Browsed by
Author: De

Perjuangan Menuju Kantor

Perjuangan Menuju Kantor

Cerita tentang alasan saya menjadi ROKER (rombongan kereta) dan tips nya, sudah pernah saya tulis di sini. Kali ini saya ingin menceritakan perjuangan dalam menjadi penumpang.

PAGI

Kebetulan stasiun paling dekat dengan rumah saya, merupakan stasiun nomor 2 dari serpong menuju Jakarta. Untuk mendapatkan tempat duduk nyaman, biasanya saya dan suami naik mundur. Maksudnya kami naik kereta yang ke Serpong dulu, walau kereta tsb nantinya akan kembali ke stasiun tempat kami naik untuk menuju ke Jakarta.

Kalau naik mundur, kita harus datang lebih pagi dari jadwal keberangkatan menuju Jakarta. Misalnya kereta menuju Jakarta dari stasiun kami di jadwalkan jam 07:10, kereta tsb menuju Serpong jam 06:50. Nah sebelum jam segitu kita sudah harus standby di peron menuju Serpong.

Suasana di dalam kereta dari Serpong masih seperti ini:

Begitu sampai di stasiun-stasiun berikutnya, di tengah jalan menuju Jakarta kondisi akan menjadi seperti ini:

Sampai di Tanah Abang, masih harus berjuang turun dari peron ke arah pintu keluar. Tidak seperti di stasiun Dukuh Atas (Sudirman) yang ada eskalator, disini tangga yang tersedia hanya tangga biasa. Lumayan tinggi dan sangat penuh.

Sebalnya … penduduk Jakarta itu tidak bisa teratur. Begitu kita sampai diujung tangga, siap-siap menerima sikut dan dorong-dorongan dari sisi kanan dan kiri tangga. Belum lagi kalau ada penumpang yang mau turun ke peron dengan membawa banyak barang.

Saya pernah kesiram kopi loh.

Jadi ceritanya suatu hari ada seorang bapak yang mau turun dengan secangkir kopi hitam panas di tangan nya. Saat akan ber-pas-pas-an dengan saya, tangan si bapak tersenggol orang di sebelahnya. Segelas kopi panas pun tumpah ke kepala saya yang saat itu berada 2 anak tangga dibawahnya. Muka saya perih kesiram air panas, jilbab saya basah kuyup, belum lagi wangi kopi di sekitar badan saya karena kopi tsb nyiprat juga ke beberapa bagian tubuh saya yang lain. Padahal jam 10 hari itu, saya akan meluncurkan product baru. Bagaimana bertemu wartawan dan tamu undangan dengan kondisi bau kopi gini? Terpaksa saya ditemani suami mampir ke pasar Tasik untuk membeli jilbab baru. Saya pun mengganti seragam dengan kaos yang diberikan teman Marketing, harusnya ini stok untuk goodie bag. Sudah lah … yang penting warna kaos sama dengan seragam dan logo perusahaan ada di kaos ini. Not a good way to start a day!

SORE

Kalau kita pulang kerja di jam favorit dimana hampir sebagian besar perkantoran di Jakarta keluar di jam 5-6 sore, kereta yang tersedia di jadwal paling dekat adalah jam 17:45 dan 18:45. Begini lah kondisi stasiun Tanah Abang di jam favorit tsb:

Dan siap-siap berjuang masuk ke dalam gerbong, berlawanan dengan penumpang yang akan keluar dari gerbong:

Untuk perempuan, memang disediakan gerbong khusus perempuan yang letaknya di ujung rangkaian kereta. Gerbong paling depan dan paling belakang dengan pintu berhias sticker pink-ungu itu lah yang dikhususkan untuk penumpang perempuan. Tapi saya gak kuat naik gerbong khusus ini, karena perempuan lebih dasyat saat sikut-sikutan. Kalau di gerbong campur, para pria masih menahan diri jika berlawanan dengan penumpang perempuan.

MALAM

Saat ada pekerjaan yang harus saya selesaikan hari itu juga, biasanya saya pulang lebih malam. Alhamdulillah kereta tujuan Serpong sekarang ada tambahan jadwal. Tersedia kereta dari Tanah Abang di jam berikut: 19:30 – 19:50 – 20:50 – 21:30 – 22:00 – 23:00

Penumpang kereta malam relatif lebih sedikit. Gak harus rebutan, tempat duduk banyak yang kosong. Wajah-wajah penumpang jam segini biasanya sudah tampang capek. Tidak sedikit yang tidur selama perjalanan.

Sampai di parkiran tempat penitipan motor, begini deh pemandangannya:

Kasian parioh saya tidak banyak temannya.  Diam diujung dalam sepi.

Banyak yang tanya ke saya “kok gak naik mobil aja sih, kasian kan badan elo yang udah rongsokan itu harus berdesak-desakan kaya gitu?

Wah bisa gila saya kalau harus naik mobil setiap hari. Macetnya Jakarta sungguh nista. Butuh waktu 2 jam untuk bisa sampai ke Serpong. Belum lagi kalau hujan turun sore hari, bisa 3 jam baru sampai rumah. Lebih rontok lagi badan saya nanti. Kalau naik kereta 30-40 menit sudah bisa sampai di rumah.

Tapi semua itu terbayar … begitu sampai rumah dan melihat senyum mereka:

Ini semua saya lakukan demi kalian … keluarga tercintaku!

Membuat Paspor Online

Membuat Paspor Online

Saat ke Singapore bulan September lalu, saya sudah waspada bahwa passpor saya dan anak-anak akan habis masa berlakunya di tahun depan. Paspor saya walau habisnya masih bulan Mei 2013, tapi harus diurus secepatnya karena bulan Desember harus pergi lagi. Kita bisa ke LN kalau masa berlaku paspor lebih dari 6 bulan. Setelah tanya-tanya dan browsing sana-sini, akhirnya saya mencoba membuat paspor online via web imigrasi ini:

Sebelum mengisi form online, saya scan semua dokumen yang dibutuhkan yaitu:

Di web tertulis bahwa scan dokumen harus lebih kecil dari 1,8MB … ternyata saat dicoba dengan ukuran tsb tidak bisa. Dan di FAQ website ada tuh penjelasan bahwa file harus <300kb. Jadi saya resize lagi seluruh dokumen dan menyimpannya dalam format JPG/JPEG, grayscale dan ukuran lebih kecil dari 300kb.

Kalau dokumen sudah lengkap, baru deh kita ke web imigrasi dan lakukan sbb:

  • Isi form yang berisi data diri. Dari mulai nama lengkap, tanggal lahir, alamat sampai nama orang tua (ibu dan bapak) beserta tempat dan tanggal lahir mereka. Jika kita mengisi status ‘menikah’, maka akan diminta memasukan nama suami beserta tempat dan tanggal lahir nya.
  • Upload dokumen KTP, KK, Akte Lahir/Ijasah/Akte Nikah.
  • Pilih KANIM (Kantor Imigrasi) yang akan kita datangi dan juga tanggal kedatangan.
  • Masukan kode verifikasi sesuai gambar pada layar.
  • Proses online selesai dan akan ada link ke BUKTI PERMOHONAN. Print bukti tsb, untuk dibawa ke KANIM

Pada tanggal yang sudah kita tentukan, kita datang ke KANIM tsb. Setelah tanya sana sini, KANIM terdekat dari kantor saya adalah KANIM JakTim yang punya loket khusus untuk pendaftar via online.

Teman saya yang memilih KANIM Depok, sampai sana harus antri bersama pembuat regular. Mayan lama ngantrinya. Jadi percuma udah isi form online, kalau harus antri regular.

Pengalaman saya di KANIM JakTim:

  • Jam 9 sampai disana, masuk ke dalam disambut loket untuk pembelian form & map. Diminta membayar Rp5rb, tapi saya sekalian minta Materai 6000 … jadi total bayar Rp 12rb.
  • Langsung menuju lantai 2, ambil nomor antrian. Tunjukan bukti daftar online, akan diberikan nomor antrian khusus loket online (loket 5). Saya cuma menunggu 3-5 orang saja. Kalo antrian regular, bisa 20an orang jarak antri nya.
  • Sambil menunggu nomor kita dipanggil, isi form di dalam map dan lampirkan dengan copy dokumen yang sebelumnya sudah kita upload di web.
  • Saat di loket 5, petugas akan memeriksa kelengkapan di dalam map. Kemudian kita akan diminta untuk kembali lagi setelah jam istirahat mereka (jam 1 diminta sudah sampai di KANIM lagi). Dari loket ini kita akan menerima nota untuk kembali lagi di hari yang sama untuk bayar, foto dan wawancara.
  • Saya kembali kesana jam 2 lewat, nyari setengah 3. Ternyata lebih enak, karena pengunjung sudah tinggal dikit. Kasir tutup jam 3 dan KANIM tutup jam 4.
  • Sesuai keterangan di nota dari loket 5, saya langsung ke loket 6. Disini diberikan nomor antrian untuk ke kasir.
  • Kasir ada di loket 7 (sebelahan doang), diminta membayar Rp 255rb.
  • Setelah dapat bukti bayar, kita diminta ke loket 8 untuk foto dan wawancara.
  • Selesai deh proses pembuatan paspornya.
  • 4 hari kerja kemudian, tinggal datang lagi untuk mengambil paspor yang sudah jadi dengan membawa bukti pembayaran
  • Lokasi tempat pengambilan paspor, berada di gedung terpisah. Tepatnya di belakang tempat pembuatan. Ikuti saja petunjuk di tembok-tembok bawah ini

Gampang banget kaaann?

Cuma habis Rp 12rb + Rp 255rb = Rp 267rb loh.

No more CALO!!!

Senaaaanng, sudah punya paspor baru.

Siap untuk jalan-jalan lagi hehehehe.

16 Tahun Berjilbab

16 Tahun Berjilbab

Udah lama mo cerita ini … tapi gak sanggup. Maju mundur khawatir dipresepsikan ‘sombong’ atau ‘pamer kesolehan’ atau malah ‘sok beriman’.

Tapi ini kan blog gw yaaaa? Terserah yang punya dong mau ditulisin apa juga.

Maap akan sangat narsis sekali postingan ini *remind you!*

——

So here we go…………….

5 Oktober 2012, genap 16 tahun saya berjilbab.

Awal berjilbab itu gak direncanakan banget. Setahun setelah mami menjadi muslimah, iseng ngatain “pake jilbab dong mi. Kan udah sering dipanggil bu haji tuh kalo di pasar. Sekalian aja di jilbabin

Eeehhh dapat jawaban yang makjleb banget “lah kamu udah Islam duluan, gak pake juga

Lesson learned : punya mulut jangan silet, de!

Langsung kepikiran banget. Bener juga yah … kalo bukan saya yang memberikan contoh ke mami, siapa lagi?

Akhirnya nekat mau berjilbab secepatnya. Saat itu saya sudah bekerja di sebuah perusahaan Telco. Statusnya masih PSG (Pendidikan Sistem Ganda), seperti magang tapi sudah digaji penuh. Kami diwajibkan menggunakan seragam putih biru, macam baju satpam sik. Saya coba hubungi kakak kelas yang sudah diangkat menjadi karyawan tetap dan berjilbab, siapa tau masih menyimpan seragam lengan panjang dan rok panjang. Alhamdulillah dihibahkan dan muat, beliau senang sekali mendengar saya mau berjilbab.

Saya menetapkan Sabtu, kebetulan tanggal 5 Oktober … gak sengaja di-pas-in sama hari ABRI loh yaaa … untuk memulai berjilbab. Supaya gak kaget aja, masih ada waktu 2 hari sebelum ke kantor dengan wujud baru. Tapi hari Sabtu itu saya ada les Bahasa Inggris di LIA (jaman 1996 belum ada wallstreet ya ceu), teman saya komentar “lo abis les ini mau langsung ngaji, de? tumben pake jilbab” Saya iya-kan saja daripada harus panjang cerita. Hahahaha

Modal saya hari itu cuma jeans + kemeja flanel (nyomot punya mas Iwan dari lemari nya) + jilbab putih. Di lemari saya belum banyak baju lengan panjang, jilbab pun cuma punya 2 biji warna putih semua modal kalo ikut pengajian di kantor. Hihihi.

Yang penting niat dan nekad!

Mami melihat kesungguhan saya pakai jilbab, langsung pergi ke pasar Senen. Beli jilbab gak tanggung-tanggung, setengah lusin model sama cuma beda warna!

Dengan catatan “aku ikut pake juga deh, ntar gantian yah” … alhamdulillah.

Senin ke kantor pakai seragam warisan dan jilbab putih. Karena cuma punya 2 yang warna putih, jadi yaaa 1 pake – 1 cuci. Begitu seterusnya sampai tanggal gajian tiba dan saya bisa beli jilbab putih lain.

Alhamdulillah tidak ada hambatan berarti selama pakai jilbab.

Etapi diputusin pacar (sebelum masguh) karena jilbab sih. Katanya aneh jalan dengan wujud baru saya. Alhamdulillah putus dari beliau, eh dapat masguh yang kemudian jadi suami. Allah SWT memang hebat skenario nya! Ternyata itu tanda bahwa ada orang lain yang lebih cocok untuk jadi pasangan hidup saya.

Secara pekerjaan tidak ada diskriminasi. Traveling ke benua lain pun tidak ada masalah. Hanya sempat mengalami perubahan peraturan dalam pembuatan paspor aja.

Waktu paspor pertama, foto saya seperti Mickey Mouse. Karena peraturan saat itu mewajibkan foto dengan menampilkan kuping. Padahal saat interview pembuatan paspor kan saya bisa menjawab pertanyaan, artinya saya punya kuping toh? Tapi namanya juga peraturan, ya nurut laah. Toh paspor gak ditunjukan ke banyak orang, cuma ke petugas imigrasi di erpot saja.

Paspor kedua sudah boleh menutupi kuping, tapi jilbab nya harus rapat kepala doang. Gak boleh jilbab lebar, harus pas kepala … begitu kata petugasnya. Nurut lagi lah yaa, yang penting udah nutup semua. Bersyukur saya tidak mengalami fase dimana foto paspor dilarang menggunakan jilbab. Jadi segala konsekuensi tsb saya terima dengan lapang dada.

16 tahun berjilbab, lama juga yah. Selama itu juga saya mengalami beberapa perubahan fashion busana muslimah. Alhamdulillah perkembangan trend busana muslimah sangat pesat. Makin banyak jilbab instan dan model pakaian yang menutup aurat. Saya pun sempat mengembangkan bisnis menjual baju renang muslimah yang sudah diekspor ke beberapa negara lain. Sampai masuk beberapa majalah, tabloid, bahkan TV juga. Meski 3 tahun terakhir bisnis ini saya kesampingkan karena kewalahan membagi waktu.

Ketika anak-anak sudah mulai tumbuh dan sebentar lagi Rafa akan beranjak remaja, suami punya sebuah permintaan agar pakaian saya menjadi lebih panjang. Masguh minta pakaian saya panjangnya harus menutupi bokong. Malu anaknya udah mau SMP, mosok emaknya kaya ABG.

Begitu saya menggunakan pakaian longgar dan panjang, gantian anak saya (Rafa) dan suami yang ngatain “mama dari belakang kaya layangan ih” … dan suami juga bilang mirip Rama Aipama seperti pernah saya ceritakan disini.

Perubahan gaya berpakaian juga sudah pernah saya ceritakan disini yaa.  Kurang apa coba buka aib di blog inih. Hehehehe

Ketika saya beralih ke celana lebar, teman kantor juga ikut komentar “nah gitu pake rok

Saya cuma bisa bilang “sabar yah, perubahan itu ada proses nya. Sebelum ribet dengan rok beneran, gw pake celana yang mirip rok dulu deh sekarang“.

Dan Rafa pun bilang “mama sekarang PECEL LELE alias pecinta celana lebar-lebar” hahahaha

Wujud ke kantor dengan atasan lebih panjang:

atau ini

atau ini

Dan ini lah si PECEL LELE:

atau ini

atau ini

Tapi kalo Jumat masih suka lebih santai sih:

atau ini

kok pake jeans melulu?

Lah dari dulu saya ke kantor ya seperti itu. Pake jeans terus, selama gak ketauan orang HRD ^_*

Tapi kalo ke pesta, saya bisa berubah kok … menjadi seperti ini:

Inget cerita foto di atas  dengan kejadian memalukan ini kan?

Alhamdulillah di tanggal cantik berikutnya 10-11-12, tidak ada kejadian memalukan lagi. Saya pakai kostum dibawah ini:

Sepupu komen melihat dress hitam itu “eh itu baju pesta cakeb amat. Beli dimana? Minat nih gw

Wakakakakak … dia lupa kalo itu nawarnya bareng ama dia juga di Madinah. Iyaaaa itu gamis arab, cuma saya tempelin gesper belt silver beli di tanabang seharga 25rb saja *BANGGA TO THE MAX*. Mosok gak percaya sik?

Ingat kan foto di postingan ini:

Itu dia abaya nya. Hihihihihi. Kreatip kan saya?

Udah ah … saya sudahi kenarsisan hari ini. Siap dihujat dan caci maki dalam box komentar *nunduk, melipir mundur*

Biskuit Kornet Goreng

Biskuit Kornet Goreng

Mati gaya mo bikin cemilan untuk anak-anak. Iseng memadukan bahan yang gak biasa. Jadi deh Biskuit Kornet Goreng yang idenya sama ama postingan ini.

Males numis kornet dengan bawang putih + bombay, jadi langsung aduk kornet dengan telur aja.

Bahan:

  • 1 bungkus biskuit (cracker)
  • 2 butir telur
  • 2 sachet kornet

Cara:

  • Aduk rata kornet dengan 1 butir telur
  • Oles kornet ke 1 lembar biskuit, kemudian tutup dengan 1 lembar biskuit lain.
  • Celup biskuit tsb ke dalam kocokan 1 butir telur
  • Goreng biskuit sampai agak kecokelatan
  • Angkat, tiriskan dan sajikan

Sederhana kan?

Tapi pengalaman kemarin, saya salah pilih biskuit.

Harusnya pilih yang “Cream Crackers” … tanpa ada lapisan gula di atas biskuit nya.

Saya asal ambil, ternyata ada lapisan gula. Jadi saat digoreng gampang gosong, karena gula nya meng-karamel. Rasanya jadi manis + gurih. Meski demikian, Rafa bilang enyaaakkk. Hehehehe

Yuk dicoba!

Rambut Baru Fayra

Rambut Baru Fayra

Sejak kenal tokoh Princess, Barbie, Mulan dan para wanita kartun cantik lainnya … Fayra mulai susah diajak potong rambut. Walau saya tidak mengenalkan Barbie ke Fayra, tapi lingkungan juga yang membuat Fayra mengenal tokoh ini.

Om, tante, mbah mami, uti, dan teman-teman saya yang secara tidak langsung mengenalkan Barbie. Mereka memberi hadiah berupa boneka Barbie ke Fayra. Belum lagi kalau ada film nya di TV. Jadi tau deh.

Nah … setelah tau tokoh wanita berambut panjang itu, setiap diajak potong rambut Fayra selalu bilang:

Princess itu gak ada yang rambutnya pendek, ma

Hedeeeehhhh

Perlu 2 minggu untuk membujuk Fayra.

Saya membalas Fayra dengan:

Princess kartun gak ada yang pake jilbab. Nanti kamu gerah kalo rambut panjang ditutup jilbab. Belum lagi harus kepang dulu setiap pagi sebelum pake jilbabnya. Nanti kalo udah SMA deh, baru kamu panjangin rambut. Karena nanti kamu sudah bisa merawat rambut sendiri, gak perlu dikeramasin dan dikepangin mama. Sekarang kamu masih suka lari-lari di sekolah, gerah kan?

Akhirnya mau juga Fayra diajak ke salon.

Walau cemberut saat proses potongnya … Fayra tersenyum lebar saat keluar salon. Karena mbak-mbak salon pada komentar “naaahhh … lebih fresh deh sekarang. Tambah cantik rambutnya pendek gitu

Mas Rafa juga ikut komentar “sekarang kamu tambah menggemaskan dek. You can now use a baby voice

Hahahahaha

Jadi yah, Fayra itu suka sok manja kalo ngomong di rumah. Suka pake suara bayi nan cempreng. Rafa paling sebal kalo adeknya udah pake suara bayi “you’re not baby, Fay

Dengan rambut pendeknya, muka Fayra kembali ‘membayi’. Waktu rambut panjang tuh kaya’nya terlihat lebih tua dari umurnya.

Bye-bye long hair!