Browsed by
Tag: Sekolah anak di Qatar

Sekolah Anak di Doha

Sekolah Anak di Doha

Sudah baca bagaimana pusingnya mencari sekolah di Qatar, terutama untuk anak yang berusia di atas 15 tahun kan?

Sebelum membawa anak-anak ke Qatar, saya sudah mencari informasi tentang beberapa sekolah dan mengirim email ke 8 sekolah untuk menanyakan ketersediaan kursi kelas 11 bagi Rafa. Dan saya hanya menerima balasan dari 2 sekolah saja, yang mana sekolah itu meminta anak-anak datang ke Qatar untuk tes masuk sementara sekolah yang satunya menyatakan bisa test online tetapi begitu saya cek biaya sekolahnya di luar kemampuan kami.

Akhirnya sesuai kesepakatan dengan paksuami, saya berangkat duluan tanpa membawa anak-anak untuk mencari sekolah sekaligus rumah. Kami merasa berat jika membawa anak-anak ke Qatar hanya sekedar untuk tes masuk sekolah. Tiket pesawat untuk kami bertiga JKT-DOH-JKT, membutuhkan uang 50 juta rupiah. Iya kalo anak-anak langsung diterima sekolah, kalo enggak gimana? Kan mending lanjut sekolah di Indonesia secara mas Rafa sudah kelas 2 SMA.

Saya mendatangi 8 sekolah internasional yang menggunakan English sebagai bahasa pengantar proses belajar-mengajar, tetapi hanya 2 sekolah yang bersedia memberikan form pendaftaran. Sementara 6 sekolah lainnya meminta kartu QID anak-anak, sementara kami belum punya.

2 sekolah ini mau memberikan form pendaftaran setelah pertanyaan “apa Anda yakin sebelum Term 2 dimulai, anak-anak Anda sudah mempunyai QID?” saya jawab YAKIN, insya Allah.

Saya jelaskan ke mereka kalo anak-anak masih di Indonesia karena mereka masih mengikuti ujian semester 1 dan baru akan menerima rapor di pertengahan Desember 2017. Secepatnya setelah itu, anak-anak baru akan berangkat ke Qatar. Mereka memperkirakan di Januari 2018, anak-anak sudah bisa punya QID. Jadi dengan senang hati mereka menerima pendaftaran dan memastikan memang ada kursi tersedia untuk kelas 6 dan kelas 11.

Akhirnya saya mengisi formulir pada 2 sekolah ini:

  • Sekolah pertama merupakan British School
  • Sekolah kedua merupakan American School

Anak-anak datang di akhir bulan Desember 2017, dan baru akan test masuk sekolah di awal Januari 2018.

Jika masuk sekolah British, Fayra yang berusia 11 tahun akan masuk di Term 2 – Year 7. Sementara di sekolah American, Fayra masuk di Semester 2 – Grade 6 (sama seperti di Indonesia). Year 7 atau Grade 6 di Qatar sudah masuk kategori Secondary/Middle School, padahal kalo di Indonesia kelas 6 itu masuknya masih di Primary School (SD).

Jika masuk sekolah British, Rafa yang berusia 16 tahun akan masuk di Term 2 – Year 12. Sementara di sekolah American, Rafa masuk di Semester 2 – Grade 11 (sama seperti di Indonesia).

Sulit bagi Rafa kalau masuk sekolah British karena kebanyakan sekolah di Qatar hanya menerima murid pindahan maksimal di Year 10. Kalau Rafa masih lanjut di International School di BSD masih lumayan deh, sesama Cambridge bisa transfer nilai. Tapi kan 1,5 tahun terakhir Rafa pindah ke SMA Negeri.

Program IGCSE sendiri harus mengikuti paket Year 10-11 atau Year 12-13. Sebagian besar sekolah menyarankan Rafa untuk turun ke Year 10, karena penjurusan sudah dimulai saat Year 10 dan ada ujian IGCSE yang harus ditempuh di Year 10 bulan Mei. Tanpa nilai ujian tersebut, Rafa tidak bisa langsung masuk di Year 12 sesuai usianya. Akan berat bagi Rafa kalo langsung ujian A-Levels di Year 13.


Saat anak-anak dibawa ke sekolah pertama yang sudah saya daftarkan (British School), Rafa melihat sekeliling dan menatap calon teman-temannya yang berkeliaran di lingkungan sekolah sambil berbisik ke saya, “Ma, I don’t get a good vibe here“. Gak lama paksuami berbisik ke saya “feeling ku kok gak enak di sekolah ini ya?“. Jadi saya mengurungkan niat untuk melengkapi dokumen yang dibutuhkan dan membayar biaya tes masuk. Saya percaya insting mereka.

Tapi begitu dibawa ke sekolah kedua (American School), Rafa dan Fayra kompak bilang “nah … boleh nih. Di sini aja, ma“. Saya langsung membayar biaya tes masuk di sekolah ini.

Alhamdulillah setelah mengerjakan lembar ujian Bahasa Inggris dan Matematika selama 2 jam dan menunggu hasilnya selama 2 hari, kami menerima email yang menyatakan anak-anak diterima.

Seminggu kemudian kami diminta datang ke sekolah melengkapi kekurangan dokumen supaya sekolah bisa mendaftarkan anak-anak ke Ministry of Education. Begitu sekolah mendapat email approval dari MoE, kami pun diminta datang lagi ke sekolah untuk membayar uang sekolah:

  • Registration Fee
  • Security Deposit
  • Annual Fee (dibayar setengah karena anak-anak masuk di semester 2)
  • Books Fee

Kebetulan pertengahan Januari sekolah baru ujian semester 1 dan akhir Januari sekolah libur akhir semester 1, sementara anak-anak kami sudah mempunyai nilai rapor semester 1 dari Indonesia. Jadi anak-anak mulai sekolah tanggal 5 Februari 2018, menunggu awal semester 2 sekolah dimulai.

Akhirnya anak-anak kami jadi masuk di salah satu American School yang lokasinya sekitar 8 KM dari rumah. Sementara kami belum memiliki kendaraan pribadi, anak-anak naik taksi langganan sebagai transportasi ke sekolah yang memang supirnya sudah kami percaya.


Hari pertama pulang sekolah, wajah anak-anak muram karena ternyata mereka langsung mendapat PR esai.

Tidak seperti sekolah di Indonesia yang lagi tren untuk tidak memberikan PR bagi anak-anak tetapi jam sekolah digeber sampai sore, sekolah di Qatar justru rajin memberikan PR esai dan menghimbau anak-anak untuk selalu membaca buku minimal 20 menit per hari.

Sepertinya memang di sini menerapkan sistem pendidikan seperti di negara barat yang lebih mengutamakan pemahaman logika,  membiasakan anak untuk mendeskripsikan pemikirannya, meningkatkan sikap kritis anak dan melatih anak untuk terbiasa menulis … jadi tugas sekolah kebanyakan berupa esai yang harus ditulis anak-anak secara manual, diluar tugas presentasi yang harus dikirim berupa file.

Saya memberikan pengertian ke anak-anak, bahwa menulis esai itu sangat dibutuhkan ketika mereka melanjutkan pendidikan ke tingkat universitas dimana tugas akhir dibuat dalam bentuk tulisan yang bisa mencapai ratusan lembar. Lama kelamaan anak-anak makin terbiasa menulis esai dan tidak mengeluh lagi.


Alhamdulillah kemampuan bicara dan menulis bahasa Inggris anak-anak kami dianggap sudah cukup setara dengan teman sebaya. Sehingga di hari ke 2 sekolah pun, anak-anak sudah diberikan kebebasan untuk memilih bahasa kedua dalam mata pelajaran World Language. Ada hikmahnya juga anak-anak pernah bersekolah di International School di BSD bertahun-tahun yang memang sehari-hari menggunakan bahasa Inggris.

Ada anak teman kami yang sewaktu di Indonesia belajar di salah satu sekolah agama ternama, sampai sini si anak tidak boleh mengambil World Language … tetapi malah mendapat tambahan pelajaran Bahasa Inggris selama 3 bulan pertama karena dianggap kemampuan bahasa Inggrisnya belum setara dengan teman sekelasnya. Di sekolahnya waktu di Indonesia, belajar bahasa Inggrisnya kan pasive (hanya di hari dan jam tertentu, tidak digunakan sebagai percakapan sehari-hari). Setelah kemampuan English meningkat, bulan ke 4 baru si anak baru diperbolehkan untuk mengambil bahasa kedua di kelas World Language.

Sebulan pertama di Qatar, kalau Fayra bertemu anak-anak teman kami selalu diajak bicara dalam bahasa Indonesia. Mereka justru kaget ketika Fayra berbicara bahasa Inggris sambil bertanya “Owh you can speak English?

Fayra sambil tertawa menjawab “Of course, I speak English since I was 4 years old

Mereka bilang, “biasanya anak teman orangtua kita yang baru datang ke Doha pada gak bisa English. Makanya kita ajakin ngomong bahasa Indonesia.

Setelah itu mereka ketawa bareng dan sampai sekarang gak pernah ngobrol dalam bahasa Indonesia lagi, karena mereka agak sulit kalo ngomong dalam bahasa Indonesia. Harus mikir dan ada proses mengartikan sebelum mulut bersuara, secara mereka sudah tinggal di Qatar lebih dari 5 tahun dan menggunakan bahasa Inggris sehari-hari untuk berinteraksi dengan orang lain.

Saya sangat bersyukur dan berterima kasih kepada teman-teman yang lebih dulu tinggal di Qatar yang mengingatkan anak-anak mereka untuk mengajak ngobrol anak baru dengan bahasa Indonesia supaya tidak kaget. Saya pun meminta anak-anak untuk melakukan yang sama, dengan menekankan “tidak semua anak Indonesia yang baru datang ke Qatar memiliki kemampuan bahasa Inggris sama dengan kalian, jadi dekati mereka dengan bahasa Indonesia“.

Di hari kedua sekolah Fayra memilih FRENCH sebagai bahasa kedua dalam kelas World Language, katanya untuk persiapan kuliah fashion di Perancis kelak.  Mohon bantu aminkan ya, anak ini masih kekeuh mau jadi designer ^_*.

Sementara Rafa memilih ARABIC karena sudah tau huruf dan cara pelafalan sehingga tinggal mempelajarai kosakata dan tata bahasanya saja. Kemampuan bahasa Perancis teman-teman Rafa sudah jauh dan tidak mungkin dikejar dalam waktu 1 tahun, sisa waktu yang dimiliki Rafa untuk menyelesaikan jenjang pendidikannya di SMA.


Hanya ada 3 kelas di setiap angkatan, dan tiap kelas memiliki murid maksimal 25 anak. Fayra memiliki 1 teman Indonesia di kelasnya yang kebetulan bapaknya juga bekerja di perusahaan yang sama dengan papa Fayra. Sementara angkatan Grade 11, cuma Rafa yang berasal dari Indonesia. Teman-temannya kebanyakan berasal dari negara kawasan Arab, Nepal, Filipina, Amerika, Mexico, dan negara lain.

Rafa sempat bete kalo di jam istirahat, teman-temannya ngobrol dalam bahasa Arab sementara dia bengong gak mengerti yang diperbincangkan. Alhamdulillah sekarang Rafa sudah memiliki teman-teman yang mengajaknya ngobrol dalam bahasa Inggris.


Beberapa hari lalu saat pulang sekolah, Fayra menceritakan kalo di sekolah diselenggarakan tes MAP.

Measure of Academic Progress (MAP), is a computerized adaptive test which helps teachers, parents, and administrators improve learning for all students and make informed decisions to promote a child’s academic growth.

Tes berbasis komputer ini berisi soal Bahasa Inggris dan Matematika. Komputer yang akan menyesuaikan tingkat kesulitan soal berdasarkan jawaban anak terhadap soal sebelumnya. Jadi pertanyaan yang diberikan ke setiap anak belum tentu sama, tergantung kemampuan anak dalam menjawab soal sebelumnya.

Alhamdulillah Fayra dinyatakan lulus tes yang diselenggarakan 3 kali dalam 3 hari berturut-turut. Fayra juga mendapat nilai jauh lebih tinggi dari anak-anak seangkatannya yang sudah beberapa tahun sekolah di Qatar. Artinya Fayra dianggap mampu untuk menyelesaikan soal dengan tingkat kesulitan yang cukup tinggi untuk anak seusianya. 3 test dikerjakan dalam waktu 3 hari, nilai Fayra meningkat terus dari satu tes ke tes berikutnya. Alhamdulillah…


Alhamdulillah Rafa juga mendapat nilai sempurna di ulangan matematika pertamanya. Kemampuan Rafa dalam mengerjakan tugas Kimia juga dianggap lebih tinggi oleh teman-temannya. Sebenarnya ini karena pelajaran di Indonesia memang selangkah lebih dulu dari kurikulum Amerika.

Pelajaran Matematika dan Kimia yang sekarang diberikan untuk Grade 11, sudah dipelajari Rafa setahun yang lalu di salah satu SMA negeri di Tangerang Selatan. Jadi Rafa hanya mengulang apa yang sudah dipelajari sebelumnya. Alhamdulillah…


Untuk Fayra proses adaptasi berjalan lancar tanpa kendala berarti.

Sementara Rafa yang masih berjuang untuk menyesuaikan diri. Selain Arabic, pelajaran yang baru untuk Rafa adalah World History, American History (karena sekolah amerika) dan Language Art (Bahasa Inggris sastra).

Rafa sudah paham penyesuaian diri ini sebagai resiko yang harus dia hadapi. Karena sebelum memutuskan untuk pindah ke Qatar, kami sudah memberikan pilihan apakah Rafa mau menyelesaikan SMA di Indonesia karena tanggung tinggal setahun lagi. Kalau Rafa sudah lulus SMA dan masuk universitas, baru saya membawa Fayra untuk menyusul paksuami tinggal di Qatar. Rafa dengan mantap memilih ikut papanya dengan catatan SIAP DENGAN SEGALA RESIKO.

Kami sudah memberikan pengertian bahwa adaptasi itu memang berat. Tidak hanya untuk adaptasi anak-anak di sekolah, papanya juga berat beradaptasi di kantor dan saya sebagai ibu rumah tangga juga harus beradaptasi dalam menjaga kesehatan tubuh karena semua pekerjaan operasional rumah tangga harus dikerjakan sendiri.

Alhamdulillah Rafa mengerti dan sempat bilang “ya lagian kan aku juga gak bisa ngapa-ngapain selain mencoba bertahan, ma. Waktuku cuma tinggal setahun lagi“. Padahal saya tau dia sangat berjuang untuk tidak mengecewakan kami, Rafa merasa beban karena cuma punya waktu setahun sebelum masuk kuliah.

Saat video call sama mbahmami (ibu saya), Rafa dikuatkan dan diberi semangat. Mbahmami malah bilang “gak usah ngoyo, le. Ngulang juga gakpapa toh. Kamu masih muda kok. Gak usah dipaksain kalo memang berat. Kuliah enggak tahun depan juga gakpapa


Saya dan suami tidak berani menekan anak-anak dan mengharuskan ini itu, karena kami tau anak-anak sedang menjalani proses adaptasi yang tidak mudah tentunya.

Meskipun saya sudah mulai menerima beberapa tawaran kegiatan dan kolaborasi dengan teman-teman yang melihat sepak terjang saya di sosial media, saya masih belum mau melangkah dulu. Saya ingin memberi waktu setidaknya 3 bulan ini untuk memantau perkembangan anak-anak, sampai melihat anak-anak sudah menikmati kehidupan baru di negara ini.

Sekarang bukan waktunya saya untuk mengejar mimpi dan eksistensi diri, tapi sekarang waktunya saya mendampingi anak-anak dalam perjalan mereka untuk mencapai cita-cita dan mimpi.


Kami hanya berdoa dan berharap semoga anak-anak diberikan kemudahan dalam memahami pelajaran di sekolah dan bisa mengerjakan tugas sekolah dengam baik semampu mereka, juga diberikan kemudahan dalam beradaptasi dan bisa menyesuaikan diri.

Allahuma aamiin, ya Rabb.

Mencari Sekolah Di Qatar

Mencari Sekolah Di Qatar

Peringatan sebelum membaca:

Postingan ini ditulis sangat panjang dan detil sebagai informasi untuk mereka yang ingin mengetahui sekolah di Qatar, berdasarkan pengalaman kami di akhir tahun 2017. Semoga bermanfaat ya!

—-

Sebelum suami berangkat ke Qatar, kami sudah melakukan survey sekolah berdasarkan informasi dari teman-teman yang lebih dulu tinggal di Doha.

Dari mereka lah, kami mengetahui jenis-jenis sekolah di Qatar:

1. Public / Government School
Sekolah ini merupakan sekolah yang kurikulumnya disusun oleh SEC (Supreme Education Council) dengan bahasa Arab sebagai bahasa pengantar proses belajar mengajar.

Sementara untuk Bahasa Inggris, Matematika, Pelajaran Agama Islam, dan Ilmu Pengetahuan Alam masuk ke dalam mata pelajaran wajib.

2. Independent School
Sekolah ini merupakan sekolah yang dibiayai oleh pemerintah, tetapi memiliki otoritas untuk merekrut staf dan guru pengajar sendiri. Sekolah ini juga diberikan kebebasan untuk menerapkan metode belajarnya sendiri. Bahasa pengantar yang digunakan adalah Bahasa Arab.

Sejak tahun 2010 seluruh Public School dirubah menjadi Independent School dengan pelajaran wajibnya yaitu Bahasa Arab, Bahasa Inggris, Matematika, Pelajaran Agama Islam, dan Ilmu Pengetahuan Alam.

Warga negara Qatar tidak dipungut biaya untuk masuk sekolah ini, sementara untuk warga negara lain tergantung dari kebijakan sekolah masing-masing.

Tingkat pendidikan Public / Independent School sebagai berikut:

  • Kindergarten untuk usia anak 3 sampai 5 atau 6 tahun
  • Primary School: Grade 1 – 6, untuk usia 5 / 6 tahun sampai 11 tahun
  • Preparatory School: Grade 7 – 9, untuk usia 12 sampai 14 tahun
  • Secondary School: Grade 10 – 12, untuk usia 15 sampai 17 atau 18 tahun

3. Private / International School
Sekolah ini menerapkan kurikulum internasional atau sesuai dengan negara asal sekolah. Ada India, Pakistan, Mesir, Philipina, Amerika, Inggris dan lain sebagainya. Bahasa pengantar yang disampaikan juga sesuai dengan negara asal sekolah tersebut.

Biasanya pendatang (ekspatriat) memasukan anaknya ke sekolah ini, untuk lebih memudahkan adaptasi anak juga memudahkan penyetaraan nilai sekolah saat mereka kembali ke negara asal.

Walaupun menggunakan kurikulum dan metode pengajaran sendiri, sekolah ini tetap diawasi oleh The Qatar National Schools Accreditation (QNSA) sebagai badan yang ditunjuk oleh Menteri Pendidikan. Secara berkala QNSA melakukan kunjungan ke sekolah (sidak) dan mengevaluasi tiap-tiap sekolah. Akredetasi sekolah private / international berlaku untuk 3 atau 5 tahun, untuk perpanjang masa akredetasi maka sekolah harus memenuhi standar penilaian QNSA.

4. Company School
Beberapa perusahaan tambang (minyak dan gas) yang berada di luar kota Doha, memberikan fasilitas untuk anak karyawan berupa sekolah swasta milik perusahaan.

Contoh sekolah ini adalah AKIS (Al Khor International School) untuk anak-anak karyawan Ras Gas dan Qatar Gas.

Sekolah ini memiliki 2 kurikulum yaitu AKIS Indian stream dan AKIS British stream.

Anak-anak selain India biasanya masuk sekolah di AKIS British Stream.

Sekolah AKIS Indian Stream juga memiliki fasilitas gedung sendiri yang cukup besar, karena memang kebanyakan pegawai adalah orang-orang India.

Setelah mengetahui jenis sekolah tersebut, sudah jelas anak-anak kami harus masuk ke sekolah international dengan English sebagai bahasa pengantar walaupun dengan resiko biaya yang mahal.

Akan lebih sulit bagi anak-anak untuk masuk sekolah pemerintah yang murah tetapi bahasa pengantarnya disampaikan dalam Bahasa Arab.

Anak Indonesia yang masuk sekolah pemerintah biasanya anak dari para ustad Indonesia yang bekerja sebagai muadzin atau imam masjid. Biasanya saat tes masuk, selain anak harus bisa berbahasa Arab dengan aktif, sekolah juga memilih calon murid yang orangtuanya juga pandai berbaha Arab.

Dokumen yang harus disiapkan sebelum mendaftar sekolah di Qatar:

  1. Akte lahir anak dalam bahasa Inggris yang sudah dilegalisir secara urut oleh:
    • Kementrian Hukum dan HAM RI
    • Kementrian Luar Negeri RI
    • Qatar Embassy di Indonesia
    • Qatar Ministry of Foreign Affairs di Doha
  2. Passport bapak, ibu dan anak
  3. Kartu QID bapak, ibu dan anak
  4. Raport sekolah sebelumnya selama 3 tahun terakhir, dalam bahasa Inggris
  5. Riwayat imunisasi dalam bahasa Inggris yang dikeluarkan oleh RS di Indonesia

Semua dokumen tersebut di-scan untuk pendaftaran online dan bawa aslinya (termasuk rapor dalam bahasa Indonesia keluaran DikNas) ke sekolah untuk diverifikasi dan untuk didaftarkan sekolah ke Ministry of Education.

Kapan sebaiknya daftar sekolah di Qatar?

Tahun ajaran baru pendidikan di Qatar dimulai bulan September dan libur kenaikan kelas selama 3 bulan (pertengahan Juni – awal September). Sesuai dengan ketetapan Menteri Pendidikan, proses belajar mengajar sekolah di Qatar hanya 180 hari per tahun dengan jam belajar dari jam 7 pagi sampai jam 1 siang dan hari sekolah mulai Minggu sampai Kamis. Seperti negara kawasan Arab lainnya, akhir pekan di Qatar adalah Jumat dan Sabtu.

Petugas pendaftaran tutup ketika jam sekolah telah usai, juga saat libur sekolah (akhir pekan, akhir tahun, akhir semester, akhir term, Idul Fitri, Idul Adha, Qatar National Day, dan hari libur nasional lainnya).

Gerbang sekolah dibuka 15-20 menit sebelum pelajaran dimulai. Kalau sudah habis waktu belajar, murid harus keluar dari bangunan sekolah. Kecuali jika mengikuti kelas tambahan atau kegiatan ekstra kurikuler. Sekolah tidak bertanggung jawab terhadap anak yang datang kepagian atau telat dijemput pulang sekolah.

Pendaftaran beberapa sekolah sudah dibuka sejak Januari. Ada sekolah yang menerima pendaftaran dengan datang langsung ke sekolah, tetapi ada beberapa sekolah yang hanya menerima pendaftaran melalui website sekolah (online).

Pemerintah melarang sekolah untuk menerima murid baru di tengah tahun ajaran, yang masuknya lewat dari bulan Maret.

Artinya kalau anak baru tiba di Qatar lebih dari bulan Maret, maka anak terpaksa harus menganggur sampai September ketika tahun ajaran baru dimulai.

Jumlah Kindergarten dan Primary School di Qatar jauh lebih banyak dari jumlah Middle dan High School. Karena itu sebaiknya kita memilih sekolah yang menyediakan level pendidikan sampai dengan High School, daripada kita harus repot mendaftar sekolah lagi ketika anak sudah menyelesaikan pendidikan dasar untuk masuk ke jenjang yang lebih tinggi. Bisa dipastikan daftar tunggu sekolah menengah favorit menjadi lebih panjang.

Saran saya, orangtua harus aktif mencari informasi sekolah baik dengan bertanya kepada mereka yang sudah lebih dulu tinggal di Qatar atau pun mencari informasi melalui internet. Daftarkan anak ke beberapa sekolah untuk berjaga-jaga seandainya anak tidak lulus ujian masuk di salah satu sekolah. Kalau bisa, sebaiknya orangtua mengirimkan email atau telepon ke sekolah untuk memastikan ketersediaan kursi di tingkat pendidikan yang dituju. Percuma kita mendaftar ke sekolah yang tidak tersedia kursi di kelas yang kita mau, karena pendaftaran dan tes masuk sudah dikenakan biaya.

Komposisi biaya sekolah di Qatar:

  • Application & Placement Fee (sekitar QAR 150-300), atau uang form pendaftaran dan tes masuk yang tidak dikembalikan jika anak tidak lulus tes masuk atau tidak ada kursi.
  • Registration Fee (sekitar QAR 2.000-3.500), uang pendaftaran setelah anak kita dinyatakan lulus tes.
  • Security Deposit (sekitar QAR 1.000-2.000), uang deposit yang ditahan selama anak kita bersekolah dan akan dikembalikan begitu anak kita keluar atau lulus. Uang ini digunakan pihak sekolah jika ada benda yang dirusak atau dihilangkan oleh anak kita.
  • Annual Fee (sekitar QAR 20.000 – 75.000), uang SPP yang dibayar setiap tahun dan biasanya bisa dicicil bayar per TERM atau SEMESTER. Uang tahunan ini berbeda tergantung sekolah dan tingkat pendidikan.
  • Locker Fee (tergantung sekolah), uang sewa loker untuk menyimpan buku atau peralatan sekolah anak yang dibayar per tahun. Ada beberapa sekolah yang memberikan secara gratis, tetapi banyak juga sekolah yang menyewakan.
  • Books Fee (sekitar QAR 1.000 – 2.000), uang buku pelajaran atau text book yang dibayar per tahun.
  • Graduation Fee (sekitar QAR 100 – 500), uang yang digunakan untuk mengadakan acara kelulusan yang besarannya berbeda-beda tergantung jenjang pendidikan. Ada juga sekolah yang tidak mengenakan biaya ini karena sudah termasuk ke dalam Annual Fee.
  • Transportation Fee (tergantung lokasi sekolah dan alamat rumah), uang bus antar jemput anak ke sekolah yang dibayar per tahun. Ada 2 pilihan: one way dan two ways. Jika kita belum memiliki kendaraan pribadi, selain bus sekolah, kita juga bisa menggunakan jasa taksi langganan atau patungan dengan anak tetangga.

Bagaimana dengan seragam sekolah di Qatar?

Sekolah di Qatar tidak melayani penjualan seragam, melainkan ada 2 toko penjahit yang ditunjuk untuk menjual seragam.

Kita tinggal datang ke toko tersebut dan menyebutkan:

  • Nama sekolah
  • Grade tingkat pendidikan
  • Nama anak
  • Notelp orangtua

Bentuk, warna dan model seragam berbeda untuk tiap sekolah dengan harga sekitar QAR 40-100 per helai atasan atau bawahan (bukan dihitung per 1 stel). Ada yang digunakan untuk musim panas (kemeja atau polo shirt) dan musim dingin (biasanya ada tambahan rompi, sweater, jaket atau jas, tergantung sekolahnya).

Kita bisa langsung membeli pakaian yang sudah jadi, atau mengukur badan anak untuk kemudian dijahitkan dan bisa kita ambil 1 minggu kemudian.

Sepatu biasanya diwajibkan warna hitam. Ada beberapa sekolah yang mewajibkan anak menggunakan sepatu kulit (pantofel) kecuali saat pelajaran olahraga murid harus pakai sepatu olahraga. Selain seragam, toko penjahit juga menjual sepatu kulit.

Jilbab yang digunakan murid perempuan harus berwarna gelap, biasanya HITAM atau BIRU DONGKER. Toko penjahit tidak menjual jilbab.

Pertimbangan menentukan sekolah anak di Qatar:

1. Kurikulum sekolah

Sekolah internasional yang menggunakan English sebagai bahasa pengantar, memiliki 3 jenis kurikulum:

  • IB (International Baccalaureate) Program

Program-program IB dikelola oleh International Baccalaureate Organization (IBO) yang bermarkas di Geneva, Swiss, sedangkan Kantor Pusat Penilaian (Assessment Centre) di Cardiff, Wales dan Pusat Kurikulum di Den Haag, Belanda. Kini program IB sudah diserap di lebih dari 90 negara. Sekolah yang menggunakan harus mendapat pengesahan untuk mendapatkan sertifikat dari International Baccalaureate Organisation (IBO) di Jenewa, Swiss.

Jenjang pendidikan IB:

1. IB Primary Years Programme (PYP) untuk usia 3-12 tahun

2. IB Middle Years Programme (MYP) untuk usia 11-14 tahun

3. IB Diploma Programme (DP) untuk usia 15-18 tahun

4. IB Career-Related Programme (CP) untuk usia 15-18 tahun

Kalau di Qatar, setelah lulus dari kelas 12 maka siswa akan memperoleh sertifikat IB yang bisa digunakan untuk melanjutkan ke jenjang Diploma di universitas tujuan.

  • British Curriculum – Cambridge IGCSE (International General Certificate of Secondary Education)

IGCSE dikembangkan oleh CIE (Cambridge International Examination) pada tahun 1988 dan dijadikan ujian internasional oleh CIE dan London Examinations.

Jenjang pendidikan Cambridge:

1. Cambridge International Primary Program (CIPP): 5-11 tahun.

2. Lower Secondary Program: 11-14 tahun.

3. Middle Secondary: 14-16 tahun.

4. Upper Secondary: 16-18 tahun.

Tiap level kelas disebut Year, dimulai dari Year 1 (usia 5 tahun) sampai Year 13 (usia 17 tahun).

Kalau di Qatar, setelah lulus dari Year 13 maka siswa akan memperoleh sertifikat IGCSE dan A Levels yang bisa digunakan untuk langsung masuk ke universitas tanpa melalui program Diploma lagi.

  • American Curriculum

Saat ini ada sekitar 197 sekolah internasional yang tersebar di 138 negara yang secara langsung maupun tidak dibantu oleh pemerintah Amerika dalam menerapkan kurikulum sesuai yang diterapkan pada sekolah-sekolah di Amerika, yang terakreditasi oleh beberapa lembaga seperti the Middle States Association of Colleges and Schools, New England Association of Schools and Colleges, Southern Association of Schools and Colleges, dan lain sebagainya.

Jenjang pendidikan sekolah Amerika:

1. Kindergarten: 5 tahun

2. Elementary : Grade 1 – Grade 5 untuk usia anak 6-10 tahun

3. Middle School: Grade 6 – Grade 8, untuk usia anak 11-14 tahun

4. High School: Grade 9 – Grade 12, untuk usia anak 15-17 tahun

Setiap level kelas disebut GRADE, dimulai dari Grade 1 (usia 6 tahun) sampai Grade 12 (usia 17 tahun).

Saat Grade 12, siswa akan menghadapi ujian SAT (Scholastic Assessment Test) atau ACT (American College Testing) yang nilai ini dikombinasikan dengan High School Grade Point Average (GPA), bisa digunakan untuk masuk ke universitas di Amerika, Canada dan berbagai negara lain.

Apa kelebihan dan kekurangan 3 kurikulum tsb, bisa gugling sendiri yaa.

Yang harus menjadi pertimbangan adalah minat dan bakat anak untuk penjurusan sekolahnya dan universitas yang dituju membutuhkan nilai sertifikat dari mana (apakah IB, IGSE atau SAT/ACT).

Kalaupun mau melanjutkan kuliah di Indonesia, cek lagi ke universitas yang dituju di Indonesia … apakah mereka menerima sertifikat IB, IGCSE atau SAT/ACT untuk mengganti nilai UN SMA.

2. Biaya sekolah

Sebaiknya cek dulu tunjangan dari kantor, karena biasanya ekspatriat mendapatkan tunjangan pendidikan untuk anak karyawan. Syukur kalo perusahaan memiliki Company School, maka tidak perlu lagi mempertimbangkan biaya sekolah karena sudah pasti GRATIS.

Uang sekolah di Qatar paling mahal itu level High School yang setiap tahun membutuhkan biaya QAR 40.000 sampai 75.000.

Silakan dikali Rp 3.700, mendadak migren gak sih?

Untuk sekolah yang menerapkan sistem TERM, maka uang sekolah setahun bisa dicicil 3 kali yang dibayar setiap awal term (catur wulan).

Untuk sekolah yang menerapkan sistem SEMESTER, maka uang sekolah setahun bisa dicicil 2 kali yang dibayar setiap awal semester.

Kalau tunjangan dari kantor memadai, tentunya gak perlu mikir panjang.

Tapi kalo tunjangan gak cukup, harus dipikirkan uang dari mana untuk menutup kebutuhan biaya sekolah ini. Kalo kami pribadi sih, cari rumah yang biaya sewanya lebih murah dari tunjangan kantor dan selisih uangnya dipakai untuk nombok kekurangan biaya sekolah. Pinter-pinter kita ngatur uangnya aja lah.

Eh harap diingat juga kalo tunjangan pendidikan dari kantor itu diberikan setelah karyawan lulus probation dengan sistem REIMBURSEMENT. Jadi jika saat pertama anak masuk sekolah, orangtua sudah harus punya modal dari Indonesia untuk bayar sekolah pertama kali baru kemudian bukti bayarnya bisa ditunjukan ke kantor untuk mendapatkan Tunjangan Pendidikan.

3. Lokasi sekolah

Lokasi sekolah menjadi pertimbangan untuk mencari rumah.

Cek ke sekolah untuk memastikan lokasi gedungnya. Karena ada beberapa sekolah yang memiliki banyak cabang, dimana salah satu cabang hanya memiliki tingkat Kindergarten dan Primary … sementara di cabang lain menyediakan kelas sampai level Secondary.

Biasanya orang yang baru pindah ke Qatar memilih lokasi rumah yang dekat sama sekolah anak. Kalau lokasi kantor lebih jauh, ya itu bagian perjuangan orangtua dalam mencari nafkah untuk keluarga kan. Jadi sang pencari nafkah pasti mengalah demi anak dekat sama sekolah.

Jangan bayangkan sekolah yang bisa ditempuh jalan kaki atau naik sepeda seperti di Indonesia yah. Karena saat musim panas di Qatar, suhu udara bisa mencapai 50an derajat celcius. Gak mungkin lah anak disuruh jalan kaki atau naik sepeda di bawah sinar matahari yang setrrrooonggg banget gitu.

Biarpun rumah berada tidak jauh dari sekolah, anak-anak tetap diantar naik mobil ke sekolah atau ikut bus jemputan sekolah.

4. Pendapat anak yang mau sekolah

Kalau anak masih kecil di usia awal sekolah, kita bisa lihat reaksi anak saat berada di sekolah untuk tes masuk. Gimanapun anak yang akan menghabiskan banyak waktu di sekolah, jadi perasaan anak terhadap sekolah itu penting untuk menjadi pertimbangan dalam memilih sekolahnya.

Kalau anak sudah remaja, kita bisa tanya langsung pendapat anak terhadap sekolah yang kita daftarkan. Anak bisa melihat kondisi bangunan, fasilitas yang ada di dalam gedung sekolah, calon teman-temannya dan bisa mempertimbangkan apakah dirinya akan mudah beradaptasi di sekolah yang didaftarkan orangtuanya atau tidak.


Mohon dimengerti bahwa apa yang saya sampaikan di atas hanya pendapat pribadi berdasarkan pengalaman kami sendiri.

Kebijakan tiap sekolah dan peraturan dari Qatar Ministry of Education mungkin berubah seiring berjalannya waktu, jadi harap mencari informasi lebih detil ke beberapa sumber lain yang lebih terpercaya.

Gimana sudah kebayang apa yang harus dipersiapkan dalam mencari sekolah anak di Qatar?

Selamat berburu sekolah ya!