Browsed by
Category: Family

Fayra ke Dokter Gigi

Fayra ke Dokter Gigi

Dulu mas Rafa pertama kali ke dokter gigi, sudah saya ceritakan disini. Sekarang giliran Fayra yah, walau ini bukan kunjungan pertama kali.

Seperti hal nya Rafa, adiknya juga mengalami masalah gigi yang sama. Gigi depan rusak karena jatuh. Kalau Rafa sampai hancur gigi depan atas bawahnya, karena jatuhnya seperti pohon tumbang … Fayra cuma rusak 2 gigi atas saja, itu pun cuma 1/4 gigi (gompal) karena jatuhnya tidak separah Rafa.

Dilihat dari foto panoramic (xray mulut), Fayra sudah mempunyai beberapa bibit gigi baru. Diantaranya gigi depan atas dan bawah. Karena gigi atas sudah rusak dan bibit gigi baru sudah mulai turun ke bawah, dokter memutuskan untuk mencabut 2 gigi rusaknya.

Alhamdulillah Fayra bisa diajak kerjasama, sehingga dokter bisa cepat menyelesaikan tugasnya. Dokternya masih sama seperti dulu, tetap Drg. M. Reza Pahlevi di RS Pondok Indah. Untuk ortu yang mau membawa anaknya ke dokter gigi untuk pertama kali, coba ke dokter Levi deh. Beliau sabar menghadapi anak kecil, dan selalu tau kapan harus tegas ke anak-anak. Sehingga anak-anak menuruti semua perintahnya untuk tetap duduk tenang di kursi praktek.

Pulang dari RSPI, Fayra bilang “Ma, princess kan gak ompong yah? Trus aku gimana dong?

Hahahaha, tenang aja Fay … you’re still my princess anyway.

Saya jelaskan dengan memperlihatkan gambar xray mulutnya, bahwa gigi baru sudah mau turun. Tinggal tunggu beberapa waktu lagi, Fayra akan memiliki gigi pengganti yang lebih besar dan jauh lebih kuat.

Sejak giginya gak ada, Fayra punya gaya baru kalau difoto. Senyum yang menghiasi wajahnya selalu rapat sekarang. Biar gigi nya gak kelihatan. Malu karena ompong. Hihihihi

Setelah ini kunjungan ke dokter gigi akan dilakukan rutin dengan jadwal yang sama untuk Mas Rafa dan Dik Fayra. Insya Allah setiap 6 bulan sekali Rafa dan Fayra akan mengunjungi Drg. Levi, untuk dicek kondisi perkembangan giginya.

Semoga gigi kalian lebih bagus dari mama-papa ya, nak!

Like mother like son?

Like mother like son?

Teman-teman aku pada tau masrafa.com loh ma

“owh ya? kok bisa?”

katanya mereka gugling nama aku. Trus mereka baca-baca deh. Mereka tanya, mama kamu dirumah dan gak kerja ya Raf? Kok rajin banget nulis dan apdet blognya.”

Hihihihi tampak segitu nganggurnya kah saya, hanya dengan rajin menulis disini?

Tapi memang saya menerima beberapa kali komentar dari teman Rafa, di postingan yang lama.

Malam itu Rafa bilang kalo ada tugas sekolah untuk bikin blog. Kemudian minta diajari cara membuatnya, saya sarankan untuk membuatnya di WP ajah. Saya ajari cara posting, upload foto, cara ubah template. Rafa pilih sendiri template yang sesuai dengan keinginannya. Laki banget tentunya, alhamdulillah. Hehehe

Saya ceritakan latar belakang membuat blog ini, dan apa yang sudah saya dapat dari dunia blog. Memang dari dulu saya berharap Rafa bisa meneruskan menulis disini tentang kehidupannya sendiri, semoga hal itu dimulai dari blog sederhana buatannya sendiri.

Dengan mudah, Rafa langsung menulis halaman ABOUT ME

Eh ternyata udah ada 2 posting sekarang. Intip deh … klik ini yaaa.

Papanya mengingatkan tentang Net-tiket. Hal-hal apa saja yang boleh dilakukan di dunia maya, dan apa yang harus diwaspadai. Semoga Rafa bisa konsisten meng-update blog nya, bukan hanya karena tugas sekolah saja.

Happy blogging & keep writing, mas!

PS: nanti kamu ajarin dek Fayra bikin juga ya ^_*

How time flies

How time flies

2006

2007

2008

2009

2010

2011

2012

Masih pantes gak kalo foto diatas judulnya:

Rafa + Fayra + Kakaknya ?

Hihihihihi

Bimbang milih sekolah

Bimbang milih sekolah

Lagi pusying cari sekolah untuk anak gak?

Sama dong hehehe

Saya mo sharing aja nih, dari sudut pandang emak beranak 2 yaa. Jadi ada pembanding antara anak 1 dan yang ke 2. Juga dari sisi kesopanan terhadap isi dompet orangtua.

Mungkin bisa baca disini kenapa Rafa dan Fayra sekarang sekolah di Binus. Murni karena 5 sekolah Islam di sekitar rumah baru kami, saat itu tidak ada kursi kosong di kelas 4 untuk Rafa. Jadi bukan karena kami berniat memilih international school semata.

Binus School Serpong dimata kami:

  • Worth the paid
  • Prinsip Binus: act as an eastern, think as a western
  • Kondisi sekolah: bersih banget, luas, fasilitas lengkap, isi library 20ribu buku! *menurut brosur, gak ikut ngitung beneran sih :p*
  • Pelajaran: sama dengan sekolah nasional, cuma beda bahasa pengantar saja. Untuk pelajaran Bahasa Indonesia, Kewarganegaraan, Social, Agama Islam tentunya disampaikan dalam Bahasa Indonesia dengan kurikulum DikNas. Sementara pelajaran English, Math, Science menggunakan kurikulum Singapore dan disampaikan dalam English.
  • Bahasa: fully English dan full expat teacher. Terkondisikan untuk selalu nginglis, diluar pelajaran yang disampaikan dalam Bahasa Indonesia tentunya. Pastinya kemampuan English anak-anak improve lah setelah setahun disana.
  • Beragam jenis manusia. Toleransi anak kami terhadap perbedaan bagus banget disini. Karena smua pemeluk agama ada, beragam suku bangsa dan expat pun ada.

Penampakan Binus Serpong:

Sempurna lah secara gedung dan fasilitas. Beneran sesuai sama yang dibayar.

Kekurangannya:

  • Pelajaran Agama minim banget. Walau ada setiap ramadhan ada sholat dzuhur berjamaah, pengajian dzuhur dan pesantren kilat. Tapi namanya juga sekolah umum, jadi pelajaran Agama yang diterima juga cuma yang umum aja
  • Kegiatan sekolah selalu senin-jumat. Ambil raport pun hari kerja. Agak repot untuk orangtua pekerja luar rumah macam kami ini. Sering bolos 1/2 hari untuk ke sekolah anak. Sering gak bisa hadir dan melihat kegiatan anak.

Untuk sekolah anak, kami mencari dengan syarat:

  • Perjalanan dari rumah menuju sekolah tidak lebih dari 30 menit
  • Bersih, terutama kamar mandi *selalu kami survey fasilitas kebersihan yang satu ini*
  • Guru-guru nya OK atau bermutu. Paling enggak English teacher harus beneran bisa bahasa Inggris. Gak mau yang asal, pernah dengar kejadian di salah satu sekolah mosok guru nyuruh anak murid lepas sepatu “open your shoes” instead of “take off your shoes”
  • Agama

Kenapa ada unsur agama?

Ingat nasehat Pak Ustadz pemilik Pesantren Daarul Quran Mulia tentang sekolah yang baik untuk anak:

sekolah yang mengutamakan dan mengajarkan juga mengimplementasikan pendidikan akhlak dan ibadah. Selain itu sekolah juga harus bisa memberikan materi untuk membuka wawasan anak terhadap lingkungan sekitarnya.”

Rafa dari PlayGroup sampai kelas 3SD belajar di sekolah Islam. Alhamdulillah English juga dapat di sekolah sebelumnya, jadi bisa tembus tes masuk binus. Begitu masuk ke lingkungan heterogen di sekolah umum, alhamdulillah iman rafa sudah terbentuk. Tidak tergoda makan atau minum saat puasa, walo temannya minum HopHop di sebelah dia jam 12 siang *kebayang gw aja pasti nelen ludah hahaha*. Sholat alhamdulillah tekun tanpa disuruh. Paling diingetin untuk tepat waktunya aja.

Fayra masuk PlayGroup di sekolah Islam, lanjut 2 tahun TK di Binus. Agamanya minim banget. Bisa gerakan sholat, tapi belum hafal semua bacaannya. Di Binus cuma diajarin agama secara general seperti cara wudhu, gerakan sholat, surat-surat pendek, makna puasa. Tapi belum diajarkan bentuk-bentuk lain seperti yang Rafa dapat di sekolah lamanya (asmaul husna, hadist, sejarah islam, fiqih, cara baca quran, dll). Jujur kami sebagai orangtua khawatir kalo masih ada >6thn ke depan Fayra berada di lingkungan ini.

Memang kami coba imbangi dirumah dengan mengenalkan Islam dalam kegiatan harian dan meminta bantuan seorang ustadz untuk datang ke rumah tiap sabtu dan minggu pagi, dalam 4 bulan ini Rafa sudah Quran juz 4 sementara Fayra sudah Iqra 4.

Tapi bagi kami, agama bukan sekedar bisa baca quran dan sholat. Ada yang lebih penting yaitu TAUHID, keyakinan kita terhadap keesaan Allah SWT. Keyakinan terhadap agama untuk kami penting banget.

Kami sebagai orangtua pekerja luar rumah, tidak mudah meluangkan waktu untuk mengajarkan anak secara detil tentang yang satu ini. Terlebih keluarga saya yang heterogen, ibu saya pun seorang mualaf. Kami merasa pengetahuan Islam kami belum cukup untuk memenuhi kehausan dan menghadapi sikap kritis anak. Kami membutuhkan orang lain yang ilmunya lebih dari saya dan suami, untuk membantu membentuk keimanan anak-anak dan menjawab pertanyaan-pertanyaan kritis mereka. Karena itu kami berharap dapat menemukan sekolah yang berlandaskan agama Islam dalam penerapan pendidikannya.

Nah sekarang Fayra sudah mau selesai TK, Rafa sudah mau selesai SD. Sudah saatnya kami mencari skolah lain.

Selain karena faktor agama, juga faktor dompet sih hehehe. Kalo dari sisi uang masuk, Binus gak jauh beda dengan sekolah lain. Tapi di Binus itu biaya masuk lansung jeger bayar di depan. Sementara sekolah lain ada biaya daftar ulang yang harus dibayar setiap kenaikan kelas, biasa disebut sebagai uang kegiatan per tahun. Lumayan juga sebagian uang masuk itu kita cicil per tahun, enggak ngok di awal. Ditambah SPP Binus gak sopan banget buat dompet kami.

SPP SD ditambah SMP … dibayar per 3 bulan kok jleb yaaaa hahahaha

Sekarang kami lagi bimbang, labil, galau menentukan sekolah anak. Masih dalam tahap survey dan membanding-bandingkan antara beberapa sekolah dari sisi biaya, fasilitas (bangunan, penataan ruang kelas, toilet, area olahraga, perpustakaan), kualitas guru dan alumni. Kalau memang belum nemu yang sreg di hati, keknya akan terpaksa lanjut di sekolah sekarang … walau masih mikirin juga bayaran tiap bulannya harus ngurangi anggaran apa. Hahahaha

Suami selalu ngingetin sih “jangan semua sekolah dibandingkan dengan yang sekarang ya, ma. Tapi dipikirkan biaya sebanding gak sama apa yang kita dapat

Fayra berpesan “pokoknya aku mau SD yang ENGGAK pake: ni hao lao tse

Hahaha Fayra gak suka Mandarin ternyata.

Baiklah kami survey dulu ya, nanti review nya di share disini deh.

PS: Ni hao lao tse  –> ‘halo pak guru’ dalam bahasa Mandarin

Gara-gara karet

Gara-gara karet

Waktu saya ke Pasar Modern BSD untuk belanja mingguan, gak sengaja lewat di depan toko plastik-plastik. Saya membeli karet gelang Rp3rb, dapat sekantong 1/4kg. Sampai rumah saya ajarin Rafa dan Fayra untuk merangkainya menjadi bentuk rantai panjang untuk mereka main lompat tali.

Fayra senang banget main lompat tali pakai rangkaian karet gelang ini. Dibandingkan sebelumnya Fayra coba main skipping, yang kalau kena kulit sakit banget. Pakai karet gelang lebih empuk di kulit. Jadi saya rasa cukup aman.

Mbak nya di rumah juga ikut main sama Rafa dan Fayra, malah sempat komentar “ini mah mainan mbak di kampung waktu kecil dek

Sampai hari Minggu malam kemarin … Rafa dan Fayra rebutan tali karet ini. Tarik-tarikan di ruang depan TV. Saya sudah sempat menasehati “awas mas, nanti kalo kejepret sakit loh. Kamu lepas pelan-pelan, ngalah dulu sama adeknya“.

Mereka tidak mendengarkan suara saya, sampai akhirnya Rafa tidak kuat dan melepas karet tersebut. Dengan jarak sekitar 2 meter, karet yang dilepas Rafa mengenai Fayra tepat di wajahnya. Sontak Fayra menjerit kesakitan sambil nangis dengan posisi badan tengkurap. Saya langsung lari menghampiri dan coba duduk memangku Fayra.

Muka Fayra merah di bagian kanan. Matanya tidak mau terbuka. Air mata terus menetes dari mata kanan nya. “Sakit mata ku ma, gak bisa dibuka“. Fayra nangis sampai akhirnya capek dan ketiduran di pangkuan saya. Malam itu wajah Fayra sebelah kanan merah dan bengkak sebelah, seperti habis ditampar tangan orang dewasa. Sampai bibirnya pun bengkak sebelah.

Rafa nangis menyesali perbuatannya.

Senin pagi Fayra sudah bisa membuka matanya. Tapi merah sekali. Karena khawatir, saya putuskan untuk tidak ke kantor dan membawa Fayra ke RS Bintaro. Langsung ke dokter spesialis mata.

Hasil pemeriksaan dokter : “pendarahan dalam di sekitar mata kanan. Pupil sedikit lecet. Dengan kondisi ini, benar kalau Fayra merasa sakit saat terkena cahaya. Fayra diminta bed rest selama 3 hari dalam ruangan minim cahaya, balik lagi ke dokter hari Kamis untuk check up. Semoga membaik dan tidak perlu ada tindakan apa-apa.

Masya Allah …

Gak nyangka kejepret karet bisa sedemikian hebatnya. Mata sensitif banget 🙁

Fayra diberikan 2 jenis obat tetes, salah satu nya merupakan antibiotik. Selama bed rest posisi kepala Fayra harus lebih tinggi, kalau bisa pakai 2-3 bantal untuk mengurangi pendarahan dalam. Lampu kamar dimatikan, pintu sedikit dibuka supaya gak gelap banget. Yang susah adalah meminta Fayra gak banyak gerak, secara Fayra kan lincah banget hari-harinya.

Bosan dengan posisi terlentang, Fayra minta keluar kamar. “aku cuma gambar aja deh, ma. Gak lari-larian.

Hari ini saya tinggal Fayra dirumah. Gak sekolah dulu sampai Kamis. Mbak dirumah sudah diajari cara memberi obat tetes, dibikinkan table yang harus diisi obat apa jam berapa. Alhamdulillah Fayra gak pernah nangis setiap diberi tetesan obat matanya.

Mudah-mudahan Fayra cepat membaik. Setidaknya anak-anak sekarang tau bahwa permainan apapun harus hati-hati dan ada resikonya jika digunakan tidak sebagaimana mestinya.