Browsed by
Author: De

Cirebon 1 malam

Cirebon 1 malam

Hedeeehh judulnya kaya judul lagu dangdut yang lagi ngetop di youtube ajah. Tapi cuma itu yang menggambarkan perjalanan kami ke Cirebon pertama kalinya ini. Dan tujuan perjalanan kami ke kota Brebes, jadi di Cirebon kami hanya singgah dan istirahat tengah malam.

Berangkat naik mobil dari BSD jam 5 sore, kami tiba di Cirebon jam 10 malam. Alhamdulillah udah dibookingin hotel sama Teh Thita yg kebetulan lagi mudik. Walau sayangnya gak bisa ketemu teteh, karena sebelum kami berangkat teteh sudah dalam perjalanan pulang.

Keluar tol Cirebon, kami langsung menuju tengah kota dan mencari jalan Siliwangi. Walau hampir larut malam, hotel Sare Sae dapat kami temukan dengan mudah. Kalau naik kendaraan umum, dari stasiun kereta cuma 200meter. Becak juga banyak di depan hotel. Jadi kalo mau jalan-jalan dari hotel gampang.

Setelah kami check-in dan menaruh tas, kami langsung keluar mencari tempat makan yang masih buka jam 10 malam gini. Tersebutlah seafood H. Moel yang terkenal di Cirebon.

Seafood H. Moel

Seafood & Chinese Food
Jl. Kalibaru Selatan 31 Cirebon
Telpon: 0231-247-642 (melayani pesan antar)

Kalo mo makan seafood di Cirebon, datang deh kesini. Menurut teman-teman asli Cirebon, menu yang paling ngetop itu UDANG BAKAR. Begitu juga menurut review wisata loka.

Ternyata gak salah deh. Emang udang bakarnya mantab banget. Makanan disini gak mahal juga kok. Rata-rata Rp 10,000 per porsi (misal cah kangkung, kerang rebus, dll) kecuali si udang ngetop ini yah. 1 piring berisi 10 ekor udang yang ukurannya lumayan besar, harganya Rp 60,000 per porsi. Bumbu yang top banget, pedas – manis – gurih. Rafa aja gak berenti berenti makanin. Sayang Fayra gak kuat pedasnya, dan milih makan telur puyuh yang ada dalam cah kangkung.

Waktu baca review di detikfood, kami langsung aja minta menu yang sama yaitu Kakap Cobek. Tapi karena sampai tempat makan ini sudah jam 11 malam, kakap nya sudah habis terjual.  Diganti sama bawal bakar deh.

Enyak, murah, puas.

Hotel Sare Sae

website: http://saresae-hotel.blogspot.com
Jalan Siliwangi No.70 Cirebon
Telp. 0231-209489

Dalam bahasa Sunda, Sare artinya tidur  – Sae artinya enak/bagus. Nama hotel ini sederhana banget yah … tidur nyenyak. Harapan pemilik hotel supaya tamu yang datang bisa tidur dengan nyenyak di penginapan ini.

Kami mengambil tipe kamar Deluxe dengan harga Rp 300,000 per malam. Karena kami ber5 (mami ikut), jadi kami pilih twin bed yang katanya berukuran 120x200cm. Ketika kami tiba disana, semua kamar sudah penuh. Hanya tersisa kamar kami karena memang sudah dipesan dari pagi hari. Kami kecewa ketika menemukan ukuran tempat tidur tidak seperti yang dikatakan saat teh Thita pesan kamar, ukuran tempat tidurnya hanya 100x200cm saja. Kami pun pesan 1 kasur tambahan dengan harga Rp 100,000. Sementara ukuran tempat tidur yang single bed, besar sekali … tapi sayang tidak bisa pindah kamar karena semua kamar penuh.

Tempat tidur kiri diisi saya + fayra, tempat tidur kanan diisi mami seorang, sementara extrabed diisi masguh dan Rafa. hihihihi kasian banget deh cowok-cowok dilantai. Tentunya kami tambah gelar bedcover supaya kalo Rafa miring-miring, gak langsung ke lantai. Dingin banget soalnya.

Sekilas hotel ini lebih cocok disebut losmen. Melihat bentuk bangunan nya memang seperti penginapan jaman saya kecil. Bangunan utama untuk kantor pengelola dan penerima tamu, bangunan di kiri digunakan untuk restoran, sementara jejeran kamar berada dibangunan belakang dua lantai. Di depan kamar ada kolam panjang yang memisahkan halaman kamar dengan tempat parkir mobil. Sangat sederhana, baik bentuk bangunan maupun material yang digunakan dalam bangunan.

Maaf saat ngambil foto diatas saya lupa menutup kloset. Apakah menjijikan? Duh maaf banget bukan fotographer majalah design rumah soalnya. Saya foto begitu masuk kedalam tanpa merubah posisi barang apapun yang ada didalam kamar mandi ini.

Beginilah kondisi kamar mandinya. Lantai dari batu koral, bak mandi terbuat dari tembikar atau tanah liat, lengkap dengan gayung.

Konsep hotel ini memang kembali ke alam. Semua bagian dari hotel ini bernuansa tradisional alami. Walau demikian, air yang mengalir dari pancuran lengkap dengan air panas. Ada tuas di kiri bak yang bisa kita geser ke kanan untuk air biasa, dan geser ke kiri untuk mengucurkan air panas. Jadi jangan khawatir, semua sudah dipikirkan oleh pengelola hotel. Jadi ini memang hotel nostalgia …. bangunan seperti losmen, tapi pelayanan hotel.

Pelayanan hotel yang diberikan seperti layaknya hotel modern lain. Di kamar mandi disediakan sikat gigi, pasta gigi, sabun, shampo, tisu, dan lain-lain. Lengkap dengan 2 buah handuk besar dan handuk kecil yang digantung di kayu/rotan. Pintu kamar mandi menggunakan gebyokan kecil. Itu loh pintu yang ada ukirannya.

Kamar dilengkapi dengan TV, kulkas kecil, lemari pakaian dari campuran kayu dan bambu. Petugas juga menyediakan air minum biasa dan termos air panas. Kalau kita bawa mobil kesini, besok pagi mobil kita sudah kinclong dicuci oleh petugas hotel. Itu semua bagian dari service mereka.

Sarapan disediakan gratis di ruang makan seperti foto diatas. Menunya nasi uduk lengkap dengan minuman teh atau kopi. Tapi karena waktu kami sangat singkat disini, kami tidak merasakan masakan hotel. Kami sengaja check-out hotel pagi-pagi untuk bisa mampir wisata kuliner di Nasi Jamblang Mang Dul.

Review kami atas hotel ini:

  • Murah meriah 300rb dengan pelayanan memuaskan sudah termasuk makan pagi dan cuci mobil.
  • Hotel sangat bersih dan terawat.
  • Konsep hotel traditional alami. Jadi kalau gak suka yang jaman dulu (jadul), pasti akan menilai hotel ini kemahalan dibanding tampilannya. Padahal pelayanannya beneran seperti HOTEL loh. Puas deh
  • Kalau bawa anak kecil, sebaiknya ambil tipe single bed deh. Jadi tempat tidurnya besar.

Nasi Jambang Mang Dul

Semua orang bilang kalo nasi jamblang itu makanan khas Cirebon. Kami penasaran kaya apa sih nasi jamblang itu? Maka mampirlah kami ke Mang Dul yang sangat tersohor. Jam 6 pagi aja, tempat ini sudah ramai pembeli.

Saat kita masuk, disambut dengan meja kasir. Sisi kanan berisi deretan kursi dingklik panjang seperti diwarteg tapi disini tanpa meja tinggi. Sisi kanan ada sebuah meja panjang dengan beberapa baskom berisi berbagai macam lauk pauk. Nasinya dibungkus daun jati, diletakan dalam piring plastik. Kita pilih sendiri mau lauk pauk apa dari baskom-baskom yang tersedia.

Sambalnya agak aneh menurut saya, karena tidak diulek hanya cabai iris tipis. Jadi gak berasa makan sambel. Lauk pauk yang paling digemari: tahu – tempe goreng, empal, paru goreng.

Rafa ngabisin 2 bungkus nasi dengan 5 macam lauk. Asyik aja makan sendiri gak peduli adeknya gangguin disebelahnya. Kami berlima … cuma abis 60rb-an.

Setelah kenyang, kami melanjutkan perjalanan ke Brebes. Insya Allah kapan-kapan kami akan kembali ke Cirebon dengan niat liburan. Supaya kami bisa mampir ke keraton, kampung batik, dan wisata kuliner tentunya.

Nama Ajaib

Nama Ajaib

Seminggu terakhir inbox email saya dipenuhi dengan nama-nama ajaib. Dan ketika membukanya bisa dipastikan saya cekikikan sendiri di meja kerja. Pemilik nama tersebut tidak berasal dari Indonesia, jadi mungkin memang ajaibnya cuma ditelinga saya. Tidak di lingkungan sang pemilik nama.

Berikut nama-nama mereka:

  • Pudding
  • Camel Baix (adeknya Camel Jaat kali yah hihihihi)
  • Ping San
  • Anjing

Yang saya heran 2 nama pertama yang menggunakan bahasa Inggris. Dengan hubungan kerja lintas negara seperti ini, sudah pasti komunikasi kami dilakukan dalam bahasa Inggris. Dan mereka pasti tau arti nama mereka dalam bahasa internasional ini. Gimana perasaan  mereka saat memperkenalkan diri yah? Apakah ada rasa malu?

Ketika nama yang terakhir tsb masuk ke dalam inbox, saya pikir nama tersebut ada spasinya: An Jing. Seperti layaknya beberapa suku kata dalam bahasa mandarin (sok tau lo de!).

Ternyata pada penutup email, beliau menuliskan:

Regards,

Anjing

Eh ya ampuunn … jadi itu serius beneran namanya tanpa spasi loh!!!

Duh gak tega ngasih tau arti namanya dalam bahasa Indonesia.

Setiap mau menulis nama nya di email, walau diawali dengan DEAR … tetap aja rasanya gimaannaaaa gitu.

Coba kalo sampai saya menelpon beliau di tempat umum dan menyebut namanya, pasti orang yang mendengar disebelah saya menuduh saya sedang sumpah serapah.

Email terakhir bikin saya ngakak-ngakak sendirian:

Dear Jimmy,

Camel and Magic will come to your office today to discuss more detail about it.

Regards,

Anjing

Bwahahahahaha ajaib sekali ketika semua nama itu bersatu dalam sebuah email. Bagaikan sedang berbicara dengan isi Taman Safari, ada unta dan anjing. hihihihi

Dan saya tetap gak  tega untuk ngasih tau arti namanya. Eh dosa gak yah?

Rafayra Progress Report

Rafayra Progress Report

Sudah 3 bulan anak-anak di sekolah barunya, dan kami pun mendapat undangan untuk bertemu walikelas mereka mendiskusikan perkembangan di sekolah. Semua nilai anak bisa dipantau dari Parent Desk di web site sekolah, tapi tetap butuh diskusi langsung antara ortu dan guru supaya kami mempunyai gambaran yang lebih jelas.

Deg-degan … itu yang saya rasakan malam sebelumnya.

Pertama kali Rafa memberikan hasil quiz (ulangan harian) dengan nilai 2,75 … tangannya bergetar, kepala nya menuduk, suaranya sangat lirih “maaf ya ma

Saya lihat kertas tsb, ada note dari gurunya “good start Rafa

Terharu. Ini lah yang dibutuhkan. Guru memberikan semangat ke muridnya. Guru yang paham dengan kondisi setiap anak didiknya. Beliau mengerti bahwa Rafa masih baru memulai dan beliau menghargai usaha yang sudah dilakukannya.

Saya pun ikut menyemangatinya “gakpapa kok mas. Masih kaget sama soalnya ya? Coba cerita mana yang susah?”

Nilai ulangan berikutnya 4,4

Alhamdulillah ada peningkatan.

Dan yang lebih membanggakan, nilai ujian mid semesternya sudah diatas 6.

Kami tidak pernah menuntut anak-anak untuk selalu mendapat nilai bagus. Cuma berharap mereka tidak dibawah rata-rata pencapaian kelasnya. Apalagi sekarang dimana mereka baru saja beradaptasi dengan lingkungan rumah baru, teman-teman baru, sekolah baru, kurikulum pelajaran yang sedikit berbeda … ditambah lagi dengan bahasa yang menjadi kendala utama.

Saya dan suami memang sepakat untuk tidak mengajarkan bahasa lain ke anak, sampai mereka bisa menyusun kalimat dengan benar dalam bahasa Indonesia. Untuk Rafa yang sudah kelas 4, pelajaran bahasa Inggris sudah dikenalnya sejak TK. Tapi untuk Fayra, bahasa Inggris merupakan sesuatu yang sama sekali belum pernah diajarkan.

Term 1 di sekolah baru, kami pasrah. Kami tau anak-anak sudah melakukan terbaik yang bisa mereka kerjakan. Dan kami menghargai berapapun nilai yang mereka peroleh.

Fayra

Alhamdulillah Fayra sudah memenuhi target yang ditetapkan sekolah. Sepertinya memang lebih mudah untuk Fayra karena sebagian besar murid TK adalah anak baru. Sebagian besar dari mereka pun sama seperti Fayra, tidak bisa berbahasa Inggris atau Mandarin. Kecuali yang memang orang tuanya bukan warga negara Indonesia.

Fayra dinilai sebagai anak yang aktif, tidak ada masalah dalam pergaulan dengan temannya, bahkan Fayra berhasil terpilih sebagai wakil sekolah untuk mengikuti lomba mewarnai tingkat TK yang akan dilaksanakan tanggal 23 Okt nanti di sekolah Santa Ursula. Dari 20 orang murid di tiap kelas, dipilih 2 orang. Kemudian 2 anak tersebut diadu lagi dengan kandidat dari 4 kelas lain. Alhamdulillah, Fayra berhasil terpilih sebagai 2 anak yang mewakili sekolah, dari 8 kandidat tsb.

Perkembangan Fayra juga kami rasakan di rumah. Alhamdulillah Fayra lebih mandiri, lebih percaya diri, kosa kata dalam bahasa Inggrisnya jauh lebih banyak, bahkan Fayra juga bisa berhitung dan menyanyikan lagu anak dalam bahasa mandarin. Tapi cengkok ketika bertanya “what is that?” … sangat British. Kaya nya ini efek guru nya yang asli di import dari UK sana. hehehe

Rafa

Sebelum saya dan suami masuk ke kelas, kami bertemu guru bahasa Inggris di lift. Kami ngobrol tentang perkembangan Rafa. Beliau bertanya “Where do you give him non scholastic course?”

Kami bingung dan balik bertanya “not yet. do you have any recommendation?“.

Tapi beliau malah menjawab “owh no… don’t! he has too much lesson in school. Don’t give him more. He will be too tired”

Owh ternyata saya salah tangkap. Ternyata beliau bertanya seperti itu karena menilai perkembangan Rafa sangat bagus. Jadi disangkanya kami memberikan tambahan diluar jam sekolah. Rafa yang tadinya diam di kelas, sekarang sangat aktif bertanya. Dan pencapaian yang dilakukan Rafa dinilai meningkat beberapa waktu terakhir.

Satu pesan beliau sebelum kami berpisah “encourage your children to love reading books. Let them read books that they choose. Don’t push them to read the book that YOU choose

Alhamdulillah wali kelas Rafa juga menyampaikan yang sama. Rafa memang masih adaptasi, cukup berat usaha nya untuk bisa mengatasi ketertinggalan di sekolah … tapi sudah menunjukkan peningkatan.

Kami dirumah pun merasakan yang sama. Minat baca Rafa terlihat jauuhhh membaik. Kalau dulu baca buku hanya sekedar baca, sekarang Rafa sudah ‘mengerti’ apa yang dibaca. Bahkan Rafa bisa menceritakan ulang apa yang sudah dibaca ke adiknya, mbak dirumah atau kami ketika sampai dirumah.

Lebih mandiri dan disiplin. Sangat terlihat sekali.

Kalau dulu semua PR minta dikerjakan sama mama. Sekarang Rafa sudah mengerjakan PR nya sendiri. Apa yang bisa diketik atau tulis, akan dilakukannya. Alhamdulillah netbook yang kami belikan sangat bermanfaat. Walau tetap saja kami sangat membatasi koneksi internet. Anak-anak boleh terhubung ke internet kalau kami ada di samping mereka.

Jadi kalau ada PR, biasanya Rafa sudah mengetik apa yang dia tau dari buku, koran atau majalah. Nanti begitu kami pulang kerja, Rafa minta terhubung ke internet hanya untuk mencari gambar atau kekurangan materi aja.

Dan ya … Rafa sudah gape dalam menggunakan Ms. Office. Karena tugas di sekolah menuntutnya untuk bisa mengoperasikan Ms. Word bahkan Power Point. Kalau bikin slides, Rafa suka menambahkan animasi. “biar seru” katanya.

Saya ingat waktu membantu menyiapkan presentasi pertama Rafa tentang KECOA. Sebenarnya ada 3 materi yang boleh dipilih:

  • Amazing animal
  • The person you adore
  • Exciting places

Ketika saya tanya kenapa KECOA, jawabannya “Buat aku, kecoa itu amazing animal

ah baiklah hehehehe

Untuk membuat bahan presentasinya, Rafa sudah mencatat data dan fakta yang dibacanya dari majalah NatGeo Kids dan hasil nonton Animal Planet. Bagian tubuh kecoa, kecepatan larinya, jumlah telur saat berkembang biak, dan kenapa manusia tidak suka dengan kecoa. Saya bengong hahahahaha

Walikelas Rafa bilang “we don’t teach student to REMEMBER sentence in the book as an answer. But we teach them how to FIND answer from their 4B: brain, buddies, books, boss. Who’s their boss? if it’s in school, it’s their teacher. But if it’s at home, then it’s their parent. If they still feel unsatisfied with the answer, they can look from other resources  such as newspaper, magazine or internet.”

Dengan penyampaian seperti itu, pantas saja sekarang Rafa lebih kritis. Pola pikir Rafa sudah berubah. Kalau yang dulu hanya mengharap jawaban dari semua pertanyaan, sekarang Rafa lebih aktif untuk mencari jawaban atas pertanyaan yang ada di kepalanya dari berbagai sumber.

Rafa sekarang sudah tidak takut berbicara dalam bahasa Inggris. Bahkan beberapa waktu lalu ketika kami pergi ke toko buku, Rafa bertemu dengan teman sekolahnya. Mereka asyik ngobrol dalam bahasa Inggris. Diperjalanan pulang, saya meledeknya “gaya banget sih kak ngobrol ama teman sekolah pake bahasa Inggris. Ini kan bukan disekolah

Rafa dengan santai menjawab “Brandon itu baru dibawa pulang orangtuanya dari Amerika. Dia memang orang Indonesia, tapi lahir disana dan baru datang ke Indonesia. Jadi belum bisa bahasa Indonesia

Owhhhhh ternyata dia sudah bisa menempatkan dirinya. Dia sudah bisa menggunakan bahasa dalam kondisi yang dibutuhkan.

Ketika saya ceritakan hal ini ke walikelasnya, beliau bilang “owh ya, Brandon itu murid di kelas sebelah. Mereka suka bermain bersama saat istirahat

That’s even better news! Berarti Rafa sudah bergaul dengan teman diluar kelasnya.

Kekhawatiran kami terhadap pengetahuan Islam hanya karena sekolah ini merupakan sekolah ‘umum’ tidak kejadian. Alhamdulillah sekolah memberikan ngaji dan pesantren kilat selama Ramadhan. Ngaji disekolah merupakan pelajaran tambahan diluar jam sekolah. Semua agama diberikan ‘Fellowship Program’ yang sama dan serentak waktunya, hanya beda ruangan. Program ini tidak wajib diikuti murid-murid. Hal ini diberikan sekolah untuk mengakomodasi kekhawatiran ortu akan porsi pelajaran agama. Bahkan diselenggarakan secara GRATIS bagi yang mau ikut.

Walau begitu kami tetap mencari guru ngaji yang bisa mengajar dirumah setidaknya 2x seminggu @1 jam. Sampai sekarang belum nemu juga sih. Kalau ada yg punya informasi, mau dong di share.

————————-

Alhamdulillah kami sangat bersyukur atas perkembangan anak-anak. Kami yakin Rafa – Fayra bisa mengatasi ketertinggalannya.

Semoga mereka bisa menjadi manusia yang berguna dan bertaqwa.

Jembatan Suramadu

Jembatan Suramadu

Saat mudik ke Surabaya lebaran kemarin, kami menyempatkan jalan-jalan ke jembatan Suramadu. Gak ada tujuan yang pasti di Madura, cuma pingin ngasih liat megahnya jembatan itu aja ke Rafa.

Jembatan Suramadu ini dibuat untuk menghubungkan pulau Jawa dengan pulau Madura. Dengan panjang 5.438 m, jembatan ini merupakan jembatan terpanjang di Indonesia saat ini. Lebar jembatan kurang lebih 30 meter. Jembatan ini menyediakan empat lajur dua arah selebar 3,5 meter dengan dua lajur darurat selebar 2,75 meter. Jembatan ini juga menyediakan lajur khusus bagi pengendara sepeda motor disetiap sisi luar jembatan. (source: wikipedia)

Untuk bisa melewati jembatan ini, setiap mobil dikenakan biaya Rp 30,000. Sementara motor hanya membayar Rp 3,000. Kami banyak berpaspasan dengan mobil berplat B alias Jakarta. Memang jembatan ini sekarang sudah menjadi objek wisata di Jawa Timur. Bahkan sampai ada jasa ojek motor untuk bisa lewat jembatan ini. Dengan tarif Rp 10.000, ojek motor akan mengantar kita sampai ujung jembatan.

Ditengah jembatan harusnya tidak boleh berhenti. Tapi banyak banget yang tetap nakal berhenti di tengah jembatan hanya untuk berfoto. Gak cuma mobil, pengendara motor pun banyak yang berhenti dan poto-poto sampai naik ke pagar. Padahal mereka semua membahayakan pengendara lain.

Pantes aja ada mobil pratroli polisi yang sibuk mondar mandir di jembatan sambil menyalakan sirene. Dan setiap ditemukan kendaraan berhenti, polisi tsb memperingati mereka melalui pengeras suara untuk terus melanjutkan perjalanan.

Ketika kami sampai diujung jembatan, banyak sekali menemukan tenda darurat yang menjual berbagai dagangan. Dari jajanan, oleh-oleh, warung bakso, sampai ada ‘lapak’ salah satu operator telekomunikasi juga. Sayangnya tidak ada pemerintah setempat yang mengatur mereka. Jadi terlihat sangat kotor dan kumuh. Padahal akan lebih baik sebagai ‘gerbang’ masuk pulau Madura ditata supaya terlihat menarik untuk wisatawan.

Om nya masguh yang nganter kami kesana, kebetulan bekerja di pemda surabaya. Beliau bilang adanya jembatan ini belum mempengaruhi perkembangan Madura. Padahal tujuan pembangunan jembatan ini, supaya akses dari Madura ke pulau Jawa lebih mudah dan cepat. Diharapkan pertumbuhan ekonomi dan pembangunan di Madura bisa meningkat. Tapi kenyataannya belum sesuai harapan.

Karena keterbatasan waktu, kami tidak sempat menjelajah Madura. Gak sempat berburu makanan setempat, gak sempat terjun ke salah satu pasar tradisional, gak bisa belanja batik Madura, apalagi mengunjungi kawasan wisata disana. Mungkin lain waktu kalau kami ke Surabaya pakai kendaraan sendiri dan cuti lebih lama, bisa menikmati liburan sambil menjelajah pulau Madura.

Kereta Api Indonesia

Kereta Api Indonesia

Semenjak tinggal di selatan Jakarta (bukan Jakarta Selatan loh yah, masih jaaauuuhhh banget soalnya), saya menggunakan KRL untuk pergi ke kantor. Sementara pulang kerja, tetap nebeng mobil suami.

Awalnya diajak pulang kantor bareng sama teman yang tinggal di Ciputat. Pas dia bilang mau naik KRL, sempat norak “eh ada yah KRL lewat ciputat?” hehehe. Kami turun di stasiun Pdk Ranji, lanjut naik angkot ke arah pasar Ciputat. Besok pagi nya diajak bareng, tapi karena saya telat sampai di stasiun dia udah berangkat duluan deh. Dan karena masih belum paham jadwal dan trik naik kreta, saya yang waktu itu khawatir telat sampai kantor memilih naik kreta apapun yang lewat setelahnya. Dan ternyata … kreta odong-odong alias ekonomi yang harga tiketnya cuma Rp 1,500. Penuh? pastinyaaaa. Gerah? jangan ditanya! hehehehe

Setelah itu semangat nyari informasi dan ngapalin jadwal KRL serpong. Dan menjadi roker sejati alias rombongan kereta setiap pagi dari stasiun Sudimara. Kalo sekarang geser 1 stasiun lebih jauh yaitu Rawa Buntu.

Beberapa waktu terakhir, saya melihat ada perubahan di Kereta Api Indonesia. Mulai dari peremajaan gerbong (cat ulang), perapihan stasiun, penambahan papan petunjuk di stasiun, dan petugasnya lebih informatif.

Foto diatas adalah salah satu gerbong KRL Serpong Express dengan harga tiket Rp 8.000. Sekilas kaya MRT kan? hihihi.

Papan petunjuk rute kereta dibuat menyerupai MRT, cuma yang ini tanpa LED (lampu kecil) yang menunjukan posisi kita sudah ada di titik mana. Beberapa tali untuk pegangan tangan sudah diganti. Tutup jok/kursi juga diperbaharui. Petugas sekarang lebih rajin mengumumkan posisi kereta melalui pengeras suara. Papan petunjuk di stasiun lebih informatif. Alhamdulillah semoga pelan-pelan bisa mengikuti kereta di negara tetangga.

Mudik tahun ini kami memilih kereta api untuk berangkat ke Surabaya, sementara pulang naik pesawat. Ketika mendengar PT.KAI sudah membuka pembelian tiket secara online, langsung saya coba. Ternyata online tsb diimplementasikan sbb:

  1. Telpon ke Call Center untuk pesan tiket (tanggal brkt, nama kereta, asal, tujuan, jumlah orang)
  2. Menerima SMS yg berisi nomor kode booking
  3. Melakukan pembayaran ke ATM Bank Mandiri dengan memasukan kode booking (batas waktu hanya 3 jam, lebih dari itu angus dan harus telp lg utk dapat kode booking yg baru)
  4. Memberikan bukti pembayaran dan copy identitas (KTP/SIM) ke petugas loket di stasiun, untuk ditukar dengan tiket yg sudah dicetak.

Ternyata gak se-online pesan tiket pesawat di web penerbangan yah. Udah gitu minimal pemesanan H-30, dan 1 orang pemesan maksimal hanya 4 tiket. Akhirnya kami minta tolong seseorang untuk bantu belikan tiket secara langsung ke stasiun.

Sudah lebih dari 5 tahun kami gak naik kereta api ke Surabaya, jadi begitu kemarin liat ada banyak perubahan … wow kagum.

Pertama cat luar gerbong terlihat baru dipoles, gak kinclong banget sih tapi setidaknya terlihat baru. Tutup jok/kursi sekarang terbuat dari kulit. Tempat taruh tas sekarang seperti cabin di pesawat, tadinya kan cuma rak besi terbuka. TV di ujung gerbong sudah flat screen, acara KATV lebih beragam. Dibawah jendela ada 2 colokan listrik untuk orang yang mau charge henpon atau laptop. Sebelum berangkat diumumkan nama masinis dan asisten nya trus di informasikan nanti berhenti di stasiun apa aja + perkiraan waktunya.

Kondisi kamar mandi yang masih belum berubah. Masih tetap WC jongkok, kran air wastafel kecil banget, selang air penyemprot di iket tali di dinding. Sayang banget yah. Padahal dengan waktu tempuh Jakarta – Surabaya total 10 jam, minimal orang pingin buang air kecil kan. AC nya dingin banget pula, penunjuk suhu di sebelah TV menunjukkan angka 17-18 derajat celcius ajah.

Alhamdulillah anak-anak gak rewel selama perjalanan. Kami sudah menyiapkan berbagai amunisi untuk mengusir rasa bosan. Ipod sudah diisi lagu-lagu kesukaan Rafa – Fayra, bawa buku gambar, spidol, pensil warna, buku cerita, buku mewarnai, boneka barbie, mobilan tamiya. Wah pokoknya lengkap deh.

Semoga kereta api Indonesia terus melakukan perubahan menuju arah lebih baik. Supaya orang-orang mau menggunakan transportasi umum dan mengurangi kemacetan.