Browsed by
Author: De

Gaya tidur

Gaya tidur

Suatu pagi saya masuk ke kamar Rafa dan menemukan:

afabo

Yaammmppppunn

Kok bisa tidur kelibet korden coba?

Mimpi apa sih mas, seru banget kek nya sampe bisa begitu.

Hahahahaha

Runaway Moms ver.2

Runaway Moms ver.2

Sebenarnya masih menunggu foto-foto dari kamera tw dan yang lain, baru afdol untuk posting. Tapi khawatir nanti nasibnya sama seperti versi 1 yang baru tayang 3 tahun setelah pelaksanaannya … jadi mari posting dengan foto seadanya di iPhone saya sebelum cerita ini basi.

Acara versi 2 ini sudah direncanakan beberapa bulan sebelumnya. Tiket dan voucher hostel pun sudah ditangan sejak Oktober. Peserta kali ini 6 orang: de (emak beranak 2), tw (emak beranak 2), nana (emak beranak 2), ei (emak beranak 3), flo (emak beranak 1) dan frida (calon pengantin). Tujuan kami kali ini: Singapore.

Hari pertama: 15 Desember 2012

Kami naik pesawat Batavia jam 7 pagi. Pesawatnya udah lama, agak kotor, sempit, dapat aqua gelas + roti abang-abang yang biasa keliling di sekitar rumah. Kenapa saya bilang roti abang-abang? Karena rotinya keras, seret, hambar … pokoknya susah banget ditelan.

Sampai di Changi sekitar jam 10 pagi. Langsung cari mesin tiket MRT untuk top-up 6 kartu (3 milik saya + 3 milik tw). Kami naik MRT ke China Town. Ibu-ibu ini pada niat loh, kopernya besar-besar banget. Cuma saya dan Frida yang bawaannya paling kecil. Setengah isi koper saya pun titipan 2 teman yang tinggal di Singapore (wink to Dian and Dessy). Maksudnya setelah titipan dikeluarkan, masih ada tempat untuk ngisi belanjaan *alibi*

Kami menginap di 5footway Inn di kawasan China Town. Karena belum bisa check in, kami hanya menitipkan koper di ruangan kecil belakang meja resepsionis. Kemudian makan di McD yang letaknya hanya sekitar 100 meter dari penginapan, dan langsung naik MRT ke Marina Bay Sands.

Niatnya kan mau foto-foto di luar MBS dan ke Garden By The Bay, apa daya hujan turun deras sekali. Setelah capek keliling mall MBS, kami balik ke China Town untuk check-in, sholat dan istirahat. Keasyikan leyeh-leyeh dan ngobrol, baru sadar udah jam 7 malam.

Masih agak gerimis di luar, kami naik MRT menuju Little India. Hujan gini mending menghabiskan waktu di Mustafa Center kan? Baru hari pertama dan emak-emak sudah heboh belanja aja. Lumayan saya dapat kaos kaki bola titipan Rafa dan Nivea Night Cream titipan Didit (di Jakarta kok gak ada yah krim ini).

Bagaimana dengan ibu-ibu lain? Dari kacang campur, coklat, kaos, sampai hand blender pun masuk kantong belanjaan mereka.

Kami balik ke hotel udah tepar. Pada males cari makan. Tapi karena saya terima SMS dari mama (mertua) yang isinya “jangan lupa makan ya, nak” … terpaksa menyeret kaki menuju McD lagi untuk bungkus ayam dan kentang, dimakan di kamar aja.

Hari kedua: 16 Desember 2012

Melihat toko Tintin dari jendela kamar, kami penasaran untuk mampir ke seberang. Saya pernah ke toko Tintin di Brussel akhir tahun 2003 (sebelum museumnya ada, museum nya baru buka Juli 2009) , tapi sayang gak kesampaian foto-foto disana. Makanya senang banget bisa liat ada toko ini di China Town. Walau ukuran toko jauh lebih kecil, tapi isinya lumayan lengkap.

Jiwa narsis tersalurkan deh disini:

Saya membungkus beberapa figurin untuk teman-teman kantor, dan kaos ini untuk Masguh.

Jadwal hari kedua kami akan bermain di Sentosa. Ternyata sampai di VivoCity hujan deras kembali turun. Salah juga sih liburan di musim hujan, resiko nya ya begini. Disini kami berpencar, ngapain lagi deh perempuan di mall sebesar ini kalo gak belanja lagi. Kami berkumpul saat makan siang di Food Republic. Setelah hujan berhenti, baru kami ke lantai 3 untuk naik Sentosa Express.

Puas main-main di Sentosa, mumpung gak ujan kami lanjut ke Orchad. Sebelumnya taruh belanjaan dulu di hostel sih.

Ngapain coba ibu-ibu ini di Orchad? Ya belanja lagi lah *geleng-geleng menatap sendu ke dompet*. Benar-benar uji nyali melihat banyak papan bertuliskan SALE up to 50% – 70%.

Saya sibuk komat kamit “aku berlindung dari godaan diskon yang terkutuk” hihihihi

Malamnya kami mencoba mencari hawker terdekat, tapi sayang banyak yang tutup. Akhirnya cuma makan malam di China Street Food, hanya 1 blok di belakang gang hostel kami. Ketemu juga gerobak bertuliskan “no pork – no lard

Sebenarnya teman-teman masih lanjut jalan ke Esplanade untuk foto-foto di sekitar Merlion. Cahaya lampu saat malam di sana kan bagus banget yah. Tapi badan penuh tambelan ini memberikan alarm untuk rebahan. Saya dan Ei kembali ke hostel untuk istirahat. Tw, Flo, Nana dan Frida masih lanjut jalan-jalan malam.

Hari ketiga: 17 Desember 2012

Kami berdoa semoga hari terakhir ini tidak hujan seperti 2 hari sebelumnya. Kami pergi ke Marina tapi langsung ke Garden By The Bay. Seperti saya tetap tidak beruntung. Udah niat banget mau masuk ke dome, eh ndilalah *jawirnya keluar lagi* kok ya tutup karena ada maintenance. Naseeebbb, cuma bisa jalan-jalan dan foto-foto aja deh.

Saya paling suka foto kami yang ini, sayang tw gak ikutan karena kami gak nemu korban untuk bisa fotoin. Jadi tw harus jadi tukang fotonya:

Dan tentunya suka juga foto yang ini dong:

Kami harus segera kembali ke hostel untuk check out. Batas waktunya cuma sampai jam 12 siang. Alhamdulillah petugas hostel baik banget, kami dicarikan taxi besar. Muat semua 6 manusia + koper-kopernya. Gak perlu 2 taxi biasa.

Saya, Flo, Nana dan Ei turun di IKEA Tampines. Tw dan Frida lanjut ke apartemen Dian untuk menitipkan semua koper kami. Setelah itu Tw dan Frida menyusul ke Ikea.

Kami makan siang di Ikea, cuma di Tampines yang ada line khusus HALAL certified. Saya suka troli untuk membawa banyak makanan disini. Gak perlu repot mondar mandir, secara tangan kita cuma sanggup menampung 1 nampan. Dengan troli ini, beberapa nampan bisa diangkut dan dorong ke meja. Akhirnya bisa merasakan the famous Swedish Meatball karena disini dilengkapi dengan sertifikasi halal. Rasa bakso nya biasa aja di lidah saya, masih lebih enak bakso abang-abang di Jakarta lah. Cuma saos jamurnya memang enak. Yang aneh makanan ini disandingkan dengan selai strawberry, dimana nyambungnya sih?

Saya beli Dave Laptop Table karena belum punya meja kerja di kamar tidur. Kasian Masguh kalo kerja malam-malam, suka nebeng di meja belajar kamar anak-anak. Seringnya di meja makan tuh. Dengan meja ini, masguh bisa kerja di kamar kami.

Saya pulang duluan ke Jakarta karena tidak mau terlalu malam sampai di rumah. Saya naik taxi dari Ikea ke apartemen Dian hanya untuk ambil koper, kemudian lanjut ke erpot. Yammpuun ketemu Dian cuma cipika cipiki peluk dikit, gak sempat ngobrol karena uncle taxi menunggu di bawah. Titipan untuk Dessy pun ditinggal di apartemen Dian, maaf gak sempat ketemu ya Des 🙁

Alhamdulillah pesawat Lion malam itu jauh lebih baik dari Batavia saat berangkat. Pesawat kali ini masih baru, bersih, meski tidak dapat minum atau cemilan. Yang paling penting ON TIME.

Iiihhh saya senang banget dengan perjalanan ini.

Runaway moms benar-benar memberikan kesegaran. Berhenti sejenak dari rutinitas sebagai istri, ibu dan karyawan kantoran.

Ada teman yang komentar “kok tega sih ninggalin anak dan suami untuk senang-senang sendiri? gak egois tuh namanya?

Well, we are just ordinary human being. Not superwomen. We deserve a little break.

Kami tidak melakukan perjalanan seperti ini setiap minggu atau bahkan setiap tahun. Perjalanan ini baru kali ke dua setelah 3 tahun yah.

Lagipula … 3 dari 365 hari?

Menurut kami itu tidak egois. Itu tidak sampai sepersepuluh nya loh. Baby sitter saja berhak dapat cuti 1 hari per minggu, karyawan kantor pun dapat cuti 12 hari per tahun … kadang ada yang dapat uang cuti juga dari employer. Apalagi kami yang merangkap baby + toddler + daddy sitter :-p

Permainan basket yang cuma beberapa menit saja, boleh timeout 5x. Mosok kami yang cuma timeout 1x setahun aja *kemungkinan akan jadi rutin per tahun karena papan sale dimana-mana masih terbayang dalam pikiran* dibilang egois sih?

Bukan cuma ibu pekerja luar rumah saja loh yang butuh me-time atau cuti. Saya rasa semua ibu apapun itu julukannya, butuh istirahat sejenak dari rutinitasnya.

Bersyukur suami-suami kami (bukan 1 suami 6 istri loh yaaaa) memberikan ijin *plus uang saku tentunya*, dan ijin mereka tentu saja kami anggap rewards. Keluarga juga mendukung. Orang tua dan mertua kami juga tahu perjalanan ini, tidak ada satupun dari kami yang berbohong demi melakukan perjalanan ini. Mereka semua juga ikut mengijinkan. Mama Ei bahkan menawarkan diri menjaga anak-anaknya dan menginap di rumah nya selama kami pergi. We’re blessed indeed.

Ijin dan uang saku merupakan bentuk penghargaan dari suami atas kinerja kami sebagai istri dan ibu dari anak-anaknya.

Bukan berarti postingan ini untuk komporin ibu-ibu lain menuntut suaminya memberikan yang sama yah.

Kalian bisa pergi me-time seperti KAMI, tapi sehari-hari juga harus bisa melakukan rutinitas seperti yang kami lakukan.

Bangun lebih pagi untuk masakin orang rumah. Siapkan bekal anak sekolah sebelum kita berangkat ke kantor. Pulang kantor langsung pegang anak-anak (setidaknya menemani mereka belajar, cek buku komunikasi ortu-guru, membacakan cerita sebelum tidur). Bisa tidur 6 jam sehari itu sudah rejeki banget untuk kami, karena rata-rata kami paling tidur maksimal 5 jam.

Nooo … we’re not that prefect enough.

Kami masih dibantu oleh PRT dan baby sitter (utk 3 org teman yang masih punya bayi) juga kok.

Dan jangan tanya dari mana kami dapat BONUS ENERGI untuk melakukan itu semua. Yang pasti, makin banyak anak yang kami punya … makin tidak ada waktu bagi kami untuk memikirkan tenaga ekstra ini datang dari mana. Tentunya kami melakukan dengan cinta, bukan semata terpaksa.

Happy mommy – happy family.

That’s enough!

English Zone

English Zone

Untuk membiasakan anak-anak berbicara dalam Bahasa Inggris di lingkungan sekolah, walikelas Fayra menerapkan ENGLISH ZONE. Setiap mereka yang berbicara dalam Bahasa Indonesia, maka harus menerima hukuman berdiri di depan kelas dengan posisi 1 kaki diangkat ke atas dan kedua tangan memegang kuping sambil mengatakan “english zone” sebanyak 30x.

Belum lama ini Fayra menerapkan aturan yang sama di rumah. Jadi saat bicara dengan Fayra, harus menggunakan bahasa Inggris kecuali si mbak.

Lihat akibatnya ketika saya lupa, dan keceplosan tanya “hari ini makan buah apa aja, dek?

Dan keluarlah titah baginda princess Fayra

Mom, you go there in front of TV. Stand still with one leg, put your hands on your ears. Don’t forget to say -english zone- 30 times

Dengan muka bingung, saya tanya “why?

you speak in Indonesian with me. I told you that it’s an english zone. You can’t speak Bahasa Indonesia with me

Mateeekk deh, dan saya pun menerima hukuman itu:

Ketika hari Selasa saya ambil raport semester ke sekolah, walikelas Fayra pun bercerita “saya juga pernah dihukum Fayra kok, bu. Tapi ya gimana, saya yang menerapkan aturan. Anak-anak setuju menjalankan. Jadi saya juga harus menerima hukuman saat melanggar

Sampai rumah saya tanya Fayra, kenapa ustad Ahmad dihukum.

He receive a phone call from his wife and speak Bahasa Indonesia in front of me

Jiaaahhh

But it’s from his wife“, saya mencoba memberikan pengertian.

Fayra kekeuh menjawab “but he is still in the class room. It’s English zone anyway

Yaaammmpppuuunnn anak gw!

Tapi kadang Fayra curang juga. Semalam Fayra bicara dalam Bahasa Indonesia. Ketika saya bilang “ayo Fay, diri disana. Kamu dihukum juga dong

Dengan santai Fayra menjawab “nope. No english zone this time. I’m tired speaking English everyday

Iiiihhh gemes banget deh pingin uyel-uyel anak ini.

Setiap Fayra ngomong dalam Bahasa Indonesia ke papa nya dan saya tegur “kok papa boleh ngomong dalam Bahasa Indonesia?

Sambil berjalan santai Fayra menjawab setengah berbisik “it’s ok … soalnya papa gak bisa Bahasa Inggris

Wakakakakakak … papa nya harus tersanjung atau tersinggung tuh?

Review: 5FootWay Inn Singapore

Review: 5FootWay Inn Singapore

Perjalanan kemarin merupakan pengalaman pertama saya menginap di sebuah HOSTEL. Biasanya kalau tugas kantor, saya mendapat jatah hotel berkelas lumayan. Sementara kalau liburan keluarga, kami memilih hotel melati atau maksimal bintang 3-4 karena tidak tega mengajak anak-anak menginap di hostel. Tetapi pengalaman kemarin sangat membuka mata saya, dan seperti nya akan merubah pola pikir saya untuk liburan keluarga berikutnya.

Mau tau kenapa?

Ternyata hostel itu menyenangkan!

Dan tidak mengkhawatirkan untuk anak-anak.

*pasrah deh dibilang norak atau telat tau*

Beginilah hasil review saya tentang hostel 5FootWay Inn Project China Town 1 – Singapore:

Lokasinya sangat strategis. Benar-benar sesuai namanya, 5 langkah dari pintu A stasiun MRT China Town. Langkah bule yang kakinya panjang tapi yaaaa. Hehehehe. Kalau langkah saya sih mungkin bisa 10footway. Pokoknya begitu keluar pintu A (seperti tampak di foto atas), tinggal liat kanan aja. Plang 5footway berwarna hitam putih terlihat sangat jelas. Hanya sekian langkah saja, sudah sampai.

Tampak depan, bangunan bertingkat ini seperti layaknya toko di China Town. Bawahnya digunakan untuk cafe kecil, ruang resepsionis dan ruang tunggu. Pintu menuju kamar penginapan ada di bagian kanan, hanya pemilik kunci (petugas hotel dan tamu menginap) yang bisa masuk karena bagian depan dilengkapi dengan alat security khusus.

Banyak toko cindera mata dan resto di sekitar hostel ini. 1 blok di belakangnya, ada China Town Street Food yang buka sampai tengah malam. McD 24 hours juga tidak jauh, hanya jalan kaki sekitar 100 meter saja.

Kami datang sekitar jam 11 siang. Waktu cek in sekitar jam 2-3, jadi kami hanya menitipkan koper-koper di belakang resepsionis. Ada ruang kecil seperti gudang yang berisi barang-barang tamu yang belum bisa masuk ke kamar.

Setelah koper tersimpan, kami memulai petualangan hari itu dengan jalan-jalan ke arah Marina Bay Sands. Kami kembali ke hotel sekitar jam 5, ambil kunci kamar dan masuk deh. Kami dapat kamar di lantai 2. Tangga nya lumayan tinggi dan sempit.

Alhamdulillah tas saya dibantu bawa oleh petugas, bukan manja bukan sombong … tapi saya memang dilarang dokter untuk membawa beban lebih dari 5KG. Sebelum berangkat pun teman-teman paham kondisi saya, dan mereka sudah berjanji akan membantu saya. Sebetulnya saya pun tidak boleh naik turun tangga. Tapi paling saya hanya naik tangga saat malam (pulang jalan-jalan), gak masalah hostel nya tidak ada lift … toh gak akan sering naik turun juga. Paling banyak hanya 2x sehari, karena hostel hanya tempat untuk tidur saja. Hehehe

Pilihan kamarnya beragam. Ada yang 1 kamar berisi 1 tempat tidur tingkat (2 bed), ada juga 4 – 6 – 8 – 10. Bisa pilih mau kamar campur atau khusus perempuan. Kami ambil kamar yang berisi 6 bed khusus perempuan. Tarif nya $32/bed.

Karena kami ber 6 dalam 1 kamar, kami hanya mengambil 4 kunci. Kita harus membayar deposit kunci $20/kunci … uang ini akan dikembalikan saat kita check out. Dalam kamar tidak disediakan handuk, kalau lupa bawa bisa sewa handuk dengan harga $2 saja di resepsionis.

Design kamar sangat minimalis. Semua berwarna putih, dengan demikian kebersihan kamar terlihat menonjol. Setiap bed dilengkapi dengan bantal dan selimut. Dilengkapi juga dengan AC dan kipas angin. Ada locker susun, ada juga laci besar di bawah tempat tidur.

Disamping (dinding) ada sebuah kotak berisi lampu baca dan colokan utk charge gadget kita. Sayang saya lupa foto, jadi mari kita pinjam dari Travideas untuk melihat lebih jelas penampakan kotak yang saya maksud tsb:

Kalau mau pilih kamar campur (cowok – cewek) atau tidak ada teman yang dikenal dalam 1 kamar atau tidak bisa mendengar suara berisik saat tidur … kita bisa beli earplug seharga $1 di resepsionis. Dijamin langsung senyap. Untuk yang khawatir terhadap kebersihan kamar, bisa membawa sendiri sarung bantal dan seprai seperti salah seorang teman saya. Paling enak sih bawa kain bali tipis, bisa digunakan sebagai alas tidur, selimut tambahan atau pun korden dengan menyampirkan di pinggir tempat tidur.

Semua kamar mandi berada di luar kamar. Di lantai 2 ini ada kamar mandi khusus untuk perempuan. Di dalamnya terdapat 3 wastafel dan 4 bilik (2 toilet duduk + 2 shower). Kecil sih tapi bersih, air dan tisu berlimpah. Saya belum pernah masuk kamar mandi dan kehabisan tisu. Selalu ada cadangan tisu di setiap bilik toilet. Karena ruangan terbatas, pintu di setiap bilik merupakan pintu geser.

Sarapan diberikan gratis di hostel ini. Menu nya berupa roti, selai (kacang – stroberi – blueberry), cereal, susu dan aneka kopi. Tempat makan berada di lantai 2, di teras belakang yang terbuka. Ada pantry yang dilengkapi dengan mesin pembuat kopi, ada sink tempat cuci piring, ada kulkas, ada microwave, ada toaster, ada ruangan mencuci baju juga loh … pokoknya lengkap deh. Eh tapi disini tidak disediakan TEH ya. Jadi sebaiknya bawa sendiri.

Karena hostel murah, semua nya dilakukan self-service.  Cuci piring sendiri setiap habis menggunakan peralatan makan, pencet dan pilih sendiri jenis kopi yang diinginkan (black coffee, cappuccino, latte, mocha, milo, teh tarik, white coffee), panggang sendiri roti nya, tuang sendiri cereal dan susunya.

Enaknya menginap di hostel, kita bisa tambah teman dan kenalan. Karena sering ketemu orang lain saat di pantry  atau pun di kamar mandi. Waktu malam pertama, kami sharing bolu dengan cowok bule yang lagi sendirian browsing internet. Hari kedua saat sarapan, kami sharing teh dengan opa dari Austria.

Opa ini hebat banget deh, sudah renta tapi masih keliling dunia bersama istrinya. Biasanya mereka pergi mengajak seluruh anaknya, tapi kali ini jadwal libur sekolah salah satu anaknya (usia 16thn) gak cukup panjang. Jadi liburan ke Lombok kali ini, mereka hanya bertiga saja (opa + istri + 1 anak). Karena penerbangan Austria – Lombok tidak ada yang langsung, mereka harus transit beberapa kali: Austria – Perancis – Singapore – Bali – Lombok. Setiap transit harus menginap 1 malam, karena tidak ada jadwal terbang yang dekat. Pantas saja mereka harus cuti 2,5 – 3 minggu untuk perjalanan ini.

Pagi itu kami ngobrol lumayan lama. Dari sekedar tanya tentang liburannya, sampai saya menerima wejangan tentang agama. Opa ini seorang pendeta, beliau concern tentang anak muda sekarang yang katanya tidak banyak yang beriman. Di Austria hanya 4% dari penduduknya yang benar-benar menjalankan perintah agama, sisa nya hanya beragama dalam dokumen negara tidak dalam hatinya. Karena tau saya seorang muslim, tambah panjang lah ceramahnya tentang silsilah nabi sampai kitab suci. Bagaimana kalau beliau tau saya pernah memeluk agama yang sama yah? Bisa digeret ke gereja siang itu juga. Hahahahaha.

Jadi saya hanya duduk mendengarkan saja. Dan ketika teman-teman saya mulai melipir menjauh satu-persatu, saya langsung ancam dalam bahasa Indonesia “yang kabur, gw jitak yah!” … mumpung opa gak ngerti hihihihi.

Okay mari lanjut review tentang hostel ini.

Seperti yang saya tulis diatas, lantai 1 hostel ini dibuat seperti cafe kecil. Kita bisa membeli aneka minuman dan makanan ringan. Diujung ruang ada 2 komputer yang bisa digunakan pengunjung. Ada ruang tunggu, lengkap dengan beberapa permainan (monopoli, scrabble, dll). Mereka yang menempuh penerbangan jauh (biasanya tamu dari bagian barat dunia), menggunakan ruangan ini untuk tidur sebelum mereka bisa masuk ke kamar. Kasian lah yah, masih jetlag setelah 20-30 jam perjalanan.Eh disini juga tersedia kartu pos yang bisa diambil GRATIS!.

Oya … di hostel ini tersedia free WiFi 24 jam penuh! Saat kita menerima kunci kamar, petugas akan memberikan username dan password untuk konek ke jaringan mereka. Kami sangat memanfaatkan fasilitas ini tiap malam. Apalagi kalo bukan untuk upload foto ke social media, chatting dan skyping (video call) dengan suami dan anak-anak di rumah.

Saya gak kapok deh menginap di HOSTEL, karena ternyata sangat homey, bersih dan menyenangkan. Berasa tinggal di kos-kosan, walau foto rame-rame dalam kamar mendapat komentar di FB “penampungan TKW” hahahahaha. Benar juga sih, beberapa tempat tidur tingkat dalam 1 ruangan itu bagaikan di tempat pengampungan tekawe.

Saya berencana suatu hari nanti akan mengajak Rafa untuk backpacker berdua. Saya ingin Rafa merasakan pengalaman yang sama. Terbuka wawasannya, tambah kenalan, berinteraksi dengan banyak orang baru, dan yang paling penting … bisa menikmati keindahan dunia dengan menghargai perbedaan yang ada di depan mata kita.

Tips and Trick menginap di hostel:

  • Jangan lupa bawa handuk dan peralatan mandi
  • Bawa sarung bantal, seprai atau sehelai kain tipis jika khawatir akan kebersihan hostel
  • Masukan pakaian ganti di dalam kantong plastik, supaya terlindung dari cipratan air saat kita bawa ke kamar mandi. Ingat, posisi kamar mandi agak jauh dari kamar. Jangan keluar kamar mandi hanya dengan lilitan handuk, kemudian lari ke kamar. Bahaya, ini bukan rumah sendiri hehehehe
  • Jangan lupa bawa converter / adapter. Supaya gak repot karena bentuk colokan listriknya beda dengan Indonesia
  • Cek usia tamu yang diijinkan menginap di hostel. Ada hostel yang hanya menerima tamu usia >12 tahun, tapi ada juga yang menerima anak >2thn dengan syarat harus ambil 1 kamar (bukan cuma ambil 1-2 bed).
  • Hostel seperti ini paling cocok jika kita berpergian dengan teman-teman lebih dari 2 orang, bisa ambil kamar yang isinya 4-6-8-10 bed. Atau kalau berpergian cuma berdua bisa ambil kamar yang isinya 2 bed, tentunya akan lebih murah dari di hotel.
  • Kalau berpergian membawa 2 orang anak (keluarga kecil 4 orang), ya tentunya akan lebih murah di hotel sih.
  • Kalau berpergian bersama keluarga >5 orang, lebih baik sewa apartemen saja. Akan lebih murah lagi daripada hostel.

Review pengunjung lain dalam bahasa Inggris:

Tertarik untuk mencoba?

D-1 Runaway Moms ver.2

D-1 Runaway Moms ver.2

Ahhh tak sabar mau melanjutkan Runaway Moms … besok pagi berangkat!

Kemarin memutuskan reschedule flight pulangnya. Baru ngeh kalo teman-teman lain memilih penerbangan jam 21:20, busyet bisa sampai di BSD jam 12 malam dong. Udah gak jamannya saya jadi Cindrelela. Maklum badan rongsokan, gak berani forsir lagi. Kata teman sayabadan lo itu udah gak sekuat otak dan nyali lo lagi, de!

Gitu deh akibat gak ceki-ceki, main bilang “terserah kalian lah, gw nurut suara terbanyak aja“. Jadinya nombok 300rb, karena saya pilih pulang jam 19:10. Tapi gapapa sih, dari pada saya kecapekan. Soalnya besok pagi nya harus udah ngantor lagi. Cuma cuti 1 hari aja.

Tadi pagi Masguh tanya: “koper mana yang mau diturunin?

Masguh kaget ketika saya bilang mau bawa koper Rafa yang pernah tayang di postingan ini.

Kamu yakin mau bawa koper kecil gitu? Gak pingin belanja aneh-aneh disana?

Apakah ini pertanda saya akan menerima uang saku lebih banyak?

Amin Ya Rabb …. eh bantuin doa juga dong.