Browsed by
Author: De

Pendidikan untuk anak

Pendidikan untuk anak

Karena bertugas menjadi panitia acara buka puasa bersama alumni STM Telkom angkt.2, saya bersama teman-teman melakukan survey ke 5 panti dalam 1 hari Sabtu kemarin. Di mobil terjadi diskusi seru yang menyatukan kami semua, apalagi kalo bukan ANAK. Mulai dari kicauan anak-anak kami, kelakuan mereka yang menggemaskan, perkembangannya, sekolah dan segala kegiatan yang diikuti anak-anak.

Lokasi yang terakhir kami kunjungi adalah Pesantren Daarul Quran Mulia di daerah Gunung Sindur. Mayan jauh yah dari lokasi pertama dan kedua di sekitar TMII, lanjut ke lokasi ke 3 ke daerah Jati Asih, sementara lokasi ke 4 di Cibubur arah Kelapa Dua. Terakhir kami langsung masuk tol keluar BSD untuk menuju arah Parung.

Kebetulan salah seorang teman saya kenal dengan pendiri pesantren tsb. Bahkan karena sudah begitu dekat, teman saya mendapatkan waktu khusus setiap selasa malam untuk berdiskusi di rumah pak Ustadz. Begitu mendengar beliau berada di pesantren malam ini, kami langsung kesana dan menyampaikan maksud mencari tempat untuk reuni + berbuka puasa + menyantuni anak yatim & dhuafa.

Alhamdulillah beliau bersedia memfasilitasi dari menyediakan mesjid untuk sholat magrib berjamaah, lantai 2 untuk digunakan makan bersama, mencari 100 dhuafa di sekitar panti dan 22 anak yatim yang tinggal di pesantren, sampai membuatkan 100 paket sembako dan nasi box untuk konsumsi acara. Alhamdulillah, kami tinggal bawa diri dan keluarga kesana.

Saat diskusi, pak ustadz menyampaikan program pendidikan di pesantrennya. Sekolah yang didirikannya mulai dari TK – SD – SMP sampai SMA. Jam belajar TK sampai dzuhur, SD sampai ashar, sementara SMP dan SMA menginap di pesantren (boarding school).

Kemudian teman saya bertanya: “apakah sih poin yang harus kita cari dalam sebuah sekolah pak?

Yah maklum lah, kami semua kan orang tua baru. Anak-anak kami baru memasuki usia sekolah. Jadi diskusi ini mulai menarik karena berharap ada masukan untuk kami yang masih harus belajar banyak tentang KELUARGA.

Pak ustadz menjawab: “sekolah yang mengutamakan dan mengajarkan juga mengimplementasikan pendidikan akhlak dan ibadah. Selain itu sekolah juga harus bisa memberikan materi untuk membuka wawasan anak terhadap lingkungan sekitarnya.”

Saya tergelitik untuk bertanya: “tapi ada yang berpendapat kalo pesantren hanya mengutamakan pendidikan agama dan kurang dalam membuka wawasan anak terhadap perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, pak

Pak ustadz menjawab:”tidak benar pendapat itu. Pesantren disini mengikuti kurikumlum pendidikan nasional, menambahkan materi ttg agama, dan memberikan fasilitas komputer supaya anak-anak tidak ketinggalan teknologi informasi. Bahkan beberapa pengajar disini pun doktor dari PUSPITEK

Teman saya ngeledek: “jadi kira-kira mana yang harus dipilih pak, sekolah umum atau sekolah islam terpadu atau sekolah internasional. Soalnya 2 teman saya ini menyekolahkan anaknya di sekolah internasional. Apa benar itu yang paling bagus untuk anak, pak?

Jiaaahhh dia gak tau aja tuh, kalo saya memasukan anak-anak ke sekolah internasional bukan karena gaya. Tapi karena kebetulan Rafa gak dapat bangku di 8 sekolah lain. Waiting list gak jelas, daripada gak sekolah … ya dimasukin ke sekolah yang ada aja toh.

Pak ustadz tersenyum sambil menjawab: “emang kalian nyari apa di sekolah internasional? pingin anak bisa bahasa asing? di pesantren ini anak-anak bisa bahasa inggris dan arab. Kalaupun skrg saya panggil mereka untuk berpidato, kalian tinggal tunjuk mau anak yang mana dan disampaikan dalam bahasa apa. Insya Allah mereka semua siap. Anak-anak disini juga pernah ikut pertandingan cerdas cermat untuk propinsi jawa barat, dan mereka mendapat juara ke 2. Gak kalah kan secara pengetahuan umum?

Saya lanjut bertanya: “tapi kenapa harus menginap sih pak? Memang gak cukup sekolah sampai sore aja?

Pak ustadz menjawab: “kami memberikan pendidikan 6 tahun disini dan berharap anak bisa menghafal, memahami dan mengamalkan Al Quran. Target kami, anak-anak bisa menghafal 5 juz pertahun atau 4 halaman per hari. Kalau mereka pulang ke rumah, pendidikan dirumah tidak akan bisa sedisiplin di sekolah. Biar orangt tuanya seorang guru yang sangat tegas di sebuah sekolah, tapi belum tentu bisa menerapkan disiplin ke anak kandungnya dirumah. Lagipula rasa rindu anak dan orang tua, ketika mereka bertemu akan menimbulkan rasa cinta yang luar biasa“.

Saya melanjutkan pertanyaan: “tapi pak, saya kan seorang ibu. Rasanya kok berat yah ‘menitipkan’ anak diusia 12 tahun. Gimana caranya supaya saya siap mental jika anak saya masuk boarding school. Selain itu juga bagaimana menyiapkan sang anak itu sendiri, supaya mau tinggal jauh dari orang tua?

Pak ustadz kembali tersenyum: “wajar kok. semua orang tua merasakan yang sama. Orang tua harus ikhlas dan yakin kalo anak mereka dititipkan ke tangan yang tepat. Sementara si anak sendiri harus dilatih untuk berada jauh dari orang tua, mulai dari menginap di rumah saudara atau mengikuti pesantren kilat yang hanya semalam atau beberapa hari

Diskusi terus bergulir sampai menjelang Isya. Memang tak lebih dari 30 menit, tapi kami mendapat banyak pelajaran dari beliau.

Pulang dari sana otak dan hati saya terus bergejolak. Banyak pertanyaan yang memenuhi kepala saya, dan membutuhkan pemikiran yang dalam untuk menjawabnya.

Apakah kami sudah menerapkan pendidikan yang baik untuk anak-anak dirumah?

Apakah kami sudah mengajarkan akhlak dan penerapan ibadah serta menjadi contoh nyata bagi anak-anak?

Apakah anak-anak sudah mengenal dan mencintai Tuhan serta mengamalkan kitabNYA?

Apakah kami sudah memberikan sekolah yang tepat untuk anak-anak?

Apakah kami sudah memberikan fasilitas yang benar bagi anak-anak supaya wawasan mereka terbuka akan perkembangan jaman?

Sampai kapan kami akan terus ada untuk anak-anak?

Apakah anak-anak bisa mandiri tanpa kami nanti?

Dan masih banyak lagi pertanyaan lain yang bermunculan dan membuat saya gagu dan terus menunduk lebih dalam.

Anak adalah amanah atau titipanNYA yang harus kita jaga.

Pendidikan anak adalah kewajiban kami.

Membuat anak sehat, cerdas dan beriman, itulah tugas dan tanggung jawab kami sebagai orangtuanya.

Tidak mudah, tapi bukan tidak mungkin!

Semoga kita bisa menjadi orang tua yang baik untuk anak-anak. Amin

Fayra 4 Tahun

Fayra 4 Tahun

Fayra baru merayakan ulang tahunnya yang ke 4 tanggal 18 Agustus kemarin. Tahun ini seperti tahun sebelumnya, mas Rafa sakit 2 hari menjelang ultah Fay. Kalo mas Rafa udah demam, bisa sampai 39 derajat celcius. Bikin bingung dan takut, karena papanya ada riwayat kejang waktu kecil. Dokter udah pernah ngingetin kalau itu bisa menurun ke anak lelakinya.

Permintaan Fayra akan kue pink berhiaskan princess gak bisa dilaksanakan mama. Padahal semua bahan kue sampai lilin bentuk love warna pink juga udah disiapkan dari beberapa waktu sebelumnya.  Tanggal 16 kami di RS sampai jam 11 malam, sementara tanggal 17 Agustus mama udah kaya zombie … tidur mulu seharian karena kecapekan dan kurang tidur sebelumnya.

Akhirnya ultah Fayra tahun ini cuma diruang keluarga dengan beberapa balon besar + kado dari mbak-mbaknya +kue seadanya bikinan mama. Tidak ada perayaan di sekolah, tidak ada pembagian goodie bag, tidak ada kado ‘besar’ dari mama papa. Alhamdulillah Fayra tetap senang dan sampai sekarang kuenya belum dipotong. Masih disimpan di kulkas karena tiap hari minta tiup lilin. hehehe

DIbawah ini foto perkembangan Fayra dari dalam kandungan sampai umur 4 tahun. Enjoy!!!!

Cah Bagus

Cah Bagus

Rafa udah gede banget yah! Udah setengah jalan menuju SMP. Ukuran sepatu udah hampir sama ama mamanya, tinggi nya aja udah sedagu mama.

Yang membanggakan darinya, Rafa udah 3x dapat beasiswa dari kantor papanya. Dengan mempertahankan nilai rata-rata pertahun diatas 85, Rafa berhak mendapat Rp 1,5jt setiap tahun. Pertama terima uang tsb, Rafa minta dibelikan sepeda. Kedua kalinya Rafa minta diberikan PS2. Kali ketiga targetnya PSP, tapi beberapa hari ini keinginannya berubah.

Aku minta netbook aja deh ma. Di sekolah baru banyak PR yang harus di ketik dan print. Aku lebih butuh komputer, tapi yang kecil dan bisa dibawa-bawa. Kalo komputer kan bisa aku pake untuk main game juga, bisa lihat video, juga bisa akses ke website natgeo

Ah tambah berasa makin besarnya cah bagus ku ini!

Dia sudah bisa menentukan prioritas kebutuhannya. Walau memang harga PSP dan netbook gak sebanding … harga netbook kan 2x nya PSP hehehe.

Di sekolah barunya Rafa sudah banyak PR yang harus dikerjakan dalam microsoft office. Membuat profile (data diri) dalam word, membuat table dalam excel, juga presentasi dalam slides. Selama ini kalo ada PR, Rafa harus menunggu papa pulang kerja supaya bisa pinjam laptopnya. Saat Rafa sibuk ngetik dan ngeprint sendiri, papanya nungguin disebelahnya sambil tiduran. hihihi capek yah pa, kasian.

Kadang Rafa mengeluh tentang sekolah barunya, pastinya kesulitan dia beradaptasi dengan bahasa. Cuma materi agama, sosial, PPKN dan bahasa Indonesia yang disampaikan dalam bahasa Indonesia. Selebihnya disampaikan guru dalam bahasa Inggris. Gak cuma itu, teman-temannya pun dalam ngobrol biasa menggunakan bahasa inggris. Baik didalam kelas maupun dikantin saat istirahat. Jadinya awal-awal Rafa hanya berkumpul dengan 6 murid baru yang sama-sama lagi adaptasi, hingga mereka bebas berbahasa indonesia. Tapi akhir-akhir ini Rafa mulai berani berbahasa inggris dengan saya dirumah. Semoga di sekolah dia gak terlalu pendiam cuma karena takut salah ngomong dalam bahasa inggris.

Ada kebiasan yang diterapkan disekolah ini yang sangat bagus menurut saya. Setiap murid dari Playgroup sampai SMA diberikan buku Reading Log. Jadi setiap anak diminta untuk membaca buku apapun, menuliskan judul dan halaman yang dibaca, kemudian orang tua harus paraf disebelahnya. Sekolah memberikan penghargaan untuk murid yang paling banyak membaca buku. Kami pernah kehabisan bahan bacaan dan Rafa protes “smua buku udah dibaca dan pernah ditulis judulnya. ayo beli buku lagi ma“. Untungnya gak wajib baca buku, boleh bacaan jenis lain. Murid bisa membaca koran atau majalah. Yang penting kebiasaan murid untuk membaca sudah ditanamkan dari kecil.

Untuk pelajaran agama, sekolah menyediakan guru agama Islam, Kristen, Budha, Hindu di sekolah. Jam pelajaran pun serentak untuk 1 angkatan. Jadi misalnya hari kamis jam 9 pelajaran agama, nah seluruh kelas 4 yang beragama Islam berkumpul di sebuah kelas, begitu juga dengan agama lain berkumpul di ruangan kelas lain.

Ramadhan tahun ini pertama kalinya Rafa menjalankan puasa di tengah lingkungan non-muslim. Hari pertama kemarin sukses dilalui. Saat jam makan siang teman-teman non muslim makan dikantin, Rafa memilih sholat dzuhur berjamaah di mushola bersama teman muslim lain. Minggu depan pihak sekolah mengadakan pesantren Ramadhan yang dilaksanakan selama 2 minggu pada jam istirahat. Jadi semua murid muslim akan dikumpulkan didalam aula kemudian sholat dzuhur berjamaah dan setelah itu diberikan kegiatan keagamaan. Ada belajar mendendangkan nasyid, ada cerita islami, ada pembuatan art bernuansa Islam (kartu lebaran, spanduk, poster) dan masih banyak kegiatan lain. Lumayan mengisi waktu jam istirahat dengan kegiatan yang bermanfaat, dari pada cuma tidur-tiduran di mushola. Kegiatan olahraga untuk yang muslim juga diberikan keringanan, selama orang tua murid memberikan surat pernyataan bahwa anaknya menjalankan puasa. Alhamdulillah, insya Allah Rafa tidak mengalami kendala dalam menjalankan puasa.

Kegiatan ekstra kulikulernya banyak banget. Dari mulai renang, basket, dancing, acting, robotik, tarian daerah, bahasa inggris, pembuatan comic (menggambar), pembuatan anime flash (pakai komputer) dll. Tetapi untuk semester ini Rafa tidak bisa ikut kegiatan selain bahasa inggris. Jadi sekolah memberikan pelajaran bahasa inggris tambahan diluar jam sekolah untuk murid-murid yang dirasa masih membutuhkan genjotan supaya kemampuannya bisa setara dengan murid lainnya. Semua kegiatan tsb diberikan secara gratis.

Yang masih jadi kendala untuk Rafa adalah Bahasa Mandarin. Kayanya gak cuma Rafa yang butuh tambahan pelajaran, mama nya juga musti kursus nih. Kasian kalo Rafa didikte gurunya dan harus menuliskan dalam huruf mandarin. Mamanya gak bisa ngajarin pula di rumah.

Ah nyesal deh waktu dulu alm.bapak maksa saya menghafal 10 kata setiap hari, tapi saya bandel gak nurutin. Jadi ingat nasehat beliau:

kalau kamu bisa bahasa inggris kamu bisa menguasai 1/3 dunia
kalau kamu bisa bahasa inggris dan mandarin, kamu bisa menguasai 2/3 dunia
sementara kalau kamu bisa bahasa inggris, mandarin dan arabic, kamu bisa menguasai seluruh dunia.

Yah semoga Rafa bisa seperti beliau, yang bisa menguasai ketiga bahasa tersebut. Amin

Begitulah kemajuan Rafa di usia 9 tahun nya. Alhamdulillah tambah besar, tambah pinter, dan makin ganteng *eh anak gw sendiri kan, tserah dong kalo mo bilang ganteng hihihihi*

Belum berani ngebayangin nanti dia SMP, kaya apa yah?

H1 Ramadhan 2010

H1 Ramadhan 2010

Nelpon Rafa yang masih dalam perjalanan pulang sekolah (di mobil jemputan katanya)

Mama: Hi boy, are you still fasting?

Rafa: Iya lah, I don’t  have a reason to stop

Wowww … i’m proud of you, son!

—————————

Nelpon Fayra yang udah pulang sekolah di rumah

Mama: Dek Fay hari ini jadi puasa gak?

Fayra: Iya aku puasa ma. Nanti aku makan nasinya kalo udah adzan magrib. Sekarang aku makan jeruk dulu

whuahahahahahahaha

Beginning of new life

Beginning of new life

Sudah 3 minggu kami beradaptasi hidup di rumah baru, sekolah baru dan kantor baru. Masih mencoba mengenal tetangga-teman-lingkungan baru. Nyoba aktif di milis komplek juga. 3 bulan pertama mungkin agak berat untuk kami ber4, tapi kami yakin pasti bisa melaluinya dan menikmati keindahannya.

Rumah

Alhamdulillah rumah sekarang sudah mengakomodasi kebutuhan kami untuk saat ini. Rafa dan Fayra yang semakin besar, membutuhkan ruangan untuk kebebasan pribadi mereka. Sekarang mereka sudah punya kamar sendiri-sendiri yang letaknya bersebelahan. Mereka berbagi pendingin ruangan yang sama, dan kamar mereka terhubung oleh sebuah pintu geser yang bagian kuncinya berada di kamar Rafa (anak yang lebih gede, berhak mengatur privacy-nya hihihi).

Pemilihan warna diserahkan ke Rafa dan Fayra. Mereka yang menentukan tema, warna dan pernak pernik yang ada didalamnya. Pengaturan ruangan diserahkan ke mama tentunya.

Kamar Fayra

Warna yang dipilih Fayra adalah MERAH MUDA. Seperti anak perempuan lain seumurnya, Fayra loves every little pink! Tapi ada kecelakaan yang disebabkan kecacatan mata mama, yang harusnya kamar Fayra berwarna Shocking Pink + Soft Pink … eh malah yang dipilih catnya shocking pink + soft purple. Agak khawatir pas liat isi kaleng cat, tapi ternyata setelah dipoles ke tembok … lumayan juga.

Setiap ada orang yang ke rumah, pasti digeret Fayra “mo liat kamar aku yang kaya istana gak?” hihihihi *norak deh anak gw*. Cuma karena kelambu diujung tempat tidurnya dan sticker dinding bergambar castle dan putri dalam kereta kuda.

Dibagian ujung kaki tempat tidur ada sebuah meja kecil yang berisi perabotan lenong yang Fayra bilang “ini mekap aku“. Semua produk kecantikan dijejer dimeja itu mulai dari sisir, bedak, minyak telon, tisu, cutton bud, lotion sampai thermometer juga ada. Mama menyebutnya sebagai pojok dandan *halah ganjen amat*. Di dinding sampingnya terdapat rak gantung yang berisi aneka boneka Fayra.

Pokoknya kamar Fayra ini girly banget deh!

Kamar Rafa

Warna yang dipilih Rafa adalah BIRU. Kombinasi dari biru cerah dan biru lembut yang mendekati warna awan.

Furniture kami masih yang lama, tempat tidur pun masih menggunakan seperti foto diatas cuma dilakukan pengecatan ulang saja. Bagian atas tempat tidur tingkat yang tadinya menyerupai box bayi mulai dipereteli (dicopot-copot). Kebetulan design furniture dari awal memang sudah bongkar pasang dan diharapkan bisa digunakan untuk jangka panjang.

Bagian pagar tempat tidur sudah tidak digunakan. Tempat tidur atas digunakan di kamar Fayra. Sementara tempat tidur bawah digunakan dikamar Rafa. Bagian ujung kaki tempat tidur atas (foot board), ditaruh diujung atas tempat tidur Rafa. Cuma digeletakin aja dilantai, supaya terlihat sebagai head board tempat tidur Rafa.

Rafa minta ditambah ambalan kayu di dinding bagian atas tempat tidurnya untuk meletakan aneka lego hasil rakitannya. Ditambah 1 ambalan kayu untuk meletakan buku-buku bacaan koleksi Rafa. Pajangan dinding berupa gambar dunia, dipasang untuk membangkitkan semangat Rafa menjelajah dunia. Sebenarnya itu hanya kertas kado, cuma dibawa mama ke tukang bingkai trus dilapisi plastik dan dialasi triplek tipis aja.

Alhamdulillah pelan-pelan penumpukan kardus sudah mulai berkurang. Sebagian besar barang sudah menempati posisinya. Hanya tumpukan koper yang berisi baju mama-papa aja dipojokan kamar karena memang belum punya lemari pakaian dikamar tidur utama. hehehe napas dulu ah, nanti abis lebaran kalo ada rejeki baru nambah perabotan lain. Amin

Sekolah Rafa-Fayra

Selama ini Rafa-Fayra menikmati pendidikan sekolah Islam. Begitu masuk ke sekolah umum, terjadi lah shock culture. Yah namanya proses adaptasi. Ketika saya datang ke acara ‘parents orientation day’ dan mencoba mengelilingi lingkungan skolah, sampailah saya ke kantin yang letaknya di depan kolam renang. Waktu itu yang buka hanya 1 tempat makan dengan judul ‘Nasi Campur’. Benar saja, ketika saya lihat menu makanannya … saya menemukan 1 porsi nasi lengkap dengan sayur dan irisan tipis daging babi. Dari mana saya tahu? karena lingkungan kerja saya banyak yang non-muslim, dan menu tsb sering mereka makan di foodcourt Mall Ambasador. hehehehe

Kemudian saya ingatkan anak-anak untuk berhati-hati dalam mengkonsumsi makanan. Mulai tahun ini Rafa tidak akan ikut ketring di sekolah, tetapi membawa makanan dari rumah. Konsekuensinya adalah Rafa harus membawa beberapa kotak makanan. 1 botol minum + 1 kotak berisi cemilan + 1 kotak berisi nasi-lauk + 1 kotak berisi sayur + 1 kotak berisi buah. Yah harus selengkap itu karena kelas 4 SD ini Rafa pulang lebih sore dan memang lebih banyak kegiatan. Jadi supaya tetap bertenaga harus didukung dengan makanan yang kumplit. Itu pun diluar susu, 1x sebelum berangkat sekolah + 1x sore saat pulang sekolah + 1x saat mau tidur. Badan Rafa? tetap cungkring hihihihi

Ketika diingatkan untuk tidak sembarangan bertukar makanan, Rafa langsung menjawab “iya aku boleh tuker makanan dengan sesama muslim kan? kalo aku kasih makanan ke orang lain gpp, tapi aku harus hati-hati menerima makanan dari orang lain. ngerti kok ma” waaaahhh my big boy has grown up!

Disekolahnya sekarang Rafa bertemu dengan beragam anak dari berbagai agama – suku – juga warga negara. Ada temannya yang baru pindah dari China, komunikasi dilakukan dalam bahasa inggris karena bahasa mandarin Rafa baru dalam tahap permulaan. Disekolah ini pun Rafa jadi mengetahui bahwa di dunia ini ada berbagai macam kepercayaan atau agama.

ma … teman aku ada yang agamanya Budha loh. Ternyata ada ya agama Budha di Indonesia. Aku pikir cuma di luar negeri aja

hihihihi

Mungkin Rafa teringat saat jalan-jalan ke Bangkok beberapa waktu lalu. Karena disana kami mengunjungi beberapa temple dan melihat penganut agama Budha sedang menjalankan kegiatan keagamaan. Sementara Rafa belum pernah melihat kegiatan serupa di Jakarta.

Lucunya lagi sekarang Rafa jadi suka mengajukan pertanyaan ke teman yang baru dikenalnya “agama kamu apa?” Dan kaget saat teman satu mobil jemputannya ada yang menjawab “aku sih terserah mama-papa aja, kadang aku Kristen tapi kadang aku Budha

Wah mulai berat nih

Kami harus membekali pengetahuan agama yang lebih intensif ke anak-anak. Supaya benteng iman mereka menjadi lebih kokoh.

Disatu sisi kami memang sedikit khawatir, tapi di sisi lain kami merasa ada baiknya juga anak-anak mengenal perbedaan sedari dini. Supaya mereka paham bahwa Islam bukan satu-satunya agama yang ada di dunia. Supaya mereka bisa menghargai kepercayaan yang dianut orang lain. Semoga mereka bisa menikmati indahnya perbedaan dan bukan malah mempeributkannya.

Seperti yang ditulis @lucywiryono dalam timeline twitternya: “kenapa kita menaikan dagu saat berbicara mengenai Tuhan masing-masing. pdhl saat kita berbicara dan memohon kepadaNYA, kita menundukan kepala

Komunikasi masih menjadi kendala bagi Rafa dan Fayra di sekolahnya. Karena kami tidak mengajarkan bahasa lain sampai mereka bisa menyusun kalimat dalam bahasa Indonesia dengan baik dan benar. Untuk Rafa yang sudah diperkenalkan dengan bahasa Inggris dari umur 5 tahun saja masih agak susah. Rafa mengerti tulisan dan ucapan orang lain, tapi masih agak kesulitan menyampaikan isi pikirannya secara lisan dalam bahasa Inggris. Gimana Fayra yang hanya mengenal beberapa kosakata dalam bahasa Inggris. Tapi kami yakin mereka akan cepat belajar dan mengejar ketertinggalannya. Semoga 3 bulan kedepan mereka sudah bisa lancar berkomunikasi.

Alhamdulillah beasiswa Rafa sudah disetujui oleh kantor papanya untuk yang ketiga kalinya. We’re proud of you, son!

Untuk tahun ini, kami tidak memasang set yang terlalu tinggi untuk Rafa. Karena kami mengerti setahun pertama Rafa masih harus beradaptasi dengan lingkungan barunya, dengan bahasa inggris dan mandarinnya, dengan kurikulum sekolahnya, juga makin beratnya materi pelajaran dikelas yang lebih tinggi. Yang penting anak-anak bisa menikmati hari-harinya disekolah tanpa merasa terbebani.

Ah…sebentar lagi Rafa akan masuk SMP dan Fayra masuk SD. Cepat banget rasanya *belum siap mental punya anak remaja*

Semoga perjuangan kami tidak sia-sia. Semoga mereka menjadi individu yang lebih baik dari kami. Semoga Rafa dan Fayra bisa menjadi orang yang sehat, cerdas dan beriman. Amin