Browsed by
Category: Singapore

Prestasi Rafa Akhir 2013

Prestasi Rafa Akhir 2013

Di penghujung 2013 ini, Rafa kembali menorehkan prestasi. Saya merasa 2 prestasi besar yang pernah ditulis di sini dan lulus SD dengan nilai gemilang sudah cukup memuaskan bagi kami selaku orangtua Rafa.

2 minggu lalu Rafa bilang ke saya kalo diajak temannya untuk ikut tanding futsal di Singapore. Teman-teman sekolah Rafa ikut club bola di Gading Serpong, dan kekurangan pemain untuk bisa dikirim ke sana. Dia mengajak teman-teman pemain tim inti U12 sekolah untuk gabung bersama club nya.

Setelah saya dan suami bertemu pelatih club serta mendengarkan penjelasan tentang lomba futsal ini, kami sepakat untuk memberikan kepercayaan kepada Rafa untuk ikut serta.

Lomba ini gak gratis, tiap peserta diminta kontribusi $280 untuk biaya akomodasi (hostel dan makan 3x/hr) dan transportasi selama di sana. Lomba dilaksanakan 2 hari berturut-turut, Sabtu 13 Dec & Minggu 14 Dec. Per hari bisa main 4 game. Karena hari Minggu mereka selesai sore, maka kepulangan dijadwalkan hari Senin. Dikenakan lagi biaya extend satu malam sebesar $60. Biaya ini belum termasuk tiket pesawat PP.

Kalo sekedar melihat biaya yang dibutuhkan tiap peserta, memang tidak murah. Tetapi kami tertarik dengan konsep pertandingan yang diikuti juga oleh beberapa negara tetangga lain. Tidak seperti tahun sebelumnya dimana setiap negara mengatur sendiri akomodasi dan hanya berjumpa pemain dari negara lain di lapangan, tahun ini penginapan seluruh peserta dan kendaraan sudah diatur panitia. Jadi pemain tidak hanya bertemu di lapangan, bisa berinteraksi saat makan dan ketika istirahat di penginapan.

Kami berharap Rafa bisa memanfaatkan kesempatan ini untuk berteman dengan pemain dari negara-negara lain dan juga merasakan atmosfir kompetisi di luar sana. Untuk mengikuti kegiatan ini, Rafa juga harus membangun rasa percaya diri yang tinggi, dan dituntut untuk mandiri. Di luar peserta, coach dan panitia, maka orang lain tidak bisa menginap di tempat yang sama dengan mereka.

Setelah Rafa berjanji untuk memberikan komitmen sesuai dengan harapan kami, baru kami mendaftarkan Rafa ke club tsb. Kebetulan paspor Rafa, Fayra dan Masguh habis masa berlaku di saat yang bersamaan. Akhirnya mereka bertiga memperpanjang paspor bersama.

sg20131Melihat foto paspor lama dan baru mereka, mata saya menghangat.

You grow too fast, kiddos!

Kebetulan Masguh ada pekerjaan di Singapore tanggal 16-18 Dec, harus berangkat tanggal 15 Dec. Sementara Rafa berangkat tanggal 14 Dec malam, dan kembali ke Jakarta tanggal 16 Dec siang.

Naluri kami sebagai orangtua, sungguh tidak tega membiarkan anak pergi sendiri ke negeri tetangga. Masguh minta saya untuk ikut mendampingi Rafa ke sana. Tapi kalau saya pergi dan Masguh juga akan berada di sana untuk kerja, kasihan Fayra sendirian sama mbak di Jakarta. Akhirnya diputuskan rombongan sirkus pergi semua bertiga mengawal Rafa.

Rafa berangkat tanggal 14 Dec bersama tim, saya dan Fayra berangkat tanggal 15 Dec pesawat pertama (demi ngirit biaya penginapan 1 malam), kemudian Masguh berangkat tanggal 16 Dec pesawat pertama sesuai dengan tiket yang diberikan dari kantornya.

sg20132

Sebagai bentuk tanggungjawab nya, kemandirian Rafa dimulai dari packing seluruh kebutuhan yang harus dibawa mengikuti list dari Club. Saya menambahkan vitamin, obat oles dan minum untuk otot, kartu EZlink untuk transportasi di Singapore dan uang saku.

Hari Jumat, saya ijin pulang cepat dari kantor untuk mengantar Rafa ke bandara. Saya kirimkan foto-foto keberangkatan ke Masguh yang sedang sibuk di kantor, gak bisa ikut ke bandara.

sg20133

Hahahaha … welcome to parenthood, duhai suamiku!

Malamnya Rafa mengabari saya via Line kalo sudah tiba di Singapore. Rafa juga mengirimkan foto-foto kamar tempatnya menginap. Ternyata mereka tinggal di asrama sekolah Catholic. 1 kamar terdiri dari 3-6 orang.

sg20134

Transportasi dari bandara Changi ke hostel, kemudian dari hostel ke lapangan … sudah disediakan panitia. Lokasi pertandingannya jauh banget di Taman Jurong.

sg20135

Hari Sabtu anak-anak bermain sampai 4 game dari jam 9 pagi sampai jam 3 sore. Lumayan menguras energi mereka. Pesertanya ada dari Indonesia (ESA dan Al Azhar Kemang Raya), Singapore (ada beberapa club), Thailand, Malaysia dan entah negara mana lagi saya kurang memperhatikan detil. Klub Thailand paling banyak anak bule nya deh, tapi saat bicara cengkok mereka tangtingtung ala penduduk Thailand. Lucu banget.

sg20136

Orangtua yang ikut dari club Rafa cuma saya saja. Anak-anak lain tidak didampingi orangtua mereka karena ini pertandingan mereka yang ke 3 kalinya. Kalau Rafa kan baru kali ini ikut, saya merasa wajib mendampingi untuk melihat kondisi di sana dan memastikan bahwa semuanya well-managed. Jadi kalau tahun berikutnya Rafa ikut lagi, saya bisa melepasnya sendiri.

sg20139

Kelihatan kan betapa posesif nya mama Rafa pada foto di atas?

Hahahaha … saya rasa semua ibu akan melakukan yang sama. Saya lihat club dari negara lain, ibu-ibu mereka juga ikut teriak dan loncat-loncat di pinggir lapangan.

sg20137

Alhamdulillah tim Rafa berhasil masuk final untuk kategori U12, dan menang 4-2 melawan Singapore. Teman Rafa di posisi striker sempat ada yang sudah kepayahan di 3 menit terakhir, tapi pelatih terus menyemangati “Keep playing … hang on … just defense. 3 minutes left

Akhirnya setelah bunyi peluit tanda waktu permainan telah berakhir, dia langsung geletak di lantai dan gak kuat bangun lagi. Sampai ditandu oleh petugas paramedis. Tulang kaki nya keinjek pemain lawan 2x dalam 2 hari di tempat yang sama. Selain itu tubuhnya juga sempat over heat, sampai akhirnya diberikan infus. Kami dilarang masuk ke ruang medis selama treatment dilakukan. Tapi setelah penyerahan medali, kami minta ijin panitia untuk memperbolehkan Rafa masuk dan menyerahkan medali ke temannya dan saya foto untuk dikirim ke orangtuanya di Jakarta.

sg201310

Hari Sabtu sih Fayra masih mau ikut ke lapangan. Tapi hari Minggu, Fayra minta ditinggal di rumah Keisha nya Keluarga Rahman. Dia malas panas-panasan dan bengong doang seharian di pinggir lapangan bola, Fayra lebih memilih main sekolah-sekolahan di kamar Keisha. Untung Masguh sudah datang hari Minggu, jadi saya gak sendirian dan ada teman ke lapangan.

sg201311

Terima kasih tak terhingga kepada Keluarga Rahman yang sudah menawarkan saya dan Fayra untuk menginap semalam di apartemen mereka. Saya mengenal Dessy melalui blog, dan sebelumnya pernah makan malam bersama saat keluarga saya berlibur ke Singapore tahun lalu. Waktu kami pamit, Keisha sedih banget ditinggal Fayra. So sweet.

Ketika Masguh datang hari Minggu, saya dan Fayra pindah ke hotel jatah dari kantor Masguh. Kalau Rafa tetap menginap sama teman-temannya.

Sebagai rewards untuk pencapaian mas Rafa, hari Senin saya membawa Rafa dan Fayra ke SEA Aquarium di Sentosa sebelum pulang ke Jakarta. Masguh tidak bisa ikut karena beliau kesini kan untuk kerja. Jadi hari Senin jadwalnya sudah padat meeting dengan beberapa klien dan baru akan balik ke Jakarta hari Rabu malam.

sg20138

Mas Rafa,
Mama papa adek bahkan uti-akung-mbah mami, semua bangga dengan pencapaian ini. Kamu sudah mampu berkompetisi di negara lain dan menunjukan kemandirian. Pulang pun membawa medali. Terus lah menorehkan prestasi, nak. Mama papa selalu mendukung semua langkah kebaikan mu.

We love you … always!

Runaway Moms ver.2

Runaway Moms ver.2

Sebenarnya masih menunggu foto-foto dari kamera tw dan yang lain, baru afdol untuk posting. Tapi khawatir nanti nasibnya sama seperti versi 1 yang baru tayang 3 tahun setelah pelaksanaannya … jadi mari posting dengan foto seadanya di iPhone saya sebelum cerita ini basi.

Acara versi 2 ini sudah direncanakan beberapa bulan sebelumnya. Tiket dan voucher hostel pun sudah ditangan sejak Oktober. Peserta kali ini 6 orang: de (emak beranak 2), tw (emak beranak 2), nana (emak beranak 2), ei (emak beranak 3), flo (emak beranak 1) dan frida (calon pengantin). Tujuan kami kali ini: Singapore.

Hari pertama: 15 Desember 2012

Kami naik pesawat Batavia jam 7 pagi. Pesawatnya udah lama, agak kotor, sempit, dapat aqua gelas + roti abang-abang yang biasa keliling di sekitar rumah. Kenapa saya bilang roti abang-abang? Karena rotinya keras, seret, hambar … pokoknya susah banget ditelan.

Sampai di Changi sekitar jam 10 pagi. Langsung cari mesin tiket MRT untuk top-up 6 kartu (3 milik saya + 3 milik tw). Kami naik MRT ke China Town. Ibu-ibu ini pada niat loh, kopernya besar-besar banget. Cuma saya dan Frida yang bawaannya paling kecil. Setengah isi koper saya pun titipan 2 teman yang tinggal di Singapore (wink to Dian and Dessy). Maksudnya setelah titipan dikeluarkan, masih ada tempat untuk ngisi belanjaan *alibi*

Kami menginap di 5footway Inn di kawasan China Town. Karena belum bisa check in, kami hanya menitipkan koper di ruangan kecil belakang meja resepsionis. Kemudian makan di McD yang letaknya hanya sekitar 100 meter dari penginapan, dan langsung naik MRT ke Marina Bay Sands.

Niatnya kan mau foto-foto di luar MBS dan ke Garden By The Bay, apa daya hujan turun deras sekali. Setelah capek keliling mall MBS, kami balik ke China Town untuk check-in, sholat dan istirahat. Keasyikan leyeh-leyeh dan ngobrol, baru sadar udah jam 7 malam.

Masih agak gerimis di luar, kami naik MRT menuju Little India. Hujan gini mending menghabiskan waktu di Mustafa Center kan? Baru hari pertama dan emak-emak sudah heboh belanja aja. Lumayan saya dapat kaos kaki bola titipan Rafa dan Nivea Night Cream titipan Didit (di Jakarta kok gak ada yah krim ini).

Bagaimana dengan ibu-ibu lain? Dari kacang campur, coklat, kaos, sampai hand blender pun masuk kantong belanjaan mereka.

Kami balik ke hotel udah tepar. Pada males cari makan. Tapi karena saya terima SMS dari mama (mertua) yang isinya “jangan lupa makan ya, nak” … terpaksa menyeret kaki menuju McD lagi untuk bungkus ayam dan kentang, dimakan di kamar aja.

Hari kedua: 16 Desember 2012

Melihat toko Tintin dari jendela kamar, kami penasaran untuk mampir ke seberang. Saya pernah ke toko Tintin di Brussel akhir tahun 2003 (sebelum museumnya ada, museum nya baru buka Juli 2009) , tapi sayang gak kesampaian foto-foto disana. Makanya senang banget bisa liat ada toko ini di China Town. Walau ukuran toko jauh lebih kecil, tapi isinya lumayan lengkap.

Jiwa narsis tersalurkan deh disini:

Saya membungkus beberapa figurin untuk teman-teman kantor, dan kaos ini untuk Masguh.

Jadwal hari kedua kami akan bermain di Sentosa. Ternyata sampai di VivoCity hujan deras kembali turun. Salah juga sih liburan di musim hujan, resiko nya ya begini. Disini kami berpencar, ngapain lagi deh perempuan di mall sebesar ini kalo gak belanja lagi. Kami berkumpul saat makan siang di Food Republic. Setelah hujan berhenti, baru kami ke lantai 3 untuk naik Sentosa Express.

Puas main-main di Sentosa, mumpung gak ujan kami lanjut ke Orchad. Sebelumnya taruh belanjaan dulu di hostel sih.

Ngapain coba ibu-ibu ini di Orchad? Ya belanja lagi lah *geleng-geleng menatap sendu ke dompet*. Benar-benar uji nyali melihat banyak papan bertuliskan SALE up to 50% – 70%.

Saya sibuk komat kamit “aku berlindung dari godaan diskon yang terkutuk” hihihihi

Malamnya kami mencoba mencari hawker terdekat, tapi sayang banyak yang tutup. Akhirnya cuma makan malam di China Street Food, hanya 1 blok di belakang gang hostel kami. Ketemu juga gerobak bertuliskan “no pork – no lard

Sebenarnya teman-teman masih lanjut jalan ke Esplanade untuk foto-foto di sekitar Merlion. Cahaya lampu saat malam di sana kan bagus banget yah. Tapi badan penuh tambelan ini memberikan alarm untuk rebahan. Saya dan Ei kembali ke hostel untuk istirahat. Tw, Flo, Nana dan Frida masih lanjut jalan-jalan malam.

Hari ketiga: 17 Desember 2012

Kami berdoa semoga hari terakhir ini tidak hujan seperti 2 hari sebelumnya. Kami pergi ke Marina tapi langsung ke Garden By The Bay. Seperti saya tetap tidak beruntung. Udah niat banget mau masuk ke dome, eh ndilalah *jawirnya keluar lagi* kok ya tutup karena ada maintenance. Naseeebbb, cuma bisa jalan-jalan dan foto-foto aja deh.

Saya paling suka foto kami yang ini, sayang tw gak ikutan karena kami gak nemu korban untuk bisa fotoin. Jadi tw harus jadi tukang fotonya:

Dan tentunya suka juga foto yang ini dong:

Kami harus segera kembali ke hostel untuk check out. Batas waktunya cuma sampai jam 12 siang. Alhamdulillah petugas hostel baik banget, kami dicarikan taxi besar. Muat semua 6 manusia + koper-kopernya. Gak perlu 2 taxi biasa.

Saya, Flo, Nana dan Ei turun di IKEA Tampines. Tw dan Frida lanjut ke apartemen Dian untuk menitipkan semua koper kami. Setelah itu Tw dan Frida menyusul ke Ikea.

Kami makan siang di Ikea, cuma di Tampines yang ada line khusus HALAL certified. Saya suka troli untuk membawa banyak makanan disini. Gak perlu repot mondar mandir, secara tangan kita cuma sanggup menampung 1 nampan. Dengan troli ini, beberapa nampan bisa diangkut dan dorong ke meja. Akhirnya bisa merasakan the famous Swedish Meatball karena disini dilengkapi dengan sertifikasi halal. Rasa bakso nya biasa aja di lidah saya, masih lebih enak bakso abang-abang di Jakarta lah. Cuma saos jamurnya memang enak. Yang aneh makanan ini disandingkan dengan selai strawberry, dimana nyambungnya sih?

Saya beli Dave Laptop Table karena belum punya meja kerja di kamar tidur. Kasian Masguh kalo kerja malam-malam, suka nebeng di meja belajar kamar anak-anak. Seringnya di meja makan tuh. Dengan meja ini, masguh bisa kerja di kamar kami.

Saya pulang duluan ke Jakarta karena tidak mau terlalu malam sampai di rumah. Saya naik taxi dari Ikea ke apartemen Dian hanya untuk ambil koper, kemudian lanjut ke erpot. Yammpuun ketemu Dian cuma cipika cipiki peluk dikit, gak sempat ngobrol karena uncle taxi menunggu di bawah. Titipan untuk Dessy pun ditinggal di apartemen Dian, maaf gak sempat ketemu ya Des 🙁

Alhamdulillah pesawat Lion malam itu jauh lebih baik dari Batavia saat berangkat. Pesawat kali ini masih baru, bersih, meski tidak dapat minum atau cemilan. Yang paling penting ON TIME.

Iiihhh saya senang banget dengan perjalanan ini.

Runaway moms benar-benar memberikan kesegaran. Berhenti sejenak dari rutinitas sebagai istri, ibu dan karyawan kantoran.

Ada teman yang komentar “kok tega sih ninggalin anak dan suami untuk senang-senang sendiri? gak egois tuh namanya?

Well, we are just ordinary human being. Not superwomen. We deserve a little break.

Kami tidak melakukan perjalanan seperti ini setiap minggu atau bahkan setiap tahun. Perjalanan ini baru kali ke dua setelah 3 tahun yah.

Lagipula … 3 dari 365 hari?

Menurut kami itu tidak egois. Itu tidak sampai sepersepuluh nya loh. Baby sitter saja berhak dapat cuti 1 hari per minggu, karyawan kantor pun dapat cuti 12 hari per tahun … kadang ada yang dapat uang cuti juga dari employer. Apalagi kami yang merangkap baby + toddler + daddy sitter :-p

Permainan basket yang cuma beberapa menit saja, boleh timeout 5x. Mosok kami yang cuma timeout 1x setahun aja *kemungkinan akan jadi rutin per tahun karena papan sale dimana-mana masih terbayang dalam pikiran* dibilang egois sih?

Bukan cuma ibu pekerja luar rumah saja loh yang butuh me-time atau cuti. Saya rasa semua ibu apapun itu julukannya, butuh istirahat sejenak dari rutinitasnya.

Bersyukur suami-suami kami (bukan 1 suami 6 istri loh yaaaa) memberikan ijin *plus uang saku tentunya*, dan ijin mereka tentu saja kami anggap rewards. Keluarga juga mendukung. Orang tua dan mertua kami juga tahu perjalanan ini, tidak ada satupun dari kami yang berbohong demi melakukan perjalanan ini. Mereka semua juga ikut mengijinkan. Mama Ei bahkan menawarkan diri menjaga anak-anaknya dan menginap di rumah nya selama kami pergi. We’re blessed indeed.

Ijin dan uang saku merupakan bentuk penghargaan dari suami atas kinerja kami sebagai istri dan ibu dari anak-anaknya.

Bukan berarti postingan ini untuk komporin ibu-ibu lain menuntut suaminya memberikan yang sama yah.

Kalian bisa pergi me-time seperti KAMI, tapi sehari-hari juga harus bisa melakukan rutinitas seperti yang kami lakukan.

Bangun lebih pagi untuk masakin orang rumah. Siapkan bekal anak sekolah sebelum kita berangkat ke kantor. Pulang kantor langsung pegang anak-anak (setidaknya menemani mereka belajar, cek buku komunikasi ortu-guru, membacakan cerita sebelum tidur). Bisa tidur 6 jam sehari itu sudah rejeki banget untuk kami, karena rata-rata kami paling tidur maksimal 5 jam.

Nooo … we’re not that prefect enough.

Kami masih dibantu oleh PRT dan baby sitter (utk 3 org teman yang masih punya bayi) juga kok.

Dan jangan tanya dari mana kami dapat BONUS ENERGI untuk melakukan itu semua. Yang pasti, makin banyak anak yang kami punya … makin tidak ada waktu bagi kami untuk memikirkan tenaga ekstra ini datang dari mana. Tentunya kami melakukan dengan cinta, bukan semata terpaksa.

Happy mommy – happy family.

That’s enough!

Review: 5FootWay Inn Singapore

Review: 5FootWay Inn Singapore

Perjalanan kemarin merupakan pengalaman pertama saya menginap di sebuah HOSTEL. Biasanya kalau tugas kantor, saya mendapat jatah hotel berkelas lumayan. Sementara kalau liburan keluarga, kami memilih hotel melati atau maksimal bintang 3-4 karena tidak tega mengajak anak-anak menginap di hostel. Tetapi pengalaman kemarin sangat membuka mata saya, dan seperti nya akan merubah pola pikir saya untuk liburan keluarga berikutnya.

Mau tau kenapa?

Ternyata hostel itu menyenangkan!

Dan tidak mengkhawatirkan untuk anak-anak.

*pasrah deh dibilang norak atau telat tau*

Beginilah hasil review saya tentang hostel 5FootWay Inn Project China Town 1 – Singapore:

Lokasinya sangat strategis. Benar-benar sesuai namanya, 5 langkah dari pintu A stasiun MRT China Town. Langkah bule yang kakinya panjang tapi yaaaa. Hehehehe. Kalau langkah saya sih mungkin bisa 10footway. Pokoknya begitu keluar pintu A (seperti tampak di foto atas), tinggal liat kanan aja. Plang 5footway berwarna hitam putih terlihat sangat jelas. Hanya sekian langkah saja, sudah sampai.

Tampak depan, bangunan bertingkat ini seperti layaknya toko di China Town. Bawahnya digunakan untuk cafe kecil, ruang resepsionis dan ruang tunggu. Pintu menuju kamar penginapan ada di bagian kanan, hanya pemilik kunci (petugas hotel dan tamu menginap) yang bisa masuk karena bagian depan dilengkapi dengan alat security khusus.

Banyak toko cindera mata dan resto di sekitar hostel ini. 1 blok di belakangnya, ada China Town Street Food yang buka sampai tengah malam. McD 24 hours juga tidak jauh, hanya jalan kaki sekitar 100 meter saja.

Kami datang sekitar jam 11 siang. Waktu cek in sekitar jam 2-3, jadi kami hanya menitipkan koper-koper di belakang resepsionis. Ada ruang kecil seperti gudang yang berisi barang-barang tamu yang belum bisa masuk ke kamar.

Setelah koper tersimpan, kami memulai petualangan hari itu dengan jalan-jalan ke arah Marina Bay Sands. Kami kembali ke hotel sekitar jam 5, ambil kunci kamar dan masuk deh. Kami dapat kamar di lantai 2. Tangga nya lumayan tinggi dan sempit.

Alhamdulillah tas saya dibantu bawa oleh petugas, bukan manja bukan sombong … tapi saya memang dilarang dokter untuk membawa beban lebih dari 5KG. Sebelum berangkat pun teman-teman paham kondisi saya, dan mereka sudah berjanji akan membantu saya. Sebetulnya saya pun tidak boleh naik turun tangga. Tapi paling saya hanya naik tangga saat malam (pulang jalan-jalan), gak masalah hostel nya tidak ada lift … toh gak akan sering naik turun juga. Paling banyak hanya 2x sehari, karena hostel hanya tempat untuk tidur saja. Hehehe

Pilihan kamarnya beragam. Ada yang 1 kamar berisi 1 tempat tidur tingkat (2 bed), ada juga 4 – 6 – 8 – 10. Bisa pilih mau kamar campur atau khusus perempuan. Kami ambil kamar yang berisi 6 bed khusus perempuan. Tarif nya $32/bed.

Karena kami ber 6 dalam 1 kamar, kami hanya mengambil 4 kunci. Kita harus membayar deposit kunci $20/kunci … uang ini akan dikembalikan saat kita check out. Dalam kamar tidak disediakan handuk, kalau lupa bawa bisa sewa handuk dengan harga $2 saja di resepsionis.

Design kamar sangat minimalis. Semua berwarna putih, dengan demikian kebersihan kamar terlihat menonjol. Setiap bed dilengkapi dengan bantal dan selimut. Dilengkapi juga dengan AC dan kipas angin. Ada locker susun, ada juga laci besar di bawah tempat tidur.

Disamping (dinding) ada sebuah kotak berisi lampu baca dan colokan utk charge gadget kita. Sayang saya lupa foto, jadi mari kita pinjam dari Travideas untuk melihat lebih jelas penampakan kotak yang saya maksud tsb:

Kalau mau pilih kamar campur (cowok – cewek) atau tidak ada teman yang dikenal dalam 1 kamar atau tidak bisa mendengar suara berisik saat tidur … kita bisa beli earplug seharga $1 di resepsionis. Dijamin langsung senyap. Untuk yang khawatir terhadap kebersihan kamar, bisa membawa sendiri sarung bantal dan seprai seperti salah seorang teman saya. Paling enak sih bawa kain bali tipis, bisa digunakan sebagai alas tidur, selimut tambahan atau pun korden dengan menyampirkan di pinggir tempat tidur.

Semua kamar mandi berada di luar kamar. Di lantai 2 ini ada kamar mandi khusus untuk perempuan. Di dalamnya terdapat 3 wastafel dan 4 bilik (2 toilet duduk + 2 shower). Kecil sih tapi bersih, air dan tisu berlimpah. Saya belum pernah masuk kamar mandi dan kehabisan tisu. Selalu ada cadangan tisu di setiap bilik toilet. Karena ruangan terbatas, pintu di setiap bilik merupakan pintu geser.

Sarapan diberikan gratis di hostel ini. Menu nya berupa roti, selai (kacang – stroberi – blueberry), cereal, susu dan aneka kopi. Tempat makan berada di lantai 2, di teras belakang yang terbuka. Ada pantry yang dilengkapi dengan mesin pembuat kopi, ada sink tempat cuci piring, ada kulkas, ada microwave, ada toaster, ada ruangan mencuci baju juga loh … pokoknya lengkap deh. Eh tapi disini tidak disediakan TEH ya. Jadi sebaiknya bawa sendiri.

Karena hostel murah, semua nya dilakukan self-service.  Cuci piring sendiri setiap habis menggunakan peralatan makan, pencet dan pilih sendiri jenis kopi yang diinginkan (black coffee, cappuccino, latte, mocha, milo, teh tarik, white coffee), panggang sendiri roti nya, tuang sendiri cereal dan susunya.

Enaknya menginap di hostel, kita bisa tambah teman dan kenalan. Karena sering ketemu orang lain saat di pantry  atau pun di kamar mandi. Waktu malam pertama, kami sharing bolu dengan cowok bule yang lagi sendirian browsing internet. Hari kedua saat sarapan, kami sharing teh dengan opa dari Austria.

Opa ini hebat banget deh, sudah renta tapi masih keliling dunia bersama istrinya. Biasanya mereka pergi mengajak seluruh anaknya, tapi kali ini jadwal libur sekolah salah satu anaknya (usia 16thn) gak cukup panjang. Jadi liburan ke Lombok kali ini, mereka hanya bertiga saja (opa + istri + 1 anak). Karena penerbangan Austria – Lombok tidak ada yang langsung, mereka harus transit beberapa kali: Austria – Perancis – Singapore – Bali – Lombok. Setiap transit harus menginap 1 malam, karena tidak ada jadwal terbang yang dekat. Pantas saja mereka harus cuti 2,5 – 3 minggu untuk perjalanan ini.

Pagi itu kami ngobrol lumayan lama. Dari sekedar tanya tentang liburannya, sampai saya menerima wejangan tentang agama. Opa ini seorang pendeta, beliau concern tentang anak muda sekarang yang katanya tidak banyak yang beriman. Di Austria hanya 4% dari penduduknya yang benar-benar menjalankan perintah agama, sisa nya hanya beragama dalam dokumen negara tidak dalam hatinya. Karena tau saya seorang muslim, tambah panjang lah ceramahnya tentang silsilah nabi sampai kitab suci. Bagaimana kalau beliau tau saya pernah memeluk agama yang sama yah? Bisa digeret ke gereja siang itu juga. Hahahahaha.

Jadi saya hanya duduk mendengarkan saja. Dan ketika teman-teman saya mulai melipir menjauh satu-persatu, saya langsung ancam dalam bahasa Indonesia “yang kabur, gw jitak yah!” … mumpung opa gak ngerti hihihihi.

Okay mari lanjut review tentang hostel ini.

Seperti yang saya tulis diatas, lantai 1 hostel ini dibuat seperti cafe kecil. Kita bisa membeli aneka minuman dan makanan ringan. Diujung ruang ada 2 komputer yang bisa digunakan pengunjung. Ada ruang tunggu, lengkap dengan beberapa permainan (monopoli, scrabble, dll). Mereka yang menempuh penerbangan jauh (biasanya tamu dari bagian barat dunia), menggunakan ruangan ini untuk tidur sebelum mereka bisa masuk ke kamar. Kasian lah yah, masih jetlag setelah 20-30 jam perjalanan.Eh disini juga tersedia kartu pos yang bisa diambil GRATIS!.

Oya … di hostel ini tersedia free WiFi 24 jam penuh! Saat kita menerima kunci kamar, petugas akan memberikan username dan password untuk konek ke jaringan mereka. Kami sangat memanfaatkan fasilitas ini tiap malam. Apalagi kalo bukan untuk upload foto ke social media, chatting dan skyping (video call) dengan suami dan anak-anak di rumah.

Saya gak kapok deh menginap di HOSTEL, karena ternyata sangat homey, bersih dan menyenangkan. Berasa tinggal di kos-kosan, walau foto rame-rame dalam kamar mendapat komentar di FB “penampungan TKW” hahahahaha. Benar juga sih, beberapa tempat tidur tingkat dalam 1 ruangan itu bagaikan di tempat pengampungan tekawe.

Saya berencana suatu hari nanti akan mengajak Rafa untuk backpacker berdua. Saya ingin Rafa merasakan pengalaman yang sama. Terbuka wawasannya, tambah kenalan, berinteraksi dengan banyak orang baru, dan yang paling penting … bisa menikmati keindahan dunia dengan menghargai perbedaan yang ada di depan mata kita.

Tips and Trick menginap di hostel:

  • Jangan lupa bawa handuk dan peralatan mandi
  • Bawa sarung bantal, seprai atau sehelai kain tipis jika khawatir akan kebersihan hostel
  • Masukan pakaian ganti di dalam kantong plastik, supaya terlindung dari cipratan air saat kita bawa ke kamar mandi. Ingat, posisi kamar mandi agak jauh dari kamar. Jangan keluar kamar mandi hanya dengan lilitan handuk, kemudian lari ke kamar. Bahaya, ini bukan rumah sendiri hehehehe
  • Jangan lupa bawa converter / adapter. Supaya gak repot karena bentuk colokan listriknya beda dengan Indonesia
  • Cek usia tamu yang diijinkan menginap di hostel. Ada hostel yang hanya menerima tamu usia >12 tahun, tapi ada juga yang menerima anak >2thn dengan syarat harus ambil 1 kamar (bukan cuma ambil 1-2 bed).
  • Hostel seperti ini paling cocok jika kita berpergian dengan teman-teman lebih dari 2 orang, bisa ambil kamar yang isinya 4-6-8-10 bed. Atau kalau berpergian cuma berdua bisa ambil kamar yang isinya 2 bed, tentunya akan lebih murah dari di hotel.
  • Kalau berpergian membawa 2 orang anak (keluarga kecil 4 orang), ya tentunya akan lebih murah di hotel sih.
  • Kalau berpergian bersama keluarga >5 orang, lebih baik sewa apartemen saja. Akan lebih murah lagi daripada hostel.

Review pengunjung lain dalam bahasa Inggris:

Tertarik untuk mencoba?

Marina Bay Sands

Marina Bay Sands

Hari kedua di Singapore, Sabtu 15 September 2012,  kami berangkat menuju Marina Bay Sands. Tahun sebelumnya saat kesini, gak ada waktu mampir. Cuma lihat dari kejauhan dan pernah liat proses pembuatannya di National Geographic, takjub banget.

Harry Potter Exhibition

Rafa yang paling semangat ke MBS ini, karena ada Harry Potter Exhibition. Walau belum pernah membaca novelnya, tapi Rafa sudah beberapa kali nonton film nya. Pameran ini berlangsung di Art Science Museum lantai basement dari tanggal 2 Juni sampai 30 September 2012.

Harga tiketnya:

Dewasa: S$21

Anak (2 – 13 tahun): S$13

Sayangnya gak boleh foto-foto di dalam area pameran. Jadi hanya  bisa ambil foto di sekitar pintu masuk aja.

Tempatnya dibuat gelap dan serba hitam. Awalnya Fayra sempat takut, secara Fay bisa lihat mahluk ajaib gitu kan. Gak mau lepas dari gandengan tangan mama. Fay juga gak pernah nonton filmnya. Jadi beneran gak tau ini pameran tentang apa. Rafa cuma bilang “ini tentang anak-anak yang sekolah jadi tukang sihir, dek” hihihihi

Semua yang ditampilkan di pameran ini benar-benar diambil dari properti filmnya. Sesaat sebelum masuk, ada petugas yang memegang topi dan minta pengunjung cilik maju ke depan dan duduk di kursi. Seperti di film, petugas ini meletakan topi seleksi diatas kepala pengunjung cilik dan topi akan mengeluarkan suara anak tsb masuk kriteria Gryffindor, Hufflepuff, Ravenclaw atau Slytherin.

Setelah itu pintu dibuka dan kita serasa ada di stasiun kereta Hogwarts Express lengkap dengan kepala keretanya juga loh. Masuk lagi ke dalam, kita bagaikan ada di asrama Hogwarts. Dinding dipenuhi dengan frame foto, yang gambar orang didalamnya bergerak-gerak. Semua kostum yang digunakan pemain dalam film ini juga ditampilkan. Dari baju Harry di film pertama, sampai film berikutnya. Rafa bilang “wah pertama kali main film ini, tinggi nya sama kaya aku ya ma. Film terakhir udah gede banget aja“. Iya lah ceritnya kan dari Harry umur 11 tahun juga sampai sekarang udah 20an tahun.

Design ruangan dan barang-barang yang ditampilkan lumayan lengkap. Sampai lilin terbang di ruang makan malam juga ada. Gak ketinggalan permen Jelly Belly dan coklat kodok. Keren banget deh.

Tapi yang gak kuat toko souvenir di pintu keluar. Mahal-mahal banget harganya. Rafa minta beli tongkat sihir untuk dipakai saat Halloween di sekolah bulan Oktober ini. Tentu gak dikasih lah, ngapain beli tongkat harga 200-300rb dipake cuma sekali doang.

Art Science Museum

Selesai lihat pameran di lantai basement, kami naik ke lantai 3. Ada gallery yang menampilkan latar belakang bangunan ini dan proses pembuatannya. Bangunan berbentuk bunga lotus ini memang luar biasa.

Kami sempat melihat foto yang menampilkan gedung ini di pagi hari. Foto diambil dari sebrang MBS, di sekitar Merlion. Ternyata matahari terbit berasa di atas bangunan ini. Jadi seperti tangan menengadah ke atas, dan matahari tepat di atas nya. Masguh langsung deh komentar “kapan-kapan kita kesini pagi-pagi yuk ma. Biar bisa ambil foto saat matahari tepat diatas gedung ini” haiyaaahh, mo jalan jam berapa coba demi mengabadikan foto doang.

Keluar dari Art Science Museum, kami makan siang di food court basement mall MBS. Nemu ayam bakar di salah satu counternya. Udah coba ke counter makanan lain, tapi penjualnya mengusir dengan halus “you can’t eat here, it’s not halal“. Alhamdulillah jilbab penyelamat banget deh. Kalau saya gak pake jilbab, tentunya mereka gak akan kasih tau halal atau enggak kan.

Gardens By The Bay

Salah timing waktu kesini.  Panasnya taman ini setelah jam makan siang itu edun banget. Gak sanggup deh keliling taman seluas 101 hektar. Harusnya kesini tuh sore menjelang magrib sih. Kalau malam Supertress akan berubah warna warni dan ada musik juga.

Gak lebih dari 10 menit disini, baju kami sudah basah kuyup penuh keringat. Balik lagi masuk ke dalam mall MBS untuk ngadem. Hihihihi. Kapan-kapan deh kesini lagi.

Gak belanja apa-apa di dalam mall. Kurs dollar singapore lagi tinggi banget ($1 = Rp 7.800), jadi harga barang bermerek lebih mahal dari Jakarta termasuk barang elektronik. Lagi pula jalan bawa anak-anak, beneran ngikutin maunya mereka aja. Apa yang mereka pingin tau dan penasaran untuk dilihat, ya kesitu lah kami.

Bertemu D’Rahmans

Waktu tiket dan voucher hotel sudah ditangan, saya langsung mengabari Dessy kalau mau main ke Singapore dan ngajakin ketemuan. Perkenalan kami diawali saling mengunjungi dan komen di blog masing-masing, berlanjut ke YM dan WhatsApp, akhirnya sekarang bisa ketemu langsung. Dessy datang bersama mas Arief – suaminya dan Keisha. Yeaayy!

Janjian juga sama keluarga Yudi, rekan kantor Masguh yang tinggal disana. Sesama darmawanita, saya dan Dian (istri Yudi) suka sahut-sahutan di Twitter dan lanjut ke WhatsApp. Ini pertemuan pertama kami juga loh. Kami makan malam di Fish n Co – Suntec City.

Keriaan berlanjut sampai ke Merlion. Padahal niatnya mau balik ke MBS untuk lihat laser dan pertunjukan air mancur yang selalu ada setiap jam 8 malam. Tapi kata Masguh, laser nya akan terlihat lebih bagus kalau posisi kita di Merlion. Yasud meluncur lah 2 taxi ke Merlion.

Ternyata lagi ada perayaan ulang tahun Merlion ke 40 tahun.  Pertunjukan ini diberi judul “Merlion & I: An Inspiring Journey“. Ada layar besar yang menampilkan film pendek tentang Merlion, musik, laser berwarna warni sampai pertunjukan tari yang dibawakan oleh anak-anak SMA singapore. Suka banget deh saat filmnya menampilkan foto orang-orang dengan latar belakang Merlion dari 20 tahun yang lalu sampai sekarang.

Malam itu Fayra dan Keisha nempel muluw deh. Di taxi aja Fay sibuk cari “taxi nya Keisha mana, ma?” sambil sibuk lihat kanan kiri dan belakang mobil. Ternyata Keisha juga sama mencari-cari Fayra. Aaahh so sweet. Kapan-kapan kita ketemuan lagi ya, sayang.

Jam 10 malam lewat, kami pulang ke hotel. Tepar banget. Rasanya pingin banget nempelin koyo di betis. Langsung beres-beres karena besok siang kami harus kembali ke Jakarta. Liburan singkat dadakan yang menyenangkan.

Menikmati Skyride di Sentosa

Menikmati Skyride di Sentosa

Masih hari pertama di Singapore, kunjungan tahun 2012. Pas lihat-lihat folder foto liburan, ternyata sudah 3 tahun berturut-turut Rafa dan Fayra ke Singapore. Mama nya malah 5 tahun berturut-turut. Papanya? Tahun ini tiap bulan ke Singapore. Hahahaha jomplang banget kan.

Doakan aja semoga bisa menjadi penduduk Singapore beneran suatu hari nanti. Dari pada Masguh mondar mandir kan yah? sekalian aja minta base di situ. Insya Allah saya siap kalo diminta pensiun untuk ikut suami. Amin ya Rabb.

Sebenarnya sebelum ke POLW, kami sempat jalan-jalan menyurusi Vivo City. Lihat playground di atas, anak-anak iseng nyoba beberapa mainan. Kami juga menyusuri belakang Vivo, mencari jalan menuju Boardwalk. Sekali-kali gitu mo nyoba jalan kaki menuju Sentosa. Pas lihat dari pinggir deck, yampuuun jauh aja tuh kek nya. Jadi mari kita balik naik ke lantai 3, naik Sentosa Express aja deh.

Selesai main air, sempat-sempatnya iseng foto di sekitar perjalanan jalan kaki menuju Beach Station.

Dari Beach Station, kami iseng dong turun kereta di Imbiah Station. Kaya’nya belum pernah punya foto dengan background Merlion yang ini deh. Hihihihi norak kan alasan turun kereta nya.

Dari situ jalan kaki terus ke atas, naik beberapa eskalator. Rafa pingin nyoba LUGE, tapi gak yakin Fayra bisa duduk diam di atas go-cart dengan kondisi jalanan menurun tajam gitu. Kami putuskan untuk coba naik Skyride aja. Sambil menikmati pemandangan sebelum matahari terbenam.

Skyride

Alhamdulillah Fayra sudah melewati batas minimum tinggi badan untuk naik Skyride. Kami membayar tiket S$12/orang untuk naik skyride bolak balik.

Lumayan deg-degan juga duduk diatas kursi yang digantung di kawat baja. Naik turun melewati bukit di Sentosa ini. Faktor U juga kali yaa … uzur karena umur. Hahahaha

Anak-anak sih cuek aja. Duduk goyang-goyang sambil liat kanan kiri. Tapi setelah mencoba fokus lihat pemandangan matahari terbenam di pantai, rasa deg-degan nya hilang juga.

Udah capek habis main air dan naik skyride, kami balik ke hotel. Besok enaknya jalan-jalan kemana lagi ya?

Semua posting tentang Singapore bisa dilihat disini