Browsed by
Category: Jawa Barat

Cirebon 1 malam

Cirebon 1 malam

Hedeeehh judulnya kaya judul lagu dangdut yang lagi ngetop di youtube ajah. Tapi cuma itu yang menggambarkan perjalanan kami ke Cirebon pertama kalinya ini. Dan tujuan perjalanan kami ke kota Brebes, jadi di Cirebon kami hanya singgah dan istirahat tengah malam.

Berangkat naik mobil dari BSD jam 5 sore, kami tiba di Cirebon jam 10 malam. Alhamdulillah udah dibookingin hotel sama Teh Thita yg kebetulan lagi mudik. Walau sayangnya gak bisa ketemu teteh, karena sebelum kami berangkat teteh sudah dalam perjalanan pulang.

Keluar tol Cirebon, kami langsung menuju tengah kota dan mencari jalan Siliwangi. Walau hampir larut malam, hotel Sare Sae dapat kami temukan dengan mudah. Kalau naik kendaraan umum, dari stasiun kereta cuma 200meter. Becak juga banyak di depan hotel. Jadi kalo mau jalan-jalan dari hotel gampang.

Setelah kami check-in dan menaruh tas, kami langsung keluar mencari tempat makan yang masih buka jam 10 malam gini. Tersebutlah seafood H. Moel yang terkenal di Cirebon.

Seafood H. Moel

Seafood & Chinese Food
Jl. Kalibaru Selatan 31 Cirebon
Telpon: 0231-247-642 (melayani pesan antar)

Kalo mo makan seafood di Cirebon, datang deh kesini. Menurut teman-teman asli Cirebon, menu yang paling ngetop itu UDANG BAKAR. Begitu juga menurut review wisata loka.

Ternyata gak salah deh. Emang udang bakarnya mantab banget. Makanan disini gak mahal juga kok. Rata-rata Rp 10,000 per porsi (misal cah kangkung, kerang rebus, dll) kecuali si udang ngetop ini yah. 1 piring berisi 10 ekor udang yang ukurannya lumayan besar, harganya Rp 60,000 per porsi. Bumbu yang top banget, pedas – manis – gurih. Rafa aja gak berenti berenti makanin. Sayang Fayra gak kuat pedasnya, dan milih makan telur puyuh yang ada dalam cah kangkung.

Waktu baca review di detikfood, kami langsung aja minta menu yang sama yaitu Kakap Cobek. Tapi karena sampai tempat makan ini sudah jam 11 malam, kakap nya sudah habis terjual.  Diganti sama bawal bakar deh.

Enyak, murah, puas.

Hotel Sare Sae

website: http://saresae-hotel.blogspot.com
Jalan Siliwangi No.70 Cirebon
Telp. 0231-209489

Dalam bahasa Sunda, Sare artinya tidur  – Sae artinya enak/bagus. Nama hotel ini sederhana banget yah … tidur nyenyak. Harapan pemilik hotel supaya tamu yang datang bisa tidur dengan nyenyak di penginapan ini.

Kami mengambil tipe kamar Deluxe dengan harga Rp 300,000 per malam. Karena kami ber5 (mami ikut), jadi kami pilih twin bed yang katanya berukuran 120x200cm. Ketika kami tiba disana, semua kamar sudah penuh. Hanya tersisa kamar kami karena memang sudah dipesan dari pagi hari. Kami kecewa ketika menemukan ukuran tempat tidur tidak seperti yang dikatakan saat teh Thita pesan kamar, ukuran tempat tidurnya hanya 100x200cm saja. Kami pun pesan 1 kasur tambahan dengan harga Rp 100,000. Sementara ukuran tempat tidur yang single bed, besar sekali … tapi sayang tidak bisa pindah kamar karena semua kamar penuh.

Tempat tidur kiri diisi saya + fayra, tempat tidur kanan diisi mami seorang, sementara extrabed diisi masguh dan Rafa. hihihihi kasian banget deh cowok-cowok dilantai. Tentunya kami tambah gelar bedcover supaya kalo Rafa miring-miring, gak langsung ke lantai. Dingin banget soalnya.

Sekilas hotel ini lebih cocok disebut losmen. Melihat bentuk bangunan nya memang seperti penginapan jaman saya kecil. Bangunan utama untuk kantor pengelola dan penerima tamu, bangunan di kiri digunakan untuk restoran, sementara jejeran kamar berada dibangunan belakang dua lantai. Di depan kamar ada kolam panjang yang memisahkan halaman kamar dengan tempat parkir mobil. Sangat sederhana, baik bentuk bangunan maupun material yang digunakan dalam bangunan.

Maaf saat ngambil foto diatas saya lupa menutup kloset. Apakah menjijikan? Duh maaf banget bukan fotographer majalah design rumah soalnya. Saya foto begitu masuk kedalam tanpa merubah posisi barang apapun yang ada didalam kamar mandi ini.

Beginilah kondisi kamar mandinya. Lantai dari batu koral, bak mandi terbuat dari tembikar atau tanah liat, lengkap dengan gayung.

Konsep hotel ini memang kembali ke alam. Semua bagian dari hotel ini bernuansa tradisional alami. Walau demikian, air yang mengalir dari pancuran lengkap dengan air panas. Ada tuas di kiri bak yang bisa kita geser ke kanan untuk air biasa, dan geser ke kiri untuk mengucurkan air panas. Jadi jangan khawatir, semua sudah dipikirkan oleh pengelola hotel. Jadi ini memang hotel nostalgia …. bangunan seperti losmen, tapi pelayanan hotel.

Pelayanan hotel yang diberikan seperti layaknya hotel modern lain. Di kamar mandi disediakan sikat gigi, pasta gigi, sabun, shampo, tisu, dan lain-lain. Lengkap dengan 2 buah handuk besar dan handuk kecil yang digantung di kayu/rotan. Pintu kamar mandi menggunakan gebyokan kecil. Itu loh pintu yang ada ukirannya.

Kamar dilengkapi dengan TV, kulkas kecil, lemari pakaian dari campuran kayu dan bambu. Petugas juga menyediakan air minum biasa dan termos air panas. Kalau kita bawa mobil kesini, besok pagi mobil kita sudah kinclong dicuci oleh petugas hotel. Itu semua bagian dari service mereka.

Sarapan disediakan gratis di ruang makan seperti foto diatas. Menunya nasi uduk lengkap dengan minuman teh atau kopi. Tapi karena waktu kami sangat singkat disini, kami tidak merasakan masakan hotel. Kami sengaja check-out hotel pagi-pagi untuk bisa mampir wisata kuliner di Nasi Jamblang Mang Dul.

Review kami atas hotel ini:

  • Murah meriah 300rb dengan pelayanan memuaskan sudah termasuk makan pagi dan cuci mobil.
  • Hotel sangat bersih dan terawat.
  • Konsep hotel traditional alami. Jadi kalau gak suka yang jaman dulu (jadul), pasti akan menilai hotel ini kemahalan dibanding tampilannya. Padahal pelayanannya beneran seperti HOTEL loh. Puas deh
  • Kalau bawa anak kecil, sebaiknya ambil tipe single bed deh. Jadi tempat tidurnya besar.

Nasi Jambang Mang Dul

Semua orang bilang kalo nasi jamblang itu makanan khas Cirebon. Kami penasaran kaya apa sih nasi jamblang itu? Maka mampirlah kami ke Mang Dul yang sangat tersohor. Jam 6 pagi aja, tempat ini sudah ramai pembeli.

Saat kita masuk, disambut dengan meja kasir. Sisi kanan berisi deretan kursi dingklik panjang seperti diwarteg tapi disini tanpa meja tinggi. Sisi kanan ada sebuah meja panjang dengan beberapa baskom berisi berbagai macam lauk pauk. Nasinya dibungkus daun jati, diletakan dalam piring plastik. Kita pilih sendiri mau lauk pauk apa dari baskom-baskom yang tersedia.

Sambalnya agak aneh menurut saya, karena tidak diulek hanya cabai iris tipis. Jadi gak berasa makan sambel. Lauk pauk yang paling digemari: tahu – tempe goreng, empal, paru goreng.

Rafa ngabisin 2 bungkus nasi dengan 5 macam lauk. Asyik aja makan sendiri gak peduli adeknya gangguin disebelahnya. Kami berlima … cuma abis 60rb-an.

Setelah kenyang, kami melanjutkan perjalanan ke Brebes. Insya Allah kapan-kapan kami akan kembali ke Cirebon dengan niat liburan. Supaya kami bisa mampir ke keraton, kampung batik, dan wisata kuliner tentunya.

Kunjungan ke Jatiluhur

Kunjungan ke Jatiluhur

Waduk Jatiluhur – 2 Jan 2010

Semester 1 kelas 3 SD, Rafa mendapatkan pelajaran IPA yang menjelaskan tentang kenampakan alam dan buatan. Kata-kata tersebut agak kurang familiar di telinga, tapi setelah membaca bukunya lebih lanjut … ternyata artinya:

  • Kenampakan Alam = Pemandangan alam yang merupakan buatan Tuhan YME (mis: gunung, pantai, laut, dll)
  • Kenampakan Buatan = Pemandangan alam yang merupakan buatan manusia (mis: waduk, gedung bertingkat, airport, dll)

Ketika melihat kata ‘waduk’, Rafa pun meminta penjelasan lebih lanjut tentang waduk. Walau sudah digambarkan dengan kata-kata, Rafa masih gak puas juga. Akhirnya saat libur setelah ambil raport, papa mengajak Rafa & Fayra mengunjungi waduk jatiluhur.

Kami pergi berempat melewati tol Purbaleunyi (Purwakarta-Bandung-Cileunyi), keluar di gerbang tol Jatiluhur. Masguh yang kebetulan pernah tinggal selama 3 bulan selama masa pendidikan dari kantornya, hafal banget jalanan menuju waduk. Gak perlu lagi mencari papan petunjuk jalan ataupun bertanya ke orang di pinggir jalan.

Sampai dikawasan waduk kami harus membayar Rp 10,000/orang x 3 (Fayra gak dihitung) + Rp 15,000/mobil. Total kami membayar 45rb untuk bisa masuk.

Waduk Jatiluhur terletak di Kecamatan Jatiluhur, Kabupaten Purwakarta (±9 km dari pusat Kota Purwakarta). Bendungan Jatiluhur adalah bendungan terbesar di Indonesia. Bendungan itu dinamakan oleh pemerintah: Waduk Ir. H. Juanda, dengan panorama danau yang luasnya 8.300 ha. Bendungan ini mulai dibangun sejak tahun 1957 oleh kontraktor asal Perancis, dengan potensi air yang tersedia sebesar 12,9 milyar m3 / tahun dan merupakan waduk serbaguna pertama di Indonesia.

Di dalam Waduk Jatiluhur, terpasang 6 unit turbin dengan daya terpasang 187 MW dengan produksi tenaga listrik rata-rata 1.000 juta kwh setiap tahun, dikelola oleh PT. PLN (Persero).

Selain dari itu Waduk Jatiluhur memiliki fungsi penyediaan air irigasi untuk 242.000 ha sawah (dua kali tanam setahun), air baku air minum, budi daya perikanan dan pengendali banjir yang dikelola oleh Perum Jasa Trita II.

Selain berfungsi sebagai PLTA dengan sistem limpasan terbesar di dunia, kawasan Jatiluhur memiliki banyak fasilitas rekreasi yang memadai, seperi hotel dan bungalow, bar dan restaurant, lapangan tenis, bilyard, perkemahan, kolam renang dengan water slide, ruang pertemuan, sarana rekreasi dan olahraga air, playground dan fasilitas lainnya. Sarana olahraga dan rekreasi air misalnya mendayung, selancar angin, kapal pesiar, ski air, boating dan lainnya.

Di perairan Danau Jatiluhur ini juga terdapat budidaya ikan keramba jaring apung, yang menjadi daya tarik tersendiri. Di waktu siang atau dalam keheningan malam kita dapat memancing penuh ketenangan sambil menikmati ikan bakar.

Kami menyewa sebuah perahu untuk berkeliling danau dan mendekati bangunan waduk. Orangnya menawarkan Rp 100,000 tetapi setelah diajak ngobrol dan tawar menawar, kami hanya membayar Rp 30,000 aja tuh. hehehe lumayan kan.

Walaupun cuaca agak mendung, gak menyurutkan ketertarikan Rafa dan Fayra. Mereka berdua sangat menikmati jalan-jalan ke kawasan waduk dan terus bertanya banyak hal. Setelah puas main air di pinggir danau, kami melanjutkan perjalanan ke arah atas untuk melihat bangunan waduk dari sisi yang lain.

Stasiun Bumi Indosat Jatiluhur

Karena sudah masuk waktu dzuhur, kami mampir ke Stasiun Bumi Indosat untuk numpang sholat di musholanya. Alhamdulillah bisa masuk setelah ijin di pos satpam dengan menunjukan kartu karyawan masguh.


Indosat baru saja meluncurkan Satelit PALAPA-D pada Q3 2009, untuk menggantikan Satelit PALAPA-C2 yang masa operasionalnya berakhir pada tahun 2011. Layanan dari satelit PALAPA-D yang disediakan Indosat antara lain adalah Transponder Lease untuk layanan broadcasting dan cellular backhaul sebagai basic service, VSAT service, DigiBouquet dan Telecast Service sebagai nilai tambah yang semuanya ditujukan untuk memenuhi kebutuhan korporasi dalam komunikasi data dan broadcasting.

Dikawasan Stasiun Bumi Indosat Jatiluhur ini baru diresmikan Gedung Satelit PALAPA untuk menjadi lokasi pengendali dan pengawas trafik Satelit PALAPA-D serta pemeliharaan (maintenance) perangkat satelit.

Gedung Satelit PALAPA seluas 2.500 m2 ini merupakan bangunan dua lantai yang terdiri dari berbagai ruang pengendali dan pengawas, seperti Ruang Control Communication, Ruang Control Satelit, Ruang Base Band & Intermediate Frequency, Ruang Shelter, Ruang Workshop, Ruang Kerja Staf dan Ruang Istirahat.

Ruang Control Communication berfungsi sebagai ruang pengawas dan pengendali trafik, Ruang Control Satelit berfungsi sebagai ruang monitor dan pengendali Satelit PALAPA–D. Sementara itu Ruang Base Band & Intermediate Frequency merupakan ruang pengendali seluruh perangkat kontrol satelit/trafik melalui komputer.

Papa sempat menunjukan kepada Rafa-Fayra sebuah mobil yang biasa digunakan untuk memancarkan siaran langsung televisi dari tempat liputan secara langsung ke televisi yang ada dirumah melalui Satelit. Sayangnya karena hari libur, papa tidak bisa menunjukan isi dalam mobilnya karena kami tidak bertemu petugas disana.

Karena awan semakin gelap, kami langsung bersiap-siap pulang. Sebelumnya mampir dulu ke pertigaan sebelum tol untuk makan siang yang udah telat 2 jam hehehe. Mama takjub juga melihat porsi makan Rafa siang itu:

  • 1 porsi nasi
  • 2 ayam goreng
  • 1/2 ekor ikan mas goreng
  • 1 bakwan udang
  • 1 perkedel
  • 2 teh botol

Hujan turun deras ketika kami makan. Tukang parkir sibuk memayungi kami sampai ke mobil. Sepanjang jalan, Rafa dan Fayra ramai banget di kursi belakang. Dari mulai suap-suapan cemilan, sampai jungkir balik dari kursi belakang ke tengah.

Papa nyetir pelan-pelan karena jarak pandang yang terhambat derasnya hujan. Alhamdulillah kami sampai di Ciputat selamat. Hari ini pengetahuan Rafa bertambah lagi, setidaknya dia bisa menjelaskan tentang waduk dan satelit kalau ada yang bertanya.

Note:

  • Informasi diatas kami dapatkan dari sini dan situ.
  • Semua foto diatas diambil dengan menggunakan kamera dari Onyx
Oleh-oleh dari puncak

Oleh-oleh dari puncak

Seperti biasa kalo uti-akung datang dari Surabaya, kami pasti membawanya jalan-jalan. Sabtu 26 April 2008, kami pergi ke puncak. Rafa selaku korban acara tv yang menyuguhkan acara jalan-jalan, jadi tergoda minta pergi ke beberapa tempat di sekitar puncak.

Museum Dinosaurus

Keluar tol Ciawi, kami langsung mencari museum dinosaurus yang katanya terletak 2,5KM dari Taman Safari. Gak susah nyari tempat ini, karena berada di kiri jalan menuju puncak. Didepannya ada patung dino yang mayan besar dan berwarna warni sehingga menarik perhatian.

Melihat kondisi dalam museum yang gelap, Fayra langsung nangis dan gak berani diajak masuk. Rafa, papa, akung dan embak2 aja yang masuk ke sana. Bayar @Rp10rb untuk bisa masuk. Kata Rafa didalam ada fosil dino, kuku, tulang belulang, gigi, sampai video tentang dinosaurus.

Akhirnya Fayra, mama dan uti cuma jalan-jalan di taman bermain yang terletak di kiri museum. Taman bermain dikelilingi bale-bale untuk kita duduk sambil pesan makanan, memang merangkap restoran dengan nama menu berbau dino. Sayang taman bermain ini tidak terawat. Kondisi bale-balenya pun sangat berdebu, tikarnya lusuh. Semua mainan yang terbuat dari besi terlihat berkarat. Jadi Fay cuma metik bunga dan foto aja.

Taman Bunga Nusantara

Perjalanan dilanjutkan ke taman bunga nusantara. Letaknya dari puncak ke arah Cianjur (ke arah kota bunga). Luasnya 23 hektar. Saat masuk ada 2 tiket pilihan: @Rp15rb cuma masuk aja, @Rp20rb kalo mau sekalian naik Doto Train. Masguh bayar @15rb x 7 orang. Di dalam kami naik mobil terbuka berkapasitas 14 orang yang disebut wira-wiri dengan harga tiket @3rb.

Kami turun didepan menara pandang untuk melihat taman bunga ini dari atas menara. Kalo naik tangga gak perlu bayar ( tinggi menara 28 meter aja!). Tapi karena kami membawa uti dan akung, kami pilih naik lift dengan membayar @Rp 1,000.

Rafa yang ribut mau masuk taman labirin seperti foto diatas, membeli peta labirin seharga Rp 1,000. Mbak penjualnya ngasih bocoran dengan menarik garis di atas peta pakai pulpen. Tapi ketika kami lihat dari atas menara pandang, taman labirin ini luaasss sekali. Papa gak mau nemenin Rafa ke dalam labirin. Takut tersesat ya pa? hihihihihi. Selain itu hujan gerimis mulai turun. Jadi kami memilih turun menara dan kembali naik mobil wira-wiri ke arah pintu masuk.

Bunga yang ada di taman ini berasal dari seluruh dunia. Masa hidup dari tanaman display ini 2-3 bulan. Jadi tiap kita berkunjung kesana belum tentu bunga nya sama. Sayang nya saat kami kesini, ekor merak sedang tidak berwarna seperti di brosurnya.

Tapi kami juga gak kecewa banget. Karena dengan datang kesini, mata kami seperti dicuci. Pemandangannya sangat bagus, udaranya sejuk, dan tidak ada polusi. Rafa dan Fayra senang berlari-lari di taman. Bahkan Rafa sangat konsentrasi mendengarkan suara kaset pemandu yang diputar saat kami berkeliling dengan mobil wira-wiri. Uti dan Akung juga gak lepas dari bertasbih, memang hasil ciptaan Allah SWT tidak ada tandingannya.

Diperjalanan pulang kami mampir ke cimori. Sayang gak sempat foto-foto disitu. Papa dan Uti makan sup buntut seharga Rp30rb-an. Akung dan rafa juga embak2 makan nasi goreng sosi seharga Rp 18rb. Mama makan chicken steak seharga Rp20rb-an. Fayra makan sosis + fries seharga 20rb. Gak lupa bawa pulang yogurt dan susu segar rasa kopi + tobeli.

Alergi Serbuk Bunga

Terus terang kami baru dengar nama penyakit ini setelah pulang dari puncak. Hanya 3 hari setelah pulang dari puncak, ada bentol di kelopak mata kanan Fayra. Kami pikir cuma kena gigitan nyamuk, tapi besoknya hidung Fayra pun merah-merah. Makin hari makin melebar, sampe seluruh badan nya.

Gak tega kalo udah liat Fayra mulai garuk-garuk. Kami coba kasih incidal sirup sama bedak salicyl trus mandi juga pakai sabun lactacyd. Gak ngaruh juga. Kecurigaan pertama sih alergi makanan. Memang dari bayi kulit Fay lebih sensitif dibanding Rafa. Salah susu aja pasti merah-merah. Fay juga alergi tomat, telur dan seafood.


Lebih dari 10 hari Fay merah-merah gini. Ketika ke dokter, dibilang kalo bukan makanan (protein), udara, pasti alergi serbuk bunga. Karena merah-merahnya ini kadang timbul, kadang hilang. Kalau campak pasti dibarengi dengan suhu badan yang tinggi selama 3hari, dan merah-merahnya akan hilang setelah 3hr.

Setelah kami ingat-ingat…. kaya nya benar alergi serbuk bunga. Soalnya kan wiken itu kami jalan-jalan ke taman bunga. Trus Fay juga sempat metik bunga dan ditaruh dikupingnya. Jadi mungkin aja ada serbuk bunga yang terhirup. Belum lagi angin di taman bunga juga lumayan kencang, serbuk bunga pun bisa berterbangan.

Hasil gugling:

Alergi serbuk bunga ini berasal dari Jepang dengan nama asli kafunshou. Biasanya disetiap akhir musim dingin, banyak orang yang menggunakan masker atau sekedar berkacamata untuk menghindari serbuk bunga ini.

Gejalanya: mata gatal, pilek, batuk, mudah mengantuk bahkan kalau memang kulitnya sensitif akan timbul merah-merah yang disertai rasa panas dan gatal pada kulit. Gejala ini timbul-tenggelam dan bisa sampai 1 bulan.

Penyebabnya: serbuk bunga (biasanya bunga sugi atau pinus) yang berterbangan dan terhirup atau masuk ke mata.

Konon hampir 20% orang jepang terkena gejala ini hingga disebut penyakit musiman.

Alhamdulillah setelah 3x ke dokter, sekarang Fayra sudah sembuh. Merah-merah dikulit dan gatalnya sudah hilang. Tinggal batuknya aja nih yang tersisa. Semoga dengan banyak minum air hangat batuknya bisa hilang. Amin.

Sementara ini Fayra dijauhkan dari bunga-bungaan dulu. Sampai Fay agak lebih besar dan fisiknya lumayan kuat. Kalau jalan pagi, Fay gak boleh lagi metik bunga di pinggir jalan. Semoga gak sampai besar. Kasian ntar gak pernah ngerasain dapet bunga dari cowok yang naksir Fay. hahahahaha

Liburan 2007

Liburan 2007

Alhamdulillah kenaikan kelas tahun ini, Rafa bisa merasakan liburan bersama keluarga termasuk Uti dan Akung yang datang dari Surbaya. Tapi mama-papa cuma bisa cuti di hari-hari terakhir liburan. Akhirnya kami putuskan untuk liburan ke alam yang tidak terlalu jauh. Mana lagi kalo gak ke Bandung. hehehe (gak ada bosan nya deh ke Bandung)

Melihat foto Keluarga Sari saat liburan ke Ciwidey, kami jadi semangat untuk pergi kesana. Apalagi mama-papa terakhir kesana tahun 97, pingin liat aja sekarang ada perubahan atau tidak disana.

Perjalanan dari Jakarta ke Bandung ditempuh dalam waktu 2,5 jam lewat tol Cipularang dengan kecepatan 80KM/jam. Sempat istirahat sebentar untuk sarapan sambil isi bensin di tempat peristirahatan. Keluar tol Pasteur, kami langsung menuju Cherry Homes yang memang tidak jauh dari pintu tol. Kami mengambil kamar standar dengan tarif liburan 217rb/malam. Kamarnya standar ini sangat sederhana, dengan 1 tempat tidur ukuran 180x200cm, furnitur olimpik dan kamar mandi hanya shower dan kloset duduk, tv 14 inch. Bangunan masih baru, nuansa kos-kosan dan sangat bersih.

Hari itu kami istirahat, kemudian sorenya pergi ke Jonas untuk foto keluarga lalu dilanjut makan malam di rumah makan Sembara. Kami memesan ayam goreng 2pc, empal 3pc, paru goreng 1pc, es kelapa 2 gelas, nsi sebakul, teh tawar hangat 5 gelas, aneka macam sambal dan lalapan….kami hanya merogoh uang Rp 100rb. Lumayan murah kan? Untuk ukuran resto makanan sunda…harga tsb sangat terjangkau.

Pagi harinya kami melanjutkan perjalanan menuju:

CIWIDEY

Dari hotel kami langsung menuju tol pasteur dan mengambil arah ke Bandung Selatan. Keluar tol KOPO dan ketemu lampu merah, kami belok kanan ke arah Soreang. Dari Kopo menuju Ciwidey menempuh jarak 35km dengan waktu tempuh 2 jam karena dipotong sholat jumat di tengah jalan.

Masuk area Ciwidey untuk 5 orang (fayra gak diitung) plus 1 mobil, kami dikenakan biaya 30rb. Kami berhenti didekat mushola untuk sholat dzuhur karena mama dan uti tadi tidak ikut sholat jumat. Perjalanan dilanjutkan naik ke kawab sekitar 5km.

Uti dan Akung sempat protes “kita ini mau dibawa kemana sih? kok jalannya curam, sempit dan jauhnya ampun deh…gak sampe-sampe dari tadi“.

Begitu mobil kami parkir, dilanjutkan jalan kaki menuruni anak tangga dari batu…terlihat hamparan KAWAH PUTIH yang dikelilingi bukit hijau. Air danau yang hijau karena terpantul sinar matahari menambah indah pemandangan. Uti dan Akung yang sempat protes…menitikkan air mata melihat keagungan Allah SWT di depan mata mereka.

CiwideySitu Patengan

Setelah puas mamandangi kawah putih, kami keluar dari area kawah putih dan belok kiri ke arah Situ Patengan. Perjalanan yang harus ditempuh menuju Situ Patengan adalah 5KM. Tapi perjalanannya tidak sesulit menuju kawah putih. Kearah sini jalannya lebih lebar, pemandangan kanan kiri adalah hamparan kebun teh. Dilihat dari atas seperti hamparan karpet hijau yang tebal. Bagusss banget. Sayang papa gak mau berhenti hanya sekedar mengambil fotonya. Kami dikejar waktu yang terus beranjak sore.

Sampai digerbang Situ Patengan, kembali kami diminta biaya 30rb. Padahal bukti pembayaran yang diberikan hanya 4 karcis orang masuk @ RP 4,000 + 1 karcis @ Rp 7,000 untuk mobil masuk. Tuh harusnya gak sampe 30rb kan? Gak tau deh uangnya dikemanakan sama petugas…

Rafa di Situ PatenganMelihat danau yang begitu luas, Rafa mengajak papa untuk naik perahu. Liat aja tuh gaya Rafa diatas perahu, matanya mercing karena silau. hehehe

Sementara Rafa dan papa naik perahu, mama mengajak uti dan akung untuk masuk ke toko-toko kecil yang menjual kerajinan tangan. Mama membeli 4 tas terbuat dari rajutan rotan, enceng gondok, dan aneka bahan alami lain. Tas itu tidak semua dipakai untuk mama, yang 1 mama berikan untuk uti dan yang 2 lagi sebagai oleh-oleh untuk Bunda dan Tante Nunik.

Situ PatenganSetelah Rafa puas naik perahu, kami mencari warung untuk makan. Sayang…tidak banyak warung yang menyajikan menu berat untuk makan siang. Sekalinya ada….ternyata makanannya tidak enak sama sekali. Yah dari pada kelaperan karena sudah jam 3, kami makan saja dengan terpaksa.

Kebun Stroberi

Pemandangan Kebun StorberiDalam perjalanan kembali ke arah kota, kami melalui begitu banyak kebun stroberi yang memasang plang “PETIK SENDIRI”. Akhirnya kami penasaran dan belok ke salah satu kebun yang ada di kiri jalan. Ada 1 kios kecil yang menjual aneka olahan stroberi. Harga buah stroberi per kilo Rp 25,000 tetapi jika kita ingin memetik sendiri harganya menjadi Rp 30,000 per kilo. Yah ada kepuasan yang harus dibayar Rp 5,000 hehehe

Rafa di Kebun StorberiTentu aja Rafa memilih untuk memetik sendiri stroberinya. Rafa diberikan keranjang plastik kecil oleh petugas. Dengan sangat antusias Rafa langsung menyusuri seluruh kebun dan mencari stroberi yang matang. Rafa selalu mengingat pesan dari uti “pokoknya kamu harus petik yang bentuknya agak besar dan sudah berwarna merah ya. Kalau masih hijau kekuningan atau pink jangan dipetik. Itu belum matang

Hasil petikan StorberiFayra yang tadinya bobo sambil nenen di mobil sama Mama, akhirnya bangun. Mama mengajak Fayra untuk ikut ke tengah kebun membantu mas Rafa memetik stroberi. Fayra senang sekali, sampai daun pun ikut dipetiknya. Ternyata hasil petikan Rafa cukup banyak juga. Papa mengingatkan kalo matahari sudah hampir tenggelam. Kami menyudahi acara petik stroberi dan menyerahkan keranjang ke petugas.

Hasil petikan Rafa seberat 569gr, tapi dihitung 1/2 kg sama petugas. Mama harus membayar Rp 15,000 untuk membawa pulang stroberinya. Kami juga membeli sirup stroberi Rp 20,000 per botol juga selai stroberi Rp 15,000 per toples.

Perjalanan kami lanjutkan langsung menuju Jakarta. Dari tol Kopo kami langsung masuk ke arah Bandung dilanjut ke tol Cipularang. Kami sempat berhenti sebentar untuk sholat magrib. Sampai dirumah sekitar jam 8.30 malam.

Puas banget deh liburan kali ini. Tanpa jajan yang gak penting, tanpa pergi ke FO, tanpa nginap di hotel berbintang dan tanpa makan di resto mahal.

Karena Rafa sudah mau masuk SD, tentu aja sekarang sudah tidak bisa ijin gak masuk sekolah seenaknya. Jadi mulai saat ini pun, kami sudah merencanakan liburan tahun depan. Selain menentukan tempatnya, kami juga mulai menyiapkan dana dari sekarang.

Because everyone needs a vacation

Bandung lagi

Bandung lagi

Minggu lalu, si mbak minta ijin cuti per 6 bulanan. Gaya yah…pake cuti segala. Tapi mama tetap ngasih loh. Kan dia juga berhak istirahat di kampung seminggu. Pekerjaan momong anak itu jauh lebih capek daripada kerja dikantor loh. Jam kerja nya aja melebihi jam kerja kantor yang cuma 8-5. Biar mbak istirahat, supaya bisa kembali bekerja dengan stamina tinggi. Saat ini susah loh mencari asisten, jadi memanjakan sedikit gakpapa lah biar awet. Mencari orang yang jujur dan bersih itu gak mudah.

Karena mbak cuti, mama juga harus cuti dari kantor untuk menemani Rafayra di rumah. Udah gitu pas banget long wiken…jadi cuti sedikit dapat banyak hari libur. Mayan deh bisa berlama lama dirumah.

Hari jumat pagi, papa ngajak kami dan mbah mami ke Bandung. Kebetulan dapat diskon 60% untuk bermalam di salah satu hotel bintang 4 disana. Mantab kan. Tapi perjalanan ke Bandung di 3 hari libur nasional ini sungguh padat. Kami sempat sarapan dulu di tempat peristirahatan di tengah tol cikampek. Dan disana pun susah sekali cari parkir. Alhamdulillah bisa sampai ke bandung walau dengan 4 jam perjalanan. phieewhh

Kami mendapat kamar yang lumayan besar di lantai 2 dan menghadap ke kolam renang. Begitu kami buka jendela, duh kolam renangnya menggoda iman sekali. Ada kolam air hangat dengan gelembung2 seperti jakuzi, trus kolam renang cetek berpasir, juga kolam dalam untuk dewasa.

Saat Fayra bobo siang, Rafa-mama-papa langsung turun ke kolam renang. Wuih aysik banget deh. Eh tiba-tiba Fayra turun digendong mbah mami udah lengkap dengan baju renangnya. Katanya tadi Fayra nangis, jadi skalian aja ama mbah dibawa ke kolam renang. Kan mama juga udah nyiapin baju renang untuk fayra. Ini pertama kali Fayra berenang loh.

rafayra_renang.jpgFayra agak ‘ndeso’ waktu pertama kali turun ke dalam kolam. Sibuk ngelirik ke anak-anak lain yang lebih dulu ada di kolam. Dan dia cukup kagum (atau heran yah) dengan gelembung-gelembung air. Gak lama fayra berendam di kolam air hangat ini. Maklum masih pertama kali…jadi cukup sebentar aja. Papa dapat 7 putaran, mama cuma 5 putaran udah gak sanggup kedinginan. Yang paling lama pasti mas Rafa, dia gak mau ‘mentas’ sebelum tangannya keriput. hihihihi

Karena perjalanan ke arah tengah kota khususnya ke FO macet banget, malam sabtu itu kami pergi ke BSM. Rafa minta ke arena permainan yang memang luas banget disana. Mama, fayra dan mbah mami menunggu di salah satu bangku yang sepertinya memang sengaja disediakan untuk orang tua yang menunggu anak-anaknya bermain. Rafa ditemani papa.

Saat menunggu, mata mama menatap 1 studio foto. Wah seru juga nih kalo poto-poto. Fayra belum pernah masuk studio foto. Sekarang sih fayra udah mulai ‘banci foto’. Setiap liat blitz digicam, pasti Fayra langsung senyum dan meringis. Akhirnya mama mengajak mbah mami untuk foto bersama. Ambil paket 10 foto, 1 lembar 10R berisi 10 foto, 1 CD, untuk 3 orang…hanya 60rb dan hasilnya bisa ditunggu dalam waktu 20 menit. Ini salah satu gaya Fayra dalam studio…kok ya gak senyum. Kaya nya sih Fayra kaget dengan lampu blitz studio yang sangat terang hehehe

Fayra in BlueSetelah Rafa puas bermain, kami menuju ke Sembara. Rumah makan yang menyajikan makanan sunda enak dan murah. Foto-foto di dinding nya lucu-lucu banget deh. Kami makan sambil senyum-senyum liat semua foto yang ada di dinding. Kaya apa sih potonya? wah sulit dilukiskan dengan kata-kata. Pokoknya coba cari aja rumah makan sembara ini.

Kembali ke hotel dalam kondisi perut kenyang dan anak-anak mengantuk. Mbah mami menemani Rafayra tidur. Mama dan papa jalan lagi, pacaran dong….mumpung ada kesempatan hihihihi. Kami jalan ke Paris Van Java, tempat nongkrong baru di daerah Sukajadi. Banyak cafe, butik, ada Sogo, Carefour, dan bioskop Mega Blitz yang guede banget. Ada 9 studio di 2 lantai!!!. Tapi sayang film midnight nya gak bagus…kebanyakn film horor. Kami melanjutkan perjalanan ke daerah setiabudi untuk makan surabi. Disana kami ngobrolin tentang masa depan dan menyatukan visi & misi rumah tangga. Gaya yak! yah kapan lagi bisa ngobrolin masalah rumah tangga dengan bebas kalo gak lagi berduaan gini.

Ke bandung kali ini…cuma menikmati waktu bersama keluarga. Tanpa belanja ke FO atau ke tempat oleh-oleh makanan. Ternyata bisa juga pergi ke Bandung tanpa belanja! hehehehe