Kerennya Kereta Jepang
Tadi pagi saya dan suami ke kantor seperti biasa naik Commuter Line. Pintu kereta terbuka secara otomatis di setiap stasiun. Tapi kali ini ada notifikasi suara dalam bahasa Jepang. Sepertinya kereta kami tadi pagi, hasil import dari negara yang terkenal dengan sistem kereta api yang sangat canggih. Kami cekikikan sendiri sambil bergumam “next destination: Shin-Kiba” dengan logat Jepang tentunya.
Saya jadi ingat kalau saya belum berbagi cerita tentang pengalaman saya menggunakan transportasi rakyat Jepang yang sangat tepat waktu ini.
Saat menyusun itinerary, saya selalu melakukan riset sederhana. Baik itu browsing internet, tanya-tanya ke travel agent ataupun bertanya ke mereka yang sudah pernah ke tempat tujuan. Karena Masguh ke Jepang dalam rangka pekerjaan, jadi saya harus bisa jalan-jalan sendiri dengan menggunakan transportasi publik disana. Dan saya kaget dong melihat hasil gugling gambar jalur kereta di Jepang, ribet amat gambarnya … banyak jalur berwarna-warni. Teman saya yang tinggal disana hanya berpesan “just follow the color line” #okesip meski tetap bingung hahahahaha
Karena tidak hanya tinggal di Tokyo (saya juga pergi ke Kawaguchi – Kyoto – Osaka), saya disarankan untuk membeli JRpass saja di Jakarta. Setelah saya susun detil biaya yang dibutuhkan tanpa JRpass, ternyata hanya beda sedikit dengan JRpass. Secara harga JRpass terlihat lebih mahal (3jt-an per orang), tetapi secara waktu tempuh JR lebih cepat 3-6 jam.
Tentunya saya memilih membeli JRpass supaya tidak ribet juga disana.
JRpass
Japan Rail Pass adalah tiket kereta yang ditawarkan untuk turis oleh salah satu perusahaan kereta api di Jepang dengan coverage paling luas, yaitu Japan Railway Group. JR Pass berlaku untuk semua jaringan kereta JR di Jepang, termasuk kereta Shinkansen Hikari dan Kodama, serta beberapa jaringan JR bus dan kapal ferry.
JRpass hanya bisa dibeli diluar Jepang dengan menunjukan passport asli yang sudah mendapatkan visa dengan status “temporary visitor”.
JRpass ada 2 macam: Standard Car dan Green Car (lebih mahal). Masing-masing memiliki harga berbeda untuk anak-anak dan dewasa. Masa berlaku juga terdiri dari 3 kategori: 7 hari, 14 hari dan 21 hari. Untuk lebih jelasnya bisa buka di web nya aja yah.
Kami membeli kelas Standard Car yang berlaku 7 hari di Jalan Tour (Gedung Kyoei – Sudirman) dengan harga 28.300 Yen dibayarkan dengan Rupiah tergantung kurs hari transaksi.
Padahal kalau beli di Jepang, Shinkansen dari Tokyo ke Kyoto 1 arah aja harganya 14.000 yen. Bisa naik bus malam dengan harga 1/3nya, tapi waktu tempuhnya 7-8 jam, sementara kalau naik Shinkansen cuma 3 jam.
Coba kalau saya tidak pakai JRpass, seminggu bisa butuh lebih dari 28rb yen untuk membeli tiket ketengan. Bisa dibilang harga yang saya bayar untuk JRpass sama dengan harga tiket regular Tokyo – Kyoto – Tokyo. Sisanya saya naik kereta secara gratis hehehe.
Saya sarankan untuk kalian yang mau ke Jepang dan mengunjungi lebih dari 1 kota, akan lebih hemat (waktu dan biaya) dengan membeli JRpass di luar Jepang. Tinggal eksploitasi secara maksimal ajah.
Kita akan diberikan kertas kwitansi seperti tiket kereta manual biasa. Sampai di Jepang (bisa di airport atau pun di stasiun kereta), kita harus tukarkan kertas tersebut untuk mendapat kartu seperti yang saya pegang pada foto diatas.
Bagian belakang akan di stempel tanggal mulai penggunaan kartu dan tanggal berakhirnya. Di stasiun kereta, jangan masuk pintu otomatis yah … tapi carilah pintu di dekat loket petugas. Tunjukan kartu JRpass kepada petugas dengan memperlihatkan tanggal di bagian belakang, maka petugas akan memberikan jalan untuk kita.
Perhatikan jadwal kereta di Hyperdia. Pastikan ambil jalur yang dilalui JR group. Jika memang ke arah tempat tujuan tsb tidak dilalui oleh JR, maka kita harus membeli tiket satuan di stasiun. Gak mahal kok, sekitar 200-500 yen.
Enak banget deh pake JRpass, gampang dan lebih irit. Jangan khawatir bingung di stasiun, karena semua dilengkapi dengan loket petugas berbahasa Inggris.
Jika kita hanya berpergian di dalam 1 kota saja, maka tidak perlu membeli JRpass. Bisa membeli tiket harian dalam kota tertentu yang lebih murah atau membeli day pass (unlimited untuk 1 – 3 – 5 – 7 hari). Jangan khawatir ribet dengan barang bawaan kita, karena di setiap stasiun dilengkapi dengan loker penitipan barang seperti tampak pada foto diatas. Jangan lupa untuk menghapal posisi loker yah, karena setiap pojokan stasiun akan kita temui penampakan loker serupa.
Harga penyewaan loker tergantung dari ukuran lemari dan durasi penyimpanan. Semakin besar lemari dan semakin lama kita menyimpan barang disitu, tentunya akan semakin mahal harga loker nya. Untuk lebih jelas bisa dilihat di web ini yah.
Seperti yang saya ceritakan sebelumnya, semua tempat publik di Jepang dilengkapi dengan petunjuk / papan informasi dalam 3 bahasa (Jepang, Inggris dan Korea).
Kebersihan, ketertiban dan kenyamanan sangat dijunjung tinggi di Jepang. Tidak akan kita temui orang berdesak-desakan di dalam gerbong. Jika kereta sudah penuh, orang yang di depan pintu tidak akan memaksakan dirinya untuk masuk, mereka lebih memilih kereta berikutnya. Tidak ada yang sikut-sikutan untuk naik eskalator, semua orang berbaris rapih dan sadar diri untuk berdiri di belakang orang lain. Tidak ada orang yang membuang sampah sembarangan, rel kereta pun sangat bersih sekali.
Saya sempat mengintip ke ruang masinis. Tidak ada orang lain yang berada di dalam ruang itu. Beda banget sama KRL Jabodetabek kan, penumpang bisa masuk seenaknya ke dalam ruang masinis hahahaha.
Shinkansen
Kami menggunakan JRpass untuk naik Shinkansen Hikari dari Tokyo ke Kyoto. Sebenarnya rute yang ditempuh sama dengan Shinkansen Nozomi (lebih mahal, tidak termasuk dalam JRpass), hanya saja Hikari lebih banyak stasiun berhentinya. Untuk kecepatan kereta, Hikari mencapai 210KM/jam sementara Nozomi katanya ada yang mencapai 300KM/jam.
Untuk naik Shinkansen pergi antar kota apalagi di akhir minggu (Jumat – Sabtu – Minggu), sebaiknya kita pesan kursi dulu. Sehari sebelum keberangkatan, saya datang ke loket pemesanan (JR office) di dalam stasiun dengan menunjukan kartu JRpass. Saya pesan kursi paling belakang karena membawa koper besar. Petugas memberikan saya tiket kecil yang berisi informasi lengkap tanggal, jam keberangkatan, stasiun tujuan, nomor gerbong dan nomor kursi.
Ada bebrapa gerbong khusus yang disediakan untuk penumpang yang tidak memesan kursi, biasanya gerbong 1 sampai 5 bertuliskan “unreserved seat“.
Kami tiba di stasiun sekitar 20 menit sebelum waktu keberangkatan. Ketika diumumkan kereta akan masuk jalur, bermunculan orang-orang berpakaian pink lengkap dengan tas besar, masker dan sarung tangan. Sekilas mirip mbak yakult. Pernah liat kan mbak-mbak berbaju pink dengan tas dorong yang beredar dari 1 rumah ke rumah lain untuk menawarkan yakult? Apa cuma di Jakarta dan sekitarnya yang ada mbak yakult?
Ternyata mereka ini petugas kebersihan kereta. Saat kereta datang, mereka sudah berbaris dengan tertib di pinggir jalur. Setelah seluruh penumpang turun dari kereta, mereka akan masuk dan membersihkan seluruh gerbong. Yang bikin saya takjub, mereka tidak hanya menyapu dan mengepel gerbong atau membersihkan toilet loh. Tapi mereka juga menyemprot meja dan mengelapnya, juga menyikat kursi!
Pantas saja kereta di Jepang sangat bersih yah. 1 gerbong saja dibersihkan oleh lebih dari 5 orang dengan tugas berbeda. Pembersihan gerbong ini dilakukan di setiap stasiun terakhir.
Saya iseng foto dengan masinis Shinkansen. Penampilan mereka bagai pilot. Masih muda-muda, berbadan tegap dengan seragam yang juga mirip pilot. Keren deh.
Gak cuma masinisnya yang mirip pilot, isi kereta Shinkansen juga mirip pesawat *norak deh gw*
Kursinya model reclining seat (sandaran bisa direbahkan ke belakang), setiap baris dilengkapi dengan meja kecil. Di dekat jendela dilengkapi dengan cantolan jaket. Di depan kursi ada majalah SHOP yang isinya jualan segala ada deh, dari mulai makanan – minuman – pakaian – aksesoris – souvenir. Mbak petugas lewat menggunakan kereta dorong kecil seperti pramugari di dalam pesawat.
Setiap gerbong kereta dilengkapi dengan toilet dan bilik kecil berisi wastafel dan kaca. Bilik kecil ini bisa digunakan untuk berganti pakaian. Tong sampah juga disediakan di tiap gerbong. Harap perhatikan logo di tong sampah, karena tempat membuang sampah kertas akan berbeda dengan sampah botol ataupun sampah plastik.
Narita Express (NEX)
Untuk menuju Narita dari Kyoto, kami naik Shinkansen Hikari sampai Tokyo Station kemudian lanjut naik Narita Express Train (NEX).
Saat memesan tiket, petugas sudah memperhitungkan waktu transit dan jalan kaki dari jalur Shinkansen ke NEX. Jadi harap berjalan kaki seperti layaknya orang Jepang berjalan yaa. Kalau kita jalannya santai, siap-siap ketinggalan kereta lanjutan. Hehehe.
Owyah, di stasiun kereta Jepang semua petunjuk ada di papan atau di lantai. Jadi kalau di tiket tertulis kita dapat gerbong 3, maka cari lah tanda di lantai yang bertuliskan gerbong 3 seperti foto saya dibawah ini. Dijamin begitu kereta datang, maka pintu gerbong 3 akan ada di depan kita dengan tepat!
Gak jauh beda dengan Shinkansen, kereta NEX ini juga keren banget. Kereta khusus ini digunakan untuk tujuan airport Narita. Tidak heran kalau dibagian belakang gerbong selalu dilengkapi dengan tempat menyimpan koper besar. Jadi kita tidak perlu menyeret-nyeret koper masuk ke dalam gerbong.
Tempat penyimpanan kopernya seperti pada foto di bawah ini. Dilengkapi dengan kabel dan kunci untuk keamanan. Cukup buka kunci, masukan kabel ke pegangan koper, kemudian set kombinasi angka kunci yang kita inginkan. Setelah itu reset angka kunci ke 0000. Gak perlu khawatir koper kita diambil orang lain.
—
Yak demikian pengalaman saya menggunakan kereta di Jepang. Semoga tidak bosan dengan dengan banyaknya postingan Jepang di blog ini.
Siapa tau berguna bagi pembaca yang mau jalan-jalan ke Jepang.
Semua posting tentang Jepang bisa dilihat di http://www.masrafa.com/category/jalan-jalan/japan/