Browsed by
Category: Family

Kembaran

Kembaran

Enaknya punya anak cewek nih, bisa kembaran dalam hal berpakaian. Tapi selera Fayra lebih feminim (ato feminin?) dan girly (bunga-bunga, renda-renda, dll). Sekarang Fayra yang lebih ngontrol emaknya harus pake baju apa. Terlebih kalo wiken, dia yang nentuin “mama pake ini aja, nanti samaan ama aku“.

Misalnya kaya gini:

atau ini:

*maapken perut ndut emaknya* hehehehehe. Udah pernah hamil 2x emang gak bisa boong. Kecuali sedot lemak kali yaaa.

Nah sekarang ini Fayra makin berisik kalo mamanya dapat kain seragam untuk acara nikahan saudara. Dia minta pake yang sama juga. Jadi saat ke tukang jahit mama nya harus mikir, dibikin model apa supaya ada sisa bahan untuk baju Fayra. Kalo gak bisa sama, ya paling enggak setema lah.

Kaya gini:

atau ini:

dan ini yang terakhir:

Kaya’nya musti siap-siap nih, beberapa tahun lagi dia akan pinjem barang-barang mamanya.

Fayra belajar membaca

Fayra belajar membaca

Saya dan suami punya kesepakatan tidak tertulis dalam mendidik anak, salah satunya pembelajaran bahasa. Kami sepakat untuk mengajarkan bahasa ibu, yaitu bahasa Indonesia, sampai anak-anak bisa menyusun kalimat dengan baik dan benar. Setelah itu baru kami mengajarkan bahasa lain ke anak-anak.

Seperti hal nya pada saat hamil Rafa, saya juga membacakan buku cerita anak pada saat hamil Fayra. Dimulai dari hamil 4 bulan, saya rajin membaca buku cerita anak sambil mengelus-elus perut. Mertua saya sempat heran, “kamu kok aneh mbak. Anak masih dalam perut udah dibacain buku“. Saya percaya janin bisa mendengar, terlebih suara ibu yang mengandungnya.

Begitu anak-anak lahir, saya memberikan buku-buku khusus untuk bayi. Ada yang terbuat dari kain, plastik, atau pun kertas tebal dan keras (karton/hard paper). Buku yang seperti ini tidak akan melukai bayi. Buku plastik bisa menjadi mainan anak saat mandi. Buku dari kain juga bisa menjadi bahan makanan, seperti yang dilakukan Fayra dibawah ini hehehehehe:

Dengan rutinnya saya membacakan buku cerita, anak-anak bisa mengenali intonasi saat saya cerita. Herannya anak-anak terlihat menikmati saat dibacakan cerita. Bahkan ketika mereka berumur 1 tahun, anak-anak tidak pernah merobek kertas atau buku seperti yang suka dilakukan anak lain. Mereka paham bahwa buku membawa kesenangan tersendiri untuk mereka.

Saat anak-anak sudah bisa menikmati buku, saya memberikan keleluasaan bagi mereka untuk memilih bukunya sendiri. Sebulan sekali kami membawa anak-anak ke toko buku. Mereka akan asyik memilih dan menunjukkan ke saya buku pilihannya. Tinggal saya dan suami yang melakukan sortir, mana buku yang boleh dibeli dan mana yang tidak.

Kami juga menetapkan story time hampir setiap hari, 10 menit sebelum anak-anak tidur. Mereka bebas menentukan buku mana yang mau dibacakan malam itu. Kami membacakan cerita sesuai dengan yang tertulis di buku. Tidak menggunakan bahasa anak-anak, apalagi bahasa cadel. Teman-teman saya suka bilang “bahasa yang keluar dari mulut anak elo, kok kaya bahasa telenovela sih“. Ya mungkin karena kami selalu membacakan cerita sesuai teks di buku, jadi kosa kata yang ditangkap anak-anak juga sesuai yang didengarnya.

Masalah mulai terjadi saat Fayra masuk sekolah yang menggunakan bahasa pengantarnya English. Fayra benar-benar blank di sekolah. 3 bulan pertama Fayra masih diijinkan untuk menggunakan bahasa Indonesia di kelas. Tapi setelah itu kalau Fayra mulai berbahasa Indonesia, gurunya akan bilang “I’m sorry Fay, we don’t understand what you’re talking about“. Alhamdulillah dalam setahun Fayra mengalami kemajuan pesat berbicara dalam bahasa Inggris.

Sekarang masuk tahun kedua Fayra di sekolah yang tidak hanya mengajarkan bahasa Inggris, tapi juga Mandarin. Padahal, dirumah kami sedang menggiatkan anak-anak untuk mengaji. Saat ini Rafa sudah masuk Qur’an juz 2, sementara Fayra baru Iqra 4. Disinilah terjadi konflik yang membingungkan Fayra. Karena dalam kurun waktu bersamaan, Fayra harus mempelajari baca tulis dalam beberapa bahasa sekaligus: Bahasa Indonesia – English – Mandarin – Arabic. Fayra sudah mengenali huruf-hurufnya, tapi saat membaca beberapa huruf yang membentuk sebuah kata Fayra kesulitan.

Awalnya kami masih membiarkan. Toh Fayra masih dalam tahap belajar. Biarkan dia menyerap apapun pelajaran yang ada dihadapannya. Tidak ada paksaan untuk mengetahui semua, tidak ada tekanan untuk bisa sempurna.

Sampai suatu hari saya menerima catatan di buku komunikasi orang tua dan guru dari sekolah. Karena Fayra sudah kelas TK B, maka sekolah mempersiapkan muridnya menjelang masuk SD. Diharapkan anak-anak sudah bisa membaca tulis pada saat SD. Dan baca tulis yang menjadi fokus sekolah adalah English, dimana bahasa itu menjadi bahasa pengantar alias bahasa utama. Wali kelas meminta perhatian orang tua untuk membantu anak dalam membaca di rumah, Fayra masih kesulitan membedakan A-E-O (suka kebalik-balik). Misalnya pada kata MAN, MEN, MONday.

Untuk bahasa Indonesia, Fayra mengerti:

Ce + A = CA

CA +eN = CAN

Sementara untuk English, sangat membingungkan: CA + N = ken (pelafalan dalam membaca)

Tentunya sekolah memiliki metode tersendiri untuk mengajarkan baca in English, yaitu PHONIC.

Setiap huruf dikenalkan sesuai dengan lafal yang keluar dari mulut kita.

Misalnya C, disebut Keh.

Jadi pada saat C bertemu A dan N, akan dieja menjadi: Keh Eh Neh = Khen.

Fayra sempat tidak mau ke sekolah, dengan alasan “pelajaran nya susah, aku gak bisa baca bahasa Inggris“. Kami tentu sangat khawatir dan langsung mengirim SMS ke wali kelas. Minta bantuan wali kelas untuk membuat Fayra tidak takut ke sekolah, dan membuat pelajaran membaca menyenangkan untuk anak-anak. Saya berjanji untuk membantunya di rumah.

Kurang dari setahun nanti Fayra akan masuk SD. Paling tidak Fayra harus bisa membaca dalam waktu 3 bulan kedepan. Targetnya bulan Desember harus sudah bisa membaca sebuah kalimat sederhana.

Saya membuat strategi:

  • Saya mencoba seminim mungkin berbicara dalam bahasa Indonesia ke Fayra. Sementara orang lain dirumah tetap berbahasa Indonesia
  • Saya stop belajar baca dalam bahasa Indonesia
  • Untuk pendalaman Iqra, Fayra hanya mempelajarinya di Sabtu dan Minggu pagi selama 1 jam.
  • Setiap Sabtu, Fayra fokus belajar membaca dalam bahasa Inggris selama 2 jam. Setelah ngaji.
  • Buku cerita yang dibacakan untuk Fayra harus tertulis dalam bahasa Inggris. Saat membacakan cerita, saya suka pura-pura tidak bisa membaca sebuah kata dan minta Fayra untuk membacakan kata tersebut.

Alhamdulillah setelah 1 bulan, Fayra menampakan kemajuan. Dan saya menerima catatan baru di buku komunikasi:

Kami masih terus menyemangati Fayra untuk bisa membaca. Sekarang Fayra sudah bisa membaca cerita sederhana:

I have a cat

The cat is fat

Cat eats fish

Semoga Desember nanti Fayra sudah bisa membaca sebuah buku cerita anak dengan lengkap. Supaya tahun depan siap masuk SD.

*gak rela my little princess udah mo SD aja, jangan cepat gede dong nduk*

Update: tx to Dini yang ngasih tau web keren ini untuk anak belajar baca in english –> www.starfall.com

Mandarin speaking test

Mandarin speaking test

Tadi malam Rafa meminta bantuan saya untuk mempersiapkan ‘speaking test’ selama ujian pertengahan semester. Kemarin Rafa sudah berhasil melalui ujian bicara untuk Bahasa Indonesia dan English. Hari ini dijadwalkan untuk ujian bicara dalam bahasa Mandarin.

I’m totally lost!

Dulu almarhum Bapak bisa bicara dalam beberapa bahasa, diantaranya English, Arabic dan Mandarin. Sebenarnya beliau berharap anak-anaknya mengikuti jejak dirinya dalam berbahasa asing. Tapi namanya juga anak kecil, saya menganggap Mandarin tidak penting untuk dipelajari. Dan saya selalu menghindar jika Bapak meminta setoran hafalan 10 kata dalam 1 hari. Saya baru menyesalinya sekarang, saat harus berhadapan dengan partner kerja yang kebanyakan berasal dari China.

Saya bersyukur anak-anak mendapatkan pelajaran Mandarin di sekolahnya. Walau tidak termasuk dalam 5 pelajaran utama yang menentukan naik kelas atau tidak, tetapi setidaknya anak-anak mempelajarinya. Saya tidak menuntut anak-anak untuk mendapatkan nilai sempurna dalam pelajaran ini, karena saya sendiri sebagai orang tuanya tidak bisa mengimbangi mereka dalam belajar.

Dan sekarang Rafa minta saya membantunya?

Pusing lah saya.

Kalau saya melakukan tanya jawab dimana saya bertanya dalam bahasa Inggris kemudian Rafa menjawab dalam bahasa Mandarin, bagaimana saya bisa tahu kalau Rafa menjawab pertanyaan dengan benar?

Disinilah teknologi berperan besar!

Akhirnya saya merekam suara Rafa dan mengirimkan voice notes ke partner saya yang warga negara China via BlackBerry Messenger. Saya minta bantuannya untuk memeriksa apakah pronunciation Rafa sudah benar.

Judulnya “describing yourself in Mandarin”, jadi Rafa berbicara tentang dirinya dalam bahasa Mandarin.

Beberapa saat kemudian, terjadi percakapan antara saya dengan partner:

Partner: He is introducing his name, birthday, address, phone number and family member. Your son is good for a beginner. His pronunciation is correct. Just not so familiar with the tone. Maybe he got it from his teacher.

De: What do you mean? His teacher is imported from Beijing

Partner: Your son’s voice tone is like western part of China. Different part of China, different tone. Ask him to carry on, the tone is not a big issue. Just watch some Chinese movie, he will become better. Chinese is difficult even for our local people. He is quite good

De: Aahhh I’m glad to hear that. Thank youuuu

Partner: It’s OK. Bring your son out some day. Let’s talk

De: Maybe when he is on holiday, I will bring him to office. We can have lunch together.

Partner: Yupe, good. Maybe he will take a Chinese as girlfriend, which will help him further on language

De: No la, he will work for telco industry. And you guys will help him further. Hahaha

Partner: Better become our Country Director

De: Hahahaha ammeeenn for that. Thank you for your help. Really appreciate it.

Partner: Happy to hear your son’s speaking Mandarin. Keep encourage him.

——————————————————————-

Waaahhh legaaaa banget. Setidaknya kalo orang China asli bisa mengerti apa yang diucapkan Rafa, ini sudah lebih dari cukup. Rafa baru belajar Mandarin satu tahun terakhir. Dan cengkok/dialeg bukan masalah. Itu bisa dilatih nanti saat Rafa berada dilingkungan yang terkondisikan berbahasa Mandarin.

We’re proud of you, mas! *I know you read this blog in front of your laptop and have a big smile*

PS: Just do your best for mid semester written test next week. Good luck, mas!

Tour de Java with Kids

Tour de Java with Kids

Pada bulan Juli 2011, kami melakukan liburan ke Jawa Tengah dengan mengendarai mobil. Ini adalah bagian dari Tour De Java with Kids yang sudah kami rencanakan jauh sebelumnya. Dilanjutkan dengan perjalanan mudik ke kampung halaman papanya anak-anak di Surabaya akhir Agustus 2011. Cukup sudah penjelejahan kami dari Jakarta sampai timur pulau Jawa.

Kami mengajak anak-anak untuk belajar menikmati perjalanan darat dengan beberapa tahapan perjalanan sesuai dengan waktu tempuh:

  • Jakarta – Bandung (3 jam)
  • Jakarta – Cirebon (5 jam)
  • Jakarta – Jogja (10 jam)
  • Jakarta – Surabaya (20 jam)

Misi kami saat membawa anak-anak ‘overland trip‘ antara lain:

  1. Belajar packing
  2. Anak-anak belajar untuk membedakan barang bawaan sesuai dengan jenis perjalanan. Kalau naik pesawat kita bisa membawa koper besar, maka untuk perjalanan menggunakan mobil kita harus membawa ukuran tas yang lebih kecil. Supaya bisa muat saat diselipkan ke berbagai area di mobil.

    Ini bawaan kami saat pergi kemarin:

    Koper berbentuk seperti telur warna pink, udah jelas dong punya siapa? Yupe, isinya barang Fayra

    Koper semi travel bag di belakang kiri yang kotak-kotak biru, itu milik Rafa. Semua kebutuhannya dimasukan sendiri ke dalam situ. Setiap packing, Rafa selalu tanya “berapa malam kita pergi?” Karena Rafa akan menghitung dan mengisi tasnya dengan: (baju tidur * jumlah malam) + (underwear * 2 * jumlah hari) + (baju pergi * 2 * jumlah hari) + baju renang + handuk + peralatan mandi. Alhamdulillah Rafa sudah terbiasa packing sendiri dari umur 7 tahun.

    Ransel beroda dikanan berisi barang-barang saya dan Masguh.

    Ransel atas kiri berisi susu + cemilan + mainan + buku + tisu basah/kering + vitamin/obat2an untuk anak-anak.

    Tas merah tentunya berisi kamera untuk mengabadikan perjalanan kami.

  3. Belajar menikmati perjalanan
  4. Membawa anak-anak dalam perjalanan tentunya membuat perjalanan sedikit lebih santai.

    Kalo capek … ya kami berhenti dan istirahat di pinggir jalan atau rest area

    Tiap ada yang menarik … ya kami minggir dan mampir

    Jam makan harus tetap disiplin … begitu juga kalo anak-anak pingin ke toilet. Tidak tunda-tunda, langsung cari yang terdekat.

    Menginap kalau memang dibutuhkan.

    Amunisi untuk mengusir kebosanan juga disiapkan. Dari membawa alat gambar, buku, mainan, Ipod, DVD, bantal, guling … sampai membuat beberapa permainan di dalam mobil. Fayra tuh yang suka rajin tanya “are we there yet? how long? how far?

    Untuk Fayra, kita suka bermain I SPY. Misalnya Fayra bilang “kak, I spy a green and tall thing. Guess what is it?“. Atau tebak-tebakan bentuk awan mirip dengan benda apa.

    Untuk Rafa yang udah kelas 5 SD, kami bermain tebak-tebakan jarak tempuh – kecepatan mobil – waktu tempuh perjalanan. Karena Rafa sudah mempelajari Kilometer per Jam, jadi kita main hitung-hitungan di jalan. Agak ribet memang, karena mau-gak mau kami sebagai orang tua jadi harus mengasah otak untuk cepat-cepat berhitung. Hehehehe

  5. Belajar menikmati pemandangan alam
  6. Pemandangan alam memang menjadi daya tarik tersendiri. Anak-anak heboh banget saat lihat gunung – pantai – tambak garam – danau – hutan (ya kami sempat lewat Alas Roban dan menempuh jalur alternatif Majalengka – Subang – Sadang yang masih penuh dengan pohon-pohon tinggi. Jalanan yang kami lalui terlihat seperti membelah hutan).

    Kami sempat berhenti di beberapa perkebunan:

    Kami suka berpetualang sedikit:

    Kami mampir melihat danau:

    Rafa suka meminjam kamera papanya untuk mengabadikan sesuatu yang menarik di matanya:

    Kami suka main air + pasir:

    Kami berhenti di pantai sekitar daerah Paciran – Lamongan hanya untuk membiarkan Fayra merasakan deburan ombak di kakinya. Ini pengalaman pertama Fayra. Hanya 15 menit, kemudian kembali ke mobil untuk melanjutkan perjalanan:

    Kami sempat mengunjungi candi Prambanan:

    Kami mengunjungi Candi Arjuna di kawasan Dieng – Jawa Tengah:

    Rafa senang belajar membatik:

    pssttt liat gak apa yang ada dikantong celana Fayra? yak Anda gak salah lihat, itu KATAPEL hehehe. Jagoan banget kan.

  7. Mencoba toilet umum
  8. Selama diperjalanan tentunya mau tidak mau kami mencoba beberapa toilet umum.

    Dengan demikian anak-anak belajar bahwa tidak semua toilet menyediakan cukup air apalagi tisu. Jadi setiap anak-anak merasa butuh ke toilet, mereka harus siap membawa tisu kering/basah sendiri juga uang ribuan untuk membayar saat keluar.

  9. Mencoba berbagai jenis makanan
  10. Kami tidak membawa makanan berat selama perjalanan. Disinilah seni nya perjalanan darat, kami bisa mampir di warung-warung pinggir jalan dan mencoba berbagai jenis makanan dari setiap daerah yang kami kunjungi.

    Kami makan Empal Gentong Asem di Ampera – Cirebon, kami makan pecel didepan pasar Bringharjo – Jogja, kami makan tahu campur di Surabaya.

    Dengan makan di warung pinggir jalan, anak-anak belajar betapa beragamnya jenis bahasa dan dialek/cengkok setiap berinteraksi dengan penjual makanan. Mereka takjub bahwa di satu pulau Jawa saja, jenis makanan, bahasa dan dialek dari Cirebon sampai Surabaya sangat berbeda.

    Anak-anak belajar betapa kaya negeri Indonesia kita!

  11. Beribadah di berbagai mesjid
  12. Setiap waktu sholat, kami selalu mencari mesjid yang terdekat. Anak-anak belajar mengenal arsitektur bangunan mesjid yang menarik dan beda, tempat wudhunya dan juga macam-macam ukuran bedug.

  13. Belajar bersyukur
  14. Yang paling penting dari semua perjalanan ini terlebih saat mudik lebaran, kami belajar bersyukur waktu melihat pemudik lain dengan motor / bajaj / mobil bak terbuka yang ditutup terpal.

    Kami bersyukur karena setidaknya kondisi kami sedikit lebih nyaman, tidak kepanasan dan tidak kehujanan.

    Kami bersyukur bisa melakukan perjalanan ini lengkap dengan seluruh anggota keluarga. Ada ibu, ada bapak, ada kakak, ada adik.

    Kami bersyukur selamat selama perjalanan dan kembali dalam keadaan sehat.

Tips untuk dilakukan:

  1. Persiapkan kendaraan sebelum menempuh perjalanan. Isi bahan bakar, cek air, cek ban, dll.
  2. Gunakan pakaian yang nyaman selama perjalanan.
  3. Untuk ibu dan anak perempuan, paling nyaman pakai rok. Karena saat ke toilet, kita bisa langsung angkat rok hehehe. Gak perlu khawatir celana basah karena jatuh di toilet.
  4. Siapkan amunisi untuk mengusir kebosanan. Orang tua harus kreatif dan mengerti kebutuhan anak.
  5. Lakukan dialog dengan anak dan berikan penjelasan yang masuk akal, untuk memenuhi rasa keingintahuan anak.
  6. Siapkan uang dalam pecahan kecil (recehan) untuk antisipasi pungutan liar dijalan. Biasanya kalo ada jalan berlubang, penduduk setempat suka minta sumbangan.
  7. Aura positif orang tua selama perjalanan, saat mempengaruhi mood anak.

Ternyata membawa anak-anak menempuh perjalanan darat melampaui waktu 24 jam (saat arus balik mudik), tidak merepotkan loh!

Kami sangat menikmati perjalanan ini dan mendapatkan banyak pelajaran.

Semoga sharing ini bermanfaat untuk keluarga lain. Ayo dicoba, seru kok!

Rafayra ke Bank

Rafayra ke Bank

Hai hai … gimana liburan nya? Semoga menyenangkan yah

Kami ucapkan Selamat Hari Raya Idul Fitri, Mohon maaf lahir batin untuk pembaca blog ini *kek ada yg baca aja*

Sebelum mudik lebaran ke Surabaya, kami menyempatkan untuk membawa Rafa dan Fayra ke bank dekat rumah. Kebetulan Bank Permata ada program tabungan Permata Bintang untuk anak-anak:

  1. Kartu ATM dan buku tabungannya menggunakan design Pricess & Cars (tokoh kartun anak)
  2. Menggunakan data diri orang tua (cuma menunjukan KTP asli)
  3. Nama di kartu ATM adalah nama anak
  4. Setoran awal cuma 100rb
  5. Setoran selanjutnya minimal 25rb
  6. Tidak ada biaya administrasi (potongan) tiap bulan

Kami gak tanya sih bunga nya berapa. Karena kami gak begitu peduli juga. Tabungan ini semata untuk sarana anak-anak belajar menabung dan mengenal sistem per-bank-an.

Dengan membawa anak ke bank, mereka belajar beberapa hal:

    1. Belajar mengantri

Saat mereka memasuki pintu bank, disapa oleh satpam. Anak-anak diajarkan cara mengambil nomor antrian yang berbeda untuk ke teller dan customer service. Alhamdulillah Bank Permata mempunyai ruang tunggu yang ramah anak-anak. Jadi mereka sibuk bermain selama menunggu nomor antrian dipanggil.

    1. Belajar mengisi form dan mengingat data diri

Walaupun seluruh form diisi dengan data orang tua, tapi anak-anak melihat saya mengisi seluruh informasi pada form pembukaan rekening. Saya jelaskan data apa yang saya tulis seperti nama lengkap, alamat rumah, nomor telepon dan tandatangan. Sehingga Rafa dan Fayra mengerti bawa mereka harus menghafal data tersebut juga harus belajar untuk membuat tandatangan

    1. Belajar fungsi buku tabungan dan kartu ATM

Saya jelaskan ke anak-anak betapa pentingnya menjaga buku tabungan dan kartu ATM. Mereka belajar bahwa buku tabungan dan kartu ATM adalah bukti kepemilikan rekening. Dimana jika salah satunya hilang, kita harus lapor ke polisi dan menyerahkan surat kehilangan dari polisi ke bank. Mereka belajar untuk menghafal nomor PIN kartu ATM dan merahasiakannya.

Anak-anak belajar bahwa mereka bisa melihat lalu lintas angka-angka yang tertulis di buku tabungan. Mereka mengerti konsep tabungan adalah menitipkan uang ke lembaga resmi untuk dikelola. Jadi mereka gak nangis/sedih saat harus menyerahkan uangnya. Dan yang penting mereka sekarang jadi paham bahwa uang yang bisa diambil dari mesin ATM adalah sejumlah yang mereka titipkan. Jadi tidak semata-mata saat butuh uang, mesin ATM bisa mengeluarkan berapa pun yang mereka butuhkan.

Beginilah penampakan buku tabungan dan buku petunjuk untuk Rafa:

Beginilah penampakan buku tabungan dan kartu ATM untuk Fayra:

    1. Belajar menggunakan mesin ATM

Untuk menyingkat waktu, kami memilih kartu ATM instant. Karena jika kita ingin nama anak tercetak pada kartu ATM, kita harus menunggu sekitar 1-2 minggu. Harus kembali datang ke bank untuk mengambil kartu tsb. Sementara anak-anak udah gak sabar pingin liat dan pingin punya hehehe.

Karena PIN dan kartu ATM langsung aktif saat itu juga, keluar dari bank kami langsung menuju mesin ATM. Saya tunjukan cara memasukkan kartu, input nomor PIN, dan jelaskan menu apa saja yang tersedia. Setelah itu Rafa langsung mencoba sendiri untuk cek saldo.

    1. Belajar mengelola keuangan

Kenapa kami menyempatkan buka rekening sebelum libur lebaran? Karena saat lebaran anak-anak menerima THR dari saudara-saudaranya. Jadi begitu mereka terima uang, mereka mengerti bahwa akan lebih aman jika uang tsb disimpan di bank daripada disimpan di rumah atau dihabiskan untuk membeli makanan/pakaian/mainan/buku.

Kami bebaskan anak-anak untuk mengatur sendiri uang yang mereka dapat. Yang pasti Rafa dan Fayra paham bahwa mereka harus mengalokasikan berapa yang akan digunakan untuk membeli buku atau mainan, dan berapa yang harus ditabung. Alhamdulillah mereka menyisihkan 70% dari uang yang didapat untuk ditabung dulu, dan sisanya baru digunakan untuk membeli barang yang mereka inginkan.

Semoga kebiasaan menabung ini akan terus dibawa sampai mereka dewasa, apapun bentuk tabungan mereka nanti.

Note: bukan posting berbayar. bukan iklan Bank Permata.