggilan sholat subuh.

Ada beberapa kubah yang bisa dibuka di Mesjid Nabawi. Kebetulan saat itu saya mendapatkan tempat sholat tepat dibawah kubah. Waktu rokaat pertama sholat subuh, kubah masih tertutup rapat. Tapi begitu rokaat kedua, kubah bergeser terbuka. Angin dingin berhembus kencang sampai melambaikan mukena yang saya pakai. Kaget tapi rasanyaaa … duh sulit dilukiskan dengan kata-kata.

Payung di Mesjid Nabawi akan terbuka saat matahari terbit atau saat memasuki waktu dhuha. Sayang kami tidak sempat mem-videokan proses pembukaan payung. Tapi Rafa dan Fayra sudah sempat menontonnya di DVD buatan Discovery Channel.

Jamaah tidak boleh duduk-duduk di halaman Masjid Nabawi, sejak setengah jam sebelum adzan berkumandang. Karenanya, para askar akan mulai mengusir jamaah yang sedang duduk-duduk sejak sepuluh menit sebelum waktunya. Dan untuk mendapatkan posisi sholat di dalam mesjid, kita harus datang minimal 30-60 menit sebelum adzan.

Toilet dan tempat wudhu lokasinya ada di pelataran mesjid. Katanya sih ada ribuan kran wudhu di lantai bawah tanah (basement). Saya pernah batal wudhu dan pergi ke arah toilet. Alamak jauh jalannya, musti melangkah melewati ribuan jamaah, kemudian turun tangga ke bawah. Balik ke dalam mesjid sampai diatas sajadah kita, bisa-bisa sudah ketinggalan sholat berapa rokaat deh. Saran saya sebaiknya bawa alat semprot (botol spray) yang kita isi air. Jadi saat batal wudhu, kita bisa menyemprotkan air ke bagian tubuh yang menjadi rukun (wajib) wudhu yaitu: tangan sampai siku – wajah – kepala – kaki sampai mata kaki.

Lantunan ayat quran yang dibacakan imam setelah surat Al-Fatihah sangat indah. Dan surat yang dipilih nyaris tidak pernah surat pendek. Selama 3 hari kami disana, saya hanya merasakan surat pendek 1 kali saja. Pernah sholat subuh yang hanya 2 rokaat itu, imam membacakan surat Ar-Rahman. Kalau tidak terbiasa berdiri, akan lumayan terasa pegal. Tapi kalau kita khusu’ dan konsentransi, kita tidak akan merasa lama … karena saking indahnya kita malah akan terbuai.

Begitu juga dengan rukuk dan sujud. Sampai 10x membaca doa rukuk ‘Subhaana Rabbiyal ’adzim’ (Maha Suci Tuhanku, Yang Maha Agung) imam baru berdiri.  Saat sujud pun 10x membaca doa sujud ‘Subhaana Rabbiyal ’a’laa’ (Maha Suci Tuhanku, Yang Maha Tinggi), imam baru duduk. Jika kita paham makna nya, maka kita bisa sampai menangis membacanya. Sungguh kita sangat kecil dan tiada artinya saat menyerahkan diri ke hadapan Allah SWT.

Kebersihan dan ketertiban di Mesjid Nabawi saya acungi jempol. Dibandingkan dengan Masjidil Haram, disini lebih bersih dan pengaturan jamaah nya sangat bagus. Yah memang luas Masjidil Haram juga berkali lipat sih, mungkin agak sulit juga mengaturnya apalagi dengan jumlah jamaah yang memenuhi mesjid juga berkali lipatnya.

Jangan khawatir kehausan di kawasan Mesjid Nabawi, karena disini air zam-zam sangat berlimpah ruah. Di dalam mesjid tersedia deretan gentong besar lengkap dengan tumpukan gelas plastik. Di pelataran mesjid juga tersedia tempat minum air zam zam. Untuk persediaan minum di hotel, biasanya saya membawa botol plastik kosong ke mesjid. Selesai sholat saya mengisinya dan membawa pulang. Memang di hotel juga tersedia 1 botol air mineral, tapi mumpung di tanah suci saya puaskan minum air zam zam sebanyak-banyaknya. Hehehe

Jumlah pintu di Mesjid Nabawi berubah dari waktu ke waktu seiring dengan renovasi yang dilakukan. Setiap pintu tingginya 6m dan lebarnya 3,2m dibuat dari kayu dihias ukiran dari tembaga kuning model Arab. Kita bisa memanfaatkan nomor pintu mesjid atau nomor pintu gerbang sebagai meeting point saat janjian dengan kerabat. Tapi karena pintu masuk jamaah laki dan perempuan berbeda, maka kalau janjian dengan suami sebaiknya di pintu gerbang yang nomornya sudah disepakati dan mendekati ke arah tempat tinggal kita.


Makam Rasul tepat berada dibawah kubah hijau sepeti tampak pada foto diatas. Biasanya saat kita pertama ke Mesjid Nabawi, kita berdoa dari sisi luar mesjid seperti mereka pada foto tsb. Ucapkan shalawat dan sampaikan salam dari keluarga dan teman-teman kita untuk Rasulullah, seperti yang disampaikan dalam Q.S. Al-Ahzab: 56:

Sesungguhnya Allah dan malaikat-malaikat-Nya bersholawat untuk nabi. Hai orang-orang yang beriman, bersholawatlah kamu untuk nabi dan ucapkanlah salam penghormatan kepadanya.”

Disini saja airmata kami sudah berjatuhan “Assalamu alaika ya Rasulullah, assalamu alaika ya nabiyallah, assalamu alaika ya habiballah, assalamu alaika ya Shafiallah. Kami merindukanmu ya Rasul. Ya Allah … muliakan dan rahmatilah nabi Muhammad, isteri-isterinya dan keturunannya, sebagaimana Engkau telah memuliakan keluarga Ibrahim. Ijinkan kami untuk bertemu dengannya, Ya Rabb

Gimana saat kami masuk ke dalam dan berdiri tepat didepan makam beliau?

Raudhah

Ada tempat di dalam masjid Nabawi yang diriwayatkan memiliki keutamaan. Salah satunya, yang dinamakan Raudhah, yaitu tempat diantara rumah dan mimbar Nabi. Ada hadist yang berbunyi seperti ini:

Di antara rumahku dan mimbarku adalah taman (Raudhah) dari taman-taman surga. Dan mimbarku di atas kolam.” (Shahih Bukhari)

Raudhah, yang artinya taman, adalah tempat dimana dahulu Rasulullah dan para sahabatnya beribadah serta tempat turunnya wahyu. Konon katanya, setiap doa di Raudhah memiliki afdhaliyah yang tinggi (akan dikabulkan oleh Allah SWT). Tempatnya sangat kecil, yaitu antara makam Rasul dan mimbar mesjid. Warna karpet yang menutupi ruangan Raudhah berbeda dengan warna karpet di ruangan lain di dalam mesjid Nabawi ini. Jadi kalau mau berdoa di Raudhah, pastikan kita berada di karpet HIJAU.

Karena keistimewaan tempat ini dan begitu banyak orang yang ingin masuk ke dalamnya, membuat pengurus mesjid melakukan pengaturan. Untuk laki-laki tempat ini terbuka 24 jam. Sementara untuk wanita hanya ada 3 waktu (dhuha, setelah dzhuhur dan setelah isya). Banyaknya masalah yang timbul akibat desak-desakan jamaah, untuk wanita pun dibagi lagi berdasarkan kebangsaan. Ada beberapa jamaah yang merasa diskriminasi dengan peraturan ini, kalau saya berusaha mengambil hikmahnya. Ukuran tubuh bangsa melayu jauh lebih kecil dari pada mereka yang datang dari Eropa, Afrika ataupun India/Iran/Pakistan. Jadi kalau bangsa Melayu (Indonesia, Malaysia, Singapore, Brunei) diberikan kesempatan paling akhir, justru saya bersyukur karena menghindarkan tubuh saya dari desak-desakan melawan mereka yang bertubuh tinggi besar.

Saat antri masuk ke dalam, dibagi beberapa tahap. Sebaiknya kita sampai di mesjid sebelum jam 8 pagi dan masuk dari pintu no 25. Kita akan diminta duduk menunggu, sampai area dibalik pembatas putih dibuka. Sambil menunggu, kita bisa melakukan sholat tahiyatul mesjid – sholat dhuha – sholat tasbih – sholat tobat – dll. Kok banyak banget? Iya … kita bisa antri 2 jam hanya untuk masuk ke dalam gak lebih dari 3 menit. Jadi dari pada bengong atau bete nunggu, mending perbanyak ibadah toh? Bisa juga disambi baca Quran, jangan khawatir gak bawa karena Quran tersedia di hampir seluruh tiang mesjid.

Selama menunggu antrian, saya selalu melirihkan “Rabbi yassir wala tu’assir”  yang artinya: Wahai tuhanku permudahkanlah dan jangan kau susahkan. Saya berjanji tidak akan menyiksa diri. Saya berusaha tertib dan akan ikhlas jika tidak kesampaian berdoa di area karpet hijau. Alhamdulillah mendapat kemudahan, bisa sholat mutlak 2 rokaat dan sujud agak panjang untuk memanjatkan doa. Jangan berdoa sambil mengangkat tangan disini. Karena khawatir manusia lebih meng-kultus-kan Rasul melebihi Allah SWT, askar melarang orang yang berdoa secara berlebihan disini. Jika kita batal wudhu, saya sarankan untuk doa dengan posisi sujud atau berdiri dengan tangan bersedekap (seperti posisi sholat).

Saran saya, carilah teman untuk pergi kesini. Saya pergi ber3-4 orang, jadi kita bisa bergantian untuk sholat. Saat 2 orang sholat, maka 2 orang yang lain menjaga dari jamaah lain. Supaya tidak ada yang menginjak-injak saat kita sujud ataupun yang mendorong-dorong. Alhamdulillah saya bisa 2x masuk dan berdoa ke dalam Raudhah. Jangan tanya airmata yang keluar dari mata saya, yang pasti keluar dari sini mata bengkak deh. Hehehe

3 hari di Madinah, kami berusaha maksimal untuk selalu menjalankan sholat di Mesjid Nabawi. 6x sehari kami kesini. Mulai sholat tahajud sampai subuh, kemudian pulang ke hotel untuk sarapan dan mandi pagi. Waktu dhuha kami kembali ke mesjid, sampai saya selesai ke Raudhah. Setelah itu pulang ke hotel sebentar untuk istirahat. Waktunya sholat dzuhur kami kembali ke mesjid, setelah itu kembali ke hotel untuk makan siang. 30 menit sebelum adzan ashar kami kembali ke mesjid, setelah itu pulang ke hotel untuk mandi sore. Menjelang magrib ke mesjid lagi dan tidak pulang sampai selesai sholat isya, sekitar jam 9 balik ke hotel untuk makam malam dan tidur. Begitu terus selama 3 hari. Pokoknya gak mau kehilangan waktu yang sangat sempit ini. Bener deh, 3 hari rasanya kuraaanng banget.

Semoga di Mekah kami bisa lebih maksimal lagi.

Sang Pengasih dan Pemelihara , beri kami kesehatan. Mudahkan kami untuk selalu mengingatMU, bersyukur kepadaMU dan beribadah kepadaMU dengan lebih baik. Amin ya Rabb.

Seluruh posting tentang Umroh dan persiapannya bisa dibaca disini: http://www.masrafa.org/category/jalan-jalan/umroh/