Browsed by
Category: Indonesia

Meremajakan Maribaya

Meremajakan Maribaya

Maribaya adalah lokasi favorit orangtua saya ketika saya kecil dulu. Yang ada di bayangan saya, butuh waktu tempuh beberapa jam dari Jakarta untuk bisa mencapai Maribaya. Wajar saja karena jaman dahulu belum ada tol Cipularang yang sekarang membuat Bandung dan Lembang terasa sangat dekat dengan Jakarta.

maribaya1

Setelah sempat ditutup sekian lama, sejak pertengahan tahun 2015 Maribaya kembali dibuka untuk wisatawan. Harga tiket masuk yang dulu hanya beberapa ribu rupiah, sekarang sudah naik menjadi 35rb per orang.

maribaya2

Proses peremajaan Maribaya sudah berlangsung selama 2 tahun. Walau sampai saat ini belum juga selesai, Maribaya sudah menerima pengunjung. Nuansa yang terlihat dari halaman parkir sangat modern dengan memadukan unsur tradisional berupa material kayu.

maribaya4

Tiket masuk tidak lagi berbentuk kertas yang disobek, melainkan kartu dengan ukuran standar kartu ATM atau kartu kredit. Saat masuk ke dalam, saya benar-benar terpukau dengan perubahan Maribaya.

maribaya3

Fasilitas yang disediakan sungguh memanjakan wisatawan. Toilet bersih dengan air berlimpah, toko souvenir dengan bentuk bangunan yang unik, ada barisan food court yang menjual aneka makanan dan minuman, musholla, sampai tempat penitipan helm motor.

maribaya5

Taman bermain anak juga memikat. Rumput sintetis terhampar di taman yang penuh dengan mainan. Lokasinya tidak jauh dari Amphitheater. Di depan taman bermain anak, ada beberapa kios yang menjual cemilan. Pisang goreng di tengah udara Lembang yang diguyur hujan, sungguh menggoda iman.

maribaya6

Sejak jaman saya kecil, Maribaya dikenal sebagai lokasi wisata yang memiliki air terjun dan sumber air panas yang konon katanya bisa menyebuhkan berbagai penyakit. Sampai saat ini, 2 hal tersebut disempurnakan dan menjadi tagline Maribaya – Natural Hot Spring Resort and Waterfall. Tercemin dari disediakannya beberapa fasilitas baru di antaranya: VIP Pool, Foot Spa sampai Kamar Rendam. Tentunya ada harga tiket berbeda yang harus kita bayar lagi.

maribaya7

Jangan khawatir kelaperan di dalam Maribaya. Sebuah cafe mewah berdiri tepat di samping air terjun. Kita bisa melahap makan siang dengan suara gemuruh air terjun sambil menikmati pemandangan Hutan Raya Ir. Djuanda.

10 Tempat Wisata di Sumatera Barat

10 Tempat Wisata di Sumatera Barat

Berikut ini 10 tempat wisata di wilayah Sumatera Barat yang kami kunjungi bulan Desember 2015:

1. Air Terjun Lembah Anai – Padang

padang8

Dalam perjalanan kami dari airport Minangkabau di kota Padang menuju Bukittinggi, di kiri jalan tampak banyak kendaraan yang melambatkan laju dan beberapa memilih untuk parkir. Ternyata hanya dengan jarak beberapa meter dari bahu jalan raya, kita bisa melihat keindahan air terjun Lembah Anai setinggi 35 meter.

Yang kami lihat ini ternyata air terjun paling bawah, masih ada 6 tingkat air terjun lagi jika kita mau tracking selama kurang lebih 2 jam menyusuri cagar alam Lembah Anai. Kami memilih untuk melanjutkan perjalanan ke arah Bukittinggi.

2. Danau Maninjau

padang9

Setelah melewati jalan menurun dengan 44 kelokan yang lumayan curam sepanjang kurang lebih 10 KM, kami berhenti sejenak untuk memanjakan mata dengan pemandangan Danau Maninjau.

Dengan luas permukaan danau 99,5 KM persegi dan berada pada ketinggian 461 meter dari permukaan laut, Danau Maninjau dikelilingi oleh bukit yang menyerupai bentuk dinding. Puncak tertinggi diperbukitan sekitar Danau Maninjau dikenal dengan nama Puncak Lawang. Danau ini tercatat sebagai danau terluas kesebelas di Indonesia.

3. Jam Gadang – Bukittinggi

Kata orang, belum bisa dibilang berkunjung ke Bukittinggi jika kita belum foto di depan Jam Gadang. Karena itu lah, kami berhenti sejenak untuk mengambil foto keluarga dengan latar belakang ikon kota Bukittinggi ini.

padang4

Menara jam Gadang memiliki jam dengan diameter berukuran 80cm di empat sisinya sehingga dinamakan Jam Gadang, dari bahasa Minang yang berarti “jam besar”. Dibangun tahun 1926 saat penjajahan Belanda dan jam besar tersebut didatangkan langsung dari Rotterdam. 4 jam ini digerakkan secara mekanik oleh mesin yang hanya dibuat 2 unit di dunia, yaitu Jam Gadang itu sendiri dan Big Ben di London.

Menara Jam Gadang setinggi 26 meter dibuat dari material kapur, pasir putih dan putih telur sebagai perekatnya. Bandul yang terletak di tingkat paling atas menara, sempat patah akibat gempa bumi tahun 2007 dan sudah diganti. Renovasi terakhir dilakukan tahun 2010 oleh Badan Pelestarian Pusaka Indonesia (BPPI) dengan dukungan pemerintah kota Bukittinggi dan Kedutaan Besar Belanda.

4. Ngarai Sianok- Bukittinggi

padang10

Ngarai Sianok merupakan lembah curam yang berada di tengah Kota Bukittinggi. Untuk bisa masuk ke dalam Ngarai Sianok, kita harus membeli tiket dengan harga 4ribu rupiah. Lembah curamnya mempunyai kedalaman 100 m dengan panjang kurang lebih 15 KM dan lebar 200 m. Meskipun sebagian dindingnya runtuh akibat gempa tahun 2007, Ngarai Sianok tetap cantik mempesona.

padang11

Sebenarnya ada goa Jepang di sekitar Ngarai Sianok yang digunakan sebagai tempat pertahanan tentara Jepang sekitar tahun 1942-1945. Goa buatan ini memiliki panjang terowongan mencapai 1,5 KM dengan lebar sekitar 2 meter, tetapi saat ini hanya sepanjang 750 meter yang boleh dimasuki wisatawan. Untuk akses masuk ke Goa, ada 132 anak tangga yang harus kita tempuh. Karena anak tangga ini, diputuskan tidak masuk ke dalamnya karena ada uti akung dalam rombongan kami.

5. Prasasti Batusangkar

padang22

Prasasti Batusangkar merupakan sebuah prasasti zaman Adityawarman, yang sekarang terletak di depan rumah dinas bupati kabupaten Tanah Datar.

Isi Prasasti Pagaruyung secara garis besar adalah puji-pujian akan keagungan dan kebijaksanaan Adityawarman sebagai raja yang banyak menguasai ilmu pengetahuan, khususnya di bidang keagamaan, serta Adityawarman dianggap sebagai cikal bakal keluarga Dharmaraja.

padang23

Hal lain yang cukup menarik dari Prasasti Pagaruyung adalah disebutnya swarnnabhumi sebagai nama wilayah kerajaan Adityawarmman. Swarnnabhumi mempunyai arti “tanah emas”, yang memberikan petunjuk bahwa daerah tersebut mempunyai tambang emas. Akan tetapi dimanakah lokasi atau ibu kota kerajaan Adityawarman belum dapat diketahui secara pasti.

6. Istana Pagaruyung – Batusangkar

padang13

Saya cekikikan mendengar celetuk seorang anak kecil saat memasuki komplek Istana Pagaruyung

warung padangnya gede banget, pa!

Pasti anak kecil ini datang dari Jakarta juga deh. Bentuk tanduk pada atap bangunan Istana Pagaruyung, memang sering digunakan pada kebanyakan rumah makan Padang ternama di Jakarta.

padang12

Istana ini merupakan replika dari bangunan istana asli yang terletak di Batu Patah, sayangnya terbakar pada tahun 1804. Walau sudah dibangun kembali, istana ini kembali terbakar pada tahun 1966.

Replika Istana Pagaruyung di Batusangkar ini pun pernah terbakar tahun 2007 akibat petir yang menyambar puncak istana. Berakibat bangunan dengan 3 tingkat ini hangus dan menyisakan hanya 15% dari bagian istana yang dapat diselamatkan. Biaya pembangunan kembali istana ini katanya lebih dari 20 milyar rupiah.

7. Danau Singkarak

padang14

Jika Danau Maninjau tercatat sebagai danau terluas no 2 di Indonesia, Danau Singkarak ini tercatat sebagai danau terluas no 2 di pulau Sumatera. Sebagian air dari danaui ini digunakan sebagai penggerak generator PLTA (Pembangkit Listrik Tenaga Air) Singkarak.

8. Pantai Air Manis – Padang

padang15

Pantai Air Manis terkenal dengan batu Malin Kundang, legenda yang menceritakan tentang anak durhaka. Cerita legenda ini juga didapat anak-anak melalui pelajaran Bahasa Indonesia di sekolah. Karena itu tidak ada salahnya kami ajak anak-anak melihat langsung batu Malin Kundang.

padang16

Jika diperhatikan secara detil, batu yang berada di pinggir pantai Air Manis ini menyerupai bentuk kapal pecah dengan setumpuk tambang yang sepertinya digunakan untuk mengikat jangkar. Diujung belakang ‘kapal’ terdapat batu yang menyerupai seseorang yang tengah bersujud.

Terlepas apakah batu ini dibuat oleh manusia atau memang kutukan Tuhan seperti pada cerita legenda, kami menyayangkan kurangnya perawatan pantai Air Manis. Batu Malin Kundang yang menjadi ikon wisata kota Padang, dengan mudahnya diinjak oleh wisatawan yang mengabadikan dirinya dengan berfoto di atas batu tsb. Belum lagi sampah yag berserakan di sekitar pantai dan area parkir kendaraan.

9. Pantai Caroline – Bungus

padang17

Jika dibandingkan dengan pantai Air Manis, maka kami lebih menyukai pantai Caroline ini karena kondisinya jauh lebih bersih. Padahal harga tiket masuknya sama 5 ribu rupiah. Dari pantai ini kita bisa menyewa speedboat untuk menuju beberapa pulau di sekitarnya.

padang19

Dengan pemandangan pantai Caroline yang sangat memukau, saya mengajak Fayra untuk mengabadikannya dalam bentuk foto. Tapi mengajak Fayra untuk foto bersama itu bukan hal yang mudah. Makin besar, makin ngebanyol deh anak ini. Lihat saja foto candid hasil jepretan mas Rafa di bawah ini:

padang18

Akhirnya saya menyerah dan memilih mas Rafa untuk foto bareng aja. Fayra udah sibuk lari-lari dan melempar batu ke air. Ah anak lanang yang makin menjulang ini sudah bujang. Mama kalah tinggi jauh sekali.

padang20

10. Museum Adityawarman – Padang

padang21

Museum Adityawarman menjadi tempat terakhir yang kami kunjungi sebelum melanjutkan perjalanan menuju bandara untuk pulang ke Jakarta.

Sayangnya kami tidak memiliki banyak waktu untuk membaca secara detil semua keterangan isi koleksi museum. Kami tiba jam 4 kurang, benar-benar mendekati waktu tutup museum. Dengan tiket masuk yang hanya 2 ribu rupiah per orang, museum ini memiliki koleksi 6 ribu benda bersejarah. Sudah bisa ditebak, Fayra paling betah melihat kain dan busana tradisional Sumatera Barat.

 

Numpang Mudik ke Padang

Numpang Mudik ke Padang

Terlahir dari keluarga besar yang sebagian besar tinggal di Jakarta, membuat saya tidak memiliki kampung halaman. Baru ketika menikah dengan pak suami yang keluarga intinya menetap di Surabaya, saya jadi ikut memiliki kampung halaman untuk sekedar mudik lebaran.

Namun setelah mama papa diboyong anak-anaknya ke Jakarta dan membeli rumah sendiri awal tahun 2015 lalu, maka saya kembali merasa kehilangan yang namanya kampung halaman. Lebaran 2015 kami resmi tidak akan merasakan mudik saat lebaran.

Saat lebaran itu juga adek ipar pak suami yang kebetulan keturunan Minang, mengajak untuk berlibur ke tanah kelahirannya di akhir tahun 2015. Ide spontan tersebut disambut dengan sama-sama gugling tiket pesawat melalui Handphone dan Tablet. Dengan memperhitungkan masa tugas pak suami di Qatar yang berakhir November, maka diputuskan untuk berlibur 3 hari di akhir Desember yaitu pada saat libur Natal.

padang1

Kenapa kami dengan mudahnya langsung menyetujui ide spontan ini?

Kami sudah beberapa kali membawa anak-anak berkeliling pulau Jawa dan Madura, baik itu naik kereta, pesawat atau pun mobil pribadi. Anak-anak juga sudah pernah diajak berlibur ke Bali. Target kami berikutnya memang membawa anak-anak menjelajah tanah Sumatera. Rafa sudah memulainya dengan ikut program sekolah ke Bangka dan Belitung, jadi tidak ada salahnya kami memilih Padang sebagai tujuan berikutnya.

padang2

Kami pergi 9 orang dengan komposisi 6 orang dewasa + 2 remaja + 1 anak. Berangkat tanggal 23 Desember, kembali ke Jakarta tanggal 25 Desember. Selama di Padang kami menyewa sebuah minibus dengan kapasitas 12 orang. Agak ribet memang saat mencari mobil sewaan, karena jumlah orang yang serba tanggung ini. Pihak Rental hanya memberikan kami 2 pilihan jenis kendaraan: kapasitas 7 orang atau 12 orang. Padahal kapasitas tsb sudah termasuk supir, karena itu kami memilih minibus.

padang3

Rafa sudah mengingatkan Fayra tentang makanan Sumatera yang cenderung pedas. Sampai saat ini Fayra memang masih sulit menerima rasa pedas di mulutnya. Setiap Fayra komplen tentang makanan yang ada rasa pedas walau hanya dari merica/lada saja, mas Rafa langsung membalas “harus belajar kunyah dan telan masakan pedas, Fay. Gimana nanti kalo kita liburan ke Padang, kamu gak bisa makan apa-apa loh

Sampai di Padang pun Fayra masih menolak. Jadi saat kami mencicipi Sate Mak Syukur yang sangat terkenal di tempat aslinya, Fayra malah minta dibelikan semangkuk bakso yang dijual di sebrang jalan. Untungnya ketika makan nasi kapau, Fayra masih ada pilihan berupa ayam pop. Saya merasakan repotnya menguliti ikan bakar, karena Fayra hanya mau makan daging ikan yang tidak terkena bumbu ketika kami makan di rumah makan seafood daerah Pantai Padang. Padahal cumi dan udang bakar dengan saus yang agak pedas itu bikin lidah kami menari, sayang Fayra belum bisa ikut menikmati.

padang5

Tak lengkap rasanya kalau ke Sumatera tanpa makan buah durian. Kami minta pak supir untuk mampir ke warung durian di pinggir jalan saat perjalanan dari Bukittinggi ke arah kota Padang. Fayra bersama uti akung memilih tinggal di dalam mobil karena tidak suka aroma Durian yang amat menyengat.

padang6

Berikut itinerary kami selama 3 hari 2 malam menyusuri Sumatera Barat:

Day 1:

  • Perjalanan Jakarta – Padang
  • Mampir sejenak di Air Terjun Lembah Anai
  • Merasakan sensai kelok 44
  • Menikmati indahnya Danau Maninjau
  • Menginap di Bukittinggi

Day 2:

  • Foto keluarga di Jam Gadang Bukittinggi
  • Melanjutkan perjalanan ke Ngarai Sianok
  • Mengunjungi Istana Pagaruyung Batusangkar
  • Melihat pemandangan Danau Singkarak
  • Menginap di Padang

Day 3:

  • Menyaksikan batu Malin Kundang di Pantai Air Manis
  • Bermain sebentar di Pantai Caroline Bungus
  • Melihat jembatan Siti Nurbaya, kota tua, Pantai Padang
  • Berkunjung ke rumah keluarga adik ipar
  • Mengunjungi museum Adityawarman
  • Perjalanan pulang ke Jakarta

padang4

Alhamdulillah dengan perjalanan dan jadwal yang cukup padat, seluruh anggota keluarga bisa menikmati kebersamaan ini. Kami bisa menyaksikan keindahan tanah Sumatera Barat, mencicipi kuliner yang terkenal di tempat aslinya, dan anak-anak belajar tentang budaya (pakaian tradisional, rumah adat, bahasa, dll).

padang7

Semoga setelah ini kami bisa melanjutkan perjalanan ke kota-kota lain di pulau Sumatera. Paling tidak kami akan mencoba jalur darat dari Jakarta ke Lampung. Doakan saja *_^

Kemping Manja

Kemping Manja

Bulan Agustus kemarin, pak suami mendapatkan jatah pulang selama seminggu. Tiket pulang pergi diberikan kantor setiap 3 bulan sekali. Karena dalam seminggu kepulangannya ini pak suami juga harus ke kantor di Jakarta, maka kami memanfaatkan akhir pekan untuk liburan bersama.

Sayangnya mas Rafa gak mau ikut, karena bentrok dengan acara pentas seni di sekolahnya yang menampilkan beberapa artis papan atas Indonesia. Begini rasanya punya anak remaja, lebih milih nonton konser sama teman daripada liburan sama keluarga *elus dada*.

Kali ini kami memilih tempat liburan yang tidak terlalu jauh dari BSD, kasian pak suami masih capek. Beliau mendarat Jumat sore, kami pergi Sabtu siang setelah Fayra les.

Mongolian Camp – The Highland Park Resort

Tempat ini lagi hits banget. Foto-foto yang bertaburan di Instagram juga keren-keren. Kami penasaran, dan saya melakukan buking melalui telepon hanya beberapa hari sebelum keberangkatan.

mongoliancamp2

Saya diberikan peta untuk menuju lokasi, melalui WA oleh salah seorang petugas resort. Ternyata perjalanan ke sana tidak segampang yang ada di peta bawah ini. Bogor di hari libur itu macet semua. Belum lagi jalan menuju The Hinghland ini tidak terlalu besar, hanya 2 lajur untuk 2 arah dan sedang dalam kondisi perbaikan. Karena cuma 1 jalur yang dibuka, maka ada buka-tutup jalan yang diterapkan dan membuat kemacetan lumayan panjang. Kami keluar tol Bogor sekitar jam 4an, sampai di tempat tujuan pas adzan magrib berkumandang. Padahal saat saya baca blog orang lain, katanya cuma butuh 40 menit dari pintu tol.

petamongoliancamp

Kami mengambil tipe Mongolian Standard Camp yang cukup untuk 6 orang, karena rencananya kami kesini ber4 (anak-anak lengkap) dan kami juga mengajak kedua orangtua Masguh. Bentuk tenda berbentuk lingkaran seperti silinder. Di dalam kamar terdapat 1 queen size bed + 4 sofa bed. Kamar ini mendapat jatah welcome drink untuk 6 orang (juice/soda/teh), coffee break jam 9 malam (minuman hangat + cemilan rebusan).

Setiap tenda dilengkapi dengan pendingin ruangan (AC). Lantai tenda sudah dibeton dan dilapis keramik, begitu juga kamar mandinya. Kondisi penerangan di dalam tenda sedikit remang-remang (bohlam lampu kuning). Seluruh dinding kamar ditutupi kain satin berwarna hijau, sementara langit-langit ditutup dengan kain satin berwarna pink dan kuning. Macam tenda pesta kawinan di kampung-kampung gitu deh. Hihihihi

mongoliancamp1

Di dalam tenda diberikan 6 botol air mineral, 1 teko air panas, 2 cangkir lengkap dengan teh + gula + kopi. Setiap sofa bed mendapat kelengkapan 1 bantal + 1 sprei + 1 selimut + 1 handuk mandi. Ada 2 kamar mandi yang terletak di kanan dan kiri wastafel. Peralatan mandi berupa sabun + shampo + sikat gigi + pasta gigi juga disediakan. Kran juga dialiri air dingin dan air hangat. Pokoknya fasilitas di dalam tenda seperti layaknya fasilitas yang diberikan oleh hotel berbintang.

Ini lah kenapa saya sebut sebagai kemping manja. Hahahaha

Kami makan malam di restoran resort yang terletak di depan kolam renang. Sebenarnya disediakan mobil golf untuk keliling area resort, tinggal telpon dari dalam kamar saja. Tapi kami memilih jalan kaki karena kebetulan lokasi tenda kami tidak begitu jauh dari kolam renang, tinggal menuruni anak tangga saja.

mongoliancamp3

Saat pagi menjelang, kami keluar tenda dan berjalan keliling area resort. Pemandangan gunung Salak sangat memikat hati. Udaranya cukup dingin dan segar sekali. Enak banget untuk jalan pagi.

mongoliancamp5Ternyata selain bentuk tenda yang kami tempati, ada juga yang bentuknya kerucut segitiga yang disebut tipe Apache. Kami juga melihat ada yang bentuknya rumah panggung. Fasilits resort ini cukup lengkap, ada lapangan futsal, ada area bermain anak outdoor, ada minimarket, ada ATM, ada kandang kuda, ada tempat pembibitan tanaman.

mongoliancamp4

 

Fayra juga sempat merasakan main Flying Fox. Sayangnya untuk bisa menikmati permainan ini, kita harus merogoh kocek lagi sebesar 50rb/orang. Kirain semua fasilitas bisa dinikmati secara gratis.

mongoliancamp6

 

Trus gimana review kami terhadap tempat ini?

Cukup menarik dan memberikan pengalaman yang berbeda dari sekedar menginap di hotel. Fasilitas OK dan lengkap, sayangnya tenda kami ada masalah dengan air hangatnya. Jadi dalam kondisi cuaca dingin, kami terpaksa mandi air dingin.

mongoliancamp7

 

Makanan di restoran cukup lengkap, harga juga standar, tapi sayang kurang ada rasa bumbu. Bisa dibilang semua masakannya hambar. Kami merasakan dari makan malam sampai sarapan yang disediakan. Padahal menurut teman kantor yang dulu mengadakan acara outing di sini, makanan yang disediakan pihak resort sangat memanjakan lidah. Mungkin saya kurang beruntung aja sih.

Air Terjun – Curug Nangka

Seorang petugas memberi informasi bahwa kami juga bisa menikmati air terjun yang lokasinya tidak jauh dari area resort. Bisa ditempuh dengan jalan kaki sekitar 20 menit. Tapi karena kami membawa orangtua, kami memilih naik mobil ke sana. Jaraknya sekitar 2-3KM dari kawasan resort.

curugnangka1

Memasuki kawasan Curug Nangka, setiap mobil yang masuk dikenakan tiket 3rb sementara pengunjung harus membayar 5rb/orang. Untuk memasuki kawasan Taman Nasional Gunung Halimun Salak, pengunjung harus membayar lagi Rp 2,500/orang. Sampai di tempat parkir mobil, seorang tukang parkir tanpa seragam resmi meminta uang lagi 5rb.

curugnangka3

Dari tempat parkir mobil, kami berjalan sekitar 500 meter melalui hutan pinus yang rindang. Di kanan kiri terdapat warung-warung kecil yang menjual aneka makanan dan souvenir. Sesuai petunjuk, yang paling dekat dengan pintu masuk adalah Curug Nangka. Tinggal belok kanan dan menyusuri jalan kecil berbatu-batu tapi cukup datar, sekitar 300 meter maka kita sampai di air terjun pertama.

curugnangka2

Ini pengalaman pertama Fayra meilhat air terjun langsung dengan mata kepalanya. Sebelumnya Fayra hanya tau air terjun dari foto atau TV. Walau air terjunnya tidak cukup besar dan air tidak begitu deras mengalir, tapi memberikan sensasi tersendiri bagi Fayra.

Sebenarnya kami penasaran dengan 2 air terjun di atasnya, yaitu Curug Daun dan Curug Kaung. Tapi kami tidak punya banyak waktu dan tenaga untuk menyelurusi sampai ke atas sana. Kami putuskan untuk kembali ke tenda, mandi dan sarapan … kemudian check out.

Kami melanjutkan perjalanan di Bogor untuk makan siang di Kedai Kita dan membeli oleh-oleh untuk Rafa di rumah berupa Pizza Kayu Bakar, Apple Pie dan Makaroni Panggang di sekitar jalan Pangrango.

 

Transit Di Semarang

Transit Di Semarang

Setelah sebelumnya mampir di Lamongan, dalam perjalanan dari Surabaya ke Jakarta kali ini kami sengaja transit dan bermalam di Semarang. Kami tiba sekitar jam 8 dan makan malam di Bakmi Godog Noel Noemani.

semarang19

Karena anak-anak sudah ngantuk plus kecapekan, kami langsung menuju hotel Holiday Inn di sekitar SimpangLima. Hotel ini masih tergolong baru, dengan design minimalis modern.

semarang18

30 Dec 2014

Jam 7 pagi kami sudah sarapan di hotel. Tepat jam 8 kami pergi ke Lawang Sewu.

semarang16

Walau sebelumnya saya sudah pernah ke tempat ini, begitu juga Masguh, tapi kunjungan kali ini kami membawa anak-anak. Sengaja menggunakan jasa Pemandu Wisata, supaya anak-anak bisa mendengar langsung cerita sejarah berdirinya tempat ini dan proses pemugaran yang tengah dilakukan.

semarang15

Setelah puas mengelilingi gedung Lawang Sewu, kami melanjutkan perjalanan ke Klenteng Sam Poo Kong. Sayangnya di sini tidak tersedia jasa Pemandu Wisata, jadi kami hanya menceritakan ke anak-anak sesuai yang kami baca di internet aja.

semarang17

Tidak lama kami di klenteng karena langit mulai gelap dan begitu kami masuk mobil, hujan turun sangat deras. Kami baru sempat makan siang sekitar jam 2 di daerah Kendal. Asyik banget bisa makan garang asem ditengah guyuran hujan, plus minum teh poci panas. Duh nikmat!

semarang20

Alhamdulillah Java Road Trip 2014, perjalanan darat Jakarta – Surabaya – Jakarta selama 10 hari ini selesai. Kami tiba di BSD jam 12 malam dalam kondisi sehat dan selamat. Masih sempat istirahat beberapa hari di rumah, sebelum kembali beraktiftas dengan rutinitas.