1th Rafayra.com

1th Rafayra.com

Beberapa waktu terakhir jujur aja de menolak beberapa order rafayra.com. Memang saat ini de lebih membatasi diri. Bukannya sombong, cuma tenaga de ini sangat terbatas. Daripada de mengecewakan pembeli juga. Apalagi kalo dihitung keuntungan yang de dapat gak sebanding ma usaha yang harus de jalankan, de memilih untuk tidak melanjutkan transaksi.

Ada calon pembeli dari luar kota, kebetulan beliau sedang berada di jakarta. Untuk menghemat ongkos kirim, kami janjian ketemu di suatu tempat. Tapi ternyata de ada kesibukan dari kantor yang diluar rencana. De ajukan saran untuk dikirim via tiki aja, biaya nya cuma 10rb. Tapi beliau bilang “wah kalo gitu gak jadi hemat ongkir dong”. Padahal de lebih milih ngirim aja. Gak nyusahin masing-masing pihak. Gpp deh ongkir 10rb itu de yang tanggung, toh ongkos taxi dari kantor de ke tempat pertemuan juga lebih dari itu. De tinggal telpon tiki untuk minta ambil barang, bayar, barang dikirim…selesai. Ya kan?

Ada nih orang nelpon, mo beli seragam senam untuk kantornya. Tapi tahap awal ini dia cuma mo order 10-15 potong dulu. Trus dia minta dikirimin contoh bahan untuk minta approval dari bosnya. Tau gak dia ngasih waktu berapa hari untuk order itu? 3 hari saja dari pesan sampai barang jadi. Lah … emangnya kita sangkuriang apa? hihihihihi

Bedasarkan pengalaman bulk order yang pertama, de akan sharing disini bagaimana prosesnya. Biar calon pemesan yang kebetulan baca blog ini bisa mengerti bahwa membuat orderan khusus itu tidak semudah membalikan bantal.

Pertama, memilih bahan

De memberikan beberapa contoh bahan dari penjahit (biasanya pabrik ngirim katalog bahan ke penjahit secara berkala tiap ada jenis bahan baru). Dari bahan yang ada dalam katalog itu, belum tentu penjahit memiliki stok bahannya. Kalopun bahannya ada, belum tentu stok yang ada mencukupi untuk kebutuhan order. Dalam kondisi seperti itu, kita harus menunggu datangnya bahan dari pabrik sampai ke penjahit.

Kalo pemesan adalah pembeli langsung, pemilihan bahan bisa langsung terjadi saat itu juga. Tapi kalo pemesan bukan pembeli langsung (dia jual lagi ke orang lain) tentu proses aproval jenis bahan ini lebih makan waktu lagi. Karena dia harus minta persetujuan pembelinya, baru dia sampaikan ke de. Ini tentu membutuhkan waktu lebih dari 1-2 jam. Malah seringnya makan waktu 1-2 hari.

Kedua, pembuatan contoh

Sebelum memproduksi banyak (massal), de selalu minta penjahit untuk membuat 1 contoh dulu. Pembuatan pola, pengguntingan dan penjahitan membutuhkan waktu 2-3 hari (karena biasanya dilakukan disela kerjaan rutin yang berjalan). Setelah contoh bajunya jadi, pasti de akan minta approval pemesan. Kalo contoh tersebut sudah sesuai, produksi massal bisa langsung dijalankan. Tapi kalo masih ada kesalahan atau belum sesuai keinginan pemesan, tentu proses pembuatan contoh ini diulang lagi.

Ketiga, produksi massal

Sebenarnya kalo bahan dan contoh sudah sesuai, produksi massal ini bisa cepat dilakukan. Penjahit menyanggupi untuk produksi 5 lusin per hari (60 potong). Jadi kalo pesan 300 pcs aja bisa dikerjakan dalam waktu seminggu.

Keempat, QC & packaging

Walau dari pihak konveksi sudah melakukan Quality Control, biasanya de dan masguh tetap melakukan QC terakhir. Sebelum barang pesanan dimasukan dalam kemasan. Karena masih mahluk amphibi, maka QC ini cuma bisa kami lakukan setelah pulang kerja atau wiken. Untuk pesanan 300 pcs yang lalu, de dan masguh lakukan dari pulang kantor (sampe di konveksi jam 7an) selesai jam 12 malam. Keluar dari konveksi udah kaya cindrelela aja hehehe

——

Nah jadi sekarang kebayang dong, kalo de cuma dikasih waktu 3 hari untuk membuat 15 potong baju senam pria dan wanita, ukuran nya ada M-L-XL. hehehe

Saat de menolak order tersebut, calon pemesan masih mencoba alternatif lain “kalo beli bahannya aja boleh mbak?”

waduw…. maaf de cuma pedagang online nih, bukan toko kain di tanah abang. hihihihihi

———

2 minggu lalu de terima email yang isinya peringatan kalo rafayra.com sudah mau habis. Berarti udah 1 tahun nih rafayra.com hadir dalam dunia maya. Betapa waktu cepat berlalu yah. Bukan gak berasa sama sekali sih. Buktinya surat peringatan itu datang untuk nunjukin kalo de udah harus bayar domain + hosting lagi. Berasa banget ngeluarin duitnya. hehehe

Walau jualan baju renang sudah de mulai sejak 2004, tapi tahun lalu itu de beneran bertekad untuk membuat bisnis ini menjadi sedikit lebih profesional. Yang tadinya cuma jualan melalui 1 halaman statis dalam blog, akhirnya de bikin domain khusus dengan design dan sistem online shop khusus. Yang tadinya gak peduli sama uang yang lalu lalang, akhirnya de bikin pembukuan.

Alhamdulillah dalam waktu 1 tahun ini ternyata omzet sudah 3/4 jalan menuju 9 digit (omzet tidak sama dengan profit). Gak nyangka ternyata banyak juga peredaran uang di dalam bisnis ini. Kalo lagi down atau sibuk banget, rasanya pingin nutup warung. Tapi biasanya de buka file pembukuan biar jadi semangat lagi karena liat angka-angka yang sliweran. hehehe

Banyak banget pelajaran yang de ambil hikmahnya dari menjalankan bisnis ini. Yang pasti de jadi tau bahwa untuk menjadi pedagang itu butuh banyaaakkk banget stok rasa sabar.

Semoga bisnis ini bisa terus berjalan, sampai tahun-tahun berikutnya. Amin

Share this...
Share on FacebookShare on Google+Tweet about this on TwitterShare on LinkedIn
Seri 3

Seri 3

Iseng de plesbek 10 tahun ke belakang:

1998 –> pertama kali kuliah, walo lulus STM & kerja udah 2 th sebelumnya

1999 –> menikah secara agama

2000 –> menikah secara negara & resepsi, yang ini dapat buku nikah 🙂

2001 –> melahirkan Rafa

2002 –> mulai kerja kantoran lagi, setelah 1 tahun dirumah aja

2003 –> operasi tulang punggung pertama

2004 –> operasi tulang punggung kedua dan ketiga (kali ini kapok! smoga ini yang terakhir). Eh iya sempat masuk majalah telekomunikasi 2x hihihi

2005 –> akhirnya lulus kuliah & berhasil melewati 1 tahun yang sulit, I’m reborn

2006 –> melahirkan Fayra & tulisan di blog masuk majalah susu

2007 –> meluncurkan rafayra.com & masuk majalah bisnis

2008 –> awal tahun sempat nyempil di tabloid ttg anak, resep yang de praktekin di dapur masuk situ dan tahun ini juga usia de memasuki seri 3!

Gimana rasanya yah? Trus apa hebatnya nanti kalo udah kepala 3? Ato apa ngeri nya sampe takut memasuki seri 3? *coba wi ceritain ke gw, kan elo udah ngerasain 15 hari lebih dulu dari gw hehe*

Kata orang, umur 30an kita harus mulai jaga makanan. Karena bentuk badan wanita yang berusia >30 lebih gampang melar dibanding jaman muda dulu. Kalo de mah sadar diri, yang namanya perempuan kalo udah melahirkan jangan harap bentuk badan akan sama persis seperti dulu. Walau keliatan masih sama langsing, paling enggak ukuran celana jeans udah nambah 1 nomor tuh. Menjaga asupan makanan yang de terapin, paling cuma untuk menghindari datangnya penyakit aja. Karena makin tua, kemungkinan penyakit yang datang juga lebih beragam.

Kata orang, wanita umur 30an harus lebih rajin merawat wajah. Karena kekeringan pasti datang disusul oleh kerutan. Kalo de mah sadar diri, toh kerjaan de gak menuntut mulusnya wajah jadi ngapain juga musti repot beli anti aging atau wrinkle free yang harganya juga gak free. Tapi bukan berarti gak dirawat sama sekali *jadi ingat tulisan Shant bahwa apa adanya bukan seadanya*

Bertambahnya usia, pasti bertambah juga beban hidup kita. Sehingga untuk menjalaninya, dibutuhkan kedewasaan yang lebih dari sebelumnya. Tidak semua orang yang bertambah tua akan menjadi semakin dewasa. Karena itu de berharap kedepannya gak cuma usia aja yang nambah, tapi juga kadar kedewasaan.

De bersyukur sudah melalui 30 tahun dengan hidup yang penuh warna. Benar kata orang bilang, hidup itu bagaikan roda … kadang diatas – kadang dibawah – terus berputar.

Masa-masa sulit sudah de lalui. Dari hidup dengan saldo cuma 5rb perak di buku tabungan , sampai mencoba bertahan hidup dengan 10 kantong darah orang lain mengalir di tubuh. Dari sini de mendapat pelajaran bahwa Allah SWT benar-benar memberikan orang yang tepat di sekeliling hidup de. Masguh yang selalu setia disamping de dan selalu menyemangati agar de terus bertahan dan mau bangkit lagi. Rafayra yang selalu ceria, hingga menyadarkan bahwa de harus terus maju demi masa depannya. Keluarga yang tanpa lelah memberikan dukungan dan doa. Teman-teman yang begitu perhatian dan selalu siap mendengarkan. Sampai ke teman-teman dunia maya, yang tanpa pernah bertatap muka … tapi sudah seperti saudara.

Masa-masa bahagia juga sudah diberi oleh NYA. De bisa berkeluarga dengan seorang suami dan 2 orang anak yang alhamdulillah pas sepasang jenis kelaminnya. Kami bisa memiliki kendaraan dan hidup di sebuah rumah mungil yang dibeli dengan nyicil. Yang pasti kami tidak perlu repot kehujanan atau kepanasan. De mendapatkan pekerjaan dengan pendapatan lumayan, yang setidaknya bisa membantu ekonomi keluarga. De punya suami yang setia, bertanggung jawab, pendapatan tetap dan fasilitas kantor yang luar biasa. Kalo masguh gak kerja disitu, mungkin kami harus mengais-ngais untuk membayar operasi yang menelan biaya 120jt!

Bersyukur … bersyukur … dan bersyukur.

Tidak ada yang dapat de lakukan lagi selain bersyukur. Gak ada yang bisa de minta lagi sama Allah SWT, karena semua sudah diberikanNYA tanpa de minta. Jadi nikmat mana lagi yang bisa de ingkari?

Ya Allah SWT,
bantulah hamba untuk selalu mengingatMU, bersyukur kepadaMU, dan beribadah kepadaMU dengan lebih baik. Amin, amin, ya robbal alamin

To my 3 sista (tw, ei, if):

tetap gw tunggu kalo kalian mo patungan beliin mixer KA. Alhamdulillah bosch gw dah laku, tinggal tambahin 2,4jt aja kok. hahahahaha

Share this...
Share on FacebookShare on Google+Tweet about this on TwitterShare on LinkedIn
Sukses ya mbak sugi!

Sukses ya mbak sugi!

Sugiyati, adalah asisten dirumah yang sudah menemani keluarga kami selama hampir 6 tahun. Dia datang beberapa hari sebelum ulang tahun Rafa yang pertama. Tujuannya datang ke Jakarta, sebenarnya hanya ingin ‘kabur’. Orang tua menjodohkan Sugi dengan seorang pria di kampung. Karena merasa tidak cocok, Sugi memilih pergi ke Jakarta untuk bekerja.

Sugi ada ketika Rafa masih belajar jalan sampai masuk sekolah dasar. Sugi juga dengan telaten menggantikan perban luka bekas operasi punggung saya. Sugi pun merawat Fayra dari lahir sampai kemarin.

Ya, kemarin adalah hari terakhir Sugi dirumah kami. Akhirnya dia menerima panggilan pulang dari keluarga dikampung yang berniat menikahkan Sugi tahun ini. Umur Sugi hanya beda setahun dengan saya, orang tua sugi pun sudah berumur hampir 80 tahun. Permintaan yang wajar, karena tinggal Sugi – anak perempuan yang belum menikah di keluarganya.

Sugi sering menemai saya di larut malam saat saya berubah menjadi bakul kue. Dia yang membereskan semua peralatan yang telah saya gunakan. Maklum saya kan cuma kaya slogan di warung reparasi pinggir jalan ‘terima bongkar pasang tinggal’. Jadi Sugi hafal benar dengan semua peralatan baking.

Ketika saya tanyakan “kamu mo hadiah kenang-kenangan apa dari ibu?”

Sugi menjawab “aku pingin punya mixer bu. Biar aku bisa bikin bronis. Dikampung ku belum ada yang pernah makan bronis. Siapa tau aku bisa jualan bronis nanti

Jadilah sebuah hand mixer saya berikan sebagai ‘modal’ pertama supaya sugi bisa menjadi bakul kue. Wiken kemarin pun dia minta diantar ke sebuah ITC untuk membeli handphone. Semoga dia bisa menjadi pebisnis beneran dan bisa lebih sukses baking daripada saya.

Bahkan di hari terakhir masa baktinya, sugi sudah bisa membuat 2 loyang black forrest untuk ulang tahun 2 orang teman dekat saya. Dikantor saya menerima telpon “bu, kuenya udah jadi. udah dibelah dan saya kasih krim + blek ceri. ada di kulkas, tinggal ibu hias aja nanti. saya boleh bikin bronis utk oleh2 orang rumah kan bu?

Jadi gak tau deh tuh rasa dan dalamnya kaya apa. Gak sempat liat penampakan dalamnya dan gak nyicip juga. Buka kulkas udah liat kue diselimuti whiped cream, dengan alas triplek silver.

wah enak deh, tinggal pasang pager coklat (yang kata maki cuma kliatan kaya bekas ompol di sprei hahahaha), tempelin edible plus nanem rumput di skitarnya. Jadilah penampakan bekas ompolnya kek gini:

Betapa bahagianya saya mengetahui Sugi sudah memiliki keahlian baru. Setidaknya hampir 6 tahun menjadi asisten, ada yang dia pelajari dari saya. Semoga bisa menjadi bekal kehidupannya di masa datang.

Terimakasih Mbak Sugi sudah menemani kami selama ini. Terima kasih juga karena sudah bersedia memberikan training untuk penggantinya. Semoga mendapatkan jodoh yang bisa memimpin keluarga. Semoga pernikahannya barokah.

Semoga sukses mbak!

Share this...
Share on FacebookShare on Google+Tweet about this on TwitterShare on LinkedIn
Gaya Jilbab De

Gaya Jilbab De

Tadi pagi saat de masuk ke toilet perempuan di kantor, ada seorang office girl yang memandangi de di depan wastafel. De yang lagi wudhu utk sholat dhuha pun jadi jengah dan melirik ke mbak OG itu.

Dengan malu-malu, mbak OG itu pun bersuara:

maaf mbak, saya mo tanya aja. Apa mbak ini kalo beli baju selalu dapat jilbab yah? 1 set gitu gak sih? kok ya bisa mecing semua. saya perhatiin tiap hari loh mbak

Mahluk bungkusan kan juga pingin tampil gaya mbak..hihihihihi.

Eh tapi lucu juga tuh idenya. Bisa de jadiin item produk baru di rafayra.com  *tuing-tuing, bohlam di atas kepala menyala*

Share this...
Share on FacebookShare on Google+Tweet about this on TwitterShare on LinkedIn
Cerita Pedagang

Cerita Pedagang

Tanpa bermasuk sombong *Ya Allah…jauhkan hati hamba dari perasaan sombong*, de akan berbagi cerita tentang suka duka menjadi pedagang disini (karena ada beberapa orang yg suka nanya juga). Berharap orang lain bisa mengambil pelajaran juga dari apa yang sudah de alami. Semoga bisa menjadi pedagang yang jauh lebih baik dari de.

Jualan Baju Renang 

Kesalahan de yang utama dalam menjadi pedagang baju renang adalah de memulai dengan NIAT ISENG. Bukan iseng dalam arti negatif, tapi de cuma iseng membantu muslimah lain yang de tau susah banget nyari baju renang yang menutup aurat. Padahal sebagai seorang ibu, kita harus nemenin anak di dalam kolam renang. Tanpa baju renang, petugas suka melarang kita untuk ikut nyemplung ke dalam kolam. Nah karena de udah kenalan ama yang bisa bikin baju renang muslimah, de jadi kepikiran bantu teman lain yang membutuhkan.

Karena iseng itu, de jalani usaha ini sambil kerja kantoran dan ngurus rumah yang berisi 2 orang anak + 1 suami. Bagi waktunya mayan nguras tenaga, apalagi semuanya masih de lakukan seorang diri. Cek imel orderan pas jam istirahat kantor, ambil barang ke penjahit saat pulang kantor, ngirim barang besok pagi (tinggal nelpon TIKIjne utk ambil ke kantor).

Nah ini duka nya:

Kadang ada orang yang gak mau mengerti bahwa usaha ini dijalani oleh mahluk amphibi (emak yang sok sibuk, udah ngurus rumah, suami dan anak masih disambi kerja kantoran dan bisnis online). Namanya juga bisnis online…sekali sudah online, orang akan berpikir bisa order 24 jam. Dan penjual harus siap 24 jam. Kalo kita bilang barang akan dikirim dalam waktu 2hr, pembeli akan ngitung 2 x 24 jam dari dia transfer uang. Padahal dia transfernya juga pake inet banking yang berarti bisa jam brapa aja.

Apalagi de nyetok barang dirumah (ya iya lah de..kalo smua barang dagangan ditaruh dikantor…itu meja kerja dah kaya gudang!). Jadi kalo ada order masuk hari ini, pulang kerja de siapkan dan bungkus barang… besok pagi baru telpon TIKI untuk dikirim. Kadang pembeli suka gak mau tau tentang hal ini “saya kira bisa dikirim hari ini juga mbak!

Yang paling berasa saat Fayra nginep di RS, sedangkan website gak sempat di-mati suri-kan. Pembeli ada yang kirim SMS “saya sudah transfer 2hr lalu, katanya barang akan sampai 2hr. Kok sampai hari ini belum ada?

Duh jadi serba salah gitu. Boro-boro sempat liat email order, badan ini pun tidak sempat merasakan tidur nyenyak hampir 2 minggu. De cuma bisa minta maaf dan menjelaskan kondisi, gak lupa nyuruh masguh untuk transfer balik hari itu juga.

Ada lagi kejadian pembeli minta kirim barang kalo bisa besok sampai. Memang ada layanan YES (one night service) oleh TIKIjne, dan kebetulan pembeli tsb bersedia membayar ongkos kirim yang lebih mahal dari pengiriman regular. Masalahnya adalah alamat pembeli diluar jangkauan layanan tsb (out of service coverage), jadi yang tersedia hanya pengiriman regular yang memakan waktu 2-4 hari. Ketika masalah ini de informasikan ke pembeli, beliau keberatan dan menyatakan “selama ini kiriman pake TIKIjne atau kurir lain sampai dirumah saya dengan selamat kok. gak pernah ada masalah“. Yah mungkin kiriman yang lain pakai jasa regular, bukan one night service.

Setelah ada kesepakatan, de kirim barang pakai pelayanan regular. Ternyata hari ke 3 paket belum sampai ditangan pembeli. Memang TIKIjne bilang bisa memakan waktu 2-4 hari, jadi masih wajar kalau hari ke 3 belum sampai. Tapi pembeli udah kirim SMS “sampai hari ini barang belum saya terima. Kalo bisnis yang profesional dong mbak!

De cuma bisa tahan nafas dan mengirim balik SMS. De jelaskan sekali lagi kondisi yang ada. De juga sudah selipkan uang kembalian ongkos kirim di dalam bungkusan baju renangnya. Sampai de bilang “kalo memang mbak takut saya tipu, silahkan berikan nomor rekeningnya. Akan saya transfer uang mbak sekarang juga. Kalo barang sudah diterima, silahkan bayar ke rekening saya

De juga udah ngalamin yang namanya pembeli minta barang dikirim cepat dan berjanji akan transfer hari itu juga. Ada 2 orang yang seperti itu, tapi sudah 5 bulan berlalu … uangnya belum juga de trima. Setiap de telpon selalu gak ditempat, yang lagi makan siang – udah pulang – gak masuk karena sakit dan sejuta alasan lainnya. De ikhlasin aja sekarang, de anggap sebagai sedekah aja lah. Kalo de pikirin terus…buang-buang energi.

Ada lagi orang yang maksa beli baju renang dengan permintaan khusus. De udah bedain produk dengan kategori lokal dan export dengan kelebihan masing-masing. Tapi ada aja yang minta “baju lokal tapi kerudung export bisa kan mbak?“. De juga bikin edisi yang terbatas, paling dari 1 motif kain dibuat maksimum 9 potong untuk seluruh ukuran (misal 1 size M, 3 size L, 3 size XL, dan 2 size XXL). Jadi kalo motif itu udah terjual, gak akan lagi de bikin motif yang sama. Tetap aja ada yang minta “kalo motif yang kemarin ada lagi, kabarin saya ya mbak“. Padahal udah dibilang enggak akan ada lagi. Ada juga yang minta celana nya sedengkul aja. Atau diminta size tertentu dengan ngurangin ukuran dada skian senti. Pokoknya mintanya macem-macem deh.

Nah ini suka nya:

Dengan berjualan baju renang, de jadi punya banyak teman baru. Baik yang di Indonesah maupun di negara lain. Beberapa dari mereka malah menjadi teman. Ada juga yang sekarang ikut jualan baju renang dengan produksi sendiri di kota lain. De gak takut dia akan jadi kompetitor, karena de yakin rejeki sudah ada yang mengatur. Toh niat awal de jualan baju renang cuma mo membantu muslimah lain yang butuh baju renang.

De paling senang nerima SMS atau email yang menyatakan puas dengan baju renangnya. Bahkan sampai ngirim foto mereka saat di kolam renang sendiri atau bersama anaknya. Perasaan itu yang gak bisa dilukiskan dengan kata-kata.

Yah itu lah sebagian suka dan duka yang de rasakan selama jual baju renang. Kalo lagi capek banget, pingin rasanya tutup warung. Tapi baru bilang ke reseller, mereka langsung melarang. Dipikir-pikir emang sayang banget … jadi mulai menyemangati diri untuk terus menjalankan usaha ini.

Gak tau sampai kapan……..

Jualan Kue 

Kalo jualan kue mah gak diniatin sama sekali. De ikut kursus Cake Dasar dan Decorating Cake cuma untuk sekedar bisa. Lumayan kan kalo bisa bikin kue dan menghiasnya untuk anggota keluarga. Setidaknya de bisa ngirit dari yang tadinya musti datangin bakery setahun minimal 4x (tiap anggota keluarga ulang tahun), sekarang paling cuma ke TBK (toko bahan kue). Belanja bahan kue cuma abis 1/3  1/2 dari harga cake di bakery (di edit atas peringatan maki selaku tukang kue profesional).

Mami sampe ketawa waktu de cerita ikut kursus bikin kue. Gimana enggak, mami kan buka katering di rumah. Sampai mami komentar “kalo kamu dulu sering nongkrongin mami didapur, pasti gak perlu bayar ratusan ribu hanya untuk liat orang bikin kue“. Yah mo gimana lagi, dulu itu hidayah belum datang. De lebih suka nyolder di kamar atau utak atik komputer (maklum anak STM).

Beberapa kali bikin kue dibawa ke kantor, ada yang suka sama rasanya. Trus efek dari rasa terpuaskan, mereka pesan bday cake ke de. Awalnya sempat gak pede … lah wong de baru bisa masak juga 2 tahun terakhir aja, kok ya dapet tantangan disuruh bikin kue untuk orang lain. Akhirnya de nekat aja nerima pesanan. Belum banyak sih, jari ditangan dan kaki de belum dipakai semua untuk menghitung jumlah order kue yang pernah de terima.

Kalo project kasih sayang sih lumayan banyak. Maksudnya bikin kue untuk keluarga besar atau teman tanpa dibayar. Yah itung-itung kado untuk ponakan, sepupu, adek, mami, teman dan sahabat.

Saat menentukan harga jual, ini momen yang selalu bikin bingung. De pernah dapat file xls (Ms. Excel) untuk menentukan harga jual, tapi tetap suka gak pede ngasih harga jualnya. Tapi kata-kata dari guru yang selalu de ingat dan ingatkan untuk orang lain yang pingin jual kue “jangan takut ngasih harga kue mahal. Yang pasti kasih lebih murah dari harga bakery. Design kue itu adalah sense of art yang dimiliki tiap orang dengan kadar yang berbeda. Kalau memang merasa design kita lebih bagus, knapa juga takut ngasih harga. Kalau bukan diri kita, siapa lagi yang akan menghargai usaha kita sendiri?

Masalahnya de gak punya jiwa seni sama sekali. Dengan design ala kadarnya seperti yang di foto, apa kelebihan yang bisa bikin harga de lebih mahal?

Ada pembeli yang sebenarnya bisa bikin kue, cuma karena lagi malas dia pingin pesan aja ke de. Trus dia tanya “Cake nya pake apa? Isi dan hiasanya gimana tuh?“. De mah gak takut ngasih resepnya ke pembeli. Biar pembeli juga bisa ngitung brapa harga bahan sekarang. Kalo sampe dibilang kemahalan, de bisa mengelak dengan menjawab “kalo gitu bikin sendiri aja mbak, kan udah tau resepnya” hehehe

Ada juga pembeli yang kaget kalo 1 resep itu bisa pakai 10-30 butir telur. Tentunya semakin banyak telur, semakin mahal pula harga kuenya. Tau sendiri kan harga telur sekarang melonjak sampai 14rb per kilo di warung rumahan. Pembeli itu bilang “bikinin gw loyang yang kecilan aja de. Berarti pake bahan nya cuma 1/2 kan? Bisa 1/2 harga dong

Oalah jeng, tau gak sih kalo bikin kue 1/2 atau 1 loyang itu usaha nya sama aja? Pakai air, gas dan listriknya kan sama. Ngocok mixer 1/2 atau 1 resep lamanya juga sama. Manggang kue di kompor gas nya juga sama menitnya. Kardusnya juga butuh 1 biji bukan 1/2. Menghiasnya juga sama butuh jiwa seni tersendiri.

Jadi gak mungkin dong kue yang harganya 50rb trus karena pesan 1/2 resep jadi dijual dengan harga 25rb? Yah paling enggak harganya jadi 35rb tuh.

Ada juga yang bilang “design elo indonesah banget de! emang elo gak punya buku-buku referensi design dari luar negeri?

Aduh pak, de kan orang indonesah…gak bisa ngebuang darah indonesia dari tubuh de ini. Dan jujur aja…buku cake decorating mah banyak tuh dirumah. Tapi jumlah malesnya de lebih banyak lagi. Apalagi de beneran gak bertujuan jualan kue. Lebih sering de menolak order kue, daripada benar-benar mengerjakannya. Maaf banget kalo de belum bisa sepenuh jiwa jadi tukang kue, kaya mami de yang sampe buka katering. Tenaga de udah habis terkuras… sekali lagi, untuk ngurus rumah, anak, kerja kantoran ditambah jual baju renang.

De cuma bisa dekor kalo tengah malam anak-anak udah pada tidur atau belum bangun di pagi hari. Kalo de turutin semua order kue … wah bisa remuk badan de nanti.

Sekarang sih de terima order kue cuma dari teman dekat, sahabat atau keluarga aja. Selebihnya pasti de tolak.

De sadar diri kalo de bukan wonder woman yang bisa melakukan segalanya. Tapi dengan berdagang gini, banyak hikmah yang bisa de ambil. De jadi terus belajar bagaimana cara berkomunikasi dengan orang lain, de jadi belajar bagaimana meyakinkan orang, dan de belajar untuk lebih sabar menghadapi orang lain.

De bersyukur karena setidaknya pernah mencoba merasakan menjadi pedagang. Sekarang de bisa lebih menghargai pedagang lain. Dan de bisa lebih ramah menghadapi embak-embak SPG yang menawarkan produk. De juga bisa lebih menghormati orang yang membagikan brosur dengan tidak membuangnya di depan mereka. Karena kita tidak pernah tau bahwa yang membagikan brosur itu adalah pembuatnya atau orang bayaran. Kebayang kan betapa kecewanya kalo kita udah susah buat design brosur supaya menarik perhatian orang, mencetaknya pun butuh biaya tersendiri. Eh ketika dibagikan … dibuang begitu aja di depan mata kita!

Share this...
Share on FacebookShare on Google+Tweet about this on TwitterShare on LinkedIn