Zekreet Film City

Zekreet Film City

Mumpung masih tinggal di Qatar, kami berusaha menjelajah negeri ini bersama anak-anak. Sebentar lagi kan anak sulung akan kuliah yang belum tau di negara mana nantinya, jadi kami berencana memanfaatkan waktu 3-4 bulan ke depan untuk mendatangi tempat-tempat yang menarik. Mumpung kami masih lengkap berempat di sini.

Kalau melihat peta Qatar seperti gambar di atas, kami sudah pernah ke atas (kota Al Khor) dan ke bawah (kota Al Wakrah dan Mesaieed). Jadi kali ini kami mencoba melakukan perjalanan ke kiri, soalnya kalau ke kanan sudah mentok laut. Hehehe…

Jalan tol yang menghubungkan antar kota di negara ini menyenangkan deh. Kalau orang bule menyebut jalan tol sebagai FREE WAY … mungkin karena di negara mereka kondisinya sama seperti ini di sini ya. It is really a free way lebar, gak bayar dan lancar karena gak banyak mobil lain.

Setelah sekitar 1 jam perjalanan … kami mulai melihat bukit-bukit batu di kanan kiri jalan. Jalanan pun sudah tidak selebar sebelumnya. Artinya kami sudah mau sampai.

Ketika adzan berkumandang, kami keluar di kota Dukhan menuju masjid raya untuk ikut melaksanakan sholat Jumat. Alhamdulillah lumayan banyak juga jamaah perempuannya di sana.

Setelah bertemu 1 mobil teman, kami melanjutkan perjalanan ke kawasan Zekreet. Kawasan padang pasir berbukit batu di utara kota Dukhan.

Karena sama baru pertama kali ke kawaan ini, kami agak bingung juga ketika ada di persimpangan jalan dimana sejauh mata memandang hanya padang pasir.

Cuaca hari itu angin dingin bertiup kencang. Dan ternyata badai pasir datang. Seorang teman yang datang bersama 3 mobil lain, mengirimkan foto di bawah ini. Mereka memutuskan untuk berhenti, sampai badai pergi. Karena mereka tidak bisa melihat apapun di hadapannya. Berbahaya kalau memaksa lanjut.

ZEKREET diambil dari bahasa arab yaitu ZIKRA, yang artinya mengingat, ingatan atau memori. Awalnya kawasan ini tak ada penghuni, tapi setelah Qatar membangun tambang minyak di tahun 1940 … mulai lah dibangun pelabuhan untuk alat-alat tambang minyak dan akhirnya menjadi sebuah kota.

Untuk masuk ke kawasan RAS ABROUQ di daerah Zekreet, kita tinggal mengikuti papan biru yang bisa kita temui di setiap beberapa kilometer. Pintu masuk kawasan ini ditutup menjelang matahari terbenam. Ada petugas keamaan yang standby di dalam mobil warna merah, dan memberhentikan semua orang yang masuk dengan menanyakan:

apakah kamu bawa senapan? apakah kamu membawa binatang? Kamu mau apa ke sini? Tidak untuk berburu kan?

Karena memang kawasan ini dilindungi oleh UNESCO dan di dalamnya masih bisa kita lihat beberapa hewan khas gurun salah satunya yang kami temui adalah ORYX, rusa gurun yang tanduknya lurus panjang.

Setelah hampir 2 jam akhirnya kami tiba juga di tujuan yang pertama yaitu FILM CITY di dalam kawasan Ras Abrouq. Lega rasanya melihat tempat ini dari kejauhan.

Film City … Tempat ini seperti kota mati … tak berpenghuni tapi tetap terawat rapi.

Di dalamnya ada masjid, beberapa rumah, warung, toilet umum dan sumur … seperti layaknya desa mungil tradisional khas Arab.

Disebut Film City, karena memang kota ini dibangun murni untuk syuting film seri TV.

Jadi tidak ada bangunan yang otentik asli, bukan pula peninggalan penduduk jaman sebelum masehi.

Area Zekreet ini juga menjadi lokasi syuting film Transformer dalam adegan mereka melawan robot berbentuk kalajengking. Cuplikannya bisa dilihat di youtube:

“Kok di film kelihatan beda?”

Ya karena sudah diberikan sentuhan grafika komputer supaya lebih dramatis.

View this post on Instagram

Zekreet – Film City . Tempat ini seperti kota mati … tak berpenghuni tapi tetap terawat rapi. . Di dalamnya ada masjid, beberapa rumah, warung, toilet umum dan sumur … seperti layaknya desa mungil tradisional khas Arab. . Disebut Film City, karena memang kota ini dibangun murni untuk syuting film seri TV. . Jadi tidak ada bangunan yang otentik asli, bukan pula peninggalan penduduk jaman sebelum masehi. . Area Zekreet ini juga menjadi lokasi syuting film Transformer dalam adegan mereka melawan robot berbentuk kalajengking. Bisa cek di youtube dengan kata kunci “Battle in Qatar scene – Transformer”. . “Kok di film kelihatan beda?” . Ya karena sudah diberikan sentuhan grafika komputer supaya lebih dramatis. . Kami menempuh 90 KM lebih dari kota Doha, dengan waktu hampir 2 jam. Beberapa mobil teman di belakang kami sempat terhenti karena Sand Storm menerjang sebentar. Makin sore, makin kencang angin dinginnya. . Liat posting setelah ini juga deh. . Cerita lengkapnya seperti biasa akan ditulis di blog aja yaaa. . #merantaudidoha

A post shared by De (@punyade) on

Akhirnya kami bertemu juga dengan teman-teman lain di sini.  Kami pun meminta ijin petugas Film City untuk menggunakan tempat di pojokan untuk menggelar makanan. Kami memang sudah janjian sebelumnya dan mengatur menu makan siang hari ini. Masing-masing dari kami membawa makanan, aneka minuman panas dan dingin, cemilan asin dan manis, sampai peralatan makan sekali pakai. Harusnya ada 8 keluarga yang ikut piknik, tetapi sayangnya 2 keluarga membatalkan karena satu dan lain hal.

Gak lama setelah makan siang, adzan ashar berkumandang. Para lelaki pun bergegas sholat berjamaah di masjid kecil dalam area Film City. Masjidnya kecil, jadi setelah mereka selesai baru kami yang perempuan sholat. Setelah itu kami melanjutkan perjalanan sebelum gerbang Ras Abrouq ditutup petugas.

Kami sempat mampir di salah satu area untuk mengabadikan pemandangan yang masya Allah sangat luar biasa, terlebih karena matahari sudah mulai kemerahan tanda akan tenggelam. Gak sampai 10 menit sih, karena kami gak kuat menahan angin dingin yang menusuk tulang.

Di perjalanan kami bertemu pasangan bule yang sebelumnya kami jumpai di Film City. Gak nyangka kalo mereka berdua jalan kaki. Dari tas ransel, pakaian, sepatu boots dan masker yang digunakan … kelihatan sekali kalau mereka petualang yang profesional.  Entah berapa lama perjalanan ini mereka tempuh. Sungguh kami salut.

Sayangnya kami membatalkan kunjungan ke MYSTERY VILLAGE yang kalau hasil gugling penampakannya seperti foto di atas. Padahal gak jauh, sekitar 10 menit bisa sampai .. tetapi karena keterbatasan kemampuan kendaraan, waktu yang sudah menjelang malam, dan badai pasir yang sempat menghadang … kami putuskan untuk kembali pulang.

Walau kawasan Zekreet ini merupakan gurun dengan tekstur lebih padat dari pada SeaLine, tapi kami kepayahan menggunakan kendaraan SUV. Kami sarankan sih mengunjungi tempat ini menggunakan 4WD ya, jadi bisa melaju cepat tanpa khawatir dengan bebatuan dan angin berpasir yang menghadang.

Alhamdulillah kami tiba di Zekreet Mosque bertepatan dengan adzan magrib. Seperti masjid lain di Qatar, kondisi di dalamnya cukup mewah. Kamar mandi yang bersih dan berlimpah air + tisu, alas sholat pun karpet tebal nan wangi. Meskipun ini tergolong masjid kecil di daerah terpencil.

Bersyukur setiap waktu sholat datang, kami bisa melaksanakannya di tempat yang layak. Padahal kami semua sudah membawa tikar plastik, sajadah, galon isi air dan tenda toilet untuk berjaga-jaga kalau ditengah gurun kami harus melaksanakan hajat.

Zekreet … sesuai namanya Zikra … akan menjadi memori yang selalu kami ingat.

Abis ini kemana lagi yaaaa …

Share this...
Share on Facebook0Share on Google+0Tweet about this on TwitterShare on LinkedIn0

36 thoughts on “Zekreet Film City

  1. Zekreet Film City …. wow, instagrammable banget ya. Saya membayangkannya, kalo selebgram mungkin pulang sudah membawa foto yang banyak sekali, bisa buat posting selama sebulan.
    BTW, senang mampir di sini, Mbak. Bisa tahu keadaan di sana. 🙂

  2. Gurun! Bayangin gimana repotnya kalau ketemu badai di sana. Btw, itu bangunannya kalau dari jauh kaya istana pasir ya Mbak. Padahal betul bangunan besar

    1. iyah dari jauh kayak istana pasir di pinggir pantai yaa.

      gak cuma bangunan besar, ini beneran kayak kota kecil gitu. kumplit

  3. Budeeee.. seru banget. Kayak di pilem2 aku pikir ini peninggalan jaman sblm masehi, oh jadi bukan yaa. Lebaran balik kan yaaaa.. aku lahiraaan insya Allah doain yaa

    1. abis lebaran baru baliknya. Soalnya Graduation Ceremony mas Rafa baru tgl 20 Juni. Setelah legalisir semua dokumen Rafa untuk keperluan kuliah selesai, baru aku bisa pulang. Insya Allah nanti nengokin debay deh yaaa

  4. Wah bisa potluck-an di Film City asyik sekali. Itu tadi ketemuan teman di beberapa tempat, tinggalnya enggak berdekatan ya Mbak..Seru ya , ternyata dibolehin untuk piknik juga di situ.

    Enggak kebayang nyetir dan jalan di medan bergurun pasir. Saya lewat gurun saat berkunjung di negara bagian Arizona. Dan memang sepanjang mata ada area yang gurun saja..Cuma kayaknya enggak seekstrim di Qatar.

  5. Persiapan road trip ke Timur Tengah lebih banyak yang harus dibawa ya. Sampai harus bawa tenda toilet segala.
    Zekreet Film City ini sering kulihat di film-film Hollywood. Keren ya tempatnya.

    1. tenda toilet untuk jaga-jaga kalo harus berhajat di tengah padang pasir yang jauh dari mana-mana.

      Alhamdulillah gak sempat dipake sih.

  6. Waah, pengalaman yang seru! Bisa menjelajah di daerah gurun pasir. Kalau ada badai pasir gitu, harus menunggu badainya reda dulu ya, Mbak? Biasanya waktunya lama, gak?

    Asik juga bisa lihat lokasi syuting transformer. Tadi begitu lihat gambarnya saya udah familiar, hehehe

    1. tergantung badainya sih. Kalo cuma heavy Dust aja, masih bisa nekat jalan.

      tapi kemarin sampe gak bisa liat apa-apa di depan, khawatir bahaya kalo jalan terus.

      Gak lama kok … biasanya gak lebih dari 15 menit.

  7. Waaahh si sulung udah mau kuliah aja ya mbak?
    Ternyata bangunannya dibangun buat syuting pilem yaaaa. Mbayangin di sana ada bangunan asli dr peningggalan masa lalu 😀
    Wah padahal penasaran dengan Mystery Village, knp namanya misterius gtu yaaa 😀

  8. Subhanalloh, selalu senang membaca cerita teman-teman yang hidup di negeri orang. Apalagi yang rajin eksplore daerahnya seperti Mbak sekeluarga. Aku belum kebayang sih, hidup di Qatar bakalan seperti apa. Apakah panas banget? Tapi kata temen-temenku yang di sana mereka bahagia, dan makmur, heheh

  9. Tadi kupikir judul film, tersiwer 🙂
    Ternyata kota yang dijadikan lokasi pembuatan film-film ya.
    Jadi banyak tahu tentang Doha ini sejak De sering sharing kehidupan di sana.

  10. Naaahh kan bener, gilm transformer. Tadi tu lagi mikir pas liat foto-fotonya, “film apa yaaaa… kok kayak familiar”. Hehehe…

Leave a Reply to April Hamsa Cancel reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *