Browsed by
Category: Bisnis

Rafayra.com 1st bulk order

Rafayra.com 1st bulk order

Rafayra 1st bulk order

Rafayra.com 1st bulk order
Alhamdulillah…. rafayra.com sudah menyelesaikan order pertama dalam jumlah banyak di awal tahun 2008 ini.Berawal dari seorang guru renang mencari supplier baju renang untuk murid-muridnya, beliau melihat website Rafayra dan langsung ke halaman Contact. Ternyata beliau juga mengajar di kolam renang yang terletak di komplek tempat tinggal de. Akhirnya beliau menyempatkan diri mampir ke rumah untuk berbicara lebih lanjut tentang orderannya.Sebenarnya de agak pesimis menerima pesanan ini. Order pertama beliau berjumlah >250 potong, dengan contoh sebuah celana renang yang udah jadi dan gambar design untuk bajunya. Udah gitu bahan yang diminta lagi sulit didapat. Belum lagi permintaan bordir logo di salah satu sisi celana dan baju renangnya. Timeline yang sempit juga menjadi kekhawatiran tersendiri.

Pemilik konveksi juga agak panik, mengingat banyak penjahit yang udah pulang kampung untuk merayakan idul adha sampai tahun baru. Walaupun penjahit yang sisa bisa dikerahkan sampai lembur pun, pesanan sebanyak itu masih gak yakin bisa dikerjakan tepat pada waktunya.

Bahan datang ke konveksi rutin setiap kamis. Tapi kita tidak bisa memastikan bahan jenis dan warna apa yang akan datang pada hari itu. Tek-tok di ketebalan bahan pun memakan waktu, sehingga sisa waktu untuk produksi menjadi lebih sedikit. Alhamdulillah akhirnya kami mendapatkan bahan sesuai permintaan walaupun dalam jumlah terbatas.

De melakukan survey ke tukang bordir komputer yang ada di ITC dan tempat lain. Ternyata biaya untuk melakukan setting gambar saja memakan biaya 100rb/sekali setting. Belum lagi biaya bordirnya sendiri 25rb/piece untuk ukuran 6x6cm. Wah bisa mahalan bordirnya nih dari pada margin kami.

Akhirnya pemilik konveksi memutuskan untuk melakukan bordir manual. Kesulitan yang dihadapi adalah bahan lycra untuk pakaian renang yang stretch. Jadi kadang hasil akhir berbeda dari saat dilakukan bordirnya. Karena saat dibordir, bahan agak sedikit ditarik. Begitu selesai, bahan akan kembali mengerut seperti semula dan bentuk bordir menjadi agak keriting.

Kesulitan lain ada pada design baju renangnya, karena pemesan tidak menyertakan contoh yang sudah jadi. Pembuat pola agak kesulitan melihat gambar yang ada untuk dituangkan ke dalam pola. Syaratnya bagian pinggang harus membentuk shape, tetapi di bagian shape tersebut terdapat detil kombinasi warna. Proses pembuatan sample terjadi berkali-kali karena de masih kurang puas dengan hasilnya. Akhirnya de jelaskan kesulitan ini ke pemesan dengan membawa 3 sample yang berbeda, alhamdulillah beliau memahami dan memutuskan untuk menerima hasil yang paling akhir diserahkan (beda tipis sama gambar).

Quality Control (QC) 1 masih de lakukan sendiri. Karena ini pesanan pertama dalam jumlah banyak, de gak mau mengecewakan pemesan. De menyortir 300 pieces di hari minggu dari jam 9 pagi sampai jam 3 sore di rumah pemilik konveksi. Yang gak lulus QC1 langsung diperbaiki oleh para penjahit.

QC2 dilakukan hari senin sepulang kantor sampai jam 11 malam. Langsung di packing masuk karung dan duduk manis di bagian belakang mobil (yang difoto itu loh). Sampai rumah jam 12 malam…wuih udah kaya cindrelela deh pulang jam 12 teng. hihihihi

Serah terima barang dilakukan tadi pagi dirumah de. Alhamdulillah mission is accomplished. Tinggal menunggu sisa pembayaran aja nih. hehehehe

Order berikutnya sudah datang lagi dari orang yang sama. Kali baju renang untuk perlombaan yang design nya jauh lebih sulit dari pesanan pertama. Contoh yang diberikan adalah baju renang merek ternama yang harganya 700rb/piece. Pemilik konveksi langsung mengajukan pertanyaan “ini baju ibu bukan? kalo baju ibu, saya mau dedel (bongkar jahitannya). supaya pembuatan pola lebih mudah dan meminimalisasi kesalahan

Oalah pak…mosok de pake baju renang model gitu sih. Mahluk bungkusan gini gak mungkin pake baju renang se-sexy ituh walo di kolam renang rumah sendiri *ngimpi punya rumah yang ada kolam renang di halaman belakang hihihihihi*

Semoga orderan berikutnya terus berdatangan. Hingga cita-cita de untuk jadi ibu rumahan berpenghasilan menjadi kenyataan. Do’ain ya temans…..

Konveksi Baju Renang

Konveksi Baju Renang


diambil dari sini dikasih tau om google
Banyak orang yang bertanya kepada saya, bagaimana cara mengelola sebuah konveksi baju renang? Wah…saya tersanjung tapi saya tidak bisa menjawabnya. Bukan karena rahasia…tapi karena saya TIDAK PUNYA konveksi apa-apa.

Jadi mohon maaf kalau saya tidak bisa sharing dengan anda semua bagaimana caranya mengelola sebuah konveksi dengan beberapa orang penjahit didalamnya. Tapi ijinkan saya berbagi pengalaman BEKERJA SAMA dengan pemilik konveksi.

Dibawah ini akan saya uraikan jawaban dari beberapa pertanyaan yang sering diajukan teman-teman baik secara lisan maupun melalui email dan YM.

1. Gimana cara ngeborong jahitan ke konveksi? Apakah lebih murah dari penjahit biasa?

Seperti cerita saya tentang asal muasal rafayra.com, saya secara tidak sengaja berkenalan dengan pemilik konveksi baju olahraga. Itu pun karena penjaga toko memberikan kartu nama pemilik konveksi ketika saya bilang ingin memesan baju renang dengan design khusus. Kebetulan syarat yang diberikan pemilik konveksi adalah minimum 6 pieces untuk special order. Tetapi ada juga konveksi lain yang memberikan syarat min order 50 pieces.

Untuk perbandingan harga produk dari konveksi dan penjahit biasa, menurut saya lebih murah dari konveksi. Karena konveksi membuat produk secara massal (banyak). Jadi konveksi membeli bahan/material juga dalam jumlah banyak. Hal ini membuat biaya modal bahan baku menjadi lebih kecil. Bandingkan kalau penjahit biasa cuma beli 1 jarum jahit, sdangkan konveksi bisa membeli 10 jarum dalam sekali pembelian. Pasti penjual jarum juga memberi harga lebih murah ke orang yg beli 10 sekaligus. Tentu ini akan berpengaruh juga ke harga jual produk per satuannya.

2. Berapa jumlah borongan supaya harga beli tidak mahal?

Setiap konveksi memiliki term and condition yang berbeda-beda. Pada kasus saya, konveksi mensyaratkan min 6 pieces per order. Tapi mungkin ini tergantung kesepakatan antara kedua belah pihak aja kok. Semakin sering kita order, semakin dekat kita dengan pemiliknya, maka term n cond juga akan lebih longgar. Pada awal-awal kerjasama, harga per piece yang diberikan kepada saya lebih tinggi dari harga sekarang. Mungkin pemilik konveksi juga bisa menilai frekuensi saya membeli produknya, sehingga beliau rela untuk menurunkan marginnya.

3. Bagaimana cara menghitung pemakaian jumlah material?

Wah maaf nih…untuk pertanyaan yang satu ini saya tidak bisa menjawab secara detil. Karena saya orang yang simpel tidak mau repot, jadi saya tidak pernah bertanya berapa jumlah material yang dibutuhkan untuk membuat 1 produk. Pokoknya saya minta harga per piece brapa…kemudian saya tambahkan margin….baru saya mendapatkan harga jualnya.

Kalaupun saya sempat bilang ke beberapa reseller tentang sulitnya mencari bahan lycra sekarang, itu pun saya dapat berdasarkan cerita dari pemilik konveksi. Penjual baju renang muslimah sekarang makin menjamur karena didorong oleh permintaan pasar yang makin meningkat juga. Selain itu bahan lycra dan spandek juga banyak digunakan untuk membuat jilbab. Hal ini membuat bahan lycra dan spandek menjadi most wanted material dalam industri garment.

Menjelang lebaran tahun 2007 ini, pemilik konveksi harus bersusah payah mengejar para supplier textile yang menjual bahan lycra dan spandek. Penyebabnya sudah pasti karena meningkatkan penjualan baju muslimah dan jilbab yang menggunakan bahan lycra dan spandek, sehingga bahan ini semakin sulit dicari. Bahkan pemilik konveksi juga menerima telepon dari seseorang yang mengaku supplier textile, orang ini menawarkan sekian ton bahan lycra dengan harga 400jt rupiah!!!

Wah…duit dari mana segitu banyaknya? Lagian uang segitu banyaknya daripada cuma untuk beli bahan mending untuk beli tanah atau rumah. Yang sudah jelas tidak akan mengalami penurunan nilai jual.

Akhirnya produksi baju renang diberhentikan sampai habis lebaran. Kami hanya menjual stok yang ada terakhir saja sampai pemilik konveksi berhasil mendapatkan materialnya.

4. Apakah design produk ditentukan oleh kita atau pemilik konveksi?

Tergantung kesepakatan kedua belah pihak aja. Kebetulan saya bekerja sama dengan pemilik konveksi yang menjual pakaian olahraga, produknya beragam dari baju senam seksi sampai baju senam muslimah, dari bikini sampai burqini semua diproduksi tergantung pesanan.

Ada beberapa yang di design oleh pemilik konveksi. Ada juga yang didesign atas masukan dari saya. Kadang kami juga melihat perkembangan sportware fashion diluar sana melalui internet atau majalah. Kalau untuk motif, saya memang sangat selektif. Sering terjadi pemilik konveksi menjahit baju renang muslimah dengan material yang dimilikinya. Tetapi saya tidak akan ambil jika motif yang tercetak di material tidak sesuai selera saya dan selera pelanggan saya. Beliau tidak keberatan, karena beliau bisa menjual produk tersebut di 8 toko miliknya.

Untuk produk Rafayra sendiri, saya memilih untuk menjual maksimum 6-9 pieces per motif yang terdiri dari berbagai ukuran (S sampai XXL). Kalaupun ada orang lain yang melihat baju renang dengan motif tersebut diluar sana tanpa merek Rafayra, hal ini wajar terjadi. Seperti yang sudah saya ceritakan sebelumnya, peminat bahan lycra ini mulai banyak dan sudah pasti produsen textile membuat motif yang sama tidak hanya pada 1 gulung kain…tapi bisa beratus-ratus gulung.

Kalau dibilang model dan motif sama, tapi dapat harga lebih murah dari merek Rafayra…hal ini juga wajar kok. Gak cuma baju renang, produk lain juga bisa terjadi hal yang sama kan? Hanya orang-orang yang pernah memegang dan membandingkan masing-masing produk, yang bisa menilai kualitas dari produk-produk tersebut. Saya percaya kualitas selalu berbanding lurus dengan harga.

——————————-

Mohon maaf kalau jawaban saya terkesan standar dan gak mutu. Karena memang beginilah adanya saya.

Saya masih pemain baru dalam industri garment. Saya belum berani investasi alat-alat jahit, memperkerjakan beberapa penjahit, apalagi untuk memiliki sebuah konveksi.

Saya hanya berharap bahwa apa yang saya tulis disini bisa memacu semangat pembaca untuk tidak takut menjalankan sebuah bisnis. Banyak cara yang bisa kita tempuh untuk menjadi pedagang. Kita tidak harus memproduksi sendiri barang yang akan kita jual. Cukup menjadi broker (perantara antara pembuat produk dan pembeli) aja bisa kok. Tapi jangan harap kita bisa mendapat margin yang tinggi. Karena kita juga harus berbagi margin dengan reseller kita nantinya. Prinsip saya: margin tipis gak papa…yang penting kuantiti nya aja dibanyakin. Kan hasil kalinya akan menjadi sama besar.

Berani nyoba?

De, are you moslem?

De, are you moslem?

Barusan abis baca tulisan mas Bayu yang ini. Jadi senyum-senyum sendiri deh. Mengingat peristiwa yang sama juga sering menimpa saya.

R. Kristiani

Melihat sebait nama ini tanpa pernah bertemu muka, pasti tergambar sosok wanita tanpa jilbab. Untuk agamanya? pasti dituduh seperti nama belakangnya lah. hehehe

Saya tidak menyalahkan mami yang memberi nama ini. Bagaimana pun nama adalah do’a. Dan memang do’a mami saat memberi nama saya adalah agar kelak saya bisa menganut katolik seperti dirinya. Karena saya anak beliau perempuan satu-satunya.

Kalaupun akhirnya Allah SWT tidak mengabulkan do’a mami, dan ternyata malah mami yang ikut memeluk agama Islam di tahun 1995… itu saya anggap sebagai anugerah.

Tetapi efek nama ini semakin banyak saya rasakan terlebih setelah saya memutuskan memakai jilbab tahun 1996 sebagai identitas keislaman saya. Banyak orang yang tidak percaya ketika saya menyebut nama saya. Banyak mahasiswa yang kaget ketika dosen memanggil nama tsb dan berdirilah saya lengkap dengan jilbabnya (ya iyalah…mosok dipanggil dosen pake copot jilbab dulu hehehe).

Peristiwa yang kurang mengenakan terjadi ketika saya bekerja untuk mengurus koneksi dari partner ke server kantor. Saat itu pihak MQ meminta passwordnya diganti menjadi ‘subhanallah’ dan saya tidak mengabulkannya. Karena komunikasi terjadi melalui email tanpa bertemu wajah, saya memaklumi kalo saya dituduh rasis. Tetapi sebelum dituduh rasis, saya jelaskan bahwa untuk password sudah ada aturan yang kami terapkan, yaitu 8 karakter dengan komposisi 2 angka + 4 huruf + 2 angka. Jadi bukan karena saya kristiani kemudian saya tolak password tsb. Alhamdulillah mereka bisa menerima.

Saat hamil Fayra, masguh sempat mengusulkan “kita kasih nama anak kedua PERMATA ISLAMI aja ma. Retno itu kan bahasa jawa yang artinya permata. Dan blakangnya kita kasih Islami biar bertolak belakang sama ibunya yang Kristiani. hahaha

Sekarang dengan bisnis sampingan menjual baju renang muslimah, peristiwa yang berkaitan dengan nama makin sering terjadi. Apalagi saya hanya berjualan online tanpa bertemu muka dengan pembeli.

Seringkali saya menerima SMS “is that you on website? are you moslem?

Saat keusilan saya kambuh, ingin sekali saya menjawab “yes that’s me. I’m not moslem. I just wear it to increase sale” hihihihi

Saya sudah pernah bertanya tentang proses pergantian nama, tetapi ternyata birokrasi di Indonesia sulit sekali dan butuh biaya yang tidak sedikit. Ngurus akte kelahiran, ijasah, KTP, kartu keluarga, sampai passport butuh waktu dan biaya. Dan saya belum rela untuk mengeluarkan uang sebanyak itu hanya untuk -delete- nama belakang saya.

Apalah arti sebuah nama? Tetapi nama adalah do’a. Untuk saya…biarlah nama saya menjadi kenangan atas sejarah hidup saya. Karena saya yakin, selain dalam nama… orang tua kita pasti selalu mendoakan yang terbaik untuk anak-anaknya kan?

Yang pasti…saya bersyukur menjadi orang Islam. Dan rasa syukur ini saya tunjukan dengan identitas berupa pakaian yang insya Allah bernuansa islami. Selebihnya biar orang lain yang menilai…

Jadi cukup panggil saya -DE- yaaaaa

Rafayra on ‘Wira Usaha dan Keuangan’ Magazine

Rafayra on ‘Wira Usaha dan Keuangan’ Magazine

Rafayra.com on magz

Alhamdulillah hanya terhitung 3 bulan sejak launching, rafayra.com bisa tampil di majalah Wirausaha dan Keuangan edisi Juli 2007. Senang…bangga…tapi juga ada rasa khawatir dalam hati saya.Kesempatan ini datang begitu saja. Seorang wartawan dari WK mengirim SMS minta waktu untuk wawancara. Saya tidak kenal beliau dan belum pernah bertemu secara langsung. Jadi kalau kemarin ada menelpon saya dan bertanya “bayar berapa de biar bisa masuk majalah?“…jawabannya alhamdulillah GRATIS untuk yang ke 4 kalinyaSenang dan bangga tentu saja bergejolak dihati saya. Karena yang tadinya saya pikir akan dimuat 1/2 halaman…ternyata malah ada di halaman 28 dan 29. Apalagi majalah itu juga dikirim ke rumah. Mertua yang kebetulan datang pun jadi ikut melihat dan membaca semuanya. Komentar beliau cuma:

wah kamu serius jualan mbak? lah kok kami gak tau kalo udah sebesar ini. pantesan itu ada buntelan gede banget di kamar dan ada beberapa boneka (manekin) di gudang

Saya juga tidak menyangka akan sedemikian hasilnya. Tapi ketika terlihat usaha ini bisa menghasilkan…kenapa tidak mencoba untuk serius menjalaninya? Semoga ini hanya sebuah langkah awal dari Rafayra.com karena saya masih berharap kedepannya bisa lebih dari sekarang

Saat ini rafayra.com tidak lagi manual. Saya dibantu mas KSAN sang master dalam pembuatan online store application nya. Jadi sekarang lebih mudah untuk upload produk baru, manage web juga monitor order. Alhamdulillah…tepat saat majalah edisi juli itu resmi beredar dipasaran…rafayra.com juga tampil lebih rapih dan user friendly.

Senang dan bangga…tapi tetap saja ada rasa khawatir. Efek yang akan timbul dari tampilnya Rafayra.com dalam majalah ini pasti berlanjut. Order pasti akan lebih banyak, tapi tenaga dan waktu yang harus diberikan juga pasti lebih besar. Saya khawatir tidak akan sanggup menjalaninya. Apalagi ketika saya membaca tulisan dimajalah itu, sang wartawan lupa menuliskan URL website. Padahal disitu diceritakan bahwa saya hanya menjalani online business, tapi yang tercantum hanya nomor HP saya. Duh…saat ini saya banyak menerima telepon yang menanyakan alamat website.

Tapi rasa khawatir mulai sedikit menghilang…berganti dengan keyakinan bahwa usaha ini bisa menjadi bekal saya menuju cita-cita menjadi ibu rumahan berpenghasilan. Kalaupun saat ini saya masih bekerja, tidak lain karena saya sedang membangun jaringan yang lebih luas untuk kelangsungan bisnis ini dimasa depan.

Dan saya pun tidak dapat menolak ketika diminta oleh BLOGFAM untuk turut meramaikan workshop NGEBLOG N NGEBIZZ di hotel Sofyan – Tebet tgl 28 Juli 2007. Bahkan saya merasa sangat beruntung bisa dipercaya untuk menjadi moderator dalam acara yang saya yakin bisa membuka banyak mata hati dan pikiran orang untuk berani memulai bisnis. Karena materi yang akan diberikan antara lain aspek hukum bisnis, pemasaran, keuangan, networking dan blogging yang tidak hanya sekedar berisi informasi tetapi juga diikuti dengan latihan untuk menerapkannya.

 

How to start Rafayra.com

How to start Rafayra.com

“Wah elo udah punya bisnis jadi pedagang sekarang, de?”

Pertanyaan itu sering diajukan ketika saya memberikan kartu nama RAFAYRA kepada keluarga atau teman.

Yah…setelah 3 tahun saya berjualan baju renang hanya melalui 1 halaman di blog ini, akhirnya bulan April 2007 saya beranikan diri untuk membeli domain khusus dan menyiapkan kartu nama bisnis. Bagi orang yang suka atau pernah membaca masrafa.com tentu tidak asing lagi melihat saya sebagai pedagang baju renang. Tapi untuk orang yang sehari-hari bertemu saya di dunia nyata, banyak yang tidak tahu tentang hal ini.

Awal jualan baju renang
Saya hobi sekali olahraga. Waktu STM dalam seminggu bisa 2x main basket, 2x berenang, dan setiap wiken naik sepeda dari cempaka putih ke senayan berdua kakak saya. Tapi sejak saya memakai jilbab (Okt 96), kegiatan olahraga saya tidak sesering sebelumnya. Terutama untuk berenang, karena jumlah kolam renang khusus muslimah masih dapat dihitung oleh jari tangan kanan saya. Kalo basket berhenti setelah saya menikah dan punya anak…aneh rasanya kalo ada yang lihat ibu-ibu masih main basket hehehe

Tetapi saya mencoba mencari solusinya. Mulai dari berenang dan snorkling menggunakan celana panjang+kaos+jilbab, sampe mencoba baju renang dari bahan parasut yang ketika saya masuk ke dalam air…tubuh saya terlihat seperti balon udara nyungsep ditengah laut hihihi

Tahun 2004 ketika saya berjalan disebuah ITC, saya melihat ada sebuah toko yang menjual sportware termasuk baju renang. Ketika saya tanyakan apakah saya bisa memesan model khusus, saya diberikan kartu nama pemilik toko yang ternyata juga memiliki konveksi baju olahraga. Saya mencoba memesan 1 buah baju renang khusus muslimah, tetapi diberi syarat minimal 6 stel. Saat itu saya PD aja memesan, sambil mencoba menawarkan ke teman-teman 5 baju yang lain. Karena memang saya hanya butuh 1 bukan 6. Ternyata responnya sungguh diluar dugaan. Ada beberapa orang lagi yang memesan baju renang tersebut. Apalagi ketika saya posting di blog ini cerita tentang kegiatan saya berenang bersama Rafa.

Jualan diblog
Akhirnya saya membuat 1 halaman khusus diblog ini untuk jualan. Saya jalani dengan 1/3 hati. Saya tidak menganggap usaha ini sebagai sesuatu yang menjanjikan. Saya hanya ingin membantu muslimah lain yang mengalami kesulitan seperti yang saya rasakan dulu. Tapi semakin lama, email permintaan terus berdatangan. Alhamdulillah laba yang dihasilkan bisa digunakan untuk bayar listrik dirumah.

Membuat website khusus
Melihat permintaan yang meningkat tajam sejak akhir tahun 2006, saya berpikir untuk merubah pola bisnis. Yang tadinya saya menjual ketika ada pesanan, saya mencoba untuk mempunyai stok untuk dijual. Alhamdulillah suami rela menyisihkan tabungan nya untuk dijadikan modal. Akhirnya masguh sekarang berperan sebagai investor merangkap kuli panggul ketika menemani saya ke konveksi. hehe

Ternyata kuli panggul protes karena semakin hari beban panggulan semakin berat. Masguh meminta saya untuk membuat pembukuan untuk memantau perkembangan bisnis ini. Dan supaya terlihat profesional, sebagian modal itu dibelikan domain+hosting juga stok 2 lusin. Alhamdulillah untuk design website dibantu oleh mbak astri, karena saya tidak memiliki sense of art.

Setelah dibuat pembukuan, terlihat bahwa ternyata bisnis ini menjanjikan dan bisa dijadikan persiapan saya untuk menjadi Ibu Rumahan Berpenghasilan. Tapi untuk sementara ini, semua laba yang didapat dijadikan modal kembali untuk memperkaya jenis produk.

Masguh bilang, kalau dulu jalan ke ITC saya selalu gatel membeli barang ini itu, sekarang saya gatel untuk menjadikan barang itu sebagai bagian dari produk Rafayra.com. Saya selalu diingatkan untuk fokus pada target market dan tagline yang sudah digaungkan dalam logo Rafayra.com

kok cuma jualan online?
saya masih pengecut! itu alasan kenapa saya hanya berjualan online. Saya belum memiliki mental pedagang. Saya masih takut menghadapi penolakan. Dengan berjualan online, saya tidak perlu berhadapan langsung dengan pembeli. Dengan menampilkan katalog produk, hanya orang yang tertarik yang akan mengirim email order. Saya tidak perlu menawarkan, karena saya belum siap menjawab pertanyaan “bisa dibayar berapa kali nih de?

it’s an online catalog
Yupe…it’s only an online catalog NOT online store!

Kenapa begitu? karena pembayaran yang dilakukan masih manual melalui transfer bank lokal indonesia. Belum bekerja sama dengan credit card atau paypal.

www.rafayra.com
Nama domain ini jelas diambil dari nama 2 anak saya (Rafa – Fayra)…untung nama mereka bisa disambung. Dengan tagline Active Muslimah Wear. Harapannya sih rafayra.com bisa memberikan alternatif kepada para muslimah yang ingin tampil menarik, chic dan tetap menjalankan perintah agama untuk menutup aurat.

Produk yang ada sekarang yah sekitar kebutuhan muslimah. Yang utama adalah baju renang dan baju senam. Trus ditambah aksesoris hasil kolaborasi dengan seorang teman kantor yang telaten mengajari saya untuk bisa membuat aksesoris sendiri. Sekarang merambah ke tunik dan gamis dari bahan kaos hasil kolaborasi dengan seorang kenalan yang kebetulan designer dan produsen kaos dari Bandung. Masih mengutamakan kenyamanan dan model yang trendy. Kelihatan kan saya tidak punya sense of art, karena itu saya butuh teman-teman tersebut untuk design.

Bagaimana menjalankannya?
Tidak seperti bisnis sahabat yang dikelola bersama 2 orang temannya, bisnis mereka bisa lari kencang karena layaknya bajaj beroda 3 yang bisa nyalip dan ngepot.

Bisnis ini saya jalani seorang diri. Menjalaninya seperti bermain sepeda beroda 1 dalam sirkus, butuh konsentrasi dan penuh keseimbangan. Dari proses upload produk yang saat ini masih manual melalui tag HTML, cek email order, ambil stok ke konveksi, pengecekan rekening, sampai packing dan pengiriman barang ke perusahaan kurir.

Saya melakukannya ditengah kesibukan kerja dikantor (biasanya pagi sebelum jam mulai kerja, siang saat jam makan, sore setelah jam pulang dan menunggu masguh menjemput), mengurus 2 orang anak + 1 suami + 1 rumah, kadang masih disambi membuat kue ulang tahun pesanan teman atau keluarga.

Saya hebat? TIDAK juga. Kadang saya merasa capek dan malas mengupdate katalog. Kadang saya menunda membalas email sampai seisi rumah tidur (yah benar…saya suka online tengah malam dirumah kalau belum capek). Kadang semangat saya turun dan naik. Untuk itu saya bergabung dengan milis bundainbiz dan komunitas tangandiatas untuk melihat semangat pebisnis lain dan berharap ikut terbakar semangat mereka. Menjalani ini semua hanya butuh MANAJEMEN WAKTU dan komitmen.

Ada beberapa quote yang selalu membakar semangat saya:

Anda tidak perlu menjadi hebat untuk memulai, tapi mulailah untuk menjadi hebat

dan

Gagal + 1kali lagi mencoba = SUKSES

Ada teman yang bilang “ih itu mimpi gw banget loh de bisa kaya kamu punya bisnis sendiri

Saya cuma bisa jawab “Gimana bisa jadi kenyataan, kalo sekarang kamu masih tidur dan bermimpi sedangkan de udah berlari menjalaninya?

Saya menulis ini tidak ada maksud untuk pamer atau sombong. Hanya menjawab pertanyaan beberapa orang yang penasaran. Saya berharap postingan kali ini bisa membakar semangat orang lain untuk ikut START YOUR OWN BUSINESS.

kalo saya bisa….ANDA PASTI BISA!!!!

PS:
psshhhttt…kalo gak yakin akan bisa, ikut ini yuk:

Workshop Ngeblog sambil Ngebizz