Ketika mamang tukang sayur gak lewat depan rumah Doha, mari lakukan #foodprepping atau #mealprep seperti mamah milenial idola masa kini.
Biarpun ada supermarket tidak jauh dari rumah, tapi saya cuma belanja tiap wiken. Saya yang sejak operasi TBC Tulang dilarang dokter tulang untuk membawa beban lebih dari 3KG, harus menunggu kuli angkut kesayangan alias suami + anak lanang libur. Setiap belanja, di kepala saya harus sudah kebayang mau masak apa seminggu ke depan.
Agak pusing menatap merek-merek yang belum pernah dilihat di Indonesia sebelumnya, juga kemasan yang berukuran jumbo, belum lagi bingung harus memilih tomat Marocco atau Iran, bawang India atau China, terong Belanda atau New Zealand, dan lain sebagainya.
Jadi mari fokus pada tag harga saja. Hahahaha
Biasanya saya membuat list belanjaan sebelum berangkat, meski kadang sampai di supermarket berubah tergantung ketersediaan sayuran dan harga diskon lauk pauk.
Kemudian saya cuci semua bahan begitu sampai rumah, keringkan, masukkan ke dalam kotak plastik dan simpan di kulkas.
Supaya awet, sayuran harus benar-benar kering yah.
Selain ditiriskan dalam baskom bolong-bolong (seperti saringan), kadang masih saya elap dengan tisu dapur juga (kitchen towel). Terbukti timun dan wortel parut, juga kol cacah yang masih awet disimpan walo sudah 4 hari di dalam kulkas pintu bawah.
Kalo pingin makan gorengan … tinggal campur toge + kol cacah + wortel parut. Kasih terigu, lada, garam dan air sebelum digoreng jadi bakwan.
Kalo pingin yang seger-seger, tinggal campur wortel dan timun parut. Kasih air perasan lemon, gula dan garam … jadi acar deh.
Kadang parutan timun dicampur sama es batu, sprite dan perasan lemon, jadi mojito minuman segar saat siang bolong.
Mari kita siapkan lauk-pauk.
Pertama masukan bumbu racik ayam goreng ke dalam panci, isi air sebanyak 1 liter, campur dengan jahe geprek + sereh geprek + daun jeruk sobek, gunakan untuk merebus ayam (ungkep supaya siap goreng setelahnya).
Jangan pakai panci presto karena kalau terlalu matang, ayam bisa hancur. Fungsi ungkep hanya supaya bumbu meresap saja, karena setelah itu nanti masih akan diolah lagi (digoreng atau bumbu balado atau saus mentega, dll).
Angkat ayam, masukkan ke dalam kotak plastik, tunggu dingin, tutup dan simpan ke dalam kulkas.
Air bekas ayam, digunakan untuk ungkep ayam/ati-ampela lagi sampai 2-3x. Ngirit sis, males ngulek bumbu sementara bumbu racik sachet susah didapat 😛 Jadi sekali ungkep ayam, 1 saset bumbu bisa dipakai untuk 5 ekor. Terbukti masih enak tuh, kloter terakhir gak hambar. Malah semakin kaya rasa.
Sementara itu di panci lain rebus daging bersama daun bawang + jahe geprek + lada bubuk + garam. Busa putih di atasnya buang menggunakan saringan atau serok kecil.
Setelah itu angkat daging, potong2, keprek di ulekan, rebus lagi dengan sisa air ungkep ayam. Tiriskan, masukkan ke dalam kotak, tunggu dingin, tutup dan simpan ke dalam kulkas. Siap digoreng menjadi empal gepuk atau dibalado.
Air rebusan daging di saring, masukan ke dalam kotak plastik, tunggu dingin dan simpan ke dalam kulkas. Siap menjadi kaldu utk sayur sop, sayur asem, soto, dll.
Sayap ayam yang sudah diungkep, dibaluri bumbu lumur, masukkan ke dalam kotak plastik, tunggu dingin dan simpan ke dalam kulkas. Siap digoreng/panggang menjadi chicken wing.
Kulit ayam digoreng dalam minyak panas, masukkan 5 siung bawang putih geprek dan 1 sdm ketumbar butir. Setelah kulit ayam kering, saring minyak dan buang kulit + bumbu lain. Simpan minyak dalam wadah kaca, siap menjadi minyak ayam untuk bikin mie ayam 😉
Bumbu lain (daun bawang, jahe, lengkuas, sereh, daun jeruk) dicuci bersih, keringkan, masukkan ke dalam wadah terpisah, simpan ke dalam kulkas. Begitu pun bawang-bawangan dan cabe.
Kalo daging sapi jangan dicuci yah. Langsung masuk kotak aja. Ayam fillet boleh dicuci dulu, keringkan pakai tisu dapur (kitchen towel), baru masuk kotak sebelum disimpan ke dalam kulkas.
Untuk minyak … di sini saya bisa foya-foya dan gaya pakai Canola oil, Corn oil, Sunflower oil, dll. Karena mencari minyak sawit alias Palm oil, justru lebih susah dan mahal.
Bumbu dapur bisa cari di lorong Thailand (sereh, daun jeruk, lengkuas), Philippines (daun pisang), China, Japan, Korea (saus tiram, kecap ikan, dll). Ketumbar, asem, jahe, kayu manis, cengkeh, kapulaga banyak di lorong bumbu karena memang selalu digunakan dalam masakan Timur Tengah.
Alhamdulillah kemiri, terasi, kerupuk, bawang merah goreng dan bawang putih goreng bawa lumayan banyak dari Indonesia. Kotak-kotak plastik yang saya gunakan juga beli di PasMod BSD kalo gak salah harganya 22ribu isi 10 kotak plastik yang bisa masuk microwave (katanya).
Kurang daun salam dan daun pandan nih yang belum nemu. Lupa bawa … hiks.
Kayaknya saya masih harus pergi ke Qatindo (toko orang Indonesia di Qatar), biar stok dapur makin lengkap.
Kebiasaan menyiapkan bahan makanan ini sudah saya lakukan sejak jaman jadi mbak kantoran. Lanjut begitu pensiun, gak punya embak nginep yang bantu masak di rumah. Makanya begitu jadi perantau, saya sudah gak kaget lagi dan tinggal melakukan apa yang sudah biasa dikerjakan.
Dengan menyiapkan bahan makanan seperti ini repotnya cuma seminggu sekali kok. Hari-hari lain tinggal cemplang cemplung aja.
Yang jelas lebih irit waktu masak dan gak sebel liat isi kulkas berantakan. Bikin makin semangat untuk masak sendiri.
Meski ada Talabat, aplikasi pengganti Go-Food di sini, tapi lebih hemat juga cocok di lidah kalo kita masak sendiri, ya kan??