Browsed by
Category: Family

Panggilan Anak Untuk Ibunya

Panggilan Anak Untuk Ibunya

Saya menerima gambar ini dari salah satu grup WA:

image

Dan di bawah ini lah salah satu chat mas Rafa kepada saya:
image

Ini anak emang suka ajaib kalo chat sama orang yang melahirkannya.

Kadang mas Rafa panggil saya : emak, mamake, mamia, simboke.

Kalo lagi dimarahin, suka becandain saya “jangan galak-galak, sobat

Kalo dia lagi ada maunya baru panggil saya mama 😅

Masukin perut lagi apa yah … tapi udah 176cm gimana dong?

Hahahahaha

image

Lain waktu mas Rafa pamer hasil ulangan matematikanya.

Kali ini dia pake kata BRAY *hadeuuhh*

Ini sebenarnya ANAK saya atau TEMAN sik?

Gemesin yaaa *cium jidat anak lanang sambil njinjit maksimal*


Gimana dengan kamu … apa panggilan untuk orang yang melahirkan kamu?

Atau apa panggilan anak terhadap diri kamu?

Welcome Home, Nak!

Welcome Home, Nak!

Re-share sebagai catatan pribadi dan pengingat diri

—————

Berapa anakmu?

3? 2? 1? Berapa yang sekolah?

Apa yang engkau lakukan ketika menerima mereka sepulang sekolah?

Peluk? Siapa?

Mengingatkan serentetan peraturan? Mulai dari taro sepatu di tempatnya sampai jangan lupa kerjain pe-ernya?

Berapa menit mereka boleh beristirahat sekenanya? Masih pake seragam sekolah? Atau seragam harus sudah masuk ke tempat cucian kotor? Berapa menit? 10? 20? 30?

Pertanyaannya, berapa menit ibu sanggup tahan melihat mereka belum ganti baju dan berleyeh-leyeh baik di kamar ataupun ruangan lainnya?

Apakah mereka sempat ibu tanya?

Mungkin nanti pas makan malam … tentang bagaimana harinya? Bagaimana teman baiknya? Siapa yg menyebalkan? Susah nggak ujian? Perhatikan jawabannya, ikut antusias pada ceritanya?

Boleh nggak menahan bertanya, berapa nilai ujian kemaren? Tadi pas tes hafalan, bisa nggak? Atau berkomentar tentang hal negatif yang terjadi hari ini. Bisa nggak?

Terdengar familiar?

Ya itulah kebanyakan dari kita. Termasuk juga saya, yang tidak luput dari ‘terpeleset‘ kembali ke metode ‘interview‘ jaman dahulu kala.

Kalau ibu-ibu NGGAK PERNAH mengalami hal diatas … Masha Allah Tabarakallah! Ibu super hebat!

Anak zaman sekarang, nggak bisa pake metode lama. Peduli hanya pada nilai tes aja, kenapa sekian bisa salah, tapi lupa pada jumlah betulnya.

Mengingatkan rutinitas dan peraturan, tapi lupa merasakan, bagaimana rasanya menjadi tubuh kecil yang lelah. Sekolah dari pagi sampai ashar terkadangnya, belum lagi persiapan sekolah itu. Dari bangun sampai rapi menjelang berangkat dan pulang bersama dengan tas yang super berat … Berisi pe-er dan tugasan yang tidak kalah beratnya.

Mari berandai sejenak … andai anak itu kita.

Maukah diperlakukan demikian?

Begitu melangkah masuk ke halaman rumah, sudah disapa dengan “Ayoo.. Sepatunya ditaro di tempatnya, jangan lupa ganti baju…bla..bla..bla

HHhhhhhh, lelahnyaaa! Belum sampe aja disambut sama rentetan perintah. Belum juga kelihatan mukanya. Nanya apa kek, senyum kek … Jangan-jangan malah nanya tentang nilai test hari ini?

Begitu kira-kira?

Istighfar

Saya tahu ibu-ibu semua lelah … capek … sudah seharian berjibaku dengan rutinitas yang itu-itu saja, dan sepertinya tidak habis-habisnya.

Iya, faham. Nggak perlu lah dapat kerjaan tambahan, nyusun sepatu dan mungut baju seragam yang bau asem yang bertebaran dimana-mana itu. Ya kan? Cucian piring aja belum selesai semua.

Tapi, sebentar! Sebentar ajaa…

Tarik nafas. Jadilah mereka. Rasailah bagaimana lelahnya tubuh kecilnya. Menggendong buku yang banyak dan beban pelajaran yg diterima hari ini. Belum lagi setumpuk pe-er yg sudah menghantui.

Berhentilah sebentar. Tarik nafas. Atur diri. Senyuuummm… Siapkan posisi pelukan, jongkok… Biar tingginya sama… Peluk eraaaattt, hujani dengan ciuman… Sapa dengan bilang “mamaaa kangeeen sekali sama (nama) hari ini, bagaimana harimu nak?

Tanya

Belum tentu ia mau jawab. Ia lelah. Tapi yang pasti, ia akan tersenyum menerima semua perlakuan hangat penuh cinta tersebut!

Nggak percaya? Cobalah!

Wagu? Aneh? Canggung?

Ah, itu kan karena belum terbiasa
Ala bisa karena biasa…

Bagi yang sudah melakukan ini semuaa … Alhamdulillah!
Bagi yang belum, yuk kita coba! Dan lihat perbedaannya!

Bagi yang masih suka ‘terpeleset‘ seperti saya, banyak-banyak istighfar dan coba lagi aja. Sampai terbiasa.

Insha Allah kita bisa … Semangat!

Untuk para ayah, kalau mau sampe rumah, kami tahu engkau lelah.

Tarik nafas dan jangan lupa, siapkan senyum terindah.

Karena buat sang buah hati, ketika ayah pulang ke rumah, mereka sambut bagaikan superhero yang paling ternama.

Insha Allah kita bisa. Demi sang buah hati.

Bukankah jika kita tua nanti, begitu pula sambutan yang kita harapkan dari mereka nanti??

Senyum. Pelukan. Tanyakan … Bagaimana harimu hari ini nak?

❤❤❤❤❤❤❤❤❤❤❤❤❤❤❤❤

Wina Risman

Ibu Jaman Sekarang

Ibu Jaman Sekarang

Saya membaca tulisan ini di Path. Saya share di sini sebagai catatan pribadi dan pengingat diri.

——-

Pagi itu seorang teman memposting foto bayinya, dilengkapi tulisan, “Adek cantik lagi asyik sama empeng barunyaaa..

BREEEEEGGG!!

Seperti yang kuduga, 5 menit kemudian statusnya dibanjiri komentar…

Kok masih bayi udah dikasih dot??

Nanti bingung puting loh!

Eehh gak boleh tau bayi dikasih empeng!

Daan.. kalimat kalimat judgemental lainnya.

Di benak gw, gilaaaakk emak emak jaman sekarang sadeees bener kalo udah ngomentarin orang, wkwkwk..

Tunggu, ojo misuh dulu. Aku lagi gak membenarkan pengguaan empeng pada bayi ya disini. Tapi tentang manners. Tentang adab berperilaku.

Kenapa ya emak emak sekarang (gw termasuk, iya 😝 ) butuh banget merendahkan orang lain untuk meninggikan kepercayaan diri?

Yang kerja, ngenyek yang IRT. Nyebut nyebut, Hare genee masih nadahi tangan ke suami? Hellaaaaww~~ padahal nengadahnya juga sama suami sendiri, bukan sama suami situ, wkwkwk..

Yang di rumah, ngenyek yang kerja. Nyindir nyindir, kuliah tinggi tinggi anak dititipin ke pembantu yang cuma lulusan SMA?? Nyang bener ajee luuu~~ Lupaa… Lupa deh diaa, padahal generasi kita kebanyakan orang tuanya mungkin sarjana juga enggak. Situ berani bilang mereka gak kompeten ngurus anak? Lah elu bisa kuliah tinggi dididik siape cuy? Wkwkwkw..

Yang lahiran normal ngenyek yang cesar. Orang baru posting berita lahiran aja yang ditanya langsung, “NORMAL APA CESAR??” Lah, emang normal ataupun cesar, apa ngaruhnya ama hidup situ sik? Wkwkwkw.. dan lagian kenapa juga mesti dinamain persalinan normal, emang kalo lahirannya cesar, masuk kategori abnormal gitu? 😛

Gusti,
Kalo semua perdebatan dirinciin, bisa lebih dari seribu purnama ini 😂

Sekali lagi pertanyaanku tetep sama,
Kenapa ya kita butuh banget merendahkan orang lain untuk meninggikan kepercayaan diri sendiri?

Yang IRT merasa mulia, saat menyebut wanita karir itu abai terhadap anak anaknya.

Yang karir merasa hebat, saat memandang IRT menyianyiakan modal akademik dan potensi yang ia punya.

Yang homeschool merasa keren, saat rajin mencari dan menjelek jelekkan sistem pendidikan indonesia.

Yang nyekolahin anak merasa paling bener, saat memandang sistem pendidikan lain belom teruji hasil didikannya.

Yang ng-ASI merasa jagoaan, saat nyebut nyebut anak sufor sebagai “anak sapi”

Hey mak,
Bisa kah kita menjadi baik tanpa perlu merasa jadi yang paling baik?

Hey mak,
Tahukah kamu?

Cuma orang orang yang belum bahagia dengan pilihan hidupnya saja lah, yang masih butuh menaikkan harga diri dengan ngenyek pilihan hidup orang lain.

Semoga bukan aku. Semoga bukan kamu. Semoga Allah menjaga, dari tingkah laku kita sendiri yang berpotensi menyakiti saudara kita..

~Jayaning Hartami

I’m a Mom

I’m a Mom

image

No matter how old you are,
how strong you are,
how much money you have,
there is a relationship in which you unconditionally lose.

The one who loves more is always the weaker one.

image

My kids are like that to me.

More than the food I eat,
I’m more full when my kids eat.

A strange and mysterious being.

I am a mom

 

 

 

 

 

(Quote from Angry Mom drama)

Rafa Masuk SMA

Rafa Masuk SMA

Sebelumnya saya cerita di sini, kalau Rafa sudah diterima di Boarding Program salah satu sekolah swasta ternama di Jakarta Selatan yang proses seleksi masuknya juga tidak gampang.

Ketika hasil UN keluar, Rafa merasa nilainya cukup tinggi untuk bisa masuk ke sekolah negeri favorit se-Tangerang Selatan. Jadi lah saya dan pak suami sibuk browsing mencari informasi tentang sekolah tersebut.

Saya sampai menghubungi beberapa teman dan tetangga yang anaknya sekolah di situ. Saya juga menyempatkan diri untuk ngobrol langsung dengan anak seorang teman, yang saya tau sangat berprestasi di sekolahnya.

Iya sebut saja saya sebagai emak posesip, segitunya cari informasi tentang sekolah anak. Tidak hanya melihat dari web sekolah, reputasi dan prestasi sekolah, bertanya ke orangtua murid, saya juga mewawancara anaknya untuk mendengar pengalaman dan sudut pandang siswa terhadap sekolah tersebut.

Sebelum mendaftar online, saya dan pak suami mengajak diskusi Rafa. Kami menjelaskan pro dan kontra antara sekolah swasta dan sekolah negeri. Kami menjabarkan konsekuensi yang harus Rafa hadapi di masing-masing sekolah tersebut. Kami juga menyampaikan apa harapan kami jika Rafa masuk di salah satu sekolah tersebut, serta apa hasil yang harus Rafa capai ketika keluar dari sekolah itu.

Akhirnya Rafa memutuskan untuk mencoba sekolah negeri. Setidaknya dia sudah paham apa yang akan dihadapi dan konsekuensinya. Kami menghargai keputusan Rafa, dan akhirnya mendaftarkan secara online.

Saat itu kami baru tau rasanya 3 hari deg-degan memantau situs PPDB, karena setiap ada pendaftar baru dengan nilai lebih tinggi maka posisi anak bisa melorot hanya dalam hitungan detik. Alhamdulillah Rafa berhasil menempati posisi 41 dari kapasitas 90 murid yang diterima melalui jalur reguler (murni berdasarkan NEM). Dan Rafa memutuskan untuk memilih sekolah ini.

Di sisi lain, saya dan pak suami harus ikhlas melepas uang masuk sekolah swasta yang sudah dibayarkan beberapa bulan yang lalu. Hangus! Gak bisa balik sepeserpun karena mengundurkan diri dengan alasan apapun. Padahal nominalnya bisa untuk biaya umroh 2 orang tuh *elap jidat*. Etapi dengan masuk ke sekolah negeri, biaya operasionalnya juga jauh lebih murah kan. Alhamdulillah meringankan pengeluaran bulanan keluarga kami selama 3 tahun ke depan.

image

Kalau dilihat dari segi fasilitas, sekolah negeri ini tidak kalah dengan sekolah swasta loh. Absennya menggunakan mesin sidik jari di gerbang sekolah, masjid besar berdiri tegak di tengah area sekolah, ada mobil operasional sekolah, fasilitas lab lengkap, kondisi sekolah juga terjaga kebersihannya (saya keliling cek setiap sudut sekolah sampai ke toiletnya). Program-program di sekolah ini bisa dibilang luar biasa. Disiplinnya juga gak kasih kendor. Murid-muridnya rajin menorehkan prestasi di kompetisi tingkat nasional dan internasional. Wajar kalo setiap tahun beberapa PTN dan universitas swasta menyodorkan undangan maupun beasiswa untuk puluhan siswa berprestasi dari sekolah ini.

Seminggu pertama saat masa orientasi sekolah, kelihatan kalau Rafa menghadapi culture shock. Di sekolah sebelumnya, kegiatan belajar mengajar semuanya well-managed dan well-informed. Di sekolah negeri ini, setiap siswa dituntut untuk mandiri dan aktif mencari informasi. Kalau sekolah sebelumnya ada mas dan mbak ISS untuk membersihkan semua sudut sekolah, baru sekarang Rafa merasakan bawa sapu lidi ke sekolah dan harus ikut kerjabakti membersihkan sekolah. Alhamdulillah Rafa cepat menyesuaikan diri dan mampu beradaptasi.

Semua anak yang masuk melalui jalur REGULER dimasukkan dalam 2 kelas khusus, tidak dicampur dengan anak yang masuk melalui jalur MANDIRI. Jadi bisa dipastikan Rafa tidak boleh main-main dalam berkompetisi dengan teman sekelasnya. Saingannya anak luar biasa semua, 90 anak pemilik nilai paling tinggi dari 500an yang mendaftar secara online.

image

Minggu ini mas Rafa mulai mengenakan seragam putih-abu nya. Seminggu sebelumnya selama masa orientasi, murid diminta menggunakan seragam dari SMP asal. Walo Rafa tidak menemukan 1 orang pun yang menggunakan seragam SMP yang sama selain dirinya, tapi alhamdulillah Rafa sudah bisa memiliki teman seru-seruan sekarang.

It’s your life,

It’s your choice,

It’s your responsibility.

We appreciate it and will always support you, mas.

Enjoy high schooler life and have fun!

 

 

 

Dengan ini saya resmi menjabat MAHMUD ABAS … mamah muda yang anaknya baru SMA ^_*