Alhamdulillah masih diberikan kesempatan untuk menjalani ibadah di bulan ramadhan tahun ini. Anak-anak sudah mulai paham dengan makna puasa.
Rafa sudah terbiasa puasa di lingkungan minoritas yang berjalan 3 tahun terakhir. Alhamdulillah dengan bekal iman yang cukup, Rafa tidak tergoda untuk membatalkan puasa ataupun meninggalkan sholat. Bahkan Rafa minta dijemput telat setiap Jumat, karena harus sholat jumat dulu. Artinya Rafa harus menunggu lebih lama di sekolah, karena akan dijemput lagi berbarengan dengan bubarnya anak SMP. Justru Rafa memanfaatkan waktu tunggunya untuk mengerjakan PR atau sekedar membaca buku di library sekolah.
Wiken depan (4-5 Agustus) Rafa akan mengikuti Ramadhan Camp dari sekolahnya. Dan akhir ramadhan, Rafa juga sudah didaftarkan untuk ikut pesantren kilat di mesjid dekat rumah sepupunya di Kalimalang. Semakin besar, sudah berani ikut kegiatan nginap diluar rumah. Alhamdulillah.
Fayra baru mulai belajar puasa. Sahurnya jam 6 pagi, buka puasa setelah sholat dzuhur. Hehehe
Karena Fayra sekarang sekolah di Islamic School, maka murid dihimbau untuk tidak membawa makanan dan minuman ke sekolah. Tetapi saya menulis catatan di Communication Book untuk Ustadz dan Sayidah (panggilan bapak dan ibu guru), bahwa saya membawakan Fayra makanan dan minuman untuk dimakan diperjalanan pulang. Kasian kalau Fayra harus menunggu sampai dirumah baru boleh makan, karena setiap hari sampai rumah bisa jam 2 siang. Alhamdulillah Fayra menikmati latihan puasanya. Malah berkomentar “kasian yah orang yang gak bisa beli makanan, seperti ini ternyata laparnya”
Alhamdulillah kamu semakin paham makna puasa ya, nak!
Wiken kemarin agak bingung mengisi kegiatan anak untuk mengalihkan dari rasa laparnya. Hari Sabtu saya ajak anak-anak merapikan lemari bukunya, mensortir art material yang sudah tidak bisa digunakan (krayon yang terlalu pendek, cat yang sudah mulai mengering, dll). Sejak tidak ada mbak yang menetap di rumah, anak-anak jadi rajin ikut merapikan rumah. Bahkan Fayra sudah bisa merapikan kamarnya sendiri, dan melarang orang lain memindahkan sebuah benda yang ada dikamar. Karena dirapikan sendiri, Fayra jadi tau mana benda yang berpindah tempat. Waspada deh hehehe.
Hari Minggu Fayra mulai ribut “let’s make cookies, ma!”
Awalnya saya males *emak payah!*
“Gak ada mbak yang bantuin bersih-bersih setelah kita masak loh, Fay!”
Eh malah dijawab “it’s ok, I will help you”
Jadilah kami membuat cookies dengan resep sederhana ini:
Bahan:
- 1 blok butter / 1 sachet margarin (sekitar 200an gram)
- 150 gram gula pasir
- 1 kuning telur
- 1/2 sendok teh vanili
- 300 gram terigu
- 2 sendok makan coklat bubuk
Cara:
- Aduk rata dalam wadah: butter/margarin + gula pasir + kuning telur + vanili sampai lembut
- Masukan terigu, uleni menggunakan tangan sampai berbentuk bola besar
- Bagi 2 adonan bola tersebut, 1 bagian diberi coklat bubuk dan kembali diuleni (jawir banget ya gw)
- Gilas adonan setebal 1-2cm, kemudian cetak
- Letakan cookies diatas loyang tipis yang diolesi margarin
- Panggang dalam oven selama 10-15 menit
- Tunggu sampai dingin, kemudian masukan dalam toples
Fayra benar membantu bikin cookies ini. Mulai dari menggiling adonan:
Tiba-tiba datang Ziva (teman Fayra yang tinggal di sebelah rumah), tadinya mau ngajak Fayra main. Eh malah diajak ikut cetak cookies.
Alhamdulillah bisa mengisi 2 toples. Ini hasil cookies coklatnya:
Karena saya pakai butter, berasa banget susunya. Enyaaakk
Tiap wiken aja kaya gini, Fay. Lebaran nanti coffee table kita akan penuh dengan beberapa toples cookies deh.
Owh iya, gimana ramadhan kalian?