Browsed by
Category: Kawaguchi

Kerennya Kereta Jepang

Kerennya Kereta Jepang

Tadi pagi saya dan suami ke kantor seperti biasa naik Commuter Line. Pintu kereta terbuka secara otomatis di setiap stasiun. Tapi kali ini ada notifikasi suara dalam bahasa Jepang. Sepertinya kereta kami tadi pagi, hasil import dari negara yang terkenal dengan sistem kereta api yang sangat canggih. Kami cekikikan sendiri sambil bergumam “next destination: Shin-Kiba” dengan logat Jepang tentunya.

Saya jadi ingat kalau saya belum berbagi cerita tentang pengalaman saya menggunakan transportasi rakyat Jepang yang sangat tepat waktu ini.

kretajepang1

Saat menyusun itinerary, saya selalu melakukan riset sederhana. Baik itu browsing internet, tanya-tanya ke travel agent ataupun bertanya ke mereka yang sudah pernah ke tempat tujuan. Karena Masguh ke Jepang dalam rangka pekerjaan, jadi saya harus bisa jalan-jalan sendiri dengan menggunakan transportasi publik disana. Dan saya kaget dong melihat hasil gugling gambar jalur kereta di Jepang, ribet amat gambarnya … banyak jalur berwarna-warni. Teman saya yang tinggal disana hanya berpesan “just follow the color line” #okesip meski tetap bingung hahahahaha

Karena tidak hanya tinggal di Tokyo (saya juga pergi ke KawaguchiKyotoOsaka), saya disarankan untuk membeli JRpass saja di Jakarta. Setelah saya susun detil biaya yang dibutuhkan tanpa JRpass, ternyata hanya beda sedikit dengan JRpass. Secara harga JRpass terlihat lebih mahal (3jt-an per orang), tetapi secara waktu tempuh JR lebih cepat 3-6 jam.

Tentunya saya memilih membeli JRpass supaya tidak ribet juga disana.

JRpass

Japan Rail Pass adalah tiket kereta yang ditawarkan untuk turis oleh salah satu perusahaan kereta api di Jepang dengan coverage paling luas, yaitu Japan Railway Group. JR Pass berlaku untuk semua jaringan kereta JR di Jepang, termasuk kereta Shinkansen Hikari dan Kodama, serta beberapa jaringan JR bus dan kapal ferry.

JRpass hanya bisa dibeli diluar Jepang dengan menunjukan passport asli yang sudah mendapatkan visa dengan status “temporary visitor”.

kretajepang

JRpass ada 2 macam: Standard Car dan Green Car (lebih mahal). Masing-masing memiliki harga berbeda untuk anak-anak dan dewasa. Masa berlaku juga terdiri dari 3 kategori: 7 hari, 14 hari dan 21 hari. Untuk lebih jelasnya bisa buka di web nya aja yah.

Kami membeli kelas Standard Car yang berlaku 7 hari di Jalan Tour (Gedung Kyoei – Sudirman) dengan harga 28.300 Yen dibayarkan dengan Rupiah tergantung kurs hari transaksi.

Padahal kalau beli di Jepang, Shinkansen dari Tokyo ke Kyoto 1 arah aja harganya 14.000 yen. Bisa naik bus malam dengan harga 1/3nya, tapi waktu tempuhnya 7-8 jam, sementara kalau naik Shinkansen cuma 3 jam.

Coba kalau saya tidak pakai JRpass, seminggu bisa butuh lebih dari 28rb yen untuk membeli tiket ketengan. Bisa dibilang harga yang saya bayar untuk JRpass sama dengan harga tiket regular Tokyo – Kyoto – Tokyo. Sisanya saya naik kereta secara gratis hehehe.

Saya sarankan untuk kalian yang mau ke Jepang dan mengunjungi lebih dari 1 kota, akan lebih hemat (waktu dan biaya) dengan membeli JRpass di luar Jepang. Tinggal eksploitasi secara maksimal ajah.

Kita akan diberikan kertas kwitansi seperti tiket kereta manual biasa. Sampai di Jepang (bisa di airport atau pun di stasiun kereta), kita harus tukarkan kertas tersebut untuk mendapat kartu seperti yang saya pegang pada foto diatas.

Bagian belakang akan di stempel tanggal mulai penggunaan kartu dan tanggal berakhirnya. Di stasiun kereta, jangan masuk pintu otomatis yah … tapi carilah pintu di dekat loket petugas. Tunjukan kartu JRpass kepada petugas dengan memperlihatkan tanggal di bagian belakang, maka petugas akan memberikan jalan untuk kita.

Perhatikan jadwal kereta di Hyperdia. Pastikan ambil jalur yang dilalui JR group. Jika memang ke arah tempat tujuan tsb tidak dilalui oleh JR, maka kita harus membeli tiket satuan di stasiun. Gak mahal kok, sekitar 200-500 yen.

Enak banget deh pake JRpass, gampang dan lebih irit. Jangan khawatir bingung di stasiun, karena semua dilengkapi dengan loket petugas berbahasa Inggris.

kretajepang7

Jika kita hanya berpergian di dalam 1 kota saja, maka tidak perlu membeli JRpass. Bisa membeli tiket harian dalam kota tertentu yang lebih murah atau membeli day pass (unlimited untuk 1 – 3 – 5 – 7 hari). Jangan khawatir ribet dengan barang bawaan kita, karena di setiap stasiun dilengkapi dengan loker penitipan barang seperti tampak pada foto diatas. Jangan lupa untuk menghapal posisi loker yah, karena setiap pojokan stasiun akan kita temui penampakan loker serupa.

Harga penyewaan loker tergantung dari ukuran lemari dan durasi penyimpanan. Semakin besar lemari dan semakin lama kita menyimpan barang disitu, tentunya akan semakin mahal harga loker nya. Untuk lebih jelas bisa dilihat di web ini yah.

kretajepang2

Seperti yang saya ceritakan sebelumnya, semua tempat publik di Jepang dilengkapi dengan petunjuk / papan informasi dalam 3 bahasa (Jepang, Inggris dan Korea).

kretajepang3Kebersihan, ketertiban dan kenyamanan sangat dijunjung tinggi di Jepang. Tidak akan kita temui orang berdesak-desakan di dalam gerbong. Jika kereta sudah penuh, orang yang di depan pintu tidak akan memaksakan dirinya untuk masuk, mereka lebih memilih kereta berikutnya. Tidak ada yang sikut-sikutan untuk naik eskalator, semua orang berbaris rapih dan sadar diri untuk berdiri di belakang orang lain. Tidak ada orang yang membuang sampah sembarangan, rel kereta pun sangat bersih sekali.

kretajepang4

Saya sempat mengintip ke ruang masinis. Tidak ada orang lain yang berada di dalam ruang itu. Beda banget sama KRL Jabodetabek kan, penumpang bisa masuk seenaknya ke dalam ruang masinis hahahaha.

Shinkansen

Kami menggunakan JRpass untuk naik Shinkansen Hikari dari Tokyo ke Kyoto. Sebenarnya rute yang ditempuh sama dengan Shinkansen Nozomi (lebih mahal, tidak termasuk dalam JRpass), hanya saja Hikari lebih banyak stasiun berhentinya. Untuk kecepatan kereta, Hikari mencapai 210KM/jam sementara Nozomi katanya ada yang mencapai 300KM/jam.

Untuk naik Shinkansen pergi antar kota apalagi di akhir minggu (Jumat – Sabtu – Minggu), sebaiknya kita pesan kursi dulu. Sehari sebelum keberangkatan, saya datang ke loket pemesanan (JR office) di dalam stasiun dengan menunjukan kartu JRpass. Saya pesan kursi paling belakang karena membawa koper besar. Petugas memberikan saya tiket kecil yang berisi informasi lengkap tanggal, jam keberangkatan, stasiun tujuan, nomor gerbong dan nomor kursi.

Ada bebrapa gerbong khusus yang disediakan untuk penumpang yang tidak memesan kursi, biasanya gerbong 1 sampai 5 bertuliskan “unreserved seat“.

kretajepang8

Kami tiba di stasiun sekitar 20 menit sebelum waktu keberangkatan. Ketika diumumkan kereta akan masuk jalur, bermunculan orang-orang berpakaian pink lengkap dengan tas besar, masker dan sarung tangan. Sekilas mirip mbak yakult. Pernah liat kan mbak-mbak berbaju pink dengan tas dorong yang beredar dari 1 rumah ke rumah lain untuk menawarkan yakult? Apa cuma di Jakarta dan sekitarnya yang ada mbak yakult?

Ternyata mereka ini petugas kebersihan kereta. Saat kereta datang, mereka sudah berbaris dengan tertib di pinggir jalur. Setelah seluruh penumpang turun dari kereta, mereka akan masuk dan membersihkan seluruh gerbong. Yang bikin saya takjub, mereka tidak hanya menyapu dan mengepel gerbong atau membersihkan toilet loh. Tapi mereka juga menyemprot meja dan mengelapnya, juga menyikat kursi!

kretajepang9

Pantas saja kereta di Jepang sangat bersih yah. 1 gerbong saja dibersihkan oleh lebih dari 5 orang dengan tugas berbeda. Pembersihan gerbong ini dilakukan di setiap stasiun terakhir.

Saya iseng foto dengan masinis Shinkansen. Penampilan mereka bagai pilot. Masih muda-muda, berbadan tegap dengan seragam yang juga mirip pilot. Keren deh.

kretajepang10

Gak cuma masinisnya yang mirip pilot, isi kereta Shinkansen juga mirip pesawat *norak deh gw*

Kursinya model reclining seat (sandaran bisa direbahkan ke belakang), setiap baris dilengkapi dengan meja kecil. Di dekat jendela dilengkapi dengan cantolan jaket. Di depan kursi ada majalah SHOP yang isinya jualan segala ada deh, dari mulai makanan – minuman – pakaian – aksesoris – souvenir. Mbak petugas lewat menggunakan kereta dorong kecil seperti pramugari di dalam pesawat.

Setiap gerbong kereta dilengkapi dengan toilet dan bilik kecil berisi wastafel dan kaca. Bilik kecil ini bisa digunakan untuk berganti pakaian. Tong sampah juga disediakan di tiap gerbong. Harap perhatikan logo di tong sampah, karena tempat membuang sampah kertas akan berbeda dengan sampah botol ataupun sampah plastik.

Narita Express (NEX)

Untuk menuju Narita dari Kyoto, kami naik Shinkansen Hikari sampai Tokyo Station kemudian lanjut naik Narita Express Train (NEX).

Saat memesan tiket, petugas sudah memperhitungkan waktu transit dan jalan kaki dari jalur Shinkansen ke NEX. Jadi harap berjalan kaki seperti layaknya orang Jepang berjalan yaa. Kalau kita jalannya santai, siap-siap ketinggalan kereta lanjutan. Hehehe.

Owyah, di stasiun kereta Jepang semua petunjuk ada di papan atau di lantai. Jadi kalau di tiket tertulis kita dapat gerbong 3, maka cari lah tanda di lantai yang bertuliskan gerbong 3 seperti foto saya dibawah ini. Dijamin begitu kereta datang, maka pintu gerbong 3 akan ada di depan kita dengan tepat!

kretajepang5

Gak jauh beda dengan Shinkansen, kereta NEX ini juga keren banget. Kereta khusus ini digunakan untuk tujuan airport Narita. Tidak heran kalau dibagian belakang gerbong selalu dilengkapi dengan tempat menyimpan koper besar. Jadi kita tidak perlu menyeret-nyeret koper masuk ke dalam gerbong.

Tempat penyimpanan kopernya seperti pada foto di bawah ini. Dilengkapi dengan kabel dan kunci untuk keamanan. Cukup buka kunci, masukan kabel ke pegangan koper, kemudian set kombinasi angka kunci yang kita inginkan. Setelah itu reset angka kunci ke 0000. Gak perlu khawatir koper kita diambil orang lain.

kretajepang6

Yak demikian pengalaman saya menggunakan kereta di Jepang. Semoga tidak bosan dengan dengan banyaknya postingan Jepang di blog ini.

Siapa tau berguna bagi pembaca yang mau jalan-jalan ke Jepang.

Semua posting tentang Jepang bisa dilihat di http://www.masrafa.com/category/jalan-jalan/japan/

Japan D2 – Kawaguchi

Japan D2 – Kawaguchi

Hari kedua di Jepang, Masguh baru mulai workshop. Acara Masguh hari ini akan padat seharian sampai gala dinner. Sebenarnya saya juga diundang untuk ikut lunch dan dinner, tapi mengingat acara ini dihadiri oleh 100 orang telekomunikasi dari seluruh dunia … kebayang isinya akan basa basi sosialisasi kan yah?

Padahal saya kesini untuk liburan.

Jadi mari jalan-jalan aja, gak ada Masguh juga gapapa deh. Toh hari pertama kemarin sudah paham bagaimana keluar dari area Disney Resort menuju Central Tokyo. Sudah tau juga bagaimana cara naik transportasi umum di Jepang. Khusus cerita tentang kerennya kereta di Jepang akan saya buat posting tersendiri yah. Semoga gak bosen bacanya.

Kemana saya pergi hari kedua ini?

Sebelum berangkat ke Jepang, saya sudah khatam membaca buku traveling karya Claudia Kaunang yang berjudul “Rp2,5 Juta Keliling Jepang“. Beliau menulis bahwa untuk melihat pemandangan gunung Fuji nan terkenal itu, paling bagus dari danau Kawaguchiko.

Petunjuk dari mbak Claudia, untuk menuju kesana kita bisa naik bus dari Shinjuku. Tapi karena saya sudah punya JRpass – unlimited 7 days, saya memilih naik kereta dengan panduan dari Hyperdia:

  • Dari Tokyo Central naik JR Chuo Special Rapid Service menuju Takao
  • Dari Takao naik JR Chuo line sampai Otsuki
  • Dari Otsuki naik Fujikyu Railway menuju Kawaguchiko (tarif 1.100 Yen)

Kereta Fujikyu ini adalah kereta wisata khusus untuk menuju tempat terbaik melihat gunung Fuji. Keretanya cuma 2 gerbong, agak jadul keretanya sih. Tapi kalo dibanding KRL Jabodetabek, kereta jadul di Jepang juga masih jauuuhhh lebih bagus dan lebih bersih tentunya.

kawaguchi1

Total perjalanan sekitar 3,5 jam. Bagaikan pergi dari Jakarta ke Bandung sebelum ada tol Cipularang. Saya tidak sendiri kok, saya pergi berdua dengan anak bosnya Masguh yang masih menempuh kuliah kedokteran tahun ke 2. Anak ini terobsesi dengan Jepang, rajin baca komik dan novel Jepang juga suka nonton anime. Bisa berbahasa Jepang untuk percakapan sehari-hari. Cocok kan untuk jadi teman perjalanan agak jauh gini?

kawaguchi4

Dia pasrah mau diajak jalan kemanapun, bisa sampai di Jepang aja udah bahagia banget katanya. Makanya senang ketika ibunya dapat tugas kantor ke Tokyo dan diajak ikut. Sementara saya senang punya teman perjalanan yang bisa jadi penerjemah. Hehehe.

Setelah menempuh perjalanan lebih dari 3 jam dengan 3x ganti kereta, akhirnya kami sampai di stasiun terakhir … KAWAGUCHIKO.

kawaguchi2

Eh saya tampak gemukan di foto atas ini yah? Terima kasih pada baju 4 lapis dan celana 2 rangkap. Hahahahaha

Stasiun nya kecil dan masih manual. Ada petugas pemeriksa karcis, tidak mesin seperti stasiun di kota besar. Beli karcis pun di atas kereta, ada kondektur yang keliling. Bangunannya terbuat dari kayu, sangat tradisional. Meski demikian, tetap dilengkapi dengan pusat informasi berbahasa Inggris, toilet yang selalu bersih dan airnya dingin seperti air kulkas, kafetaria alias kantin.

kawaguchi3

Di depan stasiun tersedia “retro bus” dengan tarif 1.300 yen. Saya sempat tanya ke bagian informasi tentang rute bus ini, tapi malah disarankan untuk jalan kaki saja menuju Ropeway. Saat saya lihat lebih dekat, penumpang bus memang kebanyakan orang lanjut usia. Jadi saya dianggap masih kuat lah jalan agak jauh.

kawaguchi5

Saya jalan kaki mengikuti arah petugas informasi yang digambarkan di peta. Tolong dicatat perkiraan waktu tempuh yang diinformasikan petugas yah. Kalau dibilang waktu tempuh sekitar 15 menit, itu artinya 15 menit dengan kecepatan berjalannya orang Jepang. Yang mana saya saja kalah cepat jalan kaki di sebelah ibu tua berkimono lengkap dengan sendal jepit kayu. Hahahahaha payah kan!

kawaguchi6

Menyenangkan sih jalan kaki menuju danau Kawaguchiko. 15 menit berlalu dengan melintasi perumahan masyarakat yang bersih dan tenang. Saya jadi membayangkan kalau di Indonesia mungkin seperti di Lembang atau Malang gitu kali yah. Kota nya dingin dan tidak terlalu padat penduduk maupun alat transportasi umum. Saya jatuh cinta dengan rumah tradisional mereka. Walau berukuran kecil, tapi pasti tertata indah dengan taman ciri khas Jepang.

japan5

Hamparan salju masih saya temukan di pinggir jalan. Memang tidak banyak dan sudah mulai mencair juga sih. Harus lebih hati-hati lagi karena jalanan jadi agak licin dan basah.

Jangan tertipu dengan matahari yang lagi diskon, sinarnya memang diobral sangat menyilaukan. Tapi suhu udara tetap berkisar antara 1 sampai 3 derajat Celcius. Demi foto di dekat salju *iyaaa saya memang norak hahahaha*, saya harus menahan dingin luar biasa.

kawaguchi8

Begitu melihat tulisan “Lake Kawaguchiko” … bahagia banget. Pemandangannya luaaarrr biasaaa.

kawaguchi7

Tapi ini bukan tujuan utama kami. Masih harus melanjutkan perjalanan sedikit menanjak ke arah ropeway yang dikenal dengan nama Kachi Kachi Ropeway.

kawaguchi9

Ropeway adalah kereta gantung menuju ke atas gunung (saya lupa nama gunungnya). Hanya 1 gerbong dengan kapasitas 5-10 penumpang. Tarif perjalanan bolak balik 700 Yen. Bisa kok kalau mau 1 arah aja ke atas dengan tarif lebih murah, nanti pulangnya ada jalur pejalan kaki. Saya tentu memilih 2 arah dong, pe-er banget kalo udah jauh-jauh kesini masih harus tracking. Medannya lumayan curam dan masih sedikit bersalju.

kawaguchi10

Sampai di atas, gak putus mengucapkan “Masya Allaahhh … Subhanallah“. Pemandangan danau yang dikelilingi beberapa gunung kecil ini sangat indah. Duh pokoknya sulit dilukiskan dengan kata-kata deh.

kawaguchi11

Setelah itu saya celingak-celinguk “mana gunung Fuji nya?

Eeehhh ternyata masih harus naik tangga lagi ke belakang. Karena gunung fuji terletak di belakang gunung yang saya naiki ini. Agak ngos-ngosan juga sih. Maklum kondisi badan sudah gak kaya dulu *nenggak doping dan anti aging *

Tapi semua usaha itu terbayar ketika melihat karya Sang Maha Kuasa …

Here it is … the famous mount Fuji in front of my eyes!

kawaguchi12

Aaahhh lunas!

Perjalanan panjang di kereta 3,5 jam dan jalan kaki 15 menit ditambah lagi beberapa puluh anak tangga … terbayar lunas.

It’s really worth the effort!

Pokoknya untuk kalian yang berencana liburan ke Jepang, coba luangkan 1 hari untuk kesini deh. Dijamin gak menyesal.

Konon katanya kalau kesini pas musim gugur (autumn) sekitar bulan September sampai November, pemandangannya akan lebih spektakuler lagi. Karena pepohonan akan berwarna warni. Daun-daun tidak hanya berwarna hijau, tapi ada merah dan kuning.

Di kawasan Kawaguchi ada beberapa tempat yang layak dikunjungi:

  • Kubota Itchiku Museum –> museum Kimono
  • Kawaguchiko Museum of Art –> menampilkan berbagai lukisan dan foto
  • Kawaguchiko Music Forest –> lebih seperti taman bermain daripada museum. Menampilkan beberapa alat musik
  • Kebun buah (strawberry, cherry dan bluberry)
  • Happy Days – tin ton museum –> museum mainan
  • Dan masih banyak tempat lain yang bisa dilihat

Sayangnya saya tidak punya banyak waktu disini. Cuma tek tok balik hari. Mungkin kalau mau puas disini harus menginap yah. Banyak yang menawarkan penginapan juga, dari yang tradisional sampai hotel modern.

Diatas sini ada yang jual cemilan juga loh. Dan semua cemilan dibuat dalam bentuk gunung Fuji berhiaskan salju pada puncaknya. Gemes banget!

kawaguchi13

Sampai coklat wafer kitkat pun dijual dalam kemasan berbentuk gunung Fuji juga. Dengan rasa yang gak kalah heboh … Bluberry Cheese Cake.

Kaya’ apa tuh?

Sabar yaah, saya akan ceritakan berbagai rasa dan kemasan kitkat dalam postingan tersendiri.

Semua posting tentang Jepang bisa dilihat di http://www.masrafa.com/category/jalan-jalan/japan/

Canggihnya Toilet Jepang

Canggihnya Toilet Jepang

Mari saya ceritakan keajaiban apa saja yang saya temui di dalam toilet di 4 kota yang saya kunjungi di Jepang : Tokyo, Kyoto, Osaka dan Kawaguchi. Tulisan ini merupakan review dari seluruh toilet yang saya masuk ke dalamnya, baik di hotel, restoran, pertokoan, tempat wisata maupun kereta.

Sebelum masuk ke dalam toilet, sebaiknya perhatikan tanda di depan pintu:

toiletjepang

Nah kalau tanda pembeda untuk toilet laki dan perempuan sudah biasa kan yah. Meski demikian saya tidak tahan untuk foto tanda pintu masuk toilet di Snoppy Town – Harajuku … abis imut banget gitu coba.

Tanda yang saya akan ceritakan dibawah ini berbeda:

toiletjepang1

Jika kita membuka pintu bertuliskan “Japanese Style“, maka kita akan menemukan toilet jongkok di dalamnya. Tidak seperti di Indonesia, kalau kita menggunakan toilet di Jepang maka jongkok nya madep ke belakang yah.

Jika kita membuka pintu bertuliskan “Western Style“, maka kita akan menemukan toilet duduk di dalamnya.

Nah ini serunya ….

toiletjepang2

Ada beberapa toilet duduk, yang bagian atasnya berupa wastafel (tempat cuci tangan) seperti pada foto di atas. Cerdas yah?

Air bekas cuci tangan tsb akan masuk ke dalam tampungan air yang kita gunakan untuk flush alias menyiram kotoran dari kloset duduk. Sangat hemat dan go green kan?

Perhatikan sisi kiri toilet yang seperti remote, tampak lebih dekat seperti di bawah ini:

toiletjepang3

Kurang jelas, baiklah ini tampak lebih dekatnya.

toiletjepang4

Banyak tombolnya?

Itu belum seberapa, ini yang agak lebih complicated alias lebih banyak dan mungkin lebih membingungkan:

toiletjepang5

Saya jelaskan fungsi masing-masing tombol ya karena kita tidak akan menemukan buku petunjuk pemakaian di dalam toilet hehehe:

  • Tombol “bidet“, biasanya dijelaskan dengan simbol perempuan atau tombol ini berwarna pink. Fungsinya adalah untuk mengeluarkan air untuk membilas bagian kewanitaan setelah buang air kecil.
  • Tombol “shower/spray“, biasanya dijelaskan dengan simbol gambar p*ntat (maaf disensor hehehe) atau berwarna hijau/biru. Fungsinya adalah untuk mengeluarkan air untuk membilas lubang bagian belakang setelah buang air besar.
  • Tombol “stop“, biasanya dijelaskan dengan simbol kotak berwarna oranye. Fungsinya untuk menghentikan aliran air.
  • Tombol “flushing/sound“, biasanya dijelaskan dengan simbol not balok. Fungsinya untuk mengeluarkan suara seperti kucuran air bilas. Jadi kalau di toilet umum yang terdiri dari beberapa bilik, kita bisa menekan tombol ini agar mengeluarkan suara kucuran air bilas. Daripada kita menekan tombol flush, padahal cuma butuh suaranya, tentunya tombol suara ini lebih “go green” karena kita tidak perlu membuang air percuma.
  • Tombol “volume“, ada 2 yaitu + dan . Fungsinya untuk memperbesar atau memperkecil suara yang dikeluarkan dari tombol “flushing/sound” tadi.
  • Tombol “water pressure“, ada 2 yaitu + dan . Fungsinya untuk memperbesar atau memperkecil aliran air yang dikeluarkan dari tombol “bidet” atau “shower/spray

Cuma segitu doang?

Owh tentu belum selesai sampai disini.

Saya juga menemukan kecanggihan lain diluar tombol-tombol tadi, yaitu beraneka ragam sensor.

toiletjepang6

Untuk sensor diatas yang biasanya ditemukan pada dinding kamar mandi di belakang toilet duduk maupun jongkok, kita cukup mendekatkan telapak tangan kita pada lingkaran tsb … maka akan keluar air bilas dalam toilet untuk membuang kotoran.

Pada beberapa toilet duduk, saya mendengar suara desis angin setelah air flush mengalir. Sebagai orang yang cinta teknologi, saya penasaran mencari sumber suara berdesis tsb. Ternyata ada angin yang dihembuskan ke arah dudukan toilet, untuk mengeringkan dudukan tsb. Magic! Hahahaha. Pantas saja selama seminggu disana, saya tidak pernah menemukan dudukan toilet yang ada cipratan air sedikitpun.

toiletjepang7

Begitu juga pada tempat sampah seperti foto di atas ini. Kita cukup mendekatkan telapak tangan pada atas tutup tempat sampah, maka secara otomatis tempat sampah ini akan terbuka. Tidak perlu kita injak pedal dibawah seperti yang biasa ditemukan pada tempat sampah umum, tidak perlu juga kita menyentuh permukaan tempat sampah. Tangan kita akan tetap bersih dari kuman.

toiletjepang8

Terakhir yang membuat saya kagum luar biasa.

Budaya Jepang sangat menjunjung tinggi rasa melayani. Orang Jepang sangat sopan dan seolah tidak suka membuat orang lain repot.

Alat pada foto diatas, saya temukan di dalam toilet umum di sebuah pertokoan di Shibuya. Jika kita tarik, maka itu adalah tempat duduk untuk balita. Jadi untuk ibu-ibu yang pergi sendirian dan membawa balita serta ingin buang air, tidak perlu khawatir akan anaknya. Tidak perlu repot cari orang lain untuk menitipkan anak. Ibu bisa meletakan anak dalam tempat duduk tsb dan buang air dengan nyaman.

Gimana?

Keren banget kan?

Canggih banget yah toilet di Jepang.

Konon teknologi yang sama juga digunakan di negara tetangganya yaitu Korea.

Gak sabar deh menunggu teknologi yang sama tersedia di Indonesia. Tentunya dengan standar kebersihan yang sama yah.

Semua posting tentang Jepang bisa dilihat di http://www.masrafa.com/category/jalan-jalan/japan/

Touch Down Japan

Touch Down Japan

Baru tahun lalu, masguh bertanya “pingin jalan-jalan kemana lagi yang belum pernah kamu kunjungi? Anak-anak kaya nya udah siap untuk perjalanan 6-8 jam di pesawat tuh

Waktu itu saya menjawab sekenanya “Jepang atau Australia deh. Aku belum pernah

Masguh sudah pernah ke 2 negara yang saya sebutkan itu. Tapi dia bertanya saya mau kemana, kan?

Sempat cari informasi ke mbak Lily yang menawarkan Japan Halal Trip. Tapi kok mahal banget yah untuk bisa ke Jepang. Tahun lalu kami baru umroh + bayar SD Fayra, tahun ini bayar SMP Rafa. Gak tau deh kapan bisa kesampaian ke Jepang. Yang penting diniatin, suatu hari nanti harus bisa sampai ke negara ini.

Per Desember 2012 Masguh menerima tugas baru di kantor yang membuatnya akan lebih sering berpergian lagi. Mendengar jadwal pergi 1/2 tahun 2013 saja sudah membuat saya geleng-geleng kepala. Tapi langsung semangat ketika menerima pertanyaan “dari semua negara tujuan itu, kamu mau ikut yang mana?

Horrrrreeeeeeee.

Saya langsung cek roadmap produk yang harus saya luncurkan tahun ini. Akhir February bisa nih cuti abis launching, karena February 2013 genap setahun saya kerja di perusahaan ini dan sudah melengkapi peluncuran 6 produk yang ditargetkan di awal tahun 2012. Bisa jadi alasan bagus ke juragan saat minta ijin cuti, toh? Hehehehe *devilish smile*

Dan beruntungnya bulan February ini adalah jadwal Masguh pergi ke …. TOKYO

Yippiiieee.

Seperti biasa yang namanya liburan nebeng, hotel dan biaya hidup akan ngikut Masguh. Saya hanya perlu modal tiket saja. Sempat mikir mau bawa anak-anak, tapi tidak jadi dengan alasan:

  1. Tiket ber 3 ampuuunn mahalnya. Dan kalau pergi ber3 ke negara mahal seperti Jepang ini, bukan nebeng liburan lagi namanya. Sudah pasti nombok
  2. Saya gak sepede waktu bawa anak-anak ke Hongkong, karena merasa di Hongkong lebih banyak orang yang berbicara bahasa Inggris walau saya tidak bisa berbahasa Mandarin atau Canton. Sementara di Jepang, konon katanya tidak banyak orang yang berbahasa Inggris.
  3. Saya belum pernah ke sana. Selama Masguh kerja, saya gak berani bawa anak-anak jalan sendirian tanpa modal pengalaman pernah kesana dan tanpa bisa bahasa setempatnya.
  4. Agak repot kalau anak-anak harus bolos sekolah selama seminggu. Apalagi Rafa sudah kelas 6 juga.
  5. Saya belum pernah melakukan winter trip. Sejauh ini kalau jalan ke negara 4 musim, selalu dalam periode akhir Maret sampai September. Kalau saya sendiri belum pernah merasakan winter trip, gimana mau mempersiapkan anak-anak untuk merasakan dingin yang ekstrim.
  6. Paspor anak-anak habis masa berlaku bulan May 2013.

Akhirnya diputuskan cuma saya yang ikut. Nanti kapan-kapan insya Allah kalau ada rejeki, akan balik lagi kesana membawa anak-anak. Itung-itung survey medan dulu lah.

japan1

Total perjalanan kami adalah 8 hari. Kami berangkat Minggu tengah malam, pulang Minggu siang. Efektif disana cuma 6 hari sih. Jadi kami hanya membawa:

  • 1 tas kamera DSLR
  • 1 tas laptop (namanya juga kerja)
  • 1 koper besar berisi seluruh pakaian saya dan Masguh dan souvenir kantornya untuk dibagikan di acara di sana.
  • 1 koper kecil berisi baju tebal + coat + sarung tangan + topi cupluk + syal untuk ganti di airport tujuan
  • 1 tas selempang berisi dokumen + dompet + gadget

Alhamdulillah anak-anak tidak rewel atau ngambek ditinggal, karena mereka diberi pengertian kalau papanya kerja sementara mamanya akan ikut untuk survey tempat liburan bagus untuk mereka. Hehehe

Sampai di Narita Airport, semua orang keluar dari belalai langsung lari ke kamar mandi untuk ganti baju tebal. Sebelum mendarat, pramugari mengumumkan suhu setempat diperkirakan minus 4 derajaat Celcius.

Melihat matahari yang gonjreng banget, dengan sok tau nya saya hanya lapis jaket kulit ditambah syal. Saya merasa sudah pakai baju 2 lapis dibalik jaket (tank top + kaos lengan panjang). Berapa suhu hari itu?

japan2

Saat masih menunggu Limo (bus express airport ke hotel) yang menjemput, saya merasa cukup hangat dengan kostum yang saya gunakan itu. Tapi begitu keluar pintu ke arah bus, saya berasa digampar oleh angin yang sangat menggigit. Langsung saya pakai sarung tangan dan menutup muka dengan syal.

Wokeh, ternyata saya tertipu dengan penampakan matahari yang bersinar sangat terang itu.

Kostum saya di hari berikutnya:

  • 3 lapis baju
  • coat tebal
  • legging di dalam jeans
  • kaos kaki tebal yang saya pakai sampai diluar jeans
  • sepatu boots
  • sarung tangan
  • syal

Badan frankenstein penuh tambalan ini kewahalan menghadapi suhu 1-5 derajat Celcius. Memang sejak operasi ke 5, saya lebih mudah kedinginan walau suhu hanya 10-15 derajat Celcius. Meski baru ini merasakan suhu dibawah 5 derajat.

japan5

Begitu mengetahui saya dan Masguh pergi tanpa membawa anak-anak, langsung orang berkomentar “bulan madu kedua yaaa?

japan3

Well … kinda *_^

Setelah 13 tahun bersama, boleh dong kali ini kami menikmati waktu hanya berdua? Untuk menjaga soda-soda asmara tetap berbusa. Hahahaha

Semoga kami bisa seperti kakek nenek yang kami temui di Tokyo Central Station ini. Masih semangat keliling dunia berdua tanpa kenal usia.

japan4

Ada pepatah yang bilang “Young people travel for knowledge, Old people travel for experience

Saya setuju dan suka sekali dengan kalimat tersebut.

Jepang adalah negara ke 12 yang saya kunjungi. Selama disini saya pergi ke 4 kota berbeda: Tokyo, Kyoto, Osaka dan Kawaguchi. Saya juga sempat kopdar dengan teman blogger, Fety di Shibuya.

Cerita detil perjalanan ini, nantikan dalam posting berikutnya yaaa

PS: iya saya masih ingat kok cerita Taiwan belum selesai. Nanti disambung lagi deh, karena yang ini lebih hangat. Hehehehe

Semua posting tentang Jepang bisa dilihat di http://www.masrafa.com/category/jalan-jalan/japan/