Browsed by
Category: Family

Doktrin Untuk Anak

Doktrin Untuk Anak

Kaya’nya kok seram banget yah, memberikan doktrin untuk anak?

Sebenarnya doktrin yang saya maksud disini adalah penanaman nilai hidup untuk anak-anak kita.

Saya jamin, ilmu pendidikan anak (parenting skill) yang saya miliki masih cetek. Saya dan suami baru menjadi orangtua selama 11 tahun, belum banyak pengalaman. Tapi disini saya akan menceritakan, nilai apa saja yang kami terapkan untuk anak-anak di rumah. Tidak bermaksud menggurui, hanya sekedar berbagi.

3 kalimat sakti yang sering saya ucapkan antara lain:

BOLEH GAK SUKA, TAPI HARUS COBA

Bigung gak?

Kalimat ini biasanya saya ucapkan saat mengenalkan makanan ke anak-anak. Saya tidak mau kalau anak-anak asal sebut “gak doyan, ma” padahal mereka baru melihat bentuk dan belum mencoba rasanya.

Selain itu saya juga mengucapkan kalimat sakti tsb saat melihat anak-anak ragu menjalani tantangan di hadapan mereka. Saya ingin anak-anak berani menerima tantangan dan berusaha menjalani nya sebelum mereka menyatakan tidak sanggup atau menyerah.

Dulu Fayra pernah bilang “aku gak mau naik sepeda roda dua ah … susah keknya, ma

Nah itu lah saat yang tepat untuk mengeluarkan kalimat sakti.

Kalau anak-anak sudah mencoba dan hasilnya ternyata memang mereka gak bisa atau gak suka, yaaa biarin aja. Setidaknya sudah ada usaha, tidak langsung menyerah atau menolak.

Biasanya sih setelah mencoba dan merasakan enaknya, mereka ketagihan sendiri dan malah susah diberhentikan.

—-

MAKE YOURSELF PROUD

Setelah menjadi ibu, saya baru bisa memahami kenapa orangtua lain terkesan ‘lebay’ terhadap sekecil apapun prestasi anaknya. Orangtua selalu bercerita betapa hebatnya anak mereka. Meski di luar sana, nyata nya banyak anak lain yang lebih hebat dari pada anak mereka.

Rasanya gimanaaaaa gitu kalau anak kita melakukan sebuah pencapaian.

Bangga, terharu, dan bahagia tentunya.

Nah khusus untuk anak-anak, saya selalu berpesan ke mereka “make yourself proud“. Karena bagi saya, jika seorang anak bisa bangga terhadap dirinya maka orangtua akan lebih bangga lagi atas diri mereka. Melihat anak kita bangga terhadap dirinya, itu sudah lebih dari cukup bagi kita orangtua mereka.

Setiap menjalani kegiatan, saya tanya mereka “kamu akan merasa bangga kah, ketika bisa mencapainya?

Pertanyaan itu akan membuat mereka berpikir akan dampak yang diterimanya.

Saat menjelaskan tentang bahaya rokok dan narkoba kepada Rafa, saya tanya “”kalau seseorang menjadi pecandu narkoba, apakah mereka bisa bangga atas diri mereka sendiri?

Ketika Rafa terpilih untuk bergabung bersama tim inti bola di sekolah nya dan bersiap menghadapi Coca Cola Cup, saya tak lupa berpesan “make yourself proud, it’s more than enough for me and papa“.

Tidak harus menjadi pemenang, tidak harus pulang membawa piala.

Selama Rafa bisa menikmati pertandingan tsb dan dirinya bangga bisa ikut serta dalam pertandingan … kami selaku orangtuanya pasti lebih bangga atas pencapaian yang telah ditempuhnya ini.

—-

WHEN NO ONE HELP YOU, ALLAH WILL

Kami mencoba mengajarkan kepada anak-anak, untuk bergantung kepada Sang Pencipta.

Karena kita orangtua nya, tidak mungkin akan selalu ada untuk mereka. Dan cukuplah Allah sebagai penjaga mereka.

Rafa dan Fayra akan menghadapi ujian semester mulai senin depan. Selain belajar, saya juga mengingatkan mereka untuk tak lupa membaca doa “Rabbi yassir wala tu ‘assir … Ya Tuhan mudahkanlah, jangan persulit

—–

Bagaimana dengan kalian, ada nilai-nilai khusus yang diajarkan ke anak-anak?

Sharing dong disini.

Rambut Baru Fayra

Rambut Baru Fayra

Sejak kenal tokoh Princess, Barbie, Mulan dan para wanita kartun cantik lainnya … Fayra mulai susah diajak potong rambut. Walau saya tidak mengenalkan Barbie ke Fayra, tapi lingkungan juga yang membuat Fayra mengenal tokoh ini.

Om, tante, mbah mami, uti, dan teman-teman saya yang secara tidak langsung mengenalkan Barbie. Mereka memberi hadiah berupa boneka Barbie ke Fayra. Belum lagi kalau ada film nya di TV. Jadi tau deh.

Nah … setelah tau tokoh wanita berambut panjang itu, setiap diajak potong rambut Fayra selalu bilang:

Princess itu gak ada yang rambutnya pendek, ma

Hedeeeehhhh

Perlu 2 minggu untuk membujuk Fayra.

Saya membalas Fayra dengan:

Princess kartun gak ada yang pake jilbab. Nanti kamu gerah kalo rambut panjang ditutup jilbab. Belum lagi harus kepang dulu setiap pagi sebelum pake jilbabnya. Nanti kalo udah SMA deh, baru kamu panjangin rambut. Karena nanti kamu sudah bisa merawat rambut sendiri, gak perlu dikeramasin dan dikepangin mama. Sekarang kamu masih suka lari-lari di sekolah, gerah kan?

Akhirnya mau juga Fayra diajak ke salon.

Walau cemberut saat proses potongnya … Fayra tersenyum lebar saat keluar salon. Karena mbak-mbak salon pada komentar “naaahhh … lebih fresh deh sekarang. Tambah cantik rambutnya pendek gitu

Mas Rafa juga ikut komentar “sekarang kamu tambah menggemaskan dek. You can now use a baby voice

Hahahahaha

Jadi yah, Fayra itu suka sok manja kalo ngomong di rumah. Suka pake suara bayi nan cempreng. Rafa paling sebal kalo adeknya udah pake suara bayi “you’re not baby, Fay

Dengan rambut pendeknya, muka Fayra kembali ‘membayi’. Waktu rambut panjang tuh kaya’nya terlihat lebih tua dari umurnya.

Bye-bye long hair!

Penipuan

Penipuan

Kemarin siang di kantor, suami menelpon saya …

Masguh: “Ma, tadi mbak nelpon kamu gak?

De: “Belum ada telpon dari rumah tuh, kenapa?

Masguh: “Katanya ada telpon dari sekolah, Rafa kecelakaan. Diminta menghubungi ibu Dewi di notelp skian. Aku telpon hape Rafa mati. Coba kamu cek dulu

Memang murid diminta mematikan semua hape di jam pelajaran. Jadi sudah tentu hape Rafa tidak bisa dihubungi.

Saya langsung telpon ke nomor telpon resmi Binus Serpong. Alhamdulillah Academic Operational Officer nya cepat tanggap “saya cek dulu ke semua klinik sekolah dan ke classroom teacher, nanti saya hubungi ibu lagi

Gak sampai 5 menit, telpon saya berdering lagi.

Bu, kami sudah cek ke seluruh klinik sekolah (TK, SD, SMP, SMA) tidak ada berita anak kecelakaan dan classroom teacher menyatakan Rafa baik-baik saja sedang belajar di kelas

Alhamdulillah lega banget.

Sebelumnya udah sering sih mendengar tentang penipuan yang semakin marak akhir-akhir ini. Segala macam kedok digunakan dari SMS “mama minta pulsa”, sampai ke telpon yang bilang “anak anda tertangkap polisi karena narkoba”.

Kali ini penipu mencoba menggunakan taktik ‘anak kecelakaan di sekolah’.

Karena sudah pernah mendengar berita itu, makanya saya tidak panik.

Tidak langsung menelpon ibu Dewi atau siapapun yang disuruh penelpon tadi, tetapi saya telpon ke nomor resmi sekolah saja.

Katanya kalo kita menelpon ke penipu tsb, akan dibilang anak kita butuh operasi secepatnya dan diminta transfer uang ke rekening mereka. Alhamdulillah tidak sampai kejadian.

Mari tingkatkan kewaspadaan kita.

Udang Gulung

Udang Gulung

Sejak anak-anak sekolah di International School dimana muslim sebagai minoritas, kami sedikit khawatir jika anak-anak makan sembarangan. Kami berusaha memberikan pemahaman akan perbedaan, baik dari sisi penampilan fisik – keyakinan – sampai ke jenis makanan. Pengenalan konsep halal-haram kami coba terapkan ke anak-anak. Untuk menunjang hal tsb, saya selalu berusaha membawakan makanan untuk anak-anak dari rumah supaya anak-anak tidak perlu jajan di sekolah. Walau sekarang Fayra sudah sekolah di Islamic School, membawa makanan dari rumah sudah menjadi kebiasaan tersendiri.

Kebetulan ada tim di kantor yang sudah punya anak berusia 3 tahun dan baru belajar masak. Beliau suka tanya-tanya ke saya cara membuat makanan untuk anak-anak. Jadi akhir-akhir ini saya suka moto setiap step yang dilakukan saat masak makanan anak-anak. Mem-publish-nya di instagram/path/twitter dan tak lupa tag/mention teman saya tsb.

Suatu hari saya posting tentang Udang Gulung ini:

Bahan:

  • Udang
  • Telur
  • Mie goreng instan

Cara:

  • Rebus mie instan, kemudian tiriskan
  • Campur mie tsb dengan bumbu dalam kemasan mie instan
  • Masukan telur, aduk rata
  • Gulung udang dengan mie yang sudah dicampur telur
  • Goreng udang gulung dalam minyak panas
  • Sajikan

Simple banget kan?

Eh tetiba *nyulik kosakata idola saya, mas RagilDuta* ada teman lain yang memberikan komentar:

kasian amat anak lo cuma dikasih mie instan. Cuma beda bentuk aja ini mah

Saya hanya tersenyum.

Saya paham bahwa teman saya tsb cowok single. Pastinya hanya memberikan komentar atas apa yang dilihat saat itu.

Padahal yang selalu saya bawakan untuk anak-anak ke sekolah antara lain:

  • Snack box (cemilan untuk snack break jam 9)
  • Susu kotak, untuk pendamping cemilan
  • Lunch box (makan siang untuk dimakan saat istirahat jam 12)
  • 1 botol air putih (untuk Rafa kadang ditambah 1 botol teh dingin)
  • Buah

Jadi udang gulung yang saya tampilkan tsb hanya sebagian kecil dari isi kotak makan anak-anak. Wujud lengkapnya seperti ini:

Banyak yah?

Beda anak, beda selera.

Jadi isi kotak makannya juga tidak bisa disamakan.

Fayra pulang sekolah jam 2-3, sementara Rafa pulang sekolah bisa jam 5 sore. Sudah pasti makanan Rafa lebih berat dari adiknya. Porsinya pun jauh lebih banyak. Sebisa mungkin tidak berkuah karena saya tidak mau membuat anak-anak repot saat membawa atau memakannya di sekolah.

Saya bukan ibu idealis yang bisa membuat bento (makanan berhias) untuk anak-anak. Bagi saya yang penting isinya. Tampilan nomor sekian lah. Ini saja sudah membuat awal hari saya lumayan heboh. Mikir menu harian anak, sudah dipikirkan dari malam sebelumnya. Kadang spontan juga tergantung isi kulkas.

Ada ide besok anak-anak dimasakin apa yah enaknya?

Rafayra Progress Q1 2012-2013

Rafayra Progress Q1 2012-2013

Siapa waktu itu yang ngatain kalo ibu pekerja luar rumah, gak bisa ngurus anak?

Katanya kalo ibu jarang dirumah, gak bisa nemenin anaknya belajar. Katanya anak gak mungkin berprestasi kalau gak dikawal ibunya dalam aktivitas harian mereka.  Katanya ibu pekerja luar rumah itu  hanya menyerahkan pola asuh anak ke pembantu di rumah.

Come here, get closer … let me tell you something.

That’s NOT true!

Dengan semakin tingginya posisi yang saya pegang sekarang, dengan makin besarnya tanggung jawab saya di kantor, dengan makin terkurasnya pikiran dan tenaga saya … saya tetap berusaha sebaik-baiknya mendidik anak-anak. Saya berusaha memonitor semua perkembangan mereka. Saya berusaha menghindari business trip saat anak-anak menjalani ulangan umum (UTS dan UAS). Saya berusaha pulang cepat dari kantor setiap mereka akan ulangan, dengan alasan ke teman-teman kantor:

mau mencerdaskan calon penerus bangsa

Saya bersyukur mempunyai team yang solid dan sudah seperti keluarga. Mereka mengerti bahwa bagaimanapun saya tetap seorang ibu, yang harus ada saat anak-anak membutuhkan.

Alhamdulillah anak-anak mengerti apa yang orangtuanya lakukan diluar rumah, semata untuk kebaikan mereka. Tak putus-putusnya kami sebagai orangtua mengingatkan dan menceritakan perjuangan yang kami lakukan untuk mereka. Bukan supaya mereka menghitungnya sebagai sesuatu hal yang harus mereka balas saat mereka dewasa nanti, melainkan supaya mereka paham kenapa saya tidak bisa menjadi ibu sempurna yang bisa 24 jam bersama mereka.

Beruntung saya memiliki suami yang sangat pengertian dan mendukung setiap langkah saya. Suami saya bisa meredam saat saya mencapai titik emosi karena lelah dan membantu membimbing anak-anak dalam pelajaran sekolah. Suami saya pun tak segan untuk selalu ikut datang ke sekolah setiap mengambil raport. Tentunya karena anak-anak bukan hanya anak saya semata, melainkan anak kami berdua.

Luar biasa rasanya, ketika hasil pencapaian anak-anak ada di depan mata.

Nilai Rafa Q1 ini:

  • Bahasa Indonesia             : 89
  • English                                  : 79
  • Math                                      : 87
  • Science                                 :  84
  • Art                                          : 100
  • Islam                                     : 100
  • IT                                           :  87.5
  • Mandarin                            : 69
  • Music                                    : 94
  • Physical Education         : 94
  • Social                                    : 87.5

Nilai Fayra:

I’m a proud mommy!

Saya bukan ibu sempurna, Rafa dan Fayra bukan anak yang sempurna. Keluarga kami pun masih jauh dari kata sempurna.

Tapi dengan ketidaksempurnaan itu, maka keesaan Allah SWT semakin nyata adanya.

Apa yang saya sampaikan ini bukan untuk pamer, melainkan untuk memotivasi ibu pekerja lainnya.

Kalau saya bisa, kalian juga pasti bisa!

Kita hanya perlu berusaha lebih keras berkali lipat, untuk membuktikan pada dunia bahwa ibu pekerja pun bisa mendidik anak-anaknya.