Browsed by
Category: Jalan-jalan

Port of Lost Wonder

Port of Lost Wonder

Liburan ke Singapore ini bukan yang pertama kali untuk anak-anak. Apalagi untuk mama papanya. Jadi kami tidak membuat itinerary yang detil, karena sebagian besar tempat wisata di Singapore juga sudah pernah dikunjungi Rafa dan Fayra.

Membaca blog Thalia beberapa waktu lalu, kami jadi tertarik untuk merasakan apa yang diceritakan dipostingan yang ini.

Jadi begitu sampai di York hotel, taruh koper dan sholat, lanjut makan siang di Orchad, trus kami langsung jalan lagi ke Sentosa untuk bermain air di Port of Lost Wonder.

Kalau naik Sentosa Express menuju POLW, kita turun di Beach stasiun (pemberhentian terakhir). Kemudian turun eskalator, ambil jalan ke kiri dan tunggu tram yang ke arah Palawan Beach. Bisa jalan kaki juga sih sekitar 5 menit dari stasiun terakhir ini.

Tiket masuk POLW:

Hari kerja (Senin – Jumat) –> S$8/anak

Hari libur (Sabtu – Minggu – Public Holiday) –> S$15

Alhamdulillah kami kesana hari Jumat, jadi lebih murah. Dan bagi orang dewasa yang mendampingi anak tidak dikenakan biaya masuk, yang pasti 1 dewasa untuk mendampingi 1 anak. Pas kan anaknya 2, jadi mama papa gratis deh.

Jam buka POLW 8 pagi sampai 6:30 sore. Terakhir masuk jam 4:30 sore. Permainan air nya ditutup jam 6 sore.

Jangan tanya deh gimana senangnya anak-anak disini. Kita teriak manggil-manggil nama mereka juga gak didengerin. Asyik main aja gitu. Petugas pengawasnya banyak banget. Udah jelas peraturan nya kalau mau main air harus pakai baju renang, eh papa nyamperin anak-anak ke dalam tempat main air masih pake baju lengkap … tiba-tiba di priwitin aja gitu sama petugasnya. Disuruh minggir, gak boleh masuk ke arena bermain tanpa pakai baju renang. Hihihihi ketat juga yah.

Arena POLW ini bisa dibilang gak terlalu besar sih. Masih lebih luas dan lengkap Ocean Park BSD tentunya. Tapi yah lumayan untuk anak-anak dari pada sekedar main di pantai doang. Design POLW semua berbau Pirates atau Bajak Laut. Dari mulai pancuran/shower tempat bilas, lampu hias, sampai seragam petugasnya.

Standar Singapore, tempat ini bersih dan terawat sekali. Tempat sampah dimana-mana, air bersih juga mengucur, toilet – tempat bilas – kamar mandi – wastafel … lengkap semua.

Ada jam tertentu dimana anak-anak diajak untuk mendengarkan cerita. Tapi karena pengunjung hari itu tidak begitu ramai, tempat ceritanya hanya dilakukan di Hatch Patch. Dongeng yang diceritakan tidak jauh dari penghuni pantai dan laut. Cara penyampaian ceritanya juga dilakukan 2 arah. Anak-anak diminta berpartisipasi dengan menjawab pertanyaan dan menggambar mahluk laut yang diceritakan di papan tulis yang disediakan di depan. Lumayan anak-anak jadi istirahat sebentar dari air.

Foto diatas adalah area The Deck, disediakan untuk orang yang mau picnic. Bebas deh mau berjemur pakai bikini atau sekedar gegoleran aja di matras yang di tersedia. Enak banget kesini sore-sore, gak panas dan bisa menikmati hembusan angin sepoi-sepoi.

Satu jam lebih main air disini, anak-anak masih gak puas juga. Mereka minta main ke pantai diluar area POLW. Akhirnya kami minta ijin ke aunty penjaga, untuk main ke pantai sebentar tapi nanti balik lagi kesini untuk mandi sebelum pulang. Dibolehin! Cuma diingatkan untuk cepat kembali karena mereka tutup jam 6:30. Setengah jam sebelum tutup harus udah masuk lagi ke dalam.

Puas banget deh mereka main di pantai. Sampai setengah badannya penuh pasir. Setelah itu kami balik ke POLW untuk mandi sebelum pulang.

Etapiiiii … papa mana yah?

Jiaaaahh … anak-anak main air, mama asyik motoin anak-anak, eeehhh papa nya tidur aja gitu dipojokan. Hihihihihi

Semua posting tentang Singapore bisa dilihat disini

Numpang Liburan

Numpang Liburan

Akhir-akhir ini Masguh harus mondar mandir mengerjakan sebuah project di Singapore. Sekali pergi paling cuma 3 hari sih, tapi sering dan tetap aja yang ditinggal di rumah ngiri pingin ikutan pergi. Hehehe

Setelah anak-anak protes “kenapa papa nginep di hotel gak ngajak-ngajak?

Akhirnya di epruf juga untuk nebeng liburan, ketika papanya kerja disana.

Alhamdulillah akhir-akhir ini nilai ulangan anak-anak bagus-bagus semua, Rafa malah meningkat pesat. Jadi liburan ini sebagai reward untuk mereka juga.

Papanya berangkat Rabu, kami nyusul Jumat pagi. Tapi sebagian besar pakaian sudah masuk ke dalam koper papa. Saya tinggal gandeng anak-anak dan nyeret 1 koper kecil saja.

Sempat khawatir dengan jadwal penerbangan jam 7:55, karena artinya kami harus berangkat dari rumah jam 5an. Tapi alhamdulillah anak-anak bisa bangun jam 4:30, langsung mandi dan sholat subuh. Begitu jam 5 taxi yang dipesan via telp sehari sebelumnya, sudah menunggu di depan rumah. Cussss … mari kita berangkat ke erpot.

Sekarang tidak perlu lagi mengisi form imigrasi di bandara. Jadi setelah dapat boarding pass bisa langsung stempel passport. Sarapan dulu di starbuck D2, sambil nunggu waktu boarding.

Ternyata pesawatnya ada di terminal 3, jadi dari Gate E4 kami naik bus menuju pesawat. Eh kebagian pesawat GA merah, padahal kan biasanya biru.

Papanya sempat bbm, kalau gak bisa jemput di Changi. It’s OK lah, anak-anak udah besar. Rafa bisa bantu bawa ransel. Naik MRT menuju hotel juga gampang.

Kaget begitu sampai Changi, kami masuk ke terminal 3. Maklum udah 1,5 tahun gak kesini, baru tau ada Terminal 3. Seperti terminal lainnya, keren – mewah – bersih. Dan yang ini dilengkapi dengan playground juga loh *norak*. Sambil nunggu Rafa ke toilet, Fayra asyik main deh. Mama jagain koper aja di kursi.

Baru nyalakan henpon, Masguh SMS “udah sampai? aku di jalan menuju terminal 3. Tunggu di depan ya

Horeeeee … papa bisa jemput.

Lihat deh tuh yang kangen papanya!

Tunggu kelanjutan cerita liburan ini di postingan berikutnya yaaa

Semua posting tentang Singapore bisa dilihat disini

Bandung Giri Gahana

Bandung Giri Gahana

Mumpung Uti dan Akung masih ada di Jakarta, kami mengajak mereka libur lebaran. Sebenarnya uti dan akung sudah 6 bulan sih disini, sejak kami umroh bulan Maret lalu. Karena gak ada pembantu yang nginep permanen, jadi mereka nunggu Rafa dan Fayra sekalian lebaran di Jakarta.

Ayah mengusulkan untuk menginap di Bandung Giri Gahana resort, tepatnya di daerah Jatinangor bersebelahan dengan UnPad. Kalo bapak-bapak punya rencana, sudah pasti ada udang dibalik peyek. Yupe, jelas banget memang mereka pingin main golf aja disitu.

Kami berangkat Kamis (23 Agustus 2012) pagi, sampai di BGG sekitar jam 12. Sempat sarapan dulu di KM57, plus makan siang di Jatinangor sebelum ke hotel. Alhamdulillah udara siang itu walau matahari terik, tapi angin nya masih sejuk. Ini pemandangan dari teras kamar di lantai 3, jelas lapangan golf yang membentang di depan hotel:

Tengok kiri sedikit, terlihat gunung apa deh itu namanya yang ke arah Sumedang?

Setelah sholat dzuhur, bapak-bapak langsung bersiap untuk turun ke lapangan. Masguh dan ayah (adik iparnya) ini merupakan teman kuliah di poli ITB. Beda jurusan, tapi 1 angkatan dan kos-kosan. Udah jadi kakak adik makin kompak aja deh.

Sekitar jam 3-4 sore, anak-anak mulai bosan main mobil remote control (yang dibawa dari Jkt) di kamar. Semua pingin tau lapangan golf. Kami menyewa 1 buggy (mobil golf) tambahan, untuk digunakan anak-anak keliling lapangan.

Dengan 2 buggy, kami berkeliling mengikuti bapak-bapak. Saat mereka mukul, kami berhenti dan jadi penggembira dipinggir lapangan.  Sekampung deh ikut semua:

Kapan selesai mainnya kalau anak-anak rusuh gini:

Ternyata di tengah-tengah kami ditegur pengurus resort, katanya selain pemain tidak boleh turun. Supaya tidak mengganggu pemain lain, kami diminta untuk ikut buggy tour. Akhirnya kami diberi 1 supir buggy yang merangkap menjadi tour guide.

Akhirnya sekitar jam 5 mereka selesai juga main golf nya. Kami kembali ke kamar untuk mandi dan sholat. Setelah magrib, kami keluar mencari makan malam tapi masih di sekitar Jatinangor.

Besok paginya setelah sarapan, anak-anak langsung menuju Children Playground.

Di dalam Children Playground, di sebelah kanan ada ayunan dan perosotan:

Di sebelah kiri ada kolam renang lengkap dengan perosotan setinggi 3-4 meter:

Awalnya Rafa dan Fayra main ayunan, sementara Rizky main sepeda. Duh itu Fayra ampun deh, udah didorong sama Rafa tinggi masih gak puas juga. Minta lebih tinggi terus *emak deg2an di pojokan*

Udah puas main, ditutup dengan berenang. Fayra berani aja loh main perosotan yang tinggi ini. Sampe kulit telapak tangan keriput, baru pada mau naik ke kamar.

Apa anak-anak doang yang asyik main?

Tentu tidak!

Uti ditemani anak gantengnya (menurut Uti hehehe), main pingpong melawan anak cewek yang ditemani mantunya. Sementara mantu perempuannya sibuk poto-poto dan ngetawain mereka sama akung. Hihihihi.

Setelah sholat Jumat, kami menuju kota Bandung. Biasa lah kalo ke tengah kota, cari yang lagi trend di Bandung. Dari mulai fashion sampe ke jajanan. Kami tutup liburan ke Bandung kali ini dengan makan malam di The Maxi’s Resto di daerah Ciumbuleuit. Nyari lokasi resto ini agak PR banget sih, apalagi karena kita kesananya malam. Jalan di sebelah hotel Arjuna tempat masuk ke Resto ini, gelap dan masih jelek (belum aspal mulus). Memang tidak jauh dari jalan Raya, tapi khawatir dengan kondisi jalannya. Alhamdulillah makanannya enak dan harga standar resto di Bandung lah.

Berangkat jam 9 malam dari Bandung, sampai BSD jam 12 malam. Langsung tepar deh. Untungnya besok Sabtu, masih ada waktu istirahat sampai Senin sebelum anak-anak kembali sekolah.

Bagaimana libur lebaran kalian?

Mohon maaf lahir batin yaaa, kali aja ada salah kata – salah gaya – salah posting – salah komen.

Umroh part 5 – Sisa Cerita

Umroh part 5 – Sisa Cerita

Banyak orang bilang, kalau kita mungkin akan mengalami hal-hal ‘ajaib’ selama di Tanah Suci. Hal ini kadang membuat orang takut untuk berangkat, karena takut perbuatannya di tanah air akan berdampak ke dirinya saat berada disana. Sudah jelas dong, yang takut itu pasti karena perbuatan jeleknya. Kalau yang berbuat baik mah, pasti percaya diri aja kebaikan akan datang juga.

Saya sendiri gimana?

Pasrah aja lah hehehehe

Beratnya Umroh ke 2

Walau saya tidak mau memaksakan diri dalam menjalankan ibadah ini, tapi saya bertekad untuk bisa maksimal dan memanfaatkan waktu sebaik-baiknya. Makanya ketika travel agent memberikan jadwal untuk umroh tambahan, saya berdiskusi dengan pakde dan janjian siapa mau meng-umroh-kan siapa. Takutnya kami meng-umrohkan orang yang sama, sayang waktu dan tenaga aja sih.

Umroh ke 2 pakde, didedikasikan untuk ayahnya yaitu kakek saya. Umroh ke 2 saya, didedikasikan untuk ibunya mami dan pakde yaitu nenek saya. Saya belum pernah bertemu dengan kakek, jadi takut gak dapat ‘feel’ nya kalau mengumrohkan beliau.

Sementara kalau nenek, saya pernah tinggal bersamanya beberapa bulan menjelang akhir masa hidupnya. Saya cukup dekat dengan nenek dan mendampinginya ketika beliau menyatakan ke-Islam-annya. Sebelumnya keluarga mami memang menganut Katolik. Nenek saya pun rutin menjalankan ritual kejawen. Primbon, kemenyan dan sajen adalah hal-hal penting diseputaran hidupnya.

Alhamdulillah sekitar 5-6 bulan sebelum meninggal, nenek memilih Islam sebagai jalan hidupnya. Kejawen pun ditinggalkannya. Beliau aktif ikut pengajian dan belajar iqra. Hari terakhirnya diawali dengan mandi keramas (rambut panjangnya hampir menyentuh belakang dengkul), kemudian masak banyak yang dibagikan ke tetangga juga minta diantar membeli karpet untuk mesjid dekat rumah. Saya yang tinggal dirumahnya sempat heran dengan kejadian ini, tapi tidak berpikir yang lain … cuma fokus membantu beliau saja sampai mengantarkan masakan ke tetangga. Malam itu saya ijin pulang ke rumah orangtua, tapi ternyata malam itu juga nenek ‘pergi’ ketika saya tidak disampingnya. Hiks.

Makanya ketika ada kesempatan umroh ke 2, saya memilih nama beliau untuk saya umrohkan.

Karena sudah ada pengalaman umroh pertama, seluruh prosesi berjalan lancar sampai … ibadah Sa’i (jalan dari Safa ke Marwah dan sebaliknya sebanyak 7x). Saat perjalanan ke 3, kaki kiri saya sakit sekali. Rasanya seperti ketusuk beling. Saya jalan terseok-seok. Sampai diujung marwah, saya minta pak Ustadz berhenti sejenak. Saya cek kaki saya dengan membuka kaos kaki, tidak ditemukan pecahan kaca/beling, tapi begitu kaos kaki saya pakai … sakitnya datang lagi. Berhubung tidak enak dengan anggota group yang lain, saya paksakan jalan lagi walau terseok-seok sampai ujung Safa. Saya cek lagi kondisi kaki dan kaos kaki, tidak ditemukan juga. Saya juga mikir, bagaimana mungkin ada pecahan kaca atau beling di lantai marmer dalam kawasan Masjidil Haram. Saya lanjutkan jalan lagi, saat melewati pintu yang menghadap Ka’bah saya istighfar 5x sambil berdoa dalam hati “Ya Rabb, ampunilah segala dosa almarhumah. Jadikanlah ibadah umroh yang saya lakukan ini, tercatat sebagai bagian amal ibadah beliau

Subhanallah … ilang loh sakitnya!

Saya bisa melanjutkan sampai perjalanan ke 7 dengan lebih baik.

Waktu saya cerita ke mami, langsung deh komentar “mungkin karena dulunya mbah mu suka hal-hal klenik, yah

Wah gak ngerti deh. Saya gak berani berasumsi apa-apa. Yang penting saya sudah niat umroh atas nama almarhumah, dan berusaha menjalankannya sepenuh hati saya. Semoga Allah mengampuni dosa kami dan menerima ibadah tsb. Amin ya Rabb.

—————-

Ustadz Palsu


Ini sebenarnya buka aib sih, tapi gak papa lah … bukan aib saya *sungkem ke Masguh*. Hahahahaha

Masih berhubungan dengan ‘semua dibayar kontan di tanah haram” nih. Waktu kami ke kebun kurma – Madinah, bertemu sekilas dengan Ust. Yusuf Mansyur. Banyak teman dan saudara yang bilang kalo wajah Masguh mirip dengan beliau. Begitu bisa ketemu langsung, Masguh langsung mengejar Ust. YM yang sedang bergegas menuju bus. “Foto bareng ah, abisnya banyak yang bilang mirip” sayangnya gak kesampaian.

Begitu sampai di Mekah, saat sedang makan malam di restoran hotel … tiba-tiba Masguh disamperin oleh seorang ibu yang mengajak salaman “Apa kabar ustadz?

Masguh kaget tapi berusaha tersenyum “alhamdulillah baik, bu

Eh ibu itu pergi dan balik lagi membawa teman-teman rombongannya. Semuanya berebut minta salaman sama Masguh.

Ustadz yang waktu itu ceramah di Bukit Tinggi kan?

Saya pun bertatapan dengan sepupu saya sambil cekikian.

Masguh disangka Ustadz Yusuf Mansyur. Bwahahahahaha

Lagian ngejar-ngejar ustadz di Madinah, eh dibayar kontan di Mekah disangka beliau. Hahahahahaha

Coba liat deh, emang mirip gitu?

Seluruh posting tentang Umroh bisa dibaca disini: http://www.masrafa.com/category/jalan-jalan/umroh/

Umroh part 4 – Mekah

Umroh part 4 – Mekah

Baru aja postingan sebelumnya saya berjanji untuk menjaga kesehatan, ternyata 1 hari setelah saya update blog eeehhh saya sakit -_-

Jumat di hari lahir saya tsb kebetulan saya mengerjakan project di kantor sampai jam 8 malam, besok pagi nya harus menghadiri 2 rapat lagi mulai jam 8 pagi. Pulang kantor badan demam, lanjut diare. Lemas dan kliyengannya berlanjut sampai Selasa. Kaya’nya ini karena kecapekan akut (akumulasi dari Feb), sarapan telat dan salah tempat (warteg Wati – Sabang dicoret dari list).

Alhamdulillah sekarang sudah mulai pulih, mari kita lanjutkan cerita Umroh sebelum basi dan saya males nulisnya lagi  hehehe.

———————-

Ternyata upgrade kamar saya berlanjut sampai di Mekah. Beginilah tampak kamar kami di Hotel Dar Al-Ghufran:

Terletak di kompleks hotel tujuh menara Abdulaziz, dimana terdapat jam terbesar dunia yang memiliki empat sisi dengan ukuran diameter 43 meter. Tingginya mencapai 400 meter, pencakar langit kedua tertinggi dan terbesar di dunia. Sisi jam ini dihiasi lebih dari 90 juta keping mosaik kaca berwarna, pada setiap sisinya masing-masing menorehkan tulisan besar “Allah” yang bisa terlihat jelas dari seluruh Kota Mekah. Dibawah hotel ini terdapat mall (tempat belanja lengkap dengan food court).

Begitu keluar dari gedung hotel, langsung menghadap ke Masjidil Haram tepat di pintu 1. Begini lah pemandangan spektakuler dengan jarak 50 meter dari hotel:

Owh yah, hari pertama kami sampai di Mekah … tiba jam 9 malam. Kami sudah menggunakan pakaian Ihrom dari Madinah, dan mengambil miqat di Dzulhulaifah Bir Ali. Miqat adalah batas yang telah ditetapkan untuk memulai ibadah haji atau umroh. Di tempat miqat kita mengucapkan niat Ihrom/Haji. Walaupun sudah mandi ihrom, mengenakan pakaian ihrom dan sholat sunah ihrom 2 rokaat di hotel saat di Madinah, tapi niat diucapkan di tempat ini. Kami tidak berhenti di Bir Ali, hanya mengucapkan niat di dalam bus dalam keadaan terus berjalan menuju Mekah untuk menghemat waktu.

Niat yang diucapkan: “Labbaika Allahumma umratan” Aku sambut panggilan-MU ya Allah untuk berumrah

Setelah niat diucapkan, maka berlakulah larangan ihram:

  1. Melakukan hubungan seksual atau apa pun yang dapat mengarah pada perbuatan hubungan seksual
  2. Melakukan perbuatan tercela dan maksiat
  3. Bertengkar dengan orang lain
  4. Memakai pakaian yang berjahit (bagi laki-laki)
  5. Memakai wangi-wangian
  6. Memakai khuff (kaus kaki atau sepatu yang menutup mata kaki)
  7. Melakukan akad nikah
  8. Memotong kuku
  9. Mencukur atau mencabut rambut
  10. Memakai pakaian yang dicelup yang mempunyai bau harum
  11. Membunuh binatang buruan
  12. Memakan daging binatang buruan

Kami melanjutkan perjalanan sambil terus melafalkan Talbiyah: Labaik Allahumma Labaaik, labaaik Laa Syarika Laka Labaaik Inal Hamda Wan Ni’mata Laka Wal Mulka La Syarikalah … Kami memenuhi dan akan melaksanakan perintah-Mu ya Allah. Tiada sekutu bagi-Mu dan kami memenuhi panggilan-Mu. Sesungguhnya segala pujian, nikmat dan begitu juga kerajaan adalah milik-Mu dan tidak ada sekutu bagi-Mu.

Dan saya pun mulai mewek …

Kami sempat berhenti menjelang sholat magrib di tengah jalan. Tapi karena Masguh berpesan “toilet nya kaya di jaman peradaban lain ma, kalau kamu masih bisa tahan … jangan pipis disini” maka saya dan jamaah perempuan lain memilih menunggu di bus, sementara yang lain sholat magrib disini. Kebayang gak sih para cowok-cowok menggunakan baju ihrom selama 6 jam di bus. Kedinginan pastinya, sampai gak bisa tahan untuk segera pipis walau kondisi toilet ala kadarnya. Hehehe

Makanya begitu sampai hotel, selesai pembagian kamar di lobby … kami langsung menuju kamar masing-masing untuk melakukan sholat. Yang belum sholat magrib, melakukan jama’ takhir sekalian Isya.  Setelah itu kami makan malam, dan bersiap untuk Umroh.

Tepat jam 11 malam kami berkumpul di lobby. Rombongan kami yang berjumlah 80 orang, dibagi ke dalam 3 group. Untuk memudahkan pengawasan, setiap group dipimpin oleh mutawwif (orang Indonesia yang tinggal di Saudi). Saya dan keluarga masuk dalam group 1 yang paling dulu menuju Masjidil Haram.

Memandang Masjidil Haram dari luar saja, saya sudah terpukau. Begitu masuk ke dalamnya dan melihat Ka’bah tidak jauh dari diri kami … mulai menangis. Alhamdulillah ya Allah, atas rahmatMU kami bisa sampai disini. Kami memenuhi panggilanMU ya Rabb.

Kami memulai tawaf dari pinggir Hajar Aswat, selurusan dengan batas yang di tandai dengan lampu hijau di pinggir.  Dengan posisi pundak menghadap Ka’bah, kami mengangkat tangan sambil berniat tawaf dan mengucapkan “Bismillahi Allahu Akbar

Berjalan melakukan tawaf dengan mengelilingi Ka’bah sebanyak 7x, kami tak sanggup menahan tangis. Sejenak kami lupa dengan segala do’a yang sudah disusun. Kami hanya bisa memohon ampun, mengucap syukur dan melirihkan doa sapu jagat:

Rabbana atina fiddunya hasanah wafil akhirati hasanatawwaqina a’dza bannar … Ya Rabb, berilah kami kebaikan di dunia dan kebaikan di akhirat, serta selamatkanlah kami dari siksa neraka.

Setelah itu kami menuju maqam Ibrahim AS untuk sholat sunah 2 rakaat. Maqam adalah sebutan untuk tempat kedua kaki. Karena tempat itu adalah tempat dimana nabi Ibrahim As berdiri membangun Ka’bah, atau untuk menjalankan ibadah haji, atau berdakwah kepada umat manusia. Maqam Ibrahim diletak kan dalam rumah kaca di samping Mul tazam, Ka’bah. Warna Maqam Ibrahim menyerupai warna perunggu, agak kehitam-hitaman. Cetakan kaki Nabi Ibrahim terbuat dari besi. Adapun rumah kaca sengaja dibuat untuk menghindari kerusakan prasasti jejak kaki Sang Pembangun Ka’bah, Nabi Ibrahim AS.

Di lurusan multazam (dinding Ka’bah di antara Hajar Aswat dan pintu Ka’bah) kami melantukan do’a, konon ini adalah tempat yang paling mustajab untuk berdoa kepada Allah. Saat itu lah proposal hidup kami panjatkan … titipan doa saudara dan teman-teman kami sampaikan … semua masalah kami bisikan … semua harapan kami sebutkan.

Disini Masguh mengeluarkan catatan do’anya berupa selembar kertas A4 (dia memang lebih rajin, diketik dan di print loh).Waktu di Jedah, Masguh mengingatkan saya “katanya banyak teman titip do’a, sudah siap kertasnya? Mosok di depan Ka’bah kamu sibuk bacain doa teman dari arsip bbm sih”  Hehehehe betul juga. Akhirnya saya menyalin semua titipan do’a menggunakan kertas notes yang tersedia di kamar hotel, lumayan juga nulis manual 1 lembar kertas A4 bolak balik. Pegal tangannya … hehehehe

Pak Ustad sempat tersenyum sambil meledek “waaah… mau berdoa bawa contekan” Hahahaha gak tanggung-tanggung 2 lembar kertas A4 loohh. Yah daripada ada yang kelewat. Titipan doa kan amanah yang harus disampaikan. Dan saya lebih menerima titipan doa dari pada titipan barang. Jadi yang waktu itu titip doa lengkap dengan nama bin/binti siapanya, sudah saya bacakan yaaa.

Selesai berdoa, kami langsung melanjutkan Sa’i. Alhamdulillah ibu-ibu rombongan dari Padang yang bersama kami di group 1, semangat nya tinggi dan tenaganya kuat-kuat. Mereka biasa naik turun bukit di kampungnya, jadi hayuk aja diajak langsung Sa’i tanpa istirahat. 7x bolak balik dari Safa ke Marwah, dengan total jarak 2,8KM … lumayan juga loh. Kami selesai semua prosesi umroh pada pukul 1:30 dini hari. Baru deh melipir cari air zam-zam. Badan udah keringetan, walau sebenarnya malam itu lumayan dingin udaranya.

Senangnya bisa umroh bareng suami, karena kami selalu bergandengan saat tawaf dan sa’i. Sholat sunah dan duduk bersimpuh saat berdoa, juga berdampingan. Sampai ibu-ibu dalam group kami bilang “enak yah dek kalo abis nikah bisa langsung kesini bareng. Pengantin baru langsung bulan madu disini” hahaha iya bu, kami memang pengantin baru …. baru 13 tahun kok!

Tahalul adalah urutan terakhir dari rangkaian prosesi ibadah Umroh yang disimbolkan dengan memotong beberapa helai rambut. Dengan memotong rambut, tandanya berakhir sudah segala larangan ihrom. Rambut Masguh dipotong oleh ustadz, sementara rambut saya dipotong oleh Masguh. Untuk laki-laki disunahkan untuk menggunduli kepala. Tapi karena kami melakukan umroh 2x, Masguh menggunduli kepala nya setelah umroh yang terakhir selesai. Sebelumnya kami menerima info tempat cukur rambut yang murah (10 Riyal), tapi ada testimoni dari seorang bapak “kepala saya rasanya mau disembelih. Murah sih memang murah, tapi kasar banget tukang cukurnya“. Akhirnya Masguh memutuskan untuk cukur di barbershop dibawah hotel walau tarifnya 3x lipat. Tempatnya bersih, pisau cukurnya baru, petugasnya ramah dan kami tidak perlu jalan jauh.

Masjidil haram itu tidak pernah sepi. Jadi kalau mikir “tawaf jam berapa ya yang agak sepian?” … gak akan pernah terjadi. Hehehehe

Umroh pertama kami lakukan jam 11 malam – selesai jam 1:30. Kemudian kami tawaf lagi jam 8 nya, sebelum sholat dhuha. Umroh kedua kami lakukan ba’da dzuhur sekitar jam 2 siang. Meski mataharinya pamer dan lantai marmer memantulkan balik sinar (wajib pakai kacamata item deh kalo tawaf siang bolong gini), tetap aja rame tuh. Paling padat sih kalau tawaf abis ashar dan abis isya, ini waktu favorit banyak orang. Jadi akan penuh banget tuh sekitar ka’bah.

Foto diatas itu saya ambil ketika bubaran sholat dzuhur, dihalaman mesjid menuju hotel. Udah kaya bubaran sholat Ied di mesjid Istiqlal kan? Itu baru sholat dzuhur biasa loh. Untuk hari Senin dan Kamis, penuh luber saat magrib sampai isya. Karena banyak penduduk sekitar yang mengajak keluarganya untuk buka puasa bersama di Masjidil Haram. Begitu pun saat sholat jumat, saya yang datang ke mesjid 1,5 jam sebelum adzan (sekitar jam 10:30), udah kebagian di halaman aja gitu. Padahal kan panasnya ampuuunn, belum lagi debu karena di sekitar mesjid banyak pembangunan gedung bertingkat.

Penjagaan askar di Masjidil Haram tidak seketat di mesjid Nabawi. Bahkan disini disediakan plastik untuk tempat menyimpan alas kaki. Saran saya jangan menyimpan alas kaki di tempat penitipan, mending dibawa masuk ke dalam aja deh. Selain jauh, ribet juga kalau kita harus antri ambil titipan. Sementara jumlah jamaahnya seperti tampak pada foto diatas itu.

Masguh tidak mengeluarkan DSLR nya disini, kami juga tidak banyak foto-foto seperti yang dilakukan di mesjid Nabawi. Pokoknya disini fokusnya ibadah … ibadah … dan ibadah. Tiap malam sebelum tidur, wajib ngoles minyak angin ke betis deh soalnya pegal banget. Tetap deh ya… 3 hari rasanya kuraaaaanngg ajah.

Seluruh posting tentang Umroh dan persiapannya bisa dibaca disini: http://www.masrafa.com/category/jalan-jalan/umroh/