Browsed by
Author: De

Wardah Make-up Class

Wardah Make-up Class

Jadi ngapain aja saya selama seminggu menjadi pengangguran di rumah? Sebelum mendarat di kantor baru tentunya.

Mengurus anak, masak, beres-beres rumah … tentu lah yah. Bukan cerita itu mah, karena hari kerja pun tetap melakukan itu semua. Hanya mungkin beda frekuensi aja. Cuma memang kalo dirumah gini bisa menyambut anak pulang sekolah di depan pintu, lengkap dengan cemilan buatan sendiri. Menyenangkan banget liat senyum di wajah mereka.

Tapi ada cerita baru nih, saya ikut make-up class!

Ternyata ibu-ibu di komplek rumah (cuma 1 blok/gang rumah saya aja sih), membuat kelas belajar dandan dan pakai jilbab. Mereka mengundang make-up artis dari Wardah, nama ini tentu gak asing kan yah. Make-up produksi dalam negeri yang sudah mendapat sertifikat halal dari MUI.

Sebelah rumah yang tau saya libur, langsung semangat ngajak. Biaya nya 150rb, diganti dengan produk Wardah senilai yang sama. Jadi sebenarnya kursus gratis, hanya beli produk senilai segitu dong ya?

Daripada bengong, saya daftar deh. Toh kursusnya di rumah depan, tinggal koprol 10x udah sampai.

Total peserta ada 10 orang. Kami semua dibagikan alat-alat melenong lengkap. Dari mulai bandana untuk menjaga rambut agar tidak menutup wajah, pembersih wajah, sampai palet make-up dan cermin.

Semua orang harus memoles wajahnya sendiri. Mbak pengajar hanya menyontohkan ke seorang model, yaitu salah satu peserta yang sebelumnya memang sudah pernah ikut kelas ini di tempat lain. Jadi kami benar-benar belajar dari membersihkan wajah, cara bedakan, sampai membubuhkan berbagai warna ke wajah. Diberi tips bagaimana mengkoreksi bentuk wajah dengan shading (akhirnya saya tau!), dan bagaimana menonjolkan kelebihan dari wajah kita. Kalau saya sudah jelas kan yah, wajah saya hidung semua. Hahahaha. Saking panjangnya hidung ini, saya tidak perlu mengulaskan shadow coklat di area hidung seperti peserta lain.

Mari kita lihat wajah saya sehari-hari tanpa make-up:

Dan ini sesudah diberi sentuhan make-up dari Wardah, olesan tangan saya sendiri:

Lumayan kan yaaaaa?

Saat menukarkan nilai 150rb biaya kursus menjadi produk Wardah, saya bingung memilih. Tapi begitu melihat palet kecil dibawah ini, langsung deh kepikiran untuk punya sendiri. Ternyata saya hanya menambah uang 100rb untuk bisa mendapatkan palet ini. Cukup banget lah untuk saya yang amat sangat jarang dandan. Paling enggak untuk modal kondangan atau ke pesta, gak perlu ke salon hanya untuk make-up. Hehehe

Terima kasih untuk ibu-ibu seru dalam foto dibawah ini, yang sudah mengajak saya ikut serta. Akhirnya saya jadi bisa mengenal tetangga lebih dekat.

Alhamdulillah mendapat ilmu baru. Semoga benar hasil kursus ini saya gunakan. Paling enggak untuk acara spesial lah. *awas jangan males yah, de!*

Ini akan saya catat sebagai salah satu prestasi saya di tahun 2012. Hihihihi

PS:

Ternyata ibu-ibu meminta saya untuk memberi tambahan tutorial pakai jilbab segiempat dan pashmina, setelah mbak-mbak Wardah selesai. Dan saya mendapat tawaran untuk ikut mengajar kelas jilbab di Padang. Saya akan diberikan tiket PP Garuda + penginapan + makan + uang jajan. Acara akan digelar hari Sabtu dan Minggu di pertengahan Februari atau Maret. Gimana nih, jabanin gak yah?

Sementara Jumat pagi (3 Feb), ibu-ibu diatas minta cooking class di rumah saya. Kalau ini insya Allah saya gak keberatan. Berbagi ilmu, kenapa enggak?

Ada yang mau ikut juga?

Terbang Kemana?

Terbang Kemana?

Gak nyangka kalo kemarin adalah hari terakhir bekerja di kantor ijo. Tapi dimengerti kalo pakbos minta saya meninggalkan kantor di hari yang sama karena saya pergi ke kompetitor dengan departemen yang sama. Baru sign kontrak kerja saat jam makan siang, balik kantor untuk kasih tau pakbos … eh jam 4 udah harus bersihin meja. Dan mau gak mau jadi harus kirim farewell note saat itu juga (yg udah diijikan @sikiky untuk copas, saking gw males mikirnya. Cuma nambahin beberapa kalimat aja).

It’s a shocking news for anyone.

Keluar dari ruangan pakbos, manggil partner kerja ke meeting room. Abis itu ngumpulin teman-teman 1 divisi di sebuah ruangan dan mengumumkannya. Lanjut pamitan ke seluruh lantai.

Responnya lucu-lucu:

  1. “Ini bercanda kan, mbak? gak beneran?”
  2. “Gila lo mbak, tega banget ama kami sih. Tiap hari makan siang bareng, tapi elo gak pernah cerita”
  3. “Rapih banget lo mainnya. Ujug-ujug pergi ajah”
  4. “Mantab subject email dan ending sentence nya”
  5. “Gw nanya resep masakan ke siapa lagi nih? Gak ada yang ngajak sholat dhuha lagi deh”
  6. “Trus nanti anak gw gimana nih, mbak? Siapa tempat gw konsultasi parenting stuff dan tabungan pendidikan anak gw?”
  7. “Gw baru mo USG 4D sabtu besok, pokoknya elo harus nemenin gw ya mbak!”

Eh sampe ada yang nangis juga sementara saya cuma cengengesan. Labusyeet, itu anak siapa yak? Kok macam gw yang harus tanggung jawab. Hahahahaha

Tenaaangg, masih menerima curhatan dan konsultasi tentang life stuff kok. Cuma akan dikenakan biaya konsultasi 500rb per jam yaaa. Hihihihi

Pakbos membuat saya harus berjanji di ruangannya sebelum pergi:

  1. Not to wear any high heel shoes
  2. Not to bring one of his team member

Jadilah kemarin saya membagikan 6 pasang sepatu yang disambut seru oleh para wanita. Pada main tunjuk-tunjukan sepatu di cubicle kecil saya, untungnya gak sampe jambak-jambakan. Hahahaha. Gonna missed you all, girls!

Selanjutnya pertanyaan, elo terbang kemana lagi sik?

Ke tetangga sebelah doang kok. Masih ngurusin per-gadget-an juga.

Ini akan menjadi perusahaan ke 7 yang saya hinggapi dalam kurun waktu 16 tahun.

Sebagai tentara bayaran, saya akan maju terus membela yang bayar!

Teman-teman Masguh yang bertanya “kenapa sih istri lo masih harus kerja? Emang gak cukup?

Dijawab cerdas oleh beliau, “Biarin lah. Biar istri gw bisa beli beha ma lipstik sendiri

Kasian yaaa, kesannya murah bener. Etapi kalau tali beha saya bergelantungan berlian, kan seru juga untuk joget-joget di depan suami. Bling-bling gimanaaa gitu. Hahahaha

That’s all what I can say for now.

Seperti biasa, saya tidak pernah mencampur-adukan blog pribadi dengan kehidupan profesional. Saya belum dan tidak akan pernah menulis secara detil tentang pekerjaan saya disini, apalagi sampai menyebut nama/brand/Merk. Dan saya tidak pernah menyebut blog ini, dikehidupan pekerjaan saya. Biarlah rekan kerja menilai saya dari kontribusi saya sebagai seorang pekerja, dan biarlah orang di dunia maya mengenal saya melalui tulisan atas keseharian hidup saya. Semoga melalui blog ini, saya juga bisa memberikan kontribusi paling tidak melalui sharing dan menyebarkan semangat ke pembaca *kek ada yang baca ajah*.

Kata-kata berikut diucapkan mantan dan calon bos-bos saya, yang begitu nempel di kepala dan membuat saya berani melangkahkan kaki lebih jauh:

Jangan katakan kalo kamu cuma seorang perempuan yang tidak mengejar karir. Saya melihat kamu potensial, dan saya akan bantu develop diri kamu untuk bisa lebih dari yang sekarang

What you have now is enough to make you success

I recruit you because your attitude. Keep it and be better! You are definitely a hard worker and a survivor. You never give up, even though I shout at you

Emang kenapa kalo elo anak STM, de? Tunjukin kalo elo bisa jadi bos dari anak lulusan UI dan ITB

Duh jadi burem-burem deh nulis beginian. Udah ah, mo liburan dulu seminggu sebelum mendarat di tempat baru. Menikmati waktu bersama anak-anak di rumah.

Spread your wings and fly away!

Eagle Fly, Chicken Stay

Eagle Fly, Chicken Stay

Dear Colleagues,

It’s less than 2 years I’m here and I had received so many farewell notes on my mailbox, today I’m afraid  I have to deliver mine to your inbox.

I’ll try to make this quick, since I’m not a drama person.  Today’s my last day here. I’d like to express my great gratitude for my entire supervisor both direct and indirect, colleagues and peers, especially in Device Management for all the knowledge, support and all wonderful friendship.

It’s a blessed.

Please accept my apologies as well, for any and all of my mistakes that may have offended you all with or without purpose on my side

If you’re brave to say “Goodbye”, life will reward you with a new “Hello”

Regards,

-de-

My job

My job

Jujur ketika saya masuk ke dalam sarang penyamun berjudul STM, saya gak tau pasti apa yang akan saya lakukan dan pelajari disitu. Dan ketika sedang bermain layangan bersama kakak, ntah kenapa beliau tanya “kira-kira ntar lo belajar apaan yah disitu?” … jawaban saya sekenanya saja “belajar satelit kali. Namanya aja telekomunikasi

Yah itu jawaban anak umur 15 tahun, yang milih STM cuma karena “keknya GW BANGET aja“.

Begitu mulai belajar, saya pasrah ketika ada pelajaran bernama dibawah ini:

  • Teknik Digital
  • Sentral Telepon
  • Genset (catu daya)

Ternyata saya juga mempelajari cara membangun tiang telepon, kelandaian yang diperbolehkan untuk kabel telepon yang tergantung di pinggir jalan, sampai ke nomor kode area untuk telepon seluruh Indonesia. Itu semua saya dapatkan, diluar pelajaran standar seperti matematika, fisika, kimia, dll.

Setelah lulus, kami langsung diceburkan ke industri telekomunikasi. Selama 16 tahun bekerja di industri ini, banyak banget pelajaran hidup yang saya dapat. Selain gaji dan jabatan yang terus naik tentunya hehehe.

Ternyata pilihan anak culun 15 tahun dulu itu gak salah. Karena saya tumbuh menjadi orang yang suka dengan teknologi. Saya menikmati proses perkembangan alat-alat canggih. Dan saya bersyukur perjalanan karir membuat saya terdampar pada departemen yang bertanggung jawab atas perkembangan gadget.

What I love most about my job are:

  • Free traveling

Pekerjaan membawa saya merasakan berbagai jenis transportasi dan mengunjungi berbagai tempat yang mungkin kalaupun saya punya uang banyak, tidak akan berpikiran untuk jalan-jalan kesitu. Koleksi stempel di buku hijau saya menjadi beragam. Saya juga mendapatkan pengalaman menginap di berbagai macam kelas hotel. Dari hotel melati di sebuah kota kecil, sampai menginap di hotel bintang 3 – 4 – 5. Kalau bukan karena pekerjaan, gak mungkin saya merasakan kemewahan hotel ini. Dimana setiap hari saya selalu mendapatkan setangkai mawar dan sebatang cokelat di tempat tidur.

  • Workshop

Banyak orang yang tidak suka kalau diminta menghadiri workshop dari kantor. Kalau saya justru sangat menyukainya. Karena workshop yang saya maksud ini adalah: working in shopping place and shopping in working hours. Hehehehe

Jangan ngiri yah, memang tugas saya mencari tau apa yang terjadi di pasar. Saya diminta meluangkan waktu untuk melihat trend, pertarungan harga, dan ketersediaan barang di toko-toko. Gak cuma itu, saya juga harus rajin mengunjungi pameran-pameran teknologi yang biasanya diselenggarakan rutin beberapa kali dalam setahun. Tidak hanya pameran di Jakarta, tapi pernah juga dikirim ke sebuah pameran terbesar di dunia. Saya pernah menulis apa saja yang saya temukan disana.

  • Fun stuff

Bagian dari pekerjaan saya yang paling menyenangkan adalah bebas membongkar alat telekomunikasi. Untuk mempelajari onderdil dalamnya, kami bisa menelanjangi hanya dengan sebuah obeng. Tapi bukan berarti boleh bongkar tinggal yaa.


Kotak penyimpanan obat, kami gunakan untuk menyimpan SIMcard. Toples kue, kami gunakan untuk menyimpan berbagai baterai. Dinding workstation, kami cantolkan berbagai macam kabel data. Meja di dekat jendela, menjadi tempat pajangan berbagai kemasan atau dus. Orang dari departemen lain yang berkunjung ke sini, selalu bilang “macam di toko atau service center yah

  • Crazy things

Manusia itu sangat kreatif deh, hasil karya manusia sering membuat saya terheran-heran. Kadang membuat saya terpukau saking canggihnya. Kadang membuat saya mengernyitkan wajah saking anehnya. Itu karena saya melihat handphone belapis emas, bling-bling norak, sampai yang bentuknya imut seperti boneka.


Apa yang tidak pernah kepikiran di otak saya, kadang tergeletak di depan mata saya. Setelah itu saya mikir, emang ada yang mau beli barang kaya gini?

  • Lots of toys

I love gadgets, just like kid loves toys!

Lebih senang lagi karena saya tidak perlu BELI untuk bisa memainkannya. Berbagai jenis gadget wajib saya explore dan tersedia melimpah. Tinggal sebut deh: netbook, kindle, tablet PC, android phone, blackberry, modem, dll.

Saya mulai oprek-oprek 6 bulan sebelum beredar di pasar Indonesia. Artinya saya sudah pakai, sebelum orang-orang ribut ketika barang sudah mulai tersedia dan mereka beli.

Dengan semua yang saya dapatkan itu, apa saya masih pantas menyebut ini semua pekerjaan?

NO WAY!

Ini namanya hobi yang dibayar. Hehehe

Jadi kalau ada orang tanya “kerja lo apa sekarang, de?

Saya bingung menjawabnya. Karena saya merasa seperti anak kecil di dalam taman bermain. Tidak ada beban. Tidak berani menyebut ini sebagai PEKERJAAN. Eh tapi saya dibayar. How can I not love it?

Kata orang “love your job, not your company because you never know when it stops loving you

Sejauh ini saya juga menjalankan pernyataan tersebut. Saya mencintai pekerjaan saya, di 6 perusahaan yang berbeda. Pokoknya maju terus bela yang bayar. Hihihihi

Tentunya bukan berarti perjalanan karir saya semulus wajah yah *woii ngaca sana, de*

Setiap saya berhadapan dengan masalah pekerjaan, saya akan memikirkan hal-hal menyenangkan tersebut diatas. Supaya saya kembali ingat perjuangan saya untuk mencapai posisi ini. Yang paling penting agar saya tak lupa bersyukur dengan apa yang sudah saya dapatkan. Alhamdulillah … alhamdulillah … alhamdulillah.

Jadi apa yang paling kalian suka dari pekerjaan kalian?

I Don’t Want to be A Queen!

I Don’t Want to be A Queen!

Masih teringat jelas kalimat pamungkas almarhum Bapak, ketika anak-anaknya malas belajar “Pokoknya kalau kalian gak dapat sekolah negeri, Bapak gak akan menyekolahkan kalian!

Saat itu sekolah negeri merupakan tolok ukur dan bagian dari kebanggaan, baik murid sekolah itu maupun orangtuanya. Belum banyak sekolah swasta yang bagus, apalagi dengan embel-embel pendidikan internasional. Kalau seorang anak menempuh pendidikan di sekolah swasta maka anggapan yang timbul adalah kecerdasannya tidak mampu untuk bisa bersaing di sekolah negeri. Dan pastinya orangtua tidak bangga dengan status anaknya yang bersekolah di swasta.

Saya tertarik melihat iklan STM Telekomunikasi di majalah dinding SMP saya. Secara diam-diam saya kumpulkan keberanian dan kelengkapan dokumen untuk mendaftar di sekolah itu. Saya telepon om saya untuk minta uang sebesar biaya pendaftaran. Begitu saya diterima dan menyampaikan berita ini ke orangtua, jelas murka yang saya terima. Padahal dari 1,300 pendaftar seluruh Indonesia, saya termasuk 106 orang yang lulus tes masuk dan diterima.

Mau jadi apa anak perempuan di STM? Sekolah swasta pula!

Saya mencoba yakinkan orangtua bahwa sekolah ini berbeda. Dan kemungkinan saya untuk langsung kerja setelah lulus pun lebih terbuka lebar. Dengan berat hati, orangtua mengizinkan saya menempuh pendidikan disini. Dan saya buktikan bahwa pilihan saya tidak salah. Saya diterima kerja di sebuah perusahaan telekomunikasi terkemuka walau saya belum memegang ijazah sekolah. Dan saya terus melanjutkan pendidikan sambil bekerja sampai lulus sarjana, dengan uang dari gaji saya.

Sebelum Bapak pergi meninggalkan dunia ini, beliau menyarankan adik saya untuk kuliah di jurusan telekomunikasi. Walau STT Telkom itu bukan universitas negeri, tapi Bapak tetap memberikan biaya sekolah untuk adik saya. Dari situ saya paham, bahwa Bapak juga merasa pilihan saya tidak salah. Bapak hanya ingin yang terbaik untuk pendidikan anak-anaknya, meskipun beliau sempat berpendapat sekolah negeri adalah yang terbaik. Bapak hanya memperjuangan masa depan anak-anaknya.

Bapak adalah pahlawan saya.

Darinya saya belajar, bahwa saya dan suami juga harus memperjuangkan pendidikan anak-anak kami. Setinggi yang mereka mau, sekuat yang kami mampu. Kami tidak bisa hanya sekedar bertanya, “mau jadi apa kalau sudah besar nanti, nak?” Tapi kami harus bertanya kepada diri kami sendiri, bisa melakukan apa untuk mendukung anak-anak dalam mencapai cita-cita mereka?

I don’t want to be a queen of the world, as long as I can be a hero for my children.

********************************************

Tulisan diatas saya kirim sebagai setoran tugas pertama Pelatihan Menulis Cerita ala Chicken Soup. EYD sudah saya perbaiki, tinggal beberapa masukan dari Trainers di bawah ini yang belum saya kerjakan:

  1. Cari judul dalam bahasa Indonesia, tapi tetap menjadi jiwa kesuluruhan cerita.
  2. Tambahkan adegan-adegan yang lebih dramatis, supaya cerita lebih memikat.

Yampuuunn menulis itu tidak gampang yah.

*kalkulator … mana kalkulator*

Lebih mudah main angka dan gadget kayak nya nih.

Eitsss semangka … semangat yah kakaaakkkkk *elap keringet, sambil menguatkan diri sendiri*