Lebaran Di Qatar
Lebaran tahun ini kami rayakan di Qatar, soalnya jadwal ujian kenaikan kelas Fayra baru dimulai setelah libur Idul Fitri 10 hari. Sebenarnya tahun lalu juga kami sholat Ied di Doha sih, tapi kan sehari setelahnya kami berempat langsung terbang ke Indonesia. Jadi kami tiba di Jakarta masih di hari kedua lebaran, masih bisa silaturahim ke keluarga besar dalam suasana lebaran juga ikut halal bihalal komplek rumah BSD. Dan tahun lalu di tanggal hari ini, saya sedang sibuk cek harga big bird lengkap karena paksuami harus kembali lebih dulu ke Qatar karena jatah cuti dari kantor dalam setahun hanya 30 hari, sementara saya menemani anak-anak libur kenaikan kelas selama 3 bulan di Indonesia.
Tanggal 3 Juni (hari ke 29 Ramadan) saya melihat berita online kalau Indonesia sudah diumumkan 1 Syawal jatuh pada tanggal 5 Juni, sampai adzan magrib berkumandang di Qatar belum ada pengumuman kapan lebaran. Negara tetangga Oman dan Saudi mengumumkan tanggal 1 Syawal jatuh pada tanggal 4 Juni. WA grup ibu-ibu mulai rame, karena belum menyiapkan makanan lebaran. Penjual makanan langganan juga panik, kalau sampai lebaran maju … maka belum tentu masakan bisa diantar sesuai pesanan.
Ketika mendengar adzan Isya, paksuami seperti biasa langsung berangkat ke masjid. Baru sebentar, beliau pulang sambil cengar cengir “gak ada tarawih, sudah takbiran“.
Saya buka henpon dan menemukan pengumuman, dan benar saja … 1 Syawal di Qatar jatuh pada tanggal 4 Juni. Maju sehari dari yang sebelumnya diperkirakan.
Saya langsung ke dapur dan mulai masak makanan lebaran. Paksuami memang berpesan supaya saya masak sendiri. Sebagaimana saya rindu masakan mami dan suami rindu masakan mama, kami ingin anak-anak juga rindu masakan saya ketika kami sudah tidak tinggal bersama. Saya hanya goreng kerupuk, masak opor ayam campur telur, sambal goreng kentang campur ampela dan sayuran bersantan untuk pelengkap lontong. Saya gunakan bumbu instan merk Bamboe yang sawa bawa dari Indonesia, tinggal dicemplungin rempah tambahan seperti daun salam, daun jeruk, lengkuas dan sereh saja. Tidak lupa ditaburin bawang goreng supaya lebih sedap.
Semua masakan selesai jam 12 malam lewat. Waktunya cindrelela pulang alias saya masuk kamar karena tepar. Hahaha
Cuma tidur 3 jam kurang, karena jam 3 lewat 15 menit sudah masuk waktu sholat Subuh di Qatar.
Sesuai dengan pengumuman di media online, sholat Idul Fitri di Qatar dilaksanakan secara serentak jam 5 tepat yaitu 15 menit setelah matahari terbit. Kami pun naik mobil menuju masjid hijau dekat Souq Waqif, tempat yang sama kami lakukan sholat Ied seperti tahun lalu.
Kalau di Jakarta, kami sholat Ied jam 7 pagi. Tapi kami juga pernah sholat Ied di Surabaya yang dilaksanakan jam 6 pagi. Ternyata di Qatar jauh lebih pagi lagi. Hehehe
Sayangnya kami kesiangan, pak suami dan Rafa sudah tidak bisa masuk ke dalam masjid. Mereka hanya bisa sholat di halaman.
Jamaah tahun ini memang lebih banyak, karena ujian sekolah baru diselenggarakan setelah libur lebaran. Bisa dipastikan banyak pendatang yang belum pulang ke kampung halaman.
Saya yang sedang tidak sholat, hanya bisa duduk di pinggiran parkiran. Alhamdulillah Fayra masih kebagian tempat sholat di dalam masjid walau posisinya di bawah tangga dekat pintu keluar.
Jam 6 lewat kami sudah pulang ke rumah, langsung sarapan lontong sayur dan pelengkapnya.
Setelah video call dengan orangtua dan keluarga di Indonesia, kami pun masuk kamar masing-masing untuk melanjutkan tidur. Sepertinya kami mulai ketularan orang arab yang membayar kekurangan tidur saat Ramadan setelah lebaran. Beda dengan Idul Fitri di Indonesia yang meriah, di sini sepi mungkin karena seperti kami … mereka tidur juga.
Kami baru bangun tidur ketika mendengar adzan dzuhur dong. Hampir saja kami lupa kalau siang itu ada undangan Open House di rumah sahabat paksuami, dan saya kebagian bawa puding juga brownis. Ibu-ibu memang sudah mengatur menu di WA grup jauh-jauh hari, dan membagi tugas siapa yang harus membawa apa. Supaya tuan rumah tidak berat, maka makanan pun dihadirkan dengan sistem potluck (semua tamu membawa sesuatu). Maklum di sini kami harus melakukan segalanya sendiri, bukan karena pembantu mudik lebaran … tapi kami memang gak punya pembantu kan. Hehehehe
Alhamdulillah kami masih diberikan rejeki dari Allah berupa orang-orang baik di sekitar kami. Adanya mereka, menggantikan posisi saudara yang jauh di mata. Bersama mereka, kami merasa memiliki keluarga.
Semoga Allah SWT menerima ibadah Ramadan kita, mengampuni dosa kita, memberikan kita kesehatan dan kesempatan untuk berjumpa Ramadan berikutnya sehingga kita bisa memperbaiki kekurangan ibadah sebelumnya. Aamiin allahuma aamiin.
2 thoughts on “Lebaran Di Qatar”
Hi De, aku baru baca ini, ternyata menu lebaran kita sama, hihihi.. Ngga penting banget infonya
Btw, orang asli Arab pada tidur lagi karena bayar hutang I’tikaf 10 hari terakhir mungkin ya.
Karena kalo di KSA kan begitu, ngga model disini, muter keliling saudara makan ketupat, hahahha..
Gak cuma hutang tidur saat I’tikaf, mba … tapi memang sebulan Ramadan itu kurang tidur karena subuhnya maju terus dan magribnya mundur terus. Selain itu operasional negara ini berubah jam nya ke malam. Semua keramaian setelah tarawih. Jadi lah kurang tidur