Browsed by
Author: De

Annual Check-Up 2011

Annual Check-Up 2011

Udah pada bosen kan yah, dengan cerita TBC tulang yang pernah hinggap di badan de?

Walo operasi terakhir dilakukan tahun 2004, sampai saat ini saya masih harus rutin ceki-ceki. Harusnya sih tiap ulang tahun, biar gampang ingetnya. Tapi tahun ini molor berbulan-bulan setelah ultah. Saya sendiri yang gak sempat plus dokternya yang susah banget ditemuin. Akhirnya minggu lalu dapat slot beliau juga deh.

Komentar dokter saat saya masuk ruangannya: “nah gitu dong gemukan

Yeaaayy, seneng banget deh.

Abis itu waspada saat disuruh berdiri belakangin dokternya. Biasa deh dipukul-pukul punggungnya, di oglek-oglek, dipencet-pencet kulit yang bekas jahitan operasinya. Gak sakit atau ngilu. Aman katanya.

Masalah kesemutan di kepala, katanya sih belum tentu syaraf. Bisa jadi tekanan darah atau yang lain. Lanjut ke lab untuk ambil darah. Alhamdulillah hasil lab nya bagus. Mungkin cuma capek, atau posisi kepala saat berbaring gak benar aja yang menyebabkan kesemutan.

Tiba saat lihat hasil xray, deg-deg an baca note dari dokter Radiologi. Lumbal 2 dan 3 terjadi skoliosis ke kiri. Tulang belakang cenderung miring, seperti huruf S tapi masih halus. Gak usah dipajang disini lah ya fotonya, nanti ngilu liatnya :p

Kemiringan tulang ini adalah efek dari hancurnya ruas L2+3 yang kena TBC dulu itu. Karena hancurnya sebagian, jadilah sisa tulang nya gak sama tinggi. Dan tulang atas bawah nya hanya menyesuaikan kemiringan tsb. Berliuk-liuk lah ke puncak leher hahahaha.

Resikonya nih : jadi lebih gampang ngilu. Berdiri lama, kecapekan, duduk lama, semua ini bikin ngilu.

Penyembuhannya : rebahan tiap ngilu datang

Artinya : gak boleh petakilan lagi

Kedepannya dokter cuma akan melihat sejauh mana saya bisa bertahan dalam kondisi seperti ini. Kalau sudah gak kuat, baru dilakukan tindakan. Alternatifnya rekonstrukti (bongkar alias operasi) atau disuntikkan gelombang radio untuk mengacaukan sinyal syaraf ke otak (tidak akan mengirim sinyal sakit).

Kata suami : masa jagoanmu udah lewat, ma. Gak usah pecicilan

Kata mertua : nyawa udah hasil saringan gusti Allah, mbak. Gak usah macem-macem lagi lah

Kata teman : elo tuh Xena yang pensiun dini, mbak

Hahahahaha

Gimana pun saya tetap bersyukur tak henti-henti atas segala karunia Allah SWT. Kesehatan (dengan segala konsekuensi dan keterbatasan), keluarga, pekerjaan, teman-teman … maka nikmat mana lagi yang bisa aku dustakan?

Oretan Rafa

Oretan Rafa

Dipostingan yang ini, saya sudah tulis kan yah betapa cintanya Rafa dengan melukis. Dari mulai pakai pensil warna, krayon, spidol, cat minyak, cat air … semua udah dicoba. Dari mulai oret-oret di kertas, kanvas, batu, sampai kaos pun sudah dikerjakan. Tapi memang belum diarahkan atau disalurkan banget sih. Kami masih menganggapnya hobi, walau hasilnya sudah kelihatan menonjol. Dan kami belum memasukan Rafa ke lembaga kursus yang serius.

Ini beberapa coretan Rafa:

Yang terakhir udah mulai kelihatan keasyikan Rafa dalam menggunakan pensil. Itu murni oretan dan arsiran pensil aja. 3 gambar diatas adalah oretan tahun lalu (2010).

Wiken kemarin saat kami ke Gramedia, Rafa mulai minta ijin “ma, kaya nya aku mo gambarnya pake pensil aja deh. Jadi pencil drawing specialist gitu. Boleh gak?

Wah menarik nih. Intinya sih Rafa minta ijin beli buku skesta – pensil khusus gambar – penghapus khusus. Tapi keren juga kalo Rafa benar-benar tau apa keinginan dirinya sendiri. Kami sebagai orang tua sih cuma dukung sekuatnya.

Kami berjalan ke rak bagian alat-alat lukis. Buku sketsa yang bisa refill udah ditangan Rafa. Selanjutnya pilih pensil gambar. Ternyata 1 set pensil gambar isi 12 biji yang warnanya item semua, itu MAHAL sodara-sodara! Mosok 145rb aja. Sementara pensil yang gradasi warna kulit, 1 set nya 250rb tuh *ngelap jidat*.

Yah secara emaknya Rafa ini kan gak ada jiwa seni. Cuma tau kalo pensil itu ada HB dan 2B hehehe. Jadi agak kaget aja tau harga pensil segitu. Eh gak taunya pensil itu ada 5H, 8B, dll. Sementara ini, Rafa dibeliin yang satuan dulu sebanyak 3 biji *emang pensil berbiji, de!*. Dan penghapus untuk sketsa itu katanya yang bagus yang warnanya HITAM. Supaya kertas gak gampang kotor saat kita gosok penghapus. Okeh bungkus mas.

Sampai rumah, Rafa langsung nyoba nih:

Begitu udah paham ketebalan warna dari masing-masing tipe pensil, Rafa mulai mencoret lagi:

Deskripsi gambar diatas menurut Rafa: Siput lomba lari melawan kaki seribu, tetapi kalah tertinggal. Karena capek, siputnya nyender di batu. Hihihihihi

Lama-lama bosan juga Rafa dengan gambar hitam-putih nya. Dihapus lagi dan dipenuhi arsiran pensil warna. Judulnya tetap pake pensil sih.

*maafkan bayangan hape di pojok kanan bawah yaaa*

Lanjut lagi coretan Rafa di halaman berikutnya:

Gimana menurut pembaca yang budiman?

Lumayan lah yaaa, untuk anak 10 tahun yang hanya belajar otodidak. Kalo kata saya selaku yang melahirkan Rafa, coretan-coretan diatas KEREEENN BANGEETTT. Hehehe dilarang protes yaaa, namanya juga emak.

Kebetulan di sekolah Rafa ada Visual Art Competition nih. Syaratnya membuat karya 2 dimensi dalam kertas A3, dikumpulkan paling lambat 28 Oktober 2011. Temanya ada 2: “Save the World” dan “I Love Indonesia“. Siswa boleh kirim karya sebanyak-banyaknya. 3 karya terbaik di angkatannya, akan mendapatkan voucher buku @100rb. Untuk 12 karya terbaik di sekolah, akan dipajang dalam bentuk kalender sekolah tahun 2012. Seru yah.

Insya Allah Rafa ikutan. Lagi cari ide tuh anak, entah mau gambar apa. Doakan yaaaaa

Kembaran

Kembaran

Enaknya punya anak cewek nih, bisa kembaran dalam hal berpakaian. Tapi selera Fayra lebih feminim (ato feminin?) dan girly (bunga-bunga, renda-renda, dll). Sekarang Fayra yang lebih ngontrol emaknya harus pake baju apa. Terlebih kalo wiken, dia yang nentuin “mama pake ini aja, nanti samaan ama aku“.

Misalnya kaya gini:

atau ini:

*maapken perut ndut emaknya* hehehehehe. Udah pernah hamil 2x emang gak bisa boong. Kecuali sedot lemak kali yaaa.

Nah sekarang ini Fayra makin berisik kalo mamanya dapat kain seragam untuk acara nikahan saudara. Dia minta pake yang sama juga. Jadi saat ke tukang jahit mama nya harus mikir, dibikin model apa supaya ada sisa bahan untuk baju Fayra. Kalo gak bisa sama, ya paling enggak setema lah.

Kaya gini:

atau ini:

dan ini yang terakhir:

Kaya’nya musti siap-siap nih, beberapa tahun lagi dia akan pinjem barang-barang mamanya.

Fayra belajar membaca

Fayra belajar membaca

Saya dan suami punya kesepakatan tidak tertulis dalam mendidik anak, salah satunya pembelajaran bahasa. Kami sepakat untuk mengajarkan bahasa ibu, yaitu bahasa Indonesia, sampai anak-anak bisa menyusun kalimat dengan baik dan benar. Setelah itu baru kami mengajarkan bahasa lain ke anak-anak.

Seperti hal nya pada saat hamil Rafa, saya juga membacakan buku cerita anak pada saat hamil Fayra. Dimulai dari hamil 4 bulan, saya rajin membaca buku cerita anak sambil mengelus-elus perut. Mertua saya sempat heran, “kamu kok aneh mbak. Anak masih dalam perut udah dibacain buku“. Saya percaya janin bisa mendengar, terlebih suara ibu yang mengandungnya.

Begitu anak-anak lahir, saya memberikan buku-buku khusus untuk bayi. Ada yang terbuat dari kain, plastik, atau pun kertas tebal dan keras (karton/hard paper). Buku yang seperti ini tidak akan melukai bayi. Buku plastik bisa menjadi mainan anak saat mandi. Buku dari kain juga bisa menjadi bahan makanan, seperti yang dilakukan Fayra dibawah ini hehehehehe:

Dengan rutinnya saya membacakan buku cerita, anak-anak bisa mengenali intonasi saat saya cerita. Herannya anak-anak terlihat menikmati saat dibacakan cerita. Bahkan ketika mereka berumur 1 tahun, anak-anak tidak pernah merobek kertas atau buku seperti yang suka dilakukan anak lain. Mereka paham bahwa buku membawa kesenangan tersendiri untuk mereka.

Saat anak-anak sudah bisa menikmati buku, saya memberikan keleluasaan bagi mereka untuk memilih bukunya sendiri. Sebulan sekali kami membawa anak-anak ke toko buku. Mereka akan asyik memilih dan menunjukkan ke saya buku pilihannya. Tinggal saya dan suami yang melakukan sortir, mana buku yang boleh dibeli dan mana yang tidak.

Kami juga menetapkan story time hampir setiap hari, 10 menit sebelum anak-anak tidur. Mereka bebas menentukan buku mana yang mau dibacakan malam itu. Kami membacakan cerita sesuai dengan yang tertulis di buku. Tidak menggunakan bahasa anak-anak, apalagi bahasa cadel. Teman-teman saya suka bilang “bahasa yang keluar dari mulut anak elo, kok kaya bahasa telenovela sih“. Ya mungkin karena kami selalu membacakan cerita sesuai teks di buku, jadi kosa kata yang ditangkap anak-anak juga sesuai yang didengarnya.

Masalah mulai terjadi saat Fayra masuk sekolah yang menggunakan bahasa pengantarnya English. Fayra benar-benar blank di sekolah. 3 bulan pertama Fayra masih diijinkan untuk menggunakan bahasa Indonesia di kelas. Tapi setelah itu kalau Fayra mulai berbahasa Indonesia, gurunya akan bilang “I’m sorry Fay, we don’t understand what you’re talking about“. Alhamdulillah dalam setahun Fayra mengalami kemajuan pesat berbicara dalam bahasa Inggris.

Sekarang masuk tahun kedua Fayra di sekolah yang tidak hanya mengajarkan bahasa Inggris, tapi juga Mandarin. Padahal, dirumah kami sedang menggiatkan anak-anak untuk mengaji. Saat ini Rafa sudah masuk Qur’an juz 2, sementara Fayra baru Iqra 4. Disinilah terjadi konflik yang membingungkan Fayra. Karena dalam kurun waktu bersamaan, Fayra harus mempelajari baca tulis dalam beberapa bahasa sekaligus: Bahasa Indonesia – English – Mandarin – Arabic. Fayra sudah mengenali huruf-hurufnya, tapi saat membaca beberapa huruf yang membentuk sebuah kata Fayra kesulitan.

Awalnya kami masih membiarkan. Toh Fayra masih dalam tahap belajar. Biarkan dia menyerap apapun pelajaran yang ada dihadapannya. Tidak ada paksaan untuk mengetahui semua, tidak ada tekanan untuk bisa sempurna.

Sampai suatu hari saya menerima catatan di buku komunikasi orang tua dan guru dari sekolah. Karena Fayra sudah kelas TK B, maka sekolah mempersiapkan muridnya menjelang masuk SD. Diharapkan anak-anak sudah bisa membaca tulis pada saat SD. Dan baca tulis yang menjadi fokus sekolah adalah English, dimana bahasa itu menjadi bahasa pengantar alias bahasa utama. Wali kelas meminta perhatian orang tua untuk membantu anak dalam membaca di rumah, Fayra masih kesulitan membedakan A-E-O (suka kebalik-balik). Misalnya pada kata MAN, MEN, MONday.

Untuk bahasa Indonesia, Fayra mengerti:

Ce + A = CA

CA +eN = CAN

Sementara untuk English, sangat membingungkan: CA + N = ken (pelafalan dalam membaca)

Tentunya sekolah memiliki metode tersendiri untuk mengajarkan baca in English, yaitu PHONIC.

Setiap huruf dikenalkan sesuai dengan lafal yang keluar dari mulut kita.

Misalnya C, disebut Keh.

Jadi pada saat C bertemu A dan N, akan dieja menjadi: Keh Eh Neh = Khen.

Fayra sempat tidak mau ke sekolah, dengan alasan “pelajaran nya susah, aku gak bisa baca bahasa Inggris“. Kami tentu sangat khawatir dan langsung mengirim SMS ke wali kelas. Minta bantuan wali kelas untuk membuat Fayra tidak takut ke sekolah, dan membuat pelajaran membaca menyenangkan untuk anak-anak. Saya berjanji untuk membantunya di rumah.

Kurang dari setahun nanti Fayra akan masuk SD. Paling tidak Fayra harus bisa membaca dalam waktu 3 bulan kedepan. Targetnya bulan Desember harus sudah bisa membaca sebuah kalimat sederhana.

Saya membuat strategi:

  • Saya mencoba seminim mungkin berbicara dalam bahasa Indonesia ke Fayra. Sementara orang lain dirumah tetap berbahasa Indonesia
  • Saya stop belajar baca dalam bahasa Indonesia
  • Untuk pendalaman Iqra, Fayra hanya mempelajarinya di Sabtu dan Minggu pagi selama 1 jam.
  • Setiap Sabtu, Fayra fokus belajar membaca dalam bahasa Inggris selama 2 jam. Setelah ngaji.
  • Buku cerita yang dibacakan untuk Fayra harus tertulis dalam bahasa Inggris. Saat membacakan cerita, saya suka pura-pura tidak bisa membaca sebuah kata dan minta Fayra untuk membacakan kata tersebut.

Alhamdulillah setelah 1 bulan, Fayra menampakan kemajuan. Dan saya menerima catatan baru di buku komunikasi:

Kami masih terus menyemangati Fayra untuk bisa membaca. Sekarang Fayra sudah bisa membaca cerita sederhana:

I have a cat

The cat is fat

Cat eats fish

Semoga Desember nanti Fayra sudah bisa membaca sebuah buku cerita anak dengan lengkap. Supaya tahun depan siap masuk SD.

*gak rela my little princess udah mo SD aja, jangan cepat gede dong nduk*

Update: tx to Dini yang ngasih tau web keren ini untuk anak belajar baca in english –> www.starfall.com

Mandarin speaking test

Mandarin speaking test

Tadi malam Rafa meminta bantuan saya untuk mempersiapkan ‘speaking test’ selama ujian pertengahan semester. Kemarin Rafa sudah berhasil melalui ujian bicara untuk Bahasa Indonesia dan English. Hari ini dijadwalkan untuk ujian bicara dalam bahasa Mandarin.

I’m totally lost!

Dulu almarhum Bapak bisa bicara dalam beberapa bahasa, diantaranya English, Arabic dan Mandarin. Sebenarnya beliau berharap anak-anaknya mengikuti jejak dirinya dalam berbahasa asing. Tapi namanya juga anak kecil, saya menganggap Mandarin tidak penting untuk dipelajari. Dan saya selalu menghindar jika Bapak meminta setoran hafalan 10 kata dalam 1 hari. Saya baru menyesalinya sekarang, saat harus berhadapan dengan partner kerja yang kebanyakan berasal dari China.

Saya bersyukur anak-anak mendapatkan pelajaran Mandarin di sekolahnya. Walau tidak termasuk dalam 5 pelajaran utama yang menentukan naik kelas atau tidak, tetapi setidaknya anak-anak mempelajarinya. Saya tidak menuntut anak-anak untuk mendapatkan nilai sempurna dalam pelajaran ini, karena saya sendiri sebagai orang tuanya tidak bisa mengimbangi mereka dalam belajar.

Dan sekarang Rafa minta saya membantunya?

Pusing lah saya.

Kalau saya melakukan tanya jawab dimana saya bertanya dalam bahasa Inggris kemudian Rafa menjawab dalam bahasa Mandarin, bagaimana saya bisa tahu kalau Rafa menjawab pertanyaan dengan benar?

Disinilah teknologi berperan besar!

Akhirnya saya merekam suara Rafa dan mengirimkan voice notes ke partner saya yang warga negara China via BlackBerry Messenger. Saya minta bantuannya untuk memeriksa apakah pronunciation Rafa sudah benar.

Judulnya “describing yourself in Mandarin”, jadi Rafa berbicara tentang dirinya dalam bahasa Mandarin.

Beberapa saat kemudian, terjadi percakapan antara saya dengan partner:

Partner: He is introducing his name, birthday, address, phone number and family member. Your son is good for a beginner. His pronunciation is correct. Just not so familiar with the tone. Maybe he got it from his teacher.

De: What do you mean? His teacher is imported from Beijing

Partner: Your son’s voice tone is like western part of China. Different part of China, different tone. Ask him to carry on, the tone is not a big issue. Just watch some Chinese movie, he will become better. Chinese is difficult even for our local people. He is quite good

De: Aahhh I’m glad to hear that. Thank youuuu

Partner: It’s OK. Bring your son out some day. Let’s talk

De: Maybe when he is on holiday, I will bring him to office. We can have lunch together.

Partner: Yupe, good. Maybe he will take a Chinese as girlfriend, which will help him further on language

De: No la, he will work for telco industry. And you guys will help him further. Hahaha

Partner: Better become our Country Director

De: Hahahaha ammeeenn for that. Thank you for your help. Really appreciate it.

Partner: Happy to hear your son’s speaking Mandarin. Keep encourage him.

——————————————————————-

Waaahhh legaaaa banget. Setidaknya kalo orang China asli bisa mengerti apa yang diucapkan Rafa, ini sudah lebih dari cukup. Rafa baru belajar Mandarin satu tahun terakhir. Dan cengkok/dialeg bukan masalah. Itu bisa dilatih nanti saat Rafa berada dilingkungan yang terkondisikan berbahasa Mandarin.

We’re proud of you, mas! *I know you read this blog in front of your laptop and have a big smile*

PS: Just do your best for mid semester written test next week. Good luck, mas!