Maafkan mama….
Jam 9 malam, saya baru sampai dirumah. Alhamdulillah hari ini saya berhasil puasa walaupun tidak sahur. Saat berbuka pun saya hanya sempat minum air putih dan sholat maghrib dikantor, langsung ke kampus untuk final test 1 mata kuliah terakhir. Alhamdulillah saya bisa menyelesaikannya ditengah perut yang keroncongan.
Tiba dirumah, saya bergegas untuk sholat isya dan makan. phieeww…mau pingsan rasanya. Ternyata gak mudah menjalankan aktivitas yang banyak dengan perut kosong.
Saya duduk berhadapan dengan komputer, 1 buku ketebalan 350 halaman dan beberapa lembar kertas serta buku referensi. Sidang memang sudah berlalu, tapi ada beberapa yang harus saya revisi. Beberapa coretan dari dosen penguji membuat saya harus berpikir ulang tentang apa yang sudah saya buat. Ternyata lebih mudah untuk membuat sesuatu dari awal dibanding harus mengedit. Revisi ini harus selesai dan diajukan besok karena dosen yang akan menandatangani skripsi saya akan pergi ke Malaysia tgl 13 Agustus….arrghhh
Rafa berusaha menarik perhatian. Saya memberikan kode ke papa nya untuk meladeni Rafa. Melihat saya sedang sibuk, masguh pun langsung menemani Rafa untuk bermain. Tapi rupanya bukan itu yang Rafa inginkan. Dia ingin perhatian dari saya. Saat ganti baju tidur, Rafa ngambek gak mau ganti baju. Dia telanjang gitu aja sambil nonton TV
“mas…cepetan pakai bajunya. Nanti kamu masuk angin loh”, kata saya sambil mencoba menggambar ulang di kertas coretan.
tapi jagoan saya tetap tidak bergeming. seolah dia membalas apa yang sudah saya lakukan….mengacuhkan dia.
saya yang sedang sibuk mengejar deadline revisi, lelah setelah seharian bekerja dikantor, khawatir dengan jawaban ujian yg tadi saya kerjakan, menjadi emosi melihat tingkah laku Rafa. Entah kenapa rasa sabar seakan pergi begitu saja.
saya tatap mata Rafa dari tempat duduk saya. Asisten saya suruh tinggalkan dia sendiri. Eh saat asisten berdiri, Rafa sempat memukul punggung asisten
Emosi saya semakin memuncak. Saya hampiri Rafa. Bentakan pun keluar dari mulut saya. Jagoan kecil itu bersembunyi dibalik guling. Saya semakin emosi.
“kenapa kamu pukul mbak? kamu tau rasanya dipukul mas? kamu pingin nyobain dipukul? biar kamu tau rasanya seperti apa…iya?!!”
air mata mengalir di pipinya sambil tertunduk dia menggelengkan kepala. Papa Rafa langsung mengambil alih memakaikan baju rafa dan mengajaknya tidur di kamar. Sambil menggosok punggungnya, papa berbisik “minta maaf dulu yuk sama mama”
“enggak mau pa. aku takut…mama serem banget”
akhirnya setelah beberapa saat, Rafa tertidur. Saya membereskan kertas dan buku, mematikan komputer dan masuk ke kamar. Melihat Rafa yang tertidur dengan bekas air mata di pipinya, saya tersadar. Waktuku dirumah harusnya untuk keluarga. Rafa hanya ingin sedikit perhatian setelah seharian aku tinggal.
Astaghfirullah…ampuni aku ya Allah. Berilah aku kesabaran dan kekuatan untuk dapat menjalani ini semua. Tinggal selangkah lagi untuk menyelesaikan sekolahku. Beri aku kemudahan ya Allah.
keesokan paginya, kusambut Rafa yang baru bangun tidur. “Selamat pagi anak ganteng mama. Gimana tidurnya”. Dia memelukku sambil meminta maaf atas perbuatan nya semalam. Saya pun tak kuasa menahan airmata “maafkan mama juga ya sayang….”