Cirebon 1 malam
Hedeeehh judulnya kaya judul lagu dangdut yang lagi ngetop di youtube ajah. Tapi cuma itu yang menggambarkan perjalanan kami ke Cirebon pertama kalinya ini. Dan tujuan perjalanan kami ke kota Brebes, jadi di Cirebon kami hanya singgah dan istirahat tengah malam.
Berangkat naik mobil dari BSD jam 5 sore, kami tiba di Cirebon jam 10 malam. Alhamdulillah udah dibookingin hotel sama Teh Thita yg kebetulan lagi mudik. Walau sayangnya gak bisa ketemu teteh, karena sebelum kami berangkat teteh sudah dalam perjalanan pulang.
Keluar tol Cirebon, kami langsung menuju tengah kota dan mencari jalan Siliwangi. Walau hampir larut malam, hotel Sare Sae dapat kami temukan dengan mudah. Kalau naik kendaraan umum, dari stasiun kereta cuma 200meter. Becak juga banyak di depan hotel. Jadi kalo mau jalan-jalan dari hotel gampang.
Setelah kami check-in dan menaruh tas, kami langsung keluar mencari tempat makan yang masih buka jam 10 malam gini. Tersebutlah seafood H. Moel yang terkenal di Cirebon.
Seafood H. Moel
Seafood & Chinese Food
Jl. Kalibaru Selatan 31 Cirebon
Telpon: 0231-247-642 (melayani pesan antar)
Kalo mo makan seafood di Cirebon, datang deh kesini. Menurut teman-teman asli Cirebon, menu yang paling ngetop itu UDANG BAKAR. Begitu juga menurut review wisata loka.
Ternyata gak salah deh. Emang udang bakarnya mantab banget. Makanan disini gak mahal juga kok. Rata-rata Rp 10,000 per porsi (misal cah kangkung, kerang rebus, dll) kecuali si udang ngetop ini yah. 1 piring berisi 10 ekor udang yang ukurannya lumayan besar, harganya Rp 60,000 per porsi. Bumbu yang top banget, pedas – manis – gurih. Rafa aja gak berenti berenti makanin. Sayang Fayra gak kuat pedasnya, dan milih makan telur puyuh yang ada dalam cah kangkung.
Waktu baca review di detikfood, kami langsung aja minta menu yang sama yaitu Kakap Cobek. Tapi karena sampai tempat makan ini sudah jam 11 malam, kakap nya sudah habis terjual. Diganti sama bawal bakar deh.
Enyak, murah, puas.
Hotel Sare Sae
website: http://saresae-hotel.blogspot.com
Jalan Siliwangi No.70 Cirebon
Telp. 0231-209489
Dalam bahasa Sunda, Sare artinya tidur – Sae artinya enak/bagus. Nama hotel ini sederhana banget yah … tidur nyenyak. Harapan pemilik hotel supaya tamu yang datang bisa tidur dengan nyenyak di penginapan ini.
Kami mengambil tipe kamar Deluxe dengan harga Rp 300,000 per malam. Karena kami ber5 (mami ikut), jadi kami pilih twin bed yang katanya berukuran 120x200cm. Ketika kami tiba disana, semua kamar sudah penuh. Hanya tersisa kamar kami karena memang sudah dipesan dari pagi hari. Kami kecewa ketika menemukan ukuran tempat tidur tidak seperti yang dikatakan saat teh Thita pesan kamar, ukuran tempat tidurnya hanya 100x200cm saja. Kami pun pesan 1 kasur tambahan dengan harga Rp 100,000. Sementara ukuran tempat tidur yang single bed, besar sekali … tapi sayang tidak bisa pindah kamar karena semua kamar penuh.
Tempat tidur kiri diisi saya + fayra, tempat tidur kanan diisi mami seorang, sementara extrabed diisi masguh dan Rafa. hihihihi kasian banget deh cowok-cowok dilantai. Tentunya kami tambah gelar bedcover supaya kalo Rafa miring-miring, gak langsung ke lantai. Dingin banget soalnya.
Sekilas hotel ini lebih cocok disebut losmen. Melihat bentuk bangunan nya memang seperti penginapan jaman saya kecil. Bangunan utama untuk kantor pengelola dan penerima tamu, bangunan di kiri digunakan untuk restoran, sementara jejeran kamar berada dibangunan belakang dua lantai. Di depan kamar ada kolam panjang yang memisahkan halaman kamar dengan tempat parkir mobil. Sangat sederhana, baik bentuk bangunan maupun material yang digunakan dalam bangunan.
Maaf saat ngambil foto diatas saya lupa menutup kloset. Apakah menjijikan? Duh maaf banget bukan fotographer majalah design rumah soalnya. Saya foto begitu masuk kedalam tanpa merubah posisi barang apapun yang ada didalam kamar mandi ini.
Beginilah kondisi kamar mandinya. Lantai dari batu koral, bak mandi terbuat dari tembikar atau tanah liat, lengkap dengan gayung.
Konsep hotel ini memang kembali ke alam. Semua bagian dari hotel ini bernuansa tradisional alami. Walau demikian, air yang mengalir dari pancuran lengkap dengan air panas. Ada tuas di kiri bak yang bisa kita geser ke kanan untuk air biasa, dan geser ke kiri untuk mengucurkan air panas. Jadi jangan khawatir, semua sudah dipikirkan oleh pengelola hotel. Jadi ini memang hotel nostalgia …. bangunan seperti losmen, tapi pelayanan hotel.
Pelayanan hotel yang diberikan seperti layaknya hotel modern lain. Di kamar mandi disediakan sikat gigi, pasta gigi, sabun, shampo, tisu, dan lain-lain. Lengkap dengan 2 buah handuk besar dan handuk kecil yang digantung di kayu/rotan. Pintu kamar mandi menggunakan gebyokan kecil. Itu loh pintu yang ada ukirannya.
Kamar dilengkapi dengan TV, kulkas kecil, lemari pakaian dari campuran kayu dan bambu. Petugas juga menyediakan air minum biasa dan termos air panas. Kalau kita bawa mobil kesini, besok pagi mobil kita sudah kinclong dicuci oleh petugas hotel. Itu semua bagian dari service mereka.
Sarapan disediakan gratis di ruang makan seperti foto diatas. Menunya nasi uduk lengkap dengan minuman teh atau kopi. Tapi karena waktu kami sangat singkat disini, kami tidak merasakan masakan hotel. Kami sengaja check-out hotel pagi-pagi untuk bisa mampir wisata kuliner di Nasi Jamblang Mang Dul.
Review kami atas hotel ini:
- Murah meriah 300rb dengan pelayanan memuaskan sudah termasuk makan pagi dan cuci mobil.
- Hotel sangat bersih dan terawat.
- Konsep hotel traditional alami. Jadi kalau gak suka yang jaman dulu (jadul), pasti akan menilai hotel ini kemahalan dibanding tampilannya. Padahal pelayanannya beneran seperti HOTEL loh. Puas deh
- Kalau bawa anak kecil, sebaiknya ambil tipe single bed deh. Jadi tempat tidurnya besar.
Nasi Jambang Mang Dul
Semua orang bilang kalo nasi jamblang itu makanan khas Cirebon. Kami penasaran kaya apa sih nasi jamblang itu? Maka mampirlah kami ke Mang Dul yang sangat tersohor. Jam 6 pagi aja, tempat ini sudah ramai pembeli.
Saat kita masuk, disambut dengan meja kasir. Sisi kanan berisi deretan kursi dingklik panjang seperti diwarteg tapi disini tanpa meja tinggi. Sisi kanan ada sebuah meja panjang dengan beberapa baskom berisi berbagai macam lauk pauk. Nasinya dibungkus daun jati, diletakan dalam piring plastik. Kita pilih sendiri mau lauk pauk apa dari baskom-baskom yang tersedia.
Sambalnya agak aneh menurut saya, karena tidak diulek hanya cabai iris tipis. Jadi gak berasa makan sambel. Lauk pauk yang paling digemari: tahu – tempe goreng, empal, paru goreng.
Rafa ngabisin 2 bungkus nasi dengan 5 macam lauk. Asyik aja makan sendiri gak peduli adeknya gangguin disebelahnya. Kami berlima … cuma abis 60rb-an.
Setelah kenyang, kami melanjutkan perjalanan ke Brebes. Insya Allah kapan-kapan kami akan kembali ke Cirebon dengan niat liburan. Supaya kami bisa mampir ke keraton, kampung batik, dan wisata kuliner tentunya.



















Situ Patengan
Melihat danau yang begitu luas, Rafa mengajak papa untuk naik perahu. Liat aja tuh gaya Rafa diatas perahu, matanya mercing karena silau. hehehe
Setelah Rafa puas naik perahu, kami mencari warung untuk makan. Sayang…tidak banyak warung yang menyajikan menu berat untuk makan siang. Sekalinya ada….ternyata makanannya tidak enak sama sekali. Yah dari pada kelaperan karena sudah jam 3, kami makan saja dengan terpaksa.
Dalam perjalanan kembali ke arah kota, kami melalui begitu banyak kebun stroberi yang memasang plang “PETIK SENDIRI”. Akhirnya kami penasaran dan belok ke salah satu kebun yang ada di kiri jalan. Ada 1 kios kecil yang menjual aneka olahan stroberi. Harga buah stroberi per kilo Rp 25,000 tetapi jika kita ingin memetik sendiri harganya menjadi Rp 30,000 per kilo. Yah ada kepuasan yang harus dibayar Rp 5,000 hehehe
Tentu aja Rafa memilih untuk memetik sendiri stroberinya. Rafa diberikan keranjang plastik kecil oleh petugas. Dengan sangat antusias Rafa langsung menyusuri seluruh kebun dan mencari stroberi yang matang. Rafa selalu mengingat pesan dari uti “pokoknya kamu harus petik yang bentuknya agak besar dan sudah berwarna merah ya. Kalau masih hijau kekuningan atau pink jangan dipetik. Itu belum matang”
Fayra yang tadinya bobo sambil nenen di mobil sama Mama, akhirnya bangun. Mama mengajak Fayra untuk ikut ke tengah kebun membantu mas Rafa memetik stroberi. Fayra senang sekali, sampai daun pun ikut dipetiknya. Ternyata hasil petikan Rafa cukup banyak juga. Papa mengingatkan kalo matahari sudah hampir tenggelam. Kami menyudahi acara petik stroberi dan menyerahkan keranjang ke petugas.
Fayra agak ‘ndeso’ waktu pertama kali turun ke dalam kolam. Sibuk ngelirik ke anak-anak lain yang lebih dulu ada di kolam. Dan dia cukup kagum (atau heran yah) dengan gelembung-gelembung air. Gak lama fayra berendam di kolam air hangat ini. Maklum masih pertama kali…jadi cukup sebentar aja. Papa dapat 7 putaran, mama cuma 5 putaran udah gak sanggup kedinginan. Yang paling lama pasti mas Rafa, dia gak mau ‘mentas’ sebelum tangannya keriput. hihihihi
Setelah Rafa puas bermain, kami menuju ke Sembara. Rumah makan yang menyajikan makanan sunda enak dan murah. Foto-foto di dinding nya lucu-lucu banget deh. Kami makan sambil senyum-senyum liat semua foto yang ada di dinding. Kaya apa sih potonya? wah sulit dilukiskan dengan kata-kata. Pokoknya coba cari aja rumah makan sembara ini.