Browsed by
Category: Kyoto

Kerennya Kereta Jepang

Kerennya Kereta Jepang

Tadi pagi saya dan suami ke kantor seperti biasa naik Commuter Line. Pintu kereta terbuka secara otomatis di setiap stasiun. Tapi kali ini ada notifikasi suara dalam bahasa Jepang. Sepertinya kereta kami tadi pagi, hasil import dari negara yang terkenal dengan sistem kereta api yang sangat canggih. Kami cekikikan sendiri sambil bergumam “next destination: Shin-Kiba” dengan logat Jepang tentunya.

Saya jadi ingat kalau saya belum berbagi cerita tentang pengalaman saya menggunakan transportasi rakyat Jepang yang sangat tepat waktu ini.

kretajepang1

Saat menyusun itinerary, saya selalu melakukan riset sederhana. Baik itu browsing internet, tanya-tanya ke travel agent ataupun bertanya ke mereka yang sudah pernah ke tempat tujuan. Karena Masguh ke Jepang dalam rangka pekerjaan, jadi saya harus bisa jalan-jalan sendiri dengan menggunakan transportasi publik disana. Dan saya kaget dong melihat hasil gugling gambar jalur kereta di Jepang, ribet amat gambarnya … banyak jalur berwarna-warni. Teman saya yang tinggal disana hanya berpesan “just follow the color line” #okesip meski tetap bingung hahahahaha

Karena tidak hanya tinggal di Tokyo (saya juga pergi ke KawaguchiKyotoOsaka), saya disarankan untuk membeli JRpass saja di Jakarta. Setelah saya susun detil biaya yang dibutuhkan tanpa JRpass, ternyata hanya beda sedikit dengan JRpass. Secara harga JRpass terlihat lebih mahal (3jt-an per orang), tetapi secara waktu tempuh JR lebih cepat 3-6 jam.

Tentunya saya memilih membeli JRpass supaya tidak ribet juga disana.

JRpass

Japan Rail Pass adalah tiket kereta yang ditawarkan untuk turis oleh salah satu perusahaan kereta api di Jepang dengan coverage paling luas, yaitu Japan Railway Group. JR Pass berlaku untuk semua jaringan kereta JR di Jepang, termasuk kereta Shinkansen Hikari dan Kodama, serta beberapa jaringan JR bus dan kapal ferry.

JRpass hanya bisa dibeli diluar Jepang dengan menunjukan passport asli yang sudah mendapatkan visa dengan status “temporary visitor”.

kretajepang

JRpass ada 2 macam: Standard Car dan Green Car (lebih mahal). Masing-masing memiliki harga berbeda untuk anak-anak dan dewasa. Masa berlaku juga terdiri dari 3 kategori: 7 hari, 14 hari dan 21 hari. Untuk lebih jelasnya bisa buka di web nya aja yah.

Kami membeli kelas Standard Car yang berlaku 7 hari di Jalan Tour (Gedung Kyoei – Sudirman) dengan harga 28.300 Yen dibayarkan dengan Rupiah tergantung kurs hari transaksi.

Padahal kalau beli di Jepang, Shinkansen dari Tokyo ke Kyoto 1 arah aja harganya 14.000 yen. Bisa naik bus malam dengan harga 1/3nya, tapi waktu tempuhnya 7-8 jam, sementara kalau naik Shinkansen cuma 3 jam.

Coba kalau saya tidak pakai JRpass, seminggu bisa butuh lebih dari 28rb yen untuk membeli tiket ketengan. Bisa dibilang harga yang saya bayar untuk JRpass sama dengan harga tiket regular Tokyo – Kyoto – Tokyo. Sisanya saya naik kereta secara gratis hehehe.

Saya sarankan untuk kalian yang mau ke Jepang dan mengunjungi lebih dari 1 kota, akan lebih hemat (waktu dan biaya) dengan membeli JRpass di luar Jepang. Tinggal eksploitasi secara maksimal ajah.

Kita akan diberikan kertas kwitansi seperti tiket kereta manual biasa. Sampai di Jepang (bisa di airport atau pun di stasiun kereta), kita harus tukarkan kertas tersebut untuk mendapat kartu seperti yang saya pegang pada foto diatas.

Bagian belakang akan di stempel tanggal mulai penggunaan kartu dan tanggal berakhirnya. Di stasiun kereta, jangan masuk pintu otomatis yah … tapi carilah pintu di dekat loket petugas. Tunjukan kartu JRpass kepada petugas dengan memperlihatkan tanggal di bagian belakang, maka petugas akan memberikan jalan untuk kita.

Perhatikan jadwal kereta di Hyperdia. Pastikan ambil jalur yang dilalui JR group. Jika memang ke arah tempat tujuan tsb tidak dilalui oleh JR, maka kita harus membeli tiket satuan di stasiun. Gak mahal kok, sekitar 200-500 yen.

Enak banget deh pake JRpass, gampang dan lebih irit. Jangan khawatir bingung di stasiun, karena semua dilengkapi dengan loket petugas berbahasa Inggris.

kretajepang7

Jika kita hanya berpergian di dalam 1 kota saja, maka tidak perlu membeli JRpass. Bisa membeli tiket harian dalam kota tertentu yang lebih murah atau membeli day pass (unlimited untuk 1 – 3 – 5 – 7 hari). Jangan khawatir ribet dengan barang bawaan kita, karena di setiap stasiun dilengkapi dengan loker penitipan barang seperti tampak pada foto diatas. Jangan lupa untuk menghapal posisi loker yah, karena setiap pojokan stasiun akan kita temui penampakan loker serupa.

Harga penyewaan loker tergantung dari ukuran lemari dan durasi penyimpanan. Semakin besar lemari dan semakin lama kita menyimpan barang disitu, tentunya akan semakin mahal harga loker nya. Untuk lebih jelas bisa dilihat di web ini yah.

kretajepang2

Seperti yang saya ceritakan sebelumnya, semua tempat publik di Jepang dilengkapi dengan petunjuk / papan informasi dalam 3 bahasa (Jepang, Inggris dan Korea).

kretajepang3Kebersihan, ketertiban dan kenyamanan sangat dijunjung tinggi di Jepang. Tidak akan kita temui orang berdesak-desakan di dalam gerbong. Jika kereta sudah penuh, orang yang di depan pintu tidak akan memaksakan dirinya untuk masuk, mereka lebih memilih kereta berikutnya. Tidak ada yang sikut-sikutan untuk naik eskalator, semua orang berbaris rapih dan sadar diri untuk berdiri di belakang orang lain. Tidak ada orang yang membuang sampah sembarangan, rel kereta pun sangat bersih sekali.

kretajepang4

Saya sempat mengintip ke ruang masinis. Tidak ada orang lain yang berada di dalam ruang itu. Beda banget sama KRL Jabodetabek kan, penumpang bisa masuk seenaknya ke dalam ruang masinis hahahaha.

Shinkansen

Kami menggunakan JRpass untuk naik Shinkansen Hikari dari Tokyo ke Kyoto. Sebenarnya rute yang ditempuh sama dengan Shinkansen Nozomi (lebih mahal, tidak termasuk dalam JRpass), hanya saja Hikari lebih banyak stasiun berhentinya. Untuk kecepatan kereta, Hikari mencapai 210KM/jam sementara Nozomi katanya ada yang mencapai 300KM/jam.

Untuk naik Shinkansen pergi antar kota apalagi di akhir minggu (Jumat – Sabtu – Minggu), sebaiknya kita pesan kursi dulu. Sehari sebelum keberangkatan, saya datang ke loket pemesanan (JR office) di dalam stasiun dengan menunjukan kartu JRpass. Saya pesan kursi paling belakang karena membawa koper besar. Petugas memberikan saya tiket kecil yang berisi informasi lengkap tanggal, jam keberangkatan, stasiun tujuan, nomor gerbong dan nomor kursi.

Ada bebrapa gerbong khusus yang disediakan untuk penumpang yang tidak memesan kursi, biasanya gerbong 1 sampai 5 bertuliskan “unreserved seat“.

kretajepang8

Kami tiba di stasiun sekitar 20 menit sebelum waktu keberangkatan. Ketika diumumkan kereta akan masuk jalur, bermunculan orang-orang berpakaian pink lengkap dengan tas besar, masker dan sarung tangan. Sekilas mirip mbak yakult. Pernah liat kan mbak-mbak berbaju pink dengan tas dorong yang beredar dari 1 rumah ke rumah lain untuk menawarkan yakult? Apa cuma di Jakarta dan sekitarnya yang ada mbak yakult?

Ternyata mereka ini petugas kebersihan kereta. Saat kereta datang, mereka sudah berbaris dengan tertib di pinggir jalur. Setelah seluruh penumpang turun dari kereta, mereka akan masuk dan membersihkan seluruh gerbong. Yang bikin saya takjub, mereka tidak hanya menyapu dan mengepel gerbong atau membersihkan toilet loh. Tapi mereka juga menyemprot meja dan mengelapnya, juga menyikat kursi!

kretajepang9

Pantas saja kereta di Jepang sangat bersih yah. 1 gerbong saja dibersihkan oleh lebih dari 5 orang dengan tugas berbeda. Pembersihan gerbong ini dilakukan di setiap stasiun terakhir.

Saya iseng foto dengan masinis Shinkansen. Penampilan mereka bagai pilot. Masih muda-muda, berbadan tegap dengan seragam yang juga mirip pilot. Keren deh.

kretajepang10

Gak cuma masinisnya yang mirip pilot, isi kereta Shinkansen juga mirip pesawat *norak deh gw*

Kursinya model reclining seat (sandaran bisa direbahkan ke belakang), setiap baris dilengkapi dengan meja kecil. Di dekat jendela dilengkapi dengan cantolan jaket. Di depan kursi ada majalah SHOP yang isinya jualan segala ada deh, dari mulai makanan – minuman – pakaian – aksesoris – souvenir. Mbak petugas lewat menggunakan kereta dorong kecil seperti pramugari di dalam pesawat.

Setiap gerbong kereta dilengkapi dengan toilet dan bilik kecil berisi wastafel dan kaca. Bilik kecil ini bisa digunakan untuk berganti pakaian. Tong sampah juga disediakan di tiap gerbong. Harap perhatikan logo di tong sampah, karena tempat membuang sampah kertas akan berbeda dengan sampah botol ataupun sampah plastik.

Narita Express (NEX)

Untuk menuju Narita dari Kyoto, kami naik Shinkansen Hikari sampai Tokyo Station kemudian lanjut naik Narita Express Train (NEX).

Saat memesan tiket, petugas sudah memperhitungkan waktu transit dan jalan kaki dari jalur Shinkansen ke NEX. Jadi harap berjalan kaki seperti layaknya orang Jepang berjalan yaa. Kalau kita jalannya santai, siap-siap ketinggalan kereta lanjutan. Hehehe.

Owyah, di stasiun kereta Jepang semua petunjuk ada di papan atau di lantai. Jadi kalau di tiket tertulis kita dapat gerbong 3, maka cari lah tanda di lantai yang bertuliskan gerbong 3 seperti foto saya dibawah ini. Dijamin begitu kereta datang, maka pintu gerbong 3 akan ada di depan kita dengan tepat!

kretajepang5

Gak jauh beda dengan Shinkansen, kereta NEX ini juga keren banget. Kereta khusus ini digunakan untuk tujuan airport Narita. Tidak heran kalau dibagian belakang gerbong selalu dilengkapi dengan tempat menyimpan koper besar. Jadi kita tidak perlu menyeret-nyeret koper masuk ke dalam gerbong.

Tempat penyimpanan kopernya seperti pada foto di bawah ini. Dilengkapi dengan kabel dan kunci untuk keamanan. Cukup buka kunci, masukan kabel ke pegangan koper, kemudian set kombinasi angka kunci yang kita inginkan. Setelah itu reset angka kunci ke 0000. Gak perlu khawatir koper kita diambil orang lain.

kretajepang6

Yak demikian pengalaman saya menggunakan kereta di Jepang. Semoga tidak bosan dengan dengan banyaknya postingan Jepang di blog ini.

Siapa tau berguna bagi pembaca yang mau jalan-jalan ke Jepang.

Semua posting tentang Jepang bisa dilihat di http://www.masrafa.com/category/jalan-jalan/japan/

Japanese Kit Kat

Japanese Kit Kat

Siapa yang gak kenal Kit Kat?

Wafer balut coklat ini terkenal dengan tag line nya “have a break, have a kit kat” diciptakan di Inggris, sekarang dipasarkan ke seluruh dunia oleh Nestle. Kecuali di Amerika, karena di sana di produksi oleh Hersey.

kitkat1 Ketika teman-teman mengetahui rencana saya pergi ke Jepang bulan lalu, respon mereka semua hampir sama “bawain kit kat green tea dong!”

Memang sebelumnya saya juga pernah mendengar cerita bahwa hanya di Jepang yang punya kit kat lebih dari 100 rasa. Bahkan saya punya teman yang mengkoleksi kemasan kit kat dengan berbagai rasa itu.

Saya jadi penasaran dengan macam-macam rasa nya. Setiap melewati toko makanan yang menjual kit kat, pasti saya mampir sebentar hanya untuk foto kit kat dengan rasa yang gak biasa di mata saya.

Hasilnya seperti ini:

  • Yang paling terkenal : rasa GREEN TEAkitkat2Harga jualnya 840 yen (dikali Rp 105-110), dari mulai di toko kecil di pinggir jalan kota sampai toko souvenir di erpot harga nya sama semua.1 kemasan, isinya 5 bungkus wafer. 1 bungkus isi nya 2 bar coklat.
  • Masih teh juga : rasa ROASTED GREEN TEA
    kitkat3Beda teh nya, beda juga rasa kit katnya. Gak semua orang suka teh hijau segar, jadi lah dibuat rasa teh coklat. Padahal terbuat dari green tea juga, tapi yang dibakar atau yang biasanya disebut Roasted Green Tea.
  • Rasa KAYU MANIS / CINAMON
    kitkat4Kalo kue Cinamon Roll sih saya kebayang rasanya. Tapi kalo coklat rasa kayu manis gini, seperti apa ya?
  • Rasa STRAWBERRY
    kitkat5
    Buah kesukaan Fayra nih. Tapi Fayra gak suka kalo dicampur bahan makanan seperti pada kue, roti, coklat atau pudding. Fayra lebih suka buah segarnya dimakan langsung.
  • Rasa WINE
    kitkat6Saya belum pernah mencoba wine. Jadi gak kebayang seperti apa rasa yang ini. Hehehe
  • Rasa CHEESE CAKE
    kitkat7Saya sih penggila semua jenis Cheese Cake. Tapi begitu dilebur dengan coklat dan wafer, mhmmm gak kebayang deh.
  • Masih keluarga ciskek: Rasa BLUEBERRY CHEESE CAKE kitkat8Kalau yang ini saya beli 1 bungkus, titipan teman saya yang lagi hamil. Dari pada gak keturutan nanti anaknya ngences kan yah *mitos*, dibelikan deh.
  • Rasa BROWN SUGARkitkat9 Ih manis nya kek apa ya?
  • Rasa WASABI kitkat10Aaaawww kebayang pedasnya yang menyengat di hidung saat makan ini. Ada yang berani mencoba?

Rasa yang sama, bisa jadi kemasannya berbeda.

Kemasan dibuat berbeda jika kita membeli di kota yang berbeda. Kemasan juga akan beda tergantung musim atau hari raya atau festival khusus.

Contohnya seperti rasa Green Tea. Selain Kyoto Edition seperti tampak pada foto di atas, saya juga sempat foto kemasan Tokyo seperti ini:

kitkat11

Ketika di airport Narita, saya menemukan rasa Green Tea dengan kemasan berbeda lagi:

kitkat12

Saya cuma beli yang rasa Green Tea dan Bluberry Cheese Cake itu saja karena titipan teman-teman. Belum pernah mencoba rasanya seperti apa.

Ada yang sudah pernah mencoba?

Japan D6 – Back to Kyoto

Japan D6 – Back to Kyoto

Setelah menempuh perjalanan 30 menit dari Osaka ke Kyoto, kami merasa masih punya waktu untuk menuju 1 objek wisata lagi di Kyoto.

Hari ke 5 cuma datang ke 2 tempat, hujan deras dan sudah tutup. Jadi paling enggak kali ini harus masuk ke salah satu kuil terkenal lagi di Kyoto. Tapi tidak bisa yang terlalu jauh dari Ryokan.

Sanjusangendo Temple

Ada yang bilang kuil ini berisi 1000 patung Budha, ada yang bilang isinya 1001 patung Kannon. Saat masuk ke dalamnya memang banyak barisan patung, tapi saya tidak kerajinan menghitungnya. Hihihi.

kyoto8

Saat masuk ke dalamnya, kita diminta untuk membayar 600 yen. Di pintu masuk bangunan sepanjang 120 meter ini, kita juga diminta untuk mencopot sepatu, menyimpan di rak dan menggunakan alas kaki yang telah disediakan oleh pihak kuil.

Meski ditemukan tahun 1164, tapi bangunan ini masih terus dipelihara dengan baik. Memang terlihat ada debu di badan-badan patung, tapi keseluruhan bangunan sangat bersih loh. Kebetulan pada hari kami kesana, ada ibu-ibu yang sedang membuat rangkaian bunga di beberapa titik bangunan. Saya suka sekali melihat mereka lihai menata aneka bunga dan daun dalam aneka bentuk vas. Kesenian ini disebut Ikebana.

Sayangnya kita tidak diperkenankan untuk mengambil foto di dalam bangunan kuil.

kyoto9

Saya senang sekali karena pemerintah Jepang saat melestarikan kebudayaan dan bangunan-bangunan bersejarah. Walau tidak banyak orang yang bisa berbahasa Inggris di Kyoto, tapi papan petunjuk menuju semua objek wisata dibuat dalam 3 bahasa (Jepang – Korea – Inggris). Begitu juga semua petunjuk informasi pada transportasi umum (bus – kereta). Selain itu, semua objek wisata selalu dilengkapi dengan papan bertuliskan “wheel chairs are welcome

kyoto10

Ketika jalan-jalan di luar bangunan kuil, angin semakin menggigit. Langit pun semakin gelap. Khawatir hujan turun deras seperti hari sebelumnya, kami bergegas beranjak menuju Ryokan untuk mengambil koper.

Dalam perjalanan dari Ryokan ke arah stasiun kereta Kyoto, hujan salju turun dengan lembut. Pertama saya hanya merasa kacamata seperti terantuk-antuk batu kecil. Saya lepas kacamata, eh ada bulir putih masuk ke dalam mata. Begitu saya memejamkan mata, butiran putih itu terasa mencair. Saya menadahkan tangan, bulir-bulir putih halus memenuhi sarung tangan hitam … loh ini salju kali yah?

Saya tengok ke arah Masguh meminta konfirmasi “ini salju ya?

I feel my first SNOW RAIN!

Saya pun jejingkrakan sambil menyeret koper di perempatan jalan.

Norak banget deh, maklum di kampung halaman gak ada hujan salju hahahaha.

Sementara orang-orang lain di kanan kiri saya selama menyebrang jalan, mempercepat langkah mereka untuk bisa segera masuk ke dalam stasiun. Saya malah asyik hujan-hujanan. Yaaa, mereka mah udah biasa kan … kalo saya baru pertama nih.

Malam ini kami menuju Narita dan menginap 1 malam di sana. Hari ke 7 siang kami kembali pulang ke Jakarta.

Lengkap sudah perjalanan saya ke Jepang diceritakan di sini. Lengkap juga pengalaman saya merasakan:

  • Hari ke 1 kedinginan karena salah kostum
  • Hari ke 2 melihat tumpukan salju
  • Hari ke 3 lebih kedinginan lagi
  • Hari ke 4 kepanasan
  • Hari ke 5 kehujanan basah kuyup
  • Hari ke 6 merasakan hujan salju

Thanks Rabb, for those experiences. Never thank YOU enough. YOU’re the greatest!

Semua posting tentang Jepang bisa dilihat di http://www.masrafa.com/category/jalan-jalan/japan/

Review: Satomo Ryokan – Kyoto

Review: Satomo Ryokan – Kyoto

Mendengar cerita teman yang baru pulang dari Jepang akhir Januari, beliau memberikan saran agar saya mencoba penginapan tradisional Jepang yang biasa disebut Ryokan.

Sepanjang jalan menuju Kyomizudera Temple, saya memang terpesona dengan rumah penduduk Jepang.

kyoto7

ryokan14

ryokan15

Pingin banget merasakan tidur beralaskan tatami (tikar yang menjadi alas rumah Jepang). Teman saya bilang kalau menginap di ryokan, pasti merasakan suasana itu. Dan beliau menyarankan saya untuk tinggal di SATOMO RYOKAN.
ryokan1

Letaknya sangat strategis, tidak jauh dari kantor pos Kyoto. Tepat bersebrangan dengan stasiun kereta JR dan terminal bus Kyoto. Bersisihan dengan Yodobashi Mall. Tinggal jalan kaki 5 menit dari penginapan ini, kita sudah sampai ke beberapa tempat yang biasa dicari orang (stasiun kereta, terminal bus, mall, McD, aneka restoran, mall, dll).
ryokan8

Begitu masuk ke dalam, kita akan diminta melepaskan alas kaki dan menaruh di rak yang tersedia di pintu masuk. Selop dengan berbagai ukuran (S – M – L – children) sudah dihamparkan untuk bisa kita gunakan. Untuk anak-anak, selopnya diberi hiasan gambar kartun. Lucu deh.
ryokan9

Kamar kami terletak di lantai 3. Begitu membuka pintu yang terbuat dari besi tebal, kita akan menemukan tampilan seperti foto di bawah. Sebelah kiri kamar mandi, sebelah kanan lemari pakaian. Di lurusan depannya ada pintu geser yang terbuat dari anyaman.
ryokan2

Suhu di dalam kamar lebih hangat dari pada di lorong kamar mandi dan lemari. Selain ada penghangat di ujung atas langit-langit dekat jendela, sepertinya di lapisan bawah tatami juga ada penghangat deh. Soalnya lantai tatami juga hangat sekali. Membuat kita nyaman, karena udara di luar sangat dingin. Kyoto memang lebih dingin dari pada Tokyo. Apalagi ditambah hujan seperti hari ke 5 ini.
ryokan3

Ukuran kamar kira-kira 3 x 4 meter. Tapi terkesan luas karena tidak banyak perobotan di dalamnya. Di bagian kiri ada meja pendek beserta termos air dan peralatan minum teh. Disediakan teh hijau dan gula juga. Termos juga berisi air panas.
ryokan4

Di pojok kiri dekat jendela ada meja TV kecil. Orang Jepang memang sangat efesien yah. Walau meja TV nya kecil, tapi di lengkapi dengan TV flat screen 32″, deposit box, kulkas mini, telepon meja, alat untuk masak air elektronik, alat untuk masak nasi, senter dan 1 kotak berisi 2 gelas.
ryokan5

Di pojok kanan dekat jendela terdapat meja rias mungil. Lengkap dengan hair dryer, tempat sampah dan tempat tisu. Kalau mau dandan disini, kita duduk beralaskan bantal tipis layaknya wanita jepang. Ah saya jadi ingat film Oshin *buka aib, ketauan umur deh*
ryokan6

Trus tidurnya gimana?

Tumpukan kain putih yang dilihat saat kita masuk ke dalam kamar, tinggal dibuka saja. Kain putih itu ternyata kasur tipis, selimut lumayan tebal dan 1 buah bantal. Uups, maaf sajadah nya ikut ke foto. Yang pasti itu bukan sajadah yang disediakan pihak penginapan. Hihihi
ryokan7

Kalau dirasa kasur atau selimut kurang tebal, pihak penginapan menyediakan tambahannya di dalam lemari. Selain itu tersedia juga kimono dan peralatan mandi, dari mulai sisir – jepit rambut – handuk (3 ukuran) – sikat dan pasta gigi – garam untuk larutan perendam kaki dengan wangi aneka bunga (ada 3 pilihan) – garam aroma therapy untuk berendam di bath-up (ada 3 pilihan wangi buah).
ryokan10

Sebelum pesan ryokan, sebaiknya cek dulu ketersediaan kamar mandi nya. Tidak semua ryokan menyediakan private – bathroom, atau kamar mandi di dalam kamar. Kebanyakan ryokan hanya menyediakan onsen (pemandian air panas untuk umum).

Satomo ryokan menyediakan 2-2nya. Ada kamar mandi di dalam kamar, juga ada pemandian umum yang terletak di lantai 2 untuk wanita dan di lantai 5 untuk pria. Di tempat pemandian air panas ini, kita wajib untuk bugil … asli telenji bulet neeek. Maka saya tidak berani mencoba onsen, khawatir orang-orang kabur lihat badan saya penuh resleting. Hahahaha

Kamar mandi yang tersedia di dalam kamar ini berukuran mungil. Tapi bersih dan lengkap. Terpisah dengan toilet, tapi letaknya bersisihan. Ada wastafel, bath-up, shower, sabun, shampo, conditioner, sampai bangku kecil dan baskom untuk merendam kaki. Di dalam toilet juga di sediakan selop khusus.
ryokan11

Kita bisa memilih menginap + sarapan, atau tanpa sarapan. Tentunya harga kamar tanpa sarapan lebih murah. Tapi dengan selisih 100rb, kami memilih dengan sarapan. Harga makanan di Jepang cukup mahal, sekali makan bisa 150-200rb/orang. Jadi 100rb itu bisa dibilang murah untuk makanan selengkap ini dan menambah pengalaman makan secara tradisional:ryokan12

Suatu hari nanti kalo ada rejeki bisa ke Jepang lagi dan membawa anak-anak, saya akan mengajak mereka untuk menginap di ryokan juga. Supaya mereka bisa mempelajari isi rumah tradisional Jepang dan memahami perbedaan budaya yang ada.

I want my children to be like all great travellers. They see more than they remember, and remember more than what they have seen. (quote by Benjamin Disraeli)

Semua posting tentang Jepang bisa dilihat di http://www.masrafa.com/category/jalan-jalan/japan/

Japan D5 – Kyoto

Japan D5 – Kyoto

Hari ke 5 di Jepang, Masguh sudah tidak ada kerjaan lagi. Tapi kami memperpanjang masa kunjungan di Jepang selama 2 hari ke depan.

Karena beberapa tahun lalu Masguh pernah 1 bulan tinggal di Tokyo, jadi kunjungan kali ini Masguh ingin mencoba keluar kota Tokyo. Sekalian mencoba merasakan naik kereta peluru (bullet train) yang terkenal dengan kecepatannya itu.

Batas waktu check-out kamar hotel adalah jam 10 pagi. Jadi sebelum kami sarapan, sekalian mengurus check-out. Setelah itu cusss menuju Tokyo Central untuk naik Shinkansen ke Kyoto.

kyoto1

Walau JRpass hanya berlaku untuk shinkansen yang murahan (Hikari), tetap aja kami norak saat kereta keren ini ada di depan mata.

Jarak Tokyo – Kyoto sekitar 450-an kilometer, seperti jarak Jakarta – Semarang, ditempuh kereta ini dalam waktu 3 jam saja. Sementara kalo kita naik kereta Argo dari Jakarta ke Semarang, butuh waktu 5-6 jam. Kebayang betapa cepatnya kereta peluru ini?

Shinkansen Hikari yang lebih lambat dari Nozomi ini, kecepatan maksimumnya 200an kilometer per jam. Jadi penasaran bagaimana rasanya naik Shinkansen Nozomi yang paling mahal dan paling cepat (sampai 300an KM/jam) itu yah? *ndeso mode ON*

Sampai di Kyoto sekitar jam makan siang. Belum bisa check-in di penginapan (harus jam 4), jadi kami hanya pergi ke penginapan untuk menitipkan koper saja. Kemudian kami mencari makan siang di sekitar stasiun, lalu pergi ke kantor pusat informasi mencari petunjuk untuk pergi ke objek wisata terdekat.

Kyoto ini seperti kota Solo. Objek wisatanya lebih ke pariwisata budaya dan tradisional. Selain pemandangan alam, 90% objek wisata di Kyoto berupa kuil. Enaknya disini, pemerintah menyediakan transportasi yang sangat mendukung pariwisata. Ada bus dengan rute melewati beberapa objek wisata. Tarif bus per 1x naik adalah 220 yen. Tapi kita bisa ambil 1 day pass (sepuasanya naik bus selama 1 hari) seharga 500 yen saja.

Tentu saja kami membeli tiket 1 day pass. Saat naik pertama kali, kita tinggal masuk ke dalam bus. Begitu akan turun dari bus, kita masukan kartu/tiket ke dalam mesin yang terletak di sebelah supir. Mesin tsb akan mencetak tanggal pada bagian belakang kartu. Untuk naik bus berikutnya, kita hanya perlu menunjukan tanggal pada kartu tsb ke supir bus saat akan turun. Mudah ya?

Saat menitipkan koper di penginapan, petugas resepsionis meminta kami membawa payung yang mereka sediakan di dekat pintu masuk. Kata beliau, menurut perkiraan cuaca di TV sore hari ini diperkirakan akan turun hujan. Dan benar aja dong, turun bus langsung disambut hujan deras.

Kyomizudera

Pemberhentian pertama kami: Kiyomizudera Temple, artinya Kuil Air Murni yang berasal dari perairan murni dekat situs Air Terjun Otowa di timur bukit berhutan Kyoto. Didirikan tahun 780, masuk ke dalam daftar situs yang dilindungi UNESCO.

Saat turun di halte Kyomizudera, papan petunjuk arah menuju kuil ini terpampang jelas. Informasinya, jarak kesana sekitar 500 meter. Ternyata jalannya menanjak aja dong, secara lokasinya di pinggir bukit kan. Begitu sampai di gerbang, tersaji hamparan puluhan anak tangga. Belum hilang ngos-ngosan jalan kaki dari bawah tadi. Udah harus naik tangga lagi?

Yak mari foto-foto dulu deh.

kyoto2

Meski pakai payung, tetap saja tas + sepatu + jeans + coat yang kami gunakan basah kuyup. Jangan tanya dinginnya deh, sudahlah udara winter ditambah baju basah kuyup itu membuat badan menggigil disko.

Salut sama para wanita yang menuju tempat ini menggunakan kimono lengkap dengan sendal jepit kayu. Saya pun mengajak 2 gadis cantik berkimono untuk foto bersama. Kapan lagi bisa foto dengan gadis jepang, mumpung disini kan.

kyoto3

Saat memberi aba-aba “1…2…3” baru Masguh ceklek kamera, 2 gadis ini berteriak “yi, er, san

Jiahahahahaha … saya tertipu!

Mereka bukan Oshin sang gadis Jepang, melainkan versi KW nya. Mereka adalah Amoy sang gadis China, karena mengucapkan 1-2-3 dalam bahasa Mandarin (akibat sering ke China nih, jadi tau deh)

Gak sanggup naik tangga banyak (inget jadwal periksa tulang tahunan bulan depan/April), jadi cukup sampai di pintu masuk ini aja deh. Karena sudah semakin sore, kami melanjutkan perjalanan naik bus lagi. Diputuskan untuk batal masuk ke dalam kuil ini.

Sebenarnya ada becak ala Jepang, seperti tampak pada foto dibawah ini:

kyoto4

Mana tegaaaa.

Saya pikir becak di Indonesia sudah tidak manusiawi karena tukang becak harus genjot sepeda di belakang. Ternyata di Jepang lebih parah karena tukang becaknya harus lari menarik becak dengan tubuh kita di atasnya. Pantesan tukang becak di Jepang badan nya kekar macam Mr. Barbel yang rajin nge-gym.

Ginkakuji

Kunjungan berikutnya: Ginkakuji Temple, atau yang biasa disebut Silver Pavilion. Tempat ini menjadi pusat budaya tradisional Jepang dari mulai kesenian, upacara minum teh, seni merangkai bunga, puisi, design taman dan arsitektur khas Jepang.

Di dalam nya berisi pavilion perak, beberapa bangunan kuil/candi, taman lumut dan taman kering ala Jepang, kebun dan lain-lain. Kalau dilihat dari peta dibawah ini sih, kebayang betapa luasnya:

kyoto5

Sayangnya nih …

Kami tiba disana bertepatan dengan jam tutup mereka. Jadi lah kami tidak bisa masuk ke dalamnya. Cuma boleh foto di depan pintu masuknya saja:

kyoto6

Kami jalan balik ke arah halte bus. Matahari sudah mulai tenggalam saat bus datang. Kami putuskan untuk kembali ke hotel, ganti baju -sarung tangan – sepatu kemudian pergi lagi di sekitar penginapan untuk mencari makan malam. Kulit telapak tangan dan kaki saya mulai keriput dan pucat akibat kedinginan.

Owhyah … kenapa saya tidak menyebut HOTEL malah menulis PENGINAPAN?

Karena di kota Kyoto ini, kami tinggal di penginapan tradisional Jepang yang disebut RYOKAN. Unik banget deh. Tunggu liputannya di posting berikut yaaaa.

Semua posting tentang Jepang bisa dilihat di http://www.masrafa.com/category/jalan-jalan/japan/