Browsed by
Author: De

Pencurian Foto lagi

Pencurian Foto lagi

Setelah mengalami 2x pencurian foto, masih ada yang ke 3x nya ternyata *sigh*. Kali ini foto Rafa yang diambil dan dimuat ke dalam buku IPA terbitan Depdiknas untuk kelas 1 SD.

Mengatahuinya pun tidak sengaja. Kebetulan mbak Ifa seorang pembeli baju renang, mengirim sms dan memberitahu tampilnya Rafa didalam buku tersebut. Karena Rafa sudah kelas 3SD, kami tidak punya bukunya. Lagipula di sekolah Rafa tidak menggunakan buku tsb untuk panduan siswanya. Saya pun meminta tolong Mbak Ifa untuk scan dan mengirimkan fotonya melalui email.

Beginilah tampilan cover buku tersebut (halaman sampul dan halaman depan dalam). Buku ini ditulis oleh S. Rositawaty dan Aris Muharam. Tapi sayangnya tidak banyak informasi dari foto buku tsb. Saya tidak memperoleh informasi yang biasanya terdapat dihalaman dalam seperti: nama-nama Penulis, Penyunting, Lay-out, dan Designer Sampul.

Foto Rafa sedang main perosotan dimunculkan dalam halaman 90 pada bab yang menjelaskan tentang Gerak Benda seperti foto dibawah ini:

Dibawah foto tersebut memang ditulis source: masrafa.com yang kemudian saya temukan foto tsb diambil dari postingan ini dengan gambar jelas seperti dibawah:

Disatu sisi saya merasa bangga foto anak saya bisa ditampilkan didalam buku IPA yang menjadi panduan seluruh anak SD kelas 1 di Indonesia. Tetapi disisi lain saya menyayangkan kenapa pihak yang membuat buku tsb tidak meminta ijin kepada saya selaku pemilik foto dan situs www.masrafa.com ini.

Kalau takut saya akan meminta royalti, mungkin hal yang wajar. Tetapi beberapa kali masuk TV dan Majalah, jujur tidak ada satupun dari seluruh media tsb yang membayar saya. Dan saya pun tidak membayar mereka untuk ditampilkan dalam media tsb.

Mereka hanya menghubungi saya melalui YM atau telepon, kemudian menyampaikan maksud untuk meliput atau memuat tulisan di blog saya kedalam majalahnya. Saya dengan senang hati membantu mereka. Bahkan saya berikan foto dengan resolusi yang lebih baik dari yang saya upload ke website ini, supaya hasil yang tampil di media mereka lebih bagus dari website ini.

Untuk kasus ini, saya tidak akan memperpanjang urusan. Saya tidak akan menuntut mereka. Saya tidak akan berusaha untuk mencari tahu siapa yang mengambil foto tsb. Saya ikhlaskan saja, toh mereka sudah menulis dengan jelas source foto tsb.

Semoga setelah kejadian ini tidak ada pencurian foto dari web saya atau pun dari website orang lain.

Rafayra.com on TV

Rafayra.com on TV

Alhamdulillah dapat kesempatan 3x masuk TV. Ini semua menjadi pecutan biar lebih semangat jualan lagi. Akhir-akhir ini pekerjaan kantor lumayan berat *yaealah de, sebanding ma gaji gak sih … siap2 di timpuk bankir bersertifikat*, jadinya jualan terbengkalai.

Trans7
Awalnya bingung waktu terima telpon “mbak, diliput trans7 mau yah?

Kemudian dijelaskan bahwa mereka dari program RAHASIA SUNAH dengan host WAHYU SUPONO (orang bule). Acara ini bercerita tentang perjalanan mas wahyu, seorang mualaf yang mencari ilmu tentang Islam dari segala hal yang ada disekitar hidupnya di Indonesia.

Liputan kali ini tentang berenang dalam Islam.

Diliput dari sisi kesehatan, mewawancarai seorang dokter dan mencari penjelasan berenang dari ilmu kesehatan. Kemudian dari sisi agama, mewawancarai seorang ulama dan bertanya hukum berenang dalam Islam. Lalu diliput tentang kolam renang khusus wanita yang sekarang masih jarang tersedia di Jakarta, mungkin kota lain juga.

Nah dari situ diliput tentang penjual baju renangnya sampai bagaimana produksinya, ada gak pembelinya, jualnya udah kemana aja. Disini memuat profile rafayra.com

Sayangnya mas Wahyu berhalangan, dan saat itu digantikan oleh host sementara yaitu mbak Puput Melati (mantan penyanyi cilik).

Karena diliput di konveksi, jadilah begronnya berantakan banget. Selama persiapan, udah banyak aja tetangga konveksi berkumpul di depan pintu. Apalagi saat itu anak pemilik konveksi asyik cerita ke semua orang yang ditemui dijalan menuju konveksi “aku mo masuk tipi” hahahaha

Nah inilah foto kami setelah selesai syuting, de – mbak puput – pak nurdin sang pemilik konveksi. Liputan ini untuk ditayangkan di bulan Ramadhan 2009. Sayang nya karena acara ditayangkan sebelum magrib jam 17.30an, kami semua gak sempat nonton. hehehehe

KompasTV
Ketika ada orang menyapa lewat YM “mbak, rafayra.com nya boleh diliput untuk KompasTV?

Saya kembali bingung. Karena terus terang belum pernah dengar KOMPASTV sama sekali. Beliau menjelaskan bahwa KompasTV ini adalah versi streaming TV dari kompas.com yang akan di luncurkan dalam waktu dekat. Liputan ini entah akan tayang kapan, yang pasti untuk stock berita dulu katanya.

Bingung mencari lokasi kolam renang yang tidak ramai dan tidak susah minta ijinnya, alhamdulillah mbak Anna menawarkan apartemen Gandaria dimana beliau tinggal untuk menjadi lokasi syuting. Apartemen ini enak banget … hommy dan gak terlalu besar.

Liputannya cukup menarik. Awalnya saya di wawancara tentang asal muasal bisnis ini dan menceritakan bagaimana perkembangannya. Kemudian mbak Anna di wawancara selaku pembeli dan juga pernah ikut membantu memasarkan di New Zealand (sebelum mbak Anna pindah ke Jakarta). Setelah itu saya mengajari Rafa berenang, tetapi saya menggunakan kaos – jeans – jilbab kaos yang digunakan saat wawancara. Kemudian mbak Anna lewat menggunakan baju renang muslimahnya, dan saya pun menoleh ke arahnya.

Pengambilan gambar dilanjutkan dengan adegan saya dan mbak Anna ngobrol tentang baju renang muslimahnya, bagaimana cara memakainya, jenis bahan yang digunakan, dll. Obrolan dilanjutkan dibangku jemur disamping kolam renang. Kameramen mengambil gambar dari atas, naik ke kamar putri mbak Anna.

Special thanks to Mbak Anna sekeluarga yang sudah menyambut hangat kami, membantu proses ijin ke kantor apartemen, menyediakan kamar untuk mandi – ganti baju – sampai sholat magrib. Udah gitu rela jadi model pula tanpa dibayar. Semoga Allah SWT membalas budi baik mbak Anna berkali lipat amin.

Liputan Rafayra.com di KompasTV bisa dilihat disini:

TransTV

Saya kira sudah cukup 2x itu aja Rafayra.com diminta untuk masuk tipi. Ternyata tawaran datang lagi dari TransTV. Pertamanya saya komen “kan udah pernah mbak“, tetapi kemudian dibalas mbak Tika “dulu kan untuk Trans7 mbak, ini beda loh. Untuk program SAFARA di TRANSTV“.

Mbak Tika menelpon hari selasa 25 Nov 2009, meminta waktu untuk syuting hari Kamis 26 Nov karena harus tayang 3 Desember 2009.

Beneran mepet banget ditengah kesibukan kantor yang luar biasa hectic karena ditinggal juragan ke luar kota 2 hari menjelang longwiken. Udah gitu cuaca juga lagi mendung dan hujan tiap hari. Sementara syuting diminta untuk sampai ke kolam renang juga.

Alhamdulillah hari kamis pagi ngebut ngerjain semua pending item, abis makan siang ijin pulang kantor lebih cepat. Wujudnya aja sih gak dikantor, telpon dan email teteeuuuppp gak berenti-berenti dan terus dilakukan selama perjalanan syuting.

Liputan pertama ke konveksi. Ceritanya saya datang ke penjahit untuk minta dibuatkan lagi beberapa lusin dengan ukuran yang beda. Kali ini gak banyak penonton diluar konveksi. Walau semua orang melihat seragam dan kamera yang dibawa oleh petugas juga mobil dengan logo TRANSTV yang sedemikian besar, alhamdulillah gak sampai memancing kerumunan orang seperti sebelumnya. Mungkin karena gak ada public figurnya juga kali ini. hehehe

Dari konveksi di komplek Kostrad, kami lanjut ke Ciputat. Berenti dulu di ruko depan RSPI untuk makan siang … yupe makan siang jam 15:30 sajah. Sebelumnya gak ada yang berani makan, karena takut hujan. Jadi mentingin liputan dulu dari pada isi perut.

Syuting dirumah menggambarkan saya asyik selonjoran di sofa sambil berinternetan dengan laptop jadul. Kemudian saya menerima order dan mencatatnya. Dilanjutkan dengan proses packing, memasukan baju renang ke dalam amplop coklat, menulis alamat dan pergi ke luar rumah untuk menitipkan paket pada jasa titipan.

Didalam rumah juga diambil gambar berbagai jenis baju dalam manekin. Kemudian saya membantu Fayra memakai baju renang anak. Saat itu Fayra baru bangun tidur sementara Rafa baru pulang sekolah.

Syuting dilanjutkan ke kolam renang di komplek rumah. Penjaga sempat tanya juga “ini untuk apa ya mbak?“. Tetapi kami semua kompak menjawab “dokumen pribadi mas“.

Petugas masih penasaran “kenapa pake mobil dan seragam TransTV?

Dijawab oleh kameramen “Ibu ini order minta direkam udah lama. Saya nyambi pulang kantor mas

hihihi maaf ya mas, terpaksa berbohong daripada memancing keramaian. Kebetulan didalam kolam renang cuma ada 1 rombongan keluarga yang lagi berenang membawa putra-putrinya.

Alhamdulillah kali ini kami sempat nonton karena disiarkan hari kamis 3 Des 2009 jam 06:30 pagi. Masguh memilih naik kereta jam 7:30 daripada bawa mobil demi nonton tayangan ini. Phiewwhh syuting 1/2 hari cuma untuk tayang 5-7 menit doang. Banyak adegan yang dibuang juga. Kebayang gimana capeknya para pekerja film demi mendapatkan tayangan berdurasi 2 jam non-stop yah … syuting berbulan-bulan.

Terima kasih untuk doa dan dukungan teman-teman, baik lewat email – telp – sms – komen di FB. Bahkan ada sepupu yang komen “ah rese lo mbak, ibu bangunin gw pagi-pagi cuma untuk nonton elo 5 menit” huahahahaha mana gw tau, ngasih tau nyokap lo pun enggak.

Semoga liputan Rafayra.com di berbagai TV ini bisa membangkitkan semangat perempuan lain diluar sana untuk terus berkarya. Kalau saya bisa, kalian pasti bisa!

Penyuluh TBC Tulang

Penyuluh TBC Tulang

Postingan ini untuk teman-teman yang nanyain kenapa de rajin banget ke rumah sakit.
———————————————————————————————-
Semua orang yang mendengar kata TBC pasti langsung berkomentar: “elo pernah kena TBC de? itu kan penyakit orang miskin

Memang gak ada yang salah sih. Karena TBC yang diketahui masyarakat luas adalah penyakit batuk berkepanjangan yang biasa menjangkiti kalangan menengah kebawah.

Bahkan pasien TBC pun malu mengakui penyakitnya, karena diakibatkan oleh kurangnya informasi tentang TBC itu sendiri. Gak jarang saya menerima email yang menulis: “mbak, pede banget sih ngumumin kalo kena TBC. Saya sudah beberapa bulan ini divonis TBC, sampai hari ini saya masih menutup diri. Kalau ditanya saya cuma jawab kena virus/bakteri. Kok mbak gak malu sih kena TBC?”

Jangan salah!

Awalnya pun saya malu. Saya juga melewati masa-masa menutupi diri saya dari penyakit yang terkenal sebagai penyakit orang miskin ini. Bukan karena saya malu dibilang miskin, tapi lebih pada pertanyaan lanjutan setelah orang tau penyakit saya. Biasanya mereka akan lanjut bertanya “gaya hidup lo jorok banget kali de sampai bisa kena penyakit begituan“. Wajar aja komentar orang seperti itu, karena secara fisik pasien TBC memang terlihat kurus sekali – lemah – lesu. Beneran seperti orang yang kurang gizi aja.

Beda kalo kita bilang “kena kolesterol nih“. Pasti komentar selanjutanya adalah “kebanyakan makan enak lo de!“. Kolesterol dan jantung lebih dikenal sebagai penyakit orang kaya,

Tapi masa-masa itu sudah berlalu. Saya merasakan gak ada gunanya menutup diri. Saya merasa bahwa kurangnya informasi diluar sana tentang TBC harus diperbaiki. Saya sebagai mantan pasien lah yang bertanggung jawab menyebarluaskan informasi tsb. Supaya tidak ada lagi komentar miring tentang penyakit ini. Supaya pasien dan keluarganya paham apa yang dihadapi. Dan supaya masyarakat luas tidak menganggap remeh penyakit mematikan ini.

Saya beranikan diri menulis tentang perkembangan penyakit saya di blog. Saya menulis artikel yang cukup lengkap tentang penyakit ini disini. Dan ternyata tanggapannya luar biasa. Komentar di blog, email, sms, telepon, message di facebook … terus berdatangan.

Saya berusaha merespon semua pesan yang masuk sebisanya. Selain memberikan informasi tentang asal muasal penyakit ini, bagaimana penularannya, bagaimana pengobatannya, rekomendasi dokternya, sampai menyemangati mereka untuk bisa sembuh seperti saya.

Sampai teman baik saya pun berkomentar “lo udah kaya penyuluh puskesmas aja de“. Dan ya … saya memang sedang melakukan penyuluhan tentang penyakit ini.

Yang akhir-akhir ini mulai sering saya lakukan adalah MENEMUI SECARA LANGSUNG para pasien TBC, teman-temannya, keluarganya. Baik di rumah sakit atau pun janjian ketemu di tempat umum (restoran, cafe, etc).

Sangat menyenangkan bisa ngobrol langsung dengan mereka. Sekedar berbagi pengalaman, membangkitkan semangat, sampai mengingatkan keluarga dan teman-teman mereka untuk terus mengingatkan pasien untuk terus melakukan pengobatan sampai dinyatakan sembuh total.

Biasanya kunjungan ke rumah sakit saya lakukan di hari kerja, baik itu pagi ataupun malam hari. Kalau wiken biasanya saya memilih bertemu di luar rumah sakit karena saya pasti membawa anak-anak.

Alhamdulillah suami sangat mendukung kegiatan ini. Karena kami pernah berada diposisi mereka … yang kaget begitu mendengar nama penyakitnya, yang panik begitu mendengar vonis operasi, yang bingung mencari informasi tentang penyakit ini, yang sedih karena melihat orang terdekat kita menderita.

Saya sengaja melibatkan anak-anak (tapi tidak untuk kunjungan ke rumah sakit), supaya mereka bisa ikut merasakan betapa menyenangkannya kegiatan ini. Bahkan orang tua kami (mami, mama, papa) yang tau kegiatan ini ikut mendukung dan sering menanyakan perkembangan orang-orang yang pernah saya temui.

Secara tidak langsung, saya melakukan penyuluhan tentang TBC Tulang.

Secara tidak resmi, saya mengakui profesi sampingan ini.

Semua ini saya lakukan dengan sukarela, tanpa menuntut ibal jasa.

Melihat mereka bangkit dari kesedihan, melihat keluarga mereka lebih paham dan bisa menerima kondisi pasien, melihat raut bahagia saat mereka mencapai kesembuhan. Semua itu sangat luar biasa.

Hanya dengan berbagi pengalaman, meminta keluarga mereka untuk mengingatkan minum obat (minum obat selama 18 bulan NON-STOP sangat tidak mudah), mengunjungi mereka dari satu rumah sakit ke rumah sakit lain, bertemu mereka setelah mereka sembuh … ternyata bisa menimbulkan suatu rasa di dada yang tidak bisa dilukiskan dengan kata-kata.

Beberapa orang meminta saya membuat mailing list, perkumpulan resmi, bahkan mendukung saya untuk membuat yayasan.

Mohon maaf, saya belum sanggup melakukannya saat ini. Jujur saya tidak bisa membantu dari segi biaya pengobatan. Dan saya pun belum berani berkomitmen untuk sampai membuat yayasan.

Sekarang hanya kegiatan ini yang bisa saya lakukan. Mohon doanya agar saya diberikan kesembuhan yang sempurna, diberikan kesehatan dan kekuatan untuk terus melakukan kegiatan ini.

Untuk para pasian TBC diluar sana: kalo de bisa sembuh, kalian juga pasti bisa!

Ingat: KESEMBUHAN BERAWAL DARI KEMAUAN

Rafa makin besar

Rafa makin besar

Sudah besar ya Rafa? Tingginya sudah nyaris sedagu saya!

Ukuran kakinya pun sudah 35, sementara saya cuma 38. Padahal umurnya baru 8 tahun. Gimana 3 tahun lagi saat dia SMP?

Kalo cungkringnya gak beda sama saya waktu seumur Rafa. Tulang kami memang kecil. Walau porsi makannya Rafa sudah 2xnya porsi makan saya, belum lagi susu sehari 2x ditambah cemilan … tetap aja bentuknya tipis. Mungkin karena ususnya lebih panjang dari ukuran normal, saya yakin kalo kelingkingnya dibelek pun akan ditemukan usus disana. hahahaha

Rafa sekarang sudah mulai susah diajak pergi. Kadang dia lebih milih main sama teman-temannya dibanding pergi sama kami. Dia lihat-lihat dulu tujuannya kemana, baru mikir ikut apa enggak. Pernah suatu hari libur Rafa pergi main dari jam 9 pagi, baru pulang jam 3 sore! Ditanya dari mana, Rafa menjawab santai “aku baru berpetualang sama teman-teman

Wiken berikutnya Rafa bersama papanya menyusuri rute ‘petualangan’ yang sebelumnya Rafa lalui bersama teman-temannya. Mereka berjalan kaki, menikmati father & son time. Keluar komplek rumah, menyusuri kampung disekitar perumahan dan ketika kembali ke rumah langsung diberondong pertanyaan oleh Fayra “papa ma tata mana aja sih? lama amat pegina

Warna kulit mah gak usah ditanya lagi deh. Akibat sering main sepeda, warna kulit Rafa semakin hitam metalik! . Santai aja, nanti juga ada saatnya Rafa mulai memperhatikan penampilannya. hihihihi

Kadang saya geli sendiri membayangkan anak-anak saat mereka remaja nanti. Ukuran baju dan celana jeans pasti gak beda jauh. Ukuran sepatu pun bisa sama. Jadi saya gak perlu punya sepatu olahraga khusus, cukup pinjam punya Rafa. Celana jeans, t-shirt dan jaket pun bisa tukeran. Asyyiiikkkk

Walau teman saya berkomentar: itu resiko kawin muda. elo jadi cepet tua hahaha

Buat saya, inilah indahnya menikah dini. Jadi merasakan sebagai anak kecil yang udah punya anak kecil. Dan nantinya merasakan punya anak remaja saat umur masih muda. Setidaknya saya dan suami masih dalam umur produktif mencari uang, saat mereka membutuhkan biaya sekolah dan kuliah.

Menyalurkan hobi Rafa

Menyalurkan hobi Rafa

Hobi Rafa dalam bidang seni lukis, mulai gak terbendung lagi. Setelah mewarnai buku sejak umur 2 tahun dan mulai kaos dengan cat minyak diumurnya 7 tahun, sekarang Rafa makin rajin menghabiskan buku gambar dan kertas kosong. Karena buku gambar lumayan mahal (satuannya sih 7rb, tapi kalo sehari abis 1 buku kan bangkrut juga mamanya), akhirnya beralih ke kertas A4 yang 1 rim nya cuma 30rb. Tapi gak sampai sebulan habis juga tuh kertas 1 rim.

Guru-guru di sekolah juga menghimbau kami selaku orang tuanya Rafa, untuk menyalurkan hobi lukisnya. Sayang kalau potensi diri Rafa gak di explore lebih jauh. Tapi selama ini kami belum menemukan tempat kursus maupun sanggar lukis yang gak jauh dari rumah.

Minggu lalu kami coba survey tempat kursus melukis. Rafa di tes untuk mewarnai apel dan juga diminta gambar bebar. Apel tersebut diwarnai dengan warna gradasi dari gelap ke terang, gambar bebasnya berbentuk robot dengan balon percakapan seperti komik.

Pelatih disana cukup kagum dengan hasilnya. Rafa dibilang sudah melampaui batas kemampuan rata-rata anak seumurnya untuk bidang lukis. Rafa sudah mengerti teknik gradasi warna, sudah mengetahui konsep cahaya (arah datangnya cahaya, hingga bayangan yang dihasilkan), juga sudah bisa menggambar aliran surealis (menggambar bentuk benda disekitar kita). Rafa disarankan untuk ambil kelas Comic n Cartoon.

Kebayang gimana senangnya Rafa kan???

Apalagi melihat buku referensi komik dan kartun yang diberikan sebagai paket dasar kursus. Rafa gak sabar untuk mengikuti semua panduannya. Rafa juga mulai meniru gambar-gambar yang ada di buku itu, ke berbagai kertas yang dia temui.

Tahap pertama Rafa diajarkan tentang bentuk-bentuk wajah, dimulai dari wajah berbagai jenis hewan.

Setelah itu berlanjut ke bentuk ekspresi muka. Diajarkan bagaimana bentuk alis, mata, mulut untuk berbagai ekspresi wajah. Dari senang, sedih, marah, dll.

Walaupun kursusnya cuma setiap sabtu selama 2 jam, Rafa terus berlatif dirumah. Sekarang Rafa lebih fokus dengan pensil 2B dan drawing pen nya. Sementara ini krayon, spidol warna, dan cat air/minyak ditinggalkan dulu. Karena dalam membuat kartun dan komik yang diutamakan adalah sketsa dengan pensil, pewarnaannya dibuat menggunakan komputer (corel draw atau adobe photoshop).

Semoga Rafa bisa menyalurkan hobinya dengan lebih terarah. Kami sebagai orang tua hanya bisa memberikan fasilitas semampunya. Siapa tau Rafa bisa menjadi seorang animator ataupun graphic designer nantinya. Amiinnnnn