Browsed by
Category: Jalan-jalan

Umroh part 3 – Ziarah Madinah

Umroh part 3 – Ziarah Madinah

Selama 3 hari di Madinah, kami mendapatkan kesempatan untuk ikut half-day-tour. Judulnya sih “Ziarah kota Madinah”, mengunjungi lokasi yang menjadi tempat bersejarah bagi perjuangan Nabi Muhammad SAW.

”Ya Allah berilah kami kecintaan kepada Madinah seperti cinta kami kepada Mekah atau melebihinya”

Jujur saya lebih suka kota ini dibanding Mekah. Cuacanya lebih enak (lebih dingin), tata kota nya lebih rapih, penduduknya lebih teratur. Tapi Mekah menimbulkan kesan tersendiri yang bikin kangen juga sih. Sulit deh dilukiskan dengan kata-kata. Musti datang dan merasakan sendiri.

Rincian tempat yang akan kami datangi, sepertinya seragam untuk semua travel agent penyelanggara Umroh/Haji. Maksimal jarak dari pusat kota Madinah cuma 5-10KM aja. Makanya muter-muter dari waktu dhuha (jam 8an), balik hotel sebelum adzan dzuhur.

Mesjid Quba

Mesjid ini menjadi tempat Nabi Muhammad SAW pertama kali sholat Jumat setelah kepindahannya ke Madinah.  Mesjid ini masih terawat rapih. Sayangnya tempat yang diberikan untuk jamaah perempuan tidak seberapa luas. Musti bergantian dan tidak bisa melihat arsitektur dalamnya.

Katanya kalau kita wudhu dari tempat tinggal dan berniat untuk sholat di mesjid Quba, akan diganjar pahala sama dengan 1x Umroh.

Meski sudah diwanti-wanti panitia untuk menjaga wudhu dari hotel, apa daya perut saya tidak bersahabat *kent#t deh* . Wudhu saya batal diperjalanan menuju mesjid. Sampai sana saya langsung mencari tempat wudhu, kemudian melaksanakan sholat dhuha di dalam mesjid Quba.

Mesjid yang memiliki daya tampung hingga 20 ribu jamaah ini telah beberapa kali mengalami renovasi. Khalifah Umar bin Abdul Aziz adalah orang pertama yang membangun menara masjid ini. Foto diatas diambil oleh Masguh. Karena cuma laki-laki aja yang bisa masuk leluasa di dalam mesjid.

Saya takjub dengan warna putih temboknya. Bisa putih banget gitu pake apa yah?

Kebun Kurma

Kami tidak lama di Mesjid Quba, langsung melanjutkan perjalanan ke Kebun Kurma.

Ketika turun dari bus, saya langsung menyiapkan iphone untuk merekam video perjalanan di dalamnya. Untuk siapa lagi kalo bukan untuk Rafa dan Fayra, supaya mereka bisa melihat secara visual tidak hanya dengar cerita lisan dari kami.

Beragam jenis kurma dan cokelat ada disini. Dari kurma Azwa yang katanya ditanam oleh Nabi dan mahal aja harganya ituh, sampe kurma yang bentuknya dibuat manisan (lengket2 agak berkuah kental gtiu deh). Diantara para pengunjung lain, sepertinya saya yang belanja nya paling dikit. Cuma beli 1/2 kilo kurma Azwa saja. Yang penting kalau ada kerabat ke rumah karena tau kami baru pulang Umroh, ada suguhan selain air zam-zam.

Tapi saya cengar cengir sama Masguh. Karena berada di dalam lokasi ini, seperti berada di sebuah kota kecil di Indonesia. Bagaimana tidak? 100% pengunjungnya orang Indonesia (ntah juga sih kalo ada orang melayu dari negara lain, tampangnya sama semua). Penjualnya 100% orang Indonesia (kecuali manajemen/pemilik yaa). Bahasa yang digunakan untuk komunikasi jelas bahasa Indonesia. Sampai papan petunjuk dan mata uang pun bisa menggunakan Rupiah.

Ada kejadian lucu juga, yang kami baru sadar ketika sudah sampai di Mekah. Nanti aja ceritanya yah.

Jabal Uhud

Jabal Uhud (gunung Uhud),termasuk salah satu tempat yang sangat memiliki nilai sejarah penting dalam sejarah Islam. Di bukit ini, terjadi peperangan yang sangat memilukan dalam sejarah Islam. Pasukan kaum Muslimin yang dipimpin langsung Nabi Muhammad SAW, bertempur habis-habisan dengan kaum musyrikin Kota Mekah. Jabal Uhud tidaklah begitu besar, tingginya kira2 1.050 meter.

Melihatnya mengingatkan kita pada perjuangan dan darah para syuhada. Di Uhud itulah pertarungan spiritual dan politik dalam arti sebenarnya. Ketika itu pasukan diberi pilihan antara kesetiaan pada agama dan kecintaan pada harta. Melihat lokasi dan gunung yang mengelilinya, kita akan terbayangkan bagaimana sulitnya medan perang ketika itu. Bukit batu, panas terik, dan keberanian pada syuhada.

Dalam pertempuran itu, Nabi Muhammad SAW juga mengalami luka-luka yang cukup parah. Bahkan, sahabat-sahabatnya yang menjadi perisai pelindung Rasulullah, gugur dengan tubuh dipenuhi anak panah.

Setelah perang usai dan kaum musyrikin mengundurkan diri kembali ke Mekah, Nabi Muhammad  SAW memerintahkan agar para sahabatnya yang gugur dimakamkan di tempat mereka roboh, sehingga ada satu liang kubur untuk memakamkan beberapa syuhada. Jenazah para syuhada Uhud ini, akhirnya dimakamkan dekat lokasi perang serta dishalatkan satu per satu sebelum dikuburkan.

Kini, jika kita datang ke lokasi tersebut, kompleks pemakaman itu akan terlihat sangat sederhana, hanya dikelilingi pagar setinggi 1,75 meter. Dari luar hanya ada jeruji, sehingga jamaah bisa melongok sedikit ke dalam. Bahkan, di dalam areal permakaman yang dikelilingi  pagar itu, tidak ada tanda-tanda khusus seperti batu nisan, yang menandakan ada makam di sana.

Untuk menyingkat waktu, rombongan kami tidak berjalan sampai ke pinggir bukit. Tidak juga berjalan ke area makam. Hanya berdoa bersama yang dipimpin oleh ustadz, beliau berkata “kita akan melihat bukit ini di surga. Semoga Allah SWT memasukan kita ke dalam golongan umat nabi Mummad SAW sebagai para penghuni surga. Amin ya Rabb“.

*gak pantes banget yah gw pake kacamata item … tunjuk poto atas … ketauan boleh minjem punya Masguh hahaha*

Ah yaa, saya lupa bercerita. Saya dan Masguh tidak hanya berdua menjalankan ibadah Umroh ini. Tapi kami ber 5, bersama kakak sepupu saya dan suaminya (lihat foto di kebun kurma) … juga pakde (kakak mami) yang mualaf sama seperti mami. Alhamdulillah kakak saya (Mas Iwan) memberangkatkan beliau, tapi saya dan Masguh yang bertanggung jawab selama Pakde di tanah suci. Di usianya yang sudah lanjut, Pakde masih sangat tegap dan kuat. Terharu saya saat beliau berkata “aku mau maksimal ibadah disini. Sudah dibayari harus tau diri“. Semua prosesi ibadah dilakukannya dengan hikmat dan semangat, tanpa mengeluh ataupun minta istirahat.

Perawakannya sama seperti mami, tinggi besar dan gagah (beneran deh, emak gw itu gagah banget). Melihat Pakde jalan di depan saya, seperti melihat mami dari belakang. Saya rasa, pakde pake sorban pun akan saya peluk erat dari belakang karena kebayang mami dengan jilbabnya. Hehehehe.

Dari Jabal Uhud kami melanjutkan perjalanan ke Percetakan Al-Quran. Tapi antrian untuk masuk ke dalamnya sangat panjang. Selain itu, hanya jemaah laki-laki yang boleh masuk ke dalamnya. Perempuan hanya boleh menunggu di luar, di area pertokoan. Rombongan memutuskan untuk tidak berhenti disini, dan kami pun kembali melanjutkan perjalanan.

Begitupun saat lewat di depan Mesjid Qiblatain. Kami hanya memandangi dari dalam bus saja.

Menurut wikipedia dan cerita pak ustadz: Pada masa permulaan Islam, kaum muslimin melakukan salat dengan menghadap kiblat ke arah Baitul Maqdis di Yerusalem, Palestina. Pada tahun ke-2 H bulan Rajab saat Nabi Muhammad saw melakukan salat Zuhur di masjid ini, tiba-tiba turun wahyu surat Al-Baqarah ayat 144 yang memerintahkan agar kiblat salat diubah ke arah Kabah Masjidil Haram, Mekah. Dengan terjadinya peristiwa tersebut maka akhirnya masjid ini diberi nama Masjid Qiblatain yang berarti masjid berkiblat dua.

Gak kesampaian juga ke Jabal Magnet, karena lokasinya lumayan jauh. Konon, Jabal Magnet ini merupakan pusat magnet terbesar di dunia. Banyak supir bus yang mematikan mesin pada suatu ruas jalan yang menurun, dan bus tsb berjalan sendiri. Tidak, bukan berjalan maju ke arah yang menurun itu, tapi berjalan mundur mendaki ke atas! Ada yang bilang itu bukan magnet, tapi hanya ilusi optik. Entah lah, kami tidak menyaksikan langsung saat itu. Bagi saya, hal ini tanda kebesaranNYA supaya kita makin memperkuat iman.

Rombongan memutuskan untuk kembali ke hotel. Lebih baik waktu yang tersisa kami habiskan di Mesjid Nabawi sambil menunggu adzan dzuhur.

Besok kami berangkat ke Mekah. Ditunggu cerita lanjutannya ya!

Seluruh posting tentang Umroh bisa dibaca disini: http://www.masrafa.org/category/jalan-jalan/umroh/

Umroh part 2 – Madinah

Umroh part 2 – Madinah

Kami tiba di Madinah sekitar pukul 9 malam. Menunggu pembagian kamar sambil menikmati makan malam di restoran hotel yang letaknya tidak jauh dari Mesjid Nabawi. Harusnya kami menempati kamar ber 4, dengan pengaturan perempuan dan laki-laki terpisah. Tapi salah seorang pengurus travel mendekati saya dan meminta ijin untuk merubah kamar “mbak, maaf ya. Harusnya kan mbak ber 4 sekamar. Tapi yang 2 orang itu ada keluarganya yang lain, minta menjadi 1 kamar. Nah mbak dan sepupu menempati kamar mereka yang isinya hanya 2 orang. Tapi jadi beda lantai dengan para suami-suami. Bagaimana?

Waaahhh saya tersanjung. Ini rejeki untuk kami. Karena harusnya kalau 1 kamar berdua, maka selisih harga paket yang harus kami bayar adalah USD150/org. Artinya kami berdua harusnya membayar USD300 untuk bisa menempati kamar ini. Alhamdulillah …. kami mendapatkan fasilitas ini gratis. Senangnya … gapapa deh beda lantai sama Masguh juga *egois* hahahaha.

Begini lah tampilan kamar saya dan sepupu selama di Madinah:

Kamar suami kami sama bentuknya, cuma lebih luas ukuran kamar mereka yang berisi 4 tempat tidur single. Gampang lah nanti janjian di lobby hotel aja setiap mau berangkat ke mesjid dan ketemu di restoran setiap jam makan tiba.

Malam itu kami sholat di kamar hotel. Dan berjanji untuk kumpul lagi jam 3 dini hari untuk sholat tahajud di Mesjid Nabawi.

Mesjid Nabawi

Masjid Nabawi adalah masjid kedua yang dibangun oleh Rasulullah saw dan menjadi tempat makam beliau dan para sahabatnya. Awalnya, masjid ini berukuran sekitar 50 m × 50 m, dengan tinggi atap sekitar 3,5 m[3] Rasulullah saw. turut membangunnya dengan tangannya sendiri, bersama-sama dengan para shahabat dan kaum muslimin. Setelah itu berkali-kali masjid ini direnovasi dan diperluas. Sekarang luas bangunan masjidnya hampir mencapai 100.000 m², ditambah dengan lantai atas yang mencapai luas 67.000 m² dan pelataran masjid yang dapat digunakan untuk sholat seluas 135.000 m². Masjid Nabawi kini dapat menampung kira-kira 535.000 jemaah.

Akhir bulan Maret masih dalam masa peralihan musim dingin ke musim panas. Udara malam dan anginnya masih terasa begitu dingin. Kami menggunakan jaket untuk melindungi diri dari hembusan angin yang lumayan agak kencang. Sampai di pintu mesjid, melihat tiang-tiang payung menguncup dan berhiaskan lampu yang sangat terang benderang … membuat saya semakin terpukau.

Di Mesjid Nabawi jamaah perempuan dan laki-laki dipisah. Pintu masuknya pun dipisah. Penjagaan askar (polisi perempuan di dalam mesjid) sangat ketat khususnya untuk jamaah perempuan. Kita tidak diperbolehkan membawa kamera dalam bentuk apapun termasuk handphone berkamera. Di setiap pintu masuk, askar memeriksa tas bawaan kita. Kalau ketauan membawa kamera/hp berkamera, siap-siap balik ke hotel untuk menyimpannya atau sholat di pelataran mesjid saja. Cukup lah kita membawa peralatan sholat dan plastik untuk menyimpan sendal (bawa sendal masuk ke dalam mesjid dan letakan di sebelah kita saat sholat). Askarnya selain galak juga bisa berbahasa Indonesia, jadi akan sering kita mendengar “henpon haram! ibu … duduk! jangan wuduhu disitu!

Keutamaan sholat di Mesjid Nabawi adalah mendapatkan pahala 1000 kali lipat dari sholat di Mesjid yang lain. Disini panggilan sholat ada 2x. Adzan pertama dikumdangkan pukul 4 sebagai panggilan untuk sholat tahajud, sementara adzan kedua dikumandangkan pukul 5 sebagai panggilan sholat subuh.

Ada beberapa kubah yang bisa dibuka di Mesjid Nabawi. Kebetulan saat itu saya mendapatkan tempat sholat tepat dibawah kubah. Waktu rokaat pertama sholat subuh, kubah masih tertutup rapat. Tapi begitu rokaat kedua, kubah bergeser terbuka. Angin dingin berhembus kencang sampai melambaikan mukena yang saya pakai. Kaget tapi rasanyaaa … duh sulit dilukiskan dengan kata-kata.

Payung di Mesjid Nabawi akan terbuka saat matahari terbit atau saat memasuki waktu dhuha. Sayang kami tidak sempat mem-videokan proses pembukaan payung. Tapi Rafa dan Fayra sudah sempat menontonnya di DVD buatan Discovery Channel.

Jamaah tidak boleh duduk-duduk di halaman Masjid Nabawi, sejak setengah jam sebelum adzan berkumandang. Karenanya, para askar akan mulai mengusir jamaah yang sedang duduk-duduk sejak sepuluh menit sebelum waktunya. Dan untuk mendapatkan posisi sholat di dalam mesjid, kita harus datang minimal 30-60 menit sebelum adzan.

Toilet dan tempat wudhu lokasinya ada di pelataran mesjid. Katanya sih ada ribuan kran wudhu di lantai bawah tanah (basement). Saya pernah batal wudhu dan pergi ke arah toilet. Alamak jauh jalannya, musti melangkah melewati ribuan jamaah, kemudian turun tangga ke bawah. Balik ke dalam mesjid sampai diatas sajadah kita, bisa-bisa sudah ketinggalan sholat berapa rokaat deh. Saran saya sebaiknya bawa alat semprot (botol spray) yang kita isi air. Jadi saat batal wudhu, kita bisa menyemprotkan air ke bagian tubuh yang menjadi rukun (wajib) wudhu yaitu: tangan sampai siku – wajah – kepala – kaki sampai mata kaki.

Lantunan ayat quran yang dibacakan imam setelah surat Al-Fatihah sangat indah. Dan surat yang dipilih nyaris tidak pernah surat pendek. Selama 3 hari kami disana, saya hanya merasakan surat pendek 1 kali saja. Pernah sholat subuh yang hanya 2 rokaat itu, imam membacakan surat Ar-Rahman. Kalau tidak terbiasa berdiri, akan lumayan terasa pegal. Tapi kalau kita khusu’ dan konsentransi, kita tidak akan merasa lama … karena saking indahnya kita malah akan terbuai.

Begitu juga dengan rukuk dan sujud. Sampai 10x membaca doa rukuk ‘Subhaana Rabbiyal ’adzim’ (Maha Suci Tuhanku, Yang Maha Agung) imam baru berdiri.  Saat sujud pun 10x membaca doa sujud ‘Subhaana Rabbiyal ’a’laa’ (Maha Suci Tuhanku, Yang Maha Tinggi), imam baru duduk. Jika kita paham makna nya, maka kita bisa sampai menangis membacanya. Sungguh kita sangat kecil dan tiada artinya saat menyerahkan diri ke hadapan Allah SWT.

Kebersihan dan ketertiban di Mesjid Nabawi saya acungi jempol. Dibandingkan dengan Masjidil Haram, disini lebih bersih dan pengaturan jamaah nya sangat bagus. Yah memang luas Masjidil Haram juga berkali lipat sih, mungkin agak sulit juga mengaturnya apalagi dengan jumlah jamaah yang memenuhi mesjid juga berkali lipatnya.

Jangan khawatir kehausan di kawasan Mesjid Nabawi, karena disini air zam-zam sangat berlimpah ruah. Di dalam mesjid tersedia deretan gentong besar lengkap dengan tumpukan gelas plastik. Di pelataran mesjid juga tersedia tempat minum air zam zam. Untuk persediaan minum di hotel, biasanya saya membawa botol plastik kosong ke mesjid. Selesai sholat saya mengisinya dan membawa pulang. Memang di hotel juga tersedia 1 botol air mineral, tapi mumpung di tanah suci saya puaskan minum air zam zam sebanyak-banyaknya. Hehehe

Jumlah pintu di Mesjid Nabawi berubah dari waktu ke waktu seiring dengan renovasi yang dilakukan. Setiap pintu tingginya 6m dan lebarnya 3,2m dibuat dari kayu dihias ukiran dari tembaga kuning model Arab. Kita bisa memanfaatkan nomor pintu mesjid atau nomor pintu gerbang sebagai meeting point saat janjian dengan kerabat. Tapi karena pintu masuk jamaah laki dan perempuan berbeda, maka kalau janjian dengan suami sebaiknya di pintu gerbang yang nomornya sudah disepakati dan mendekati ke arah tempat tinggal kita.


Makam Rasul tepat berada dibawah kubah hijau sepeti tampak pada foto diatas. Biasanya saat kita pertama ke Mesjid Nabawi, kita berdoa dari sisi luar mesjid seperti mereka pada foto tsb. Ucapkan shalawat dan sampaikan salam dari keluarga dan teman-teman kita untuk Rasulullah, seperti yang disampaikan dalam Q.S. Al-Ahzab: 56:

Sesungguhnya Allah dan malaikat-malaikat-Nya bersholawat untuk nabi. Hai orang-orang yang beriman, bersholawatlah kamu untuk nabi dan ucapkanlah salam penghormatan kepadanya.”

Disini saja airmata kami sudah berjatuhan “Assalamu alaika ya Rasulullah, assalamu alaika ya nabiyallah, assalamu alaika ya habiballah, assalamu alaika ya Shafiallah. Kami merindukanmu ya Rasul. Ya Allah … muliakan dan rahmatilah nabi Muhammad, isteri-isterinya dan keturunannya, sebagaimana Engkau telah memuliakan keluarga Ibrahim. Ijinkan kami untuk bertemu dengannya, Ya Rabb

Gimana saat kami masuk ke dalam dan berdiri tepat didepan makam beliau?

Raudhah

Ada tempat di dalam masjid Nabawi yang diriwayatkan memiliki keutamaan. Salah satunya, yang dinamakan Raudhah, yaitu tempat diantara rumah dan mimbar Nabi. Ada hadist yang berbunyi seperti ini:

Di antara rumahku dan mimbarku adalah taman (Raudhah) dari taman-taman surga. Dan mimbarku di atas kolam.” (Shahih Bukhari)

Raudhah, yang artinya taman, adalah tempat dimana dahulu Rasulullah dan para sahabatnya beribadah serta tempat turunnya wahyu. Konon katanya, setiap doa di Raudhah memiliki afdhaliyah yang tinggi (akan dikabulkan oleh Allah SWT). Tempatnya sangat kecil, yaitu antara makam Rasul dan mimbar mesjid. Warna karpet yang menutupi ruangan Raudhah berbeda dengan warna karpet di ruangan lain di dalam mesjid Nabawi ini. Jadi kalau mau berdoa di Raudhah, pastikan kita berada di karpet HIJAU.

Karena keistimewaan tempat ini dan begitu banyak orang yang ingin masuk ke dalamnya, membuat pengurus mesjid melakukan pengaturan. Untuk laki-laki tempat ini terbuka 24 jam. Sementara untuk wanita hanya ada 3 waktu (dhuha, setelah dzhuhur dan setelah isya). Banyaknya masalah yang timbul akibat desak-desakan jamaah, untuk wanita pun dibagi lagi berdasarkan kebangsaan. Ada beberapa jamaah yang merasa diskriminasi dengan peraturan ini, kalau saya berusaha mengambil hikmahnya. Ukuran tubuh bangsa melayu jauh lebih kecil dari pada mereka yang datang dari Eropa, Afrika ataupun India/Iran/Pakistan. Jadi kalau bangsa Melayu (Indonesia, Malaysia, Singapore, Brunei) diberikan kesempatan paling akhir, justru saya bersyukur karena menghindarkan tubuh saya dari desak-desakan melawan mereka yang bertubuh tinggi besar.

Saat antri masuk ke dalam, dibagi beberapa tahap. Sebaiknya kita sampai di mesjid sebelum jam 8 pagi dan masuk dari pintu no 25. Kita akan diminta duduk menunggu, sampai area dibalik pembatas putih dibuka. Sambil menunggu, kita bisa melakukan sholat tahiyatul mesjid – sholat dhuha – sholat tasbih – sholat tobat – dll. Kok banyak banget? Iya … kita bisa antri 2 jam hanya untuk masuk ke dalam gak lebih dari 3 menit. Jadi dari pada bengong atau bete nunggu, mending perbanyak ibadah toh? Bisa juga disambi baca Quran, jangan khawatir gak bawa karena Quran tersedia di hampir seluruh tiang mesjid.

Selama menunggu antrian, saya selalu melirihkan “Rabbi yassir wala tu’assir”  yang artinya: Wahai tuhanku permudahkanlah dan jangan kau susahkan. Saya berjanji tidak akan menyiksa diri. Saya berusaha tertib dan akan ikhlas jika tidak kesampaian berdoa di area karpet hijau. Alhamdulillah mendapat kemudahan, bisa sholat mutlak 2 rokaat dan sujud agak panjang untuk memanjatkan doa. Jangan berdoa sambil mengangkat tangan disini. Karena khawatir manusia lebih meng-kultus-kan Rasul melebihi Allah SWT, askar melarang orang yang berdoa secara berlebihan disini. Jika kita batal wudhu, saya sarankan untuk doa dengan posisi sujud atau berdiri dengan tangan bersedekap (seperti posisi sholat).

Saran saya, carilah teman untuk pergi kesini. Saya pergi ber3-4 orang, jadi kita bisa bergantian untuk sholat. Saat 2 orang sholat, maka 2 orang yang lain menjaga dari jamaah lain. Supaya tidak ada yang menginjak-injak saat kita sujud ataupun yang mendorong-dorong. Alhamdulillah saya bisa 2x masuk dan berdoa ke dalam Raudhah. Jangan tanya airmata yang keluar dari mata saya, yang pasti keluar dari sini mata bengkak deh. Hehehe

3 hari di Madinah, kami berusaha maksimal untuk selalu menjalankan sholat di Mesjid Nabawi. 6x sehari kami kesini. Mulai sholat tahajud sampai subuh, kemudian pulang ke hotel untuk sarapan dan mandi pagi. Waktu dhuha kami kembali ke mesjid, sampai saya selesai ke Raudhah. Setelah itu pulang ke hotel sebentar untuk istirahat. Waktunya sholat dzuhur kami kembali ke mesjid, setelah itu kembali ke hotel untuk makan siang. 30 menit sebelum adzan ashar kami kembali ke mesjid, setelah itu pulang ke hotel untuk mandi sore. Menjelang magrib ke mesjid lagi dan tidak pulang sampai selesai sholat isya, sekitar jam 9 balik ke hotel untuk makam malam dan tidur. Begitu terus selama 3 hari. Pokoknya gak mau kehilangan waktu yang sangat sempit ini. Bener deh, 3 hari rasanya kuraaanng banget.

Semoga di Mekah kami bisa lebih maksimal lagi.

Sang Pengasih dan Pemelihara , beri kami kesehatan. Mudahkan kami untuk selalu mengingatMU, bersyukur kepadaMU dan beribadah kepadaMU dengan lebih baik. Amin ya Rabb.

Seluruh posting tentang Umroh dan persiapannya bisa dibaca disini: http://www.masrafa.org/category/jalan-jalan/umroh/

Umroh part 1 – Jeddah

Umroh part 1 – Jeddah

Setelah menempuh perjalanan 9 jam dari Jakarta, akhirnya kami sampai di Jedah. Kami turun di terminal untuk Haji dan Umroh. Ini pengalaman pertama kami naik Saudi Airlines. Lucu juga mendengar pengumuman pilotnya. Banyak kata ‘insya Allah’ di kalimat-kalimat yang diucapkan dalam 2 bahasa (English & Arabic):

“Sekarang kita berada pada ketinggian insya Allah sekian, suhu diluar insya Allah sekian derajat celcius, waktu setempat insya Allah pukul sekian, kita akan sampai di kota tujuan insya Allah sekian lama lagi”

Perasaan waktu naik Emirates (saya) dan Turkish (masguh), gak gitu-gitu amat deh. Apa emang waktu itu kami gak peduli detil kali ya. Hehehe

Mendarat di Jedah sekitar jam 9 malam, menunggu koper masuk bus dan kelengkapan seluruh peserta sampai jam 11an. Lanjut naik bus ke hotel, pembagian kamar dan nasi kotak. Masuk kamar, kami sudah tepar. Gak semangat menyentuh nasi kotak. Hanya bersih-bersih diri sambil ngeliatin Masguh yang sibuk ganjel hidung karena darah terus keluar sejak dari pesawat *berusaha gak keliatan panik*. Baru bisa tidur sekitar jam 1an.

Sesuai jadwal, setelah sarapan kami digiring ke district Al-Balad. Beneran digiring karena memang jalan kaki rombongan 80 orang, dikawal petugas sekitar 5 orang. Beginilah tampak depan bangunan Bait Al-Balad (kami diajak ke belakang gedung ini):

Sudah menjadi rahasia umum, semua travel agent pasti mengajak seluruh pesertanya ke Corniche Commercial Center dan sekitarnya untuk berbelanja. Walau kami kesana masih terlalu pagi untuk ukuran warga setempat, tapi sudah ada beberapa toko yang buka. Makin siang makin rame tentunya. Bisa dibilang 80% dari yang datang kesini adalah orang Indonesia. Karena itu penjaga toko piawai menggunakan Bahasa Indonesia. Bahkan nama toko dan tulisan yang ada di dalam toko pun menggunakan berbagai kata dalam Bahasa Indonesia.

Segala macam barang ada disini. Mulai dari pakaian, parfum, barang elektronik, aneka kurma, sajadah, cokelat sampai berbagai perhiasan dijual disini. Yang paling berisik adalah penjual mainan seperti tampak pada foto dibawah. Boneka unta yang kalau dipencet ada suara orang bershalawat lah yang bikin ramai.

Selain menggunakan beberapa kata dan piawai berbahasa Indonesia, penjual disini juga menerima Rupiah. Bahkan ada penjual yang teriak “3 pieces 100ribu rupiah“. Saya gak begitu suka belanja saat traveling kemanapun. Begitu juga disini. Malah sibuk foto-fotoin toko dan isi barangnya aja. Lanjut nyari jajanan dan nongkrong dipinggir jalan sambil memperhatikan sekitar. Cuma beli coklat isi kurma untuk teman-teman kantor saja. Gak yakin di Madinah dan Mekah akan kepikiran belanja, jadi udah beli dari sini biar gak repot.

Seperti ini tempat ‘tongkrongan’ saya saat menunggu yang lain belanja:

Setelah sholat dzuhur dan makan siang, kami melanjutkan perjalanan ke Madinah dengan bus. Jarak yang akan kami tempuh sekitar +/- 450 km dengan waktu tempuh selama +/- 6 jam. Seperti ini pemandangan selama perjalanan:

Bosan? Tentu!

Capek? Iya lah!

Tapi kami masih semangat banget, karena kami akan ke kota Rasulullah SAW. Sambil menikmati pemandangan padang pasir, saya jadi ingat lirik lagu Bimbo

Rindu kami padamu ya rasul
Rindu tiada terpera
Berabad jarak darimu ya rasul
Serasa dikau di sini

Aaaahhh mewek lagi deh gw -_-

Gimana nanti kalau udah sampai di makam Rasul ya?

Seluruh posting tentang Umroh dan persiapannya bisa dibaca disini: http://www.masrafa.org/category/jalan-jalan/umroh/

Umroh, the journey

Umroh, the journey

Puji syukur kami berkesempatan memenuhi panggilanNYA untuk datang ke baitullah selama 9 hari. Keinginan tersebut sudah datang 2 tahun terakhir. Pelaksanaannya baru bisa dilakukan tahun ini, karena kami fokus mempersiapkan Fayra masuk SD sebelum kami bisa berangkat ibadah. Setelah urusan SD Fayra selesai kami langsung mempersiapkan diri lahir batin, uang dan orang-orang yang kami tinggal selama perjalanan ini.

Kemudahan demi kemudahan terjadi. Segala urusan administrasi SD Fayra sudah selesai di bulan Februari. Periode bulanan saya tiba-tiba maju 10 hari, hal ini tentu menghindarkan saya dari konsumsi obat-obatan untuk mengatur hormon. Sekolah anak-anak kebetulan libur mid semester, ambil raport pun dijadwalkan 1 hari sebelum kami berangkat. Fitting seragam SD Fayra ko ya tiba-tiba dijadwalkan sekolah setelah ambil raport Fayra. Jadwal launching project pertama saya di kantor baru juga dimajukan 1 minggu sebelum keberangkatan. Masguh yang harusnya tugas ke Singapore, ternyata diundur bulan April. Subhanallah, semua terjadi atas ijinNYA tanpa kami duga.

Alhamdulillah tidak ada hambatan fisik selama kami disana. Awalnya semua orang khawatir terhadap lemahnya tubuh saya, eh sampai sana malah Masguh yang mengkhawatirkan. Dalam pesawat perjalanan dari Jakarta menuju Jedah, Masguh mimisan. Dan darah terus keluar sampai di hotel. Semua suplemen langsung dilahap, badan pun langsung direbahkan. Bersyukur hari berikutnya sampai kami pulang ke Jakarta lagi, Masguh sehat. Kaki saya memang sempat bengkak, tapi masih dalam tahap wajar dan tidak menghambat prosesi ibadah.

Rupanya benar apa yang disampaikan beberapa orang bahwa ibadah umroh dan haji adalah ibadah fisik. Semakin muda umur kita, semakin baik dan mudah pelaksanaannya. Karena tubuh kita masih punya stamina yang bagus, kesehatan dan kekuatan sangat memadai.

Perjalanan darat antar kota Jedah – Madinah – Mekah, memakan waktu 4-6 jam. Sangat menguras tenaga walau hanya duduk di dalam bus. Sampai hotel jam 11 malam di Mekah pun langsung dilanjutkan dengan umroh sampai jam 2 dini hari.

Ibadah rutin sholat 5 waktu , kita lakukan dengan mondar mandir ke mesjid demi mengejar pahala di mesjid Nabawi yang seribu kali dari mesjid lain dan 100rb kali utk Masjidil Haram. Meski penginapan berlokasi tepat di pintu mesjid, tetap saja harus menyeret kaki di sepanjang pelataran mesjid yang sangat luas. Pelataran Mesjid Nabawi luasnya 135.000 m², sementara luas Masjidil Haram saat ini 365.000 m². Gimana nanti saat renovasi Masjidil Haram selesai ya? Konon di tahun 2020, Masjidil Haram akan diperluas menjadi 587.250 m². Kebayang jauhnya dari halaman sampai masuk ke dalam.

Belum lagi untuk ibadah utama Umroh yaitu Tawaf dan Sa’i. Tawaf adalah suatu ritual mengelilingi Ka’bah (bangunan suci di Mekkah) sebanyak tujuh kali. Sa’i adalah ritual berjalan kaki (berlari-lari kecil) bolak-balik 7 kali dari Bukit Shafa ke Bukit Marwah sepanjang 405 meter. Jamaah haji/umrah yang melakukan Sa’i harus melalui jalur tersebut dengan total jarak yang ditempuh antara Shafa dan Marwah adalah 7 x 405 m = 2.835 meter. Ritual umroh (tawaf + sholat 2 rakaat di belakang makam nabi Ibrahim AS + sa’i) tanpa istirahat, membutuhkan waktu 1,5 jam.

Tawaf juga dilakukan sebagai pengganti sholat tahiyatul mesjid. Jadi setelah umroh kami selesaikan jam 2 dini hari, esok hari sebelum sholat dhuha saya dan Masguh melakukan tawaf lagi. Hari berikutnya kami melakukan umroh ke 2, sementara hari berikutnya lagi kami sudah harus melakukan tawaf wa’da (perpisahan) sebelum kembali pulang ke Jakarta. Sungguh gempor kaki ini, makanya sempat bengkak. Tapi berbekal dopping yang memadai (balsem atau param kocok itu wajib ya! hehehehe), alhamdulillah kami bisa melakukannya tanpa hambatan berarti.

Sungguh, Ka’bah itu hanyalah sebuah bangunan kotak hitam yang sangat biasa. Terlebih jika kita melihatnya hanya dengan retina tanpa hati. Semua persiapan fisik yang kita lakukan, tidak ada artinya jika kita tidak membawa serta hati kita yang yakin akan keESAan dan kebesaran Sang Pencipta. Tubuh kita hanya lah perantara yang mengantarkan hati kita memenuhi panggilanNYA. Jangan sampai kita sudah jauh-jauh mengunjungi Baitullah, wajah kita kering tanpa airmata … hati kita diam tanpa getaran haru.

Pertama kali masuk halaman Mesjid Nabawi, mata saya sudah berkaca-kaca. Seakan tak percaya bisa menjejakan kaki di tempat mulia. Begitu di Mekah masuk ke dalam Masjidil Haram dan melihat Ka’bah, airmata tak terbendung lagi. Saya dan Masguh menangis dan terus menangis. Sesaat kami lupa pada daftar do’a yang sudah dibuat. Kami hanya sanggup memohon ampun atas segala dosa yang pernah kami lakukan *ngelap mata sambil ngetik* dan melirihkan:

Rabbana atina fiddunya hasanah wafil akhirati hasanatawwaqina a’dza bannar …

Setelah sholat 2 rokaat di belakang makam Nabi Ibrahim AS, kami pun berdoa. Tetap dengan cucuran airmata tentunya. Saat itu lah proposal hidup kami panjatkan … titipan doa saudara dan teman-teman kami sampaikan … semua masalah kami bisikan … semua harapan kami sebutkan. Sampai bengep mata ini karena kebanyakan mengeluarkan airmata.

Cerita lengkap dan detilnya, akan saya bagi beberapa posting nanti yah. Semoga tidak bosan membacanya.

Ada yang bilang Umroh adalah bentuk luas dari sedekah. Dan Allah SWT tidak mengurangi harta hambaNYA yang bersedekah. Justru DIA akan menggantinya berkali lipat.

Saat di airport Jedah menanti pesawat pulang, Masguh menerima SMS yang menginformasikan ada dana masuk di rekening banknya. Subhanallah jumlah bonus dari kantor Masguh, tepat sesuai dengan jumlah uang yang kami keluarkan untuk Umroh. Allah SWT membayar kontan! Bahkan ketika kami belum sampai di Jakarta. Mata kami langsung berkaca-kaca.

Subhanallah walhamdulillah wala ilaha illallah wallahu akbar

Teringat salah seorang ustad bilang “Umroh lah, mengeluarkan uang untuk umroh tidak akan membuat kamu miskin. Niscaya kalian akan mendapatkan balasan yang berlipat ganda. Insya Allah

Terima kasih ya Rabb, atas jamuan yang Engkau berikan kepada kami. Jangan jadikan perjalanan ini masa terakhir kami dengan rumahMU. Ijinkan kami untuk kembali, bersama anak-anak, orang tua dan keluarga kami.

It’s a great journey indeed and I’m sure I’m gonna miss it. Betapa cepatnya 9 hari berlalu. Betapa damainya hati kami berada di baitullah. Betapa rindunya kami untuk kembali.

Perjalanan pulang 9 jam di pesawat menuju Jakarta, kami berusaha istirahat. Tidur sambil membayangkan 2 mahluk menggemaskan yang sangat kami rindukan ini:

Insya Allah kami akan membawa kalian ke Baitullah, nak! Pada saatnya nanti, insya Allah.

Amin ya Rabb.

Seluruh posting tentang Umroh dan persiapannya bisa dibaca disini: http://www.masrafa.org/category/jalan-jalan/umroh/

Vaksin Meningitis

Vaksin Meningitis

Vaksin meningitis adalah vaksin wajib yang harus dilakukan calon jemaah umroh/haji untuk melindungi risiko tertular meningitis meningokokus, suatu infeksi yang terjadi pada selaput otak dan sumsum tulang belakang dan keracunan darah. Bakteri ini sebenarnya tidak ada di Indonesia, tapi untuk orang yang akan bepergian ke negara lain terutama ke daerah endemi antara lain Arab Saudi, Afrika, Amerika Utara, Amerika Latin, dan Selandia Baru disarankan vaksin sebelum berangkat. Selama melakukan ibadah umroh/haji, kita akan bertemu dengan orang dari berbagai negara yang mungkin saja menjadi pembawa atau carrier bakteri meningitis. Penyakit ini bisa mengakibatkan kerusakan otak, hilangnya pendengaran, hingga kematian. Karena itu pemerintah Arab Saudi mewajibkan setiap calon jemaah umroh/haji untuk mendapatkan vaksin sebagai syarat untuk mendapatkan visa (ijin masuk ke negara tsb). Vaksinasi meningitis sebaiknya dilakukan minimal 10 hari sebelum keberangkatan. Kurang dari itu sistem antibodi tidak bisa terbentuk sempurna.

Saat ini tidak semua RS diberikan wewenang untuk menerbitkan Yellow Book (International Certificate of Vaccination or Prophylaxis). Hanya Balai Kesehatan Pemerintah yang terletak di sekitar Bandara atau Pelabuhan saja yang bisa menerbitkan Yellow Book tsb. Untuk di Jakarta, kita bisa datang ke Cengkareng (kawasan Bandara Soekarno Hatta), Halim(kawasan Bandara Halim), RS Fatmawati, Kemayoran (kantor pusat Garuda Indonesia) dan Tanjung Priok (kawasan pelabuhan).

Saya mendapatkan informasi melalui orang-orang yang sudah pernah mendapatkan vaksin ini:

  • Di Halim
  • Kakak mami yang akan berangkat Umroh bareng kami, menuju Halim jam 9 pagi. Sampai sana loket pendaftaran sudah ditutup. Beliau diminta datang dan mengantri esok hari dari jam 4 pagi!

    Akhirnya beliau berangkat keesokan harinya jam 3 dini hari dari Bekasi, sampai Halim jam 4 kurang (yampun adzan subuh pun masih lama). Dapat nomor antrian 16 aja. Sementara loket pendaftaran dibuka jam 8 pagi. Dan baru dipanggil suntik sekitar jam 9.

    KKP Bandara Halim Perdanakusuma (021) 8000166, 8098665

  • Di Cengkareng
  • Seorang teman yang tahun lalu berangkat Umroh, melakukan suntik di Cengkareng. Datang jam 9 langsung antri, baru dipanggil untuk disuntik sekitar jam 1-3 loh. Antriannya lumayan panjang.

    KKP Bandara Soekarno Hatta, Cengkareng (021) 5502277, 5506068

  • Di RS Fatmawati
  • Secara ini RS pemerintah, kebayang antrian disini seperti apa. Jadi kami gak usaha mencari tau juga kondisi disini.

    RS Fatmawati, Sentra Haji dan Umrah Lt. Dasar (021) 7501524 ext. 1639

  • Di Kemayoran
  • Saat Masguh menelpon ke Balai Kesehatan di kantor pusat Garuda Kemayoran, ternyata tidak dibuka untuk umum. Hanya karyawan PT. Garuda saja yang bisa suntik disini.

  • Di Tanjung Priok
  • Kakak saya yang melaksanakan Umroh tahun lalu suntik di Priok, setelah sebelumnya antri panjang di Halim. Akhirnya sepupu saya yang akan berangkat bareng kami, melakukan hal yang sama dengan kakak saya. Enak gak ngantri panjang, katanya.

Akhirnya kami pun pergi ke Priok untuk suntik disana. Perjalanan BSD ke Priok itu berasa banget jauhnya, padahal udah lewat tol terus dari ujung ke ujung. Sampai Priok jam 9 pagi, alhamdulillah benar tidak banyak orang disana. Hanya sekitar 10 orang saja.

Setelah membayar biaya administrasi Rp 2.500 dan mengisi form pendaftaran (nama-alamat-nomor passport-nama travel agent/KBIH-tanggal lahir), kami menunggu dipanggil. Ternyata untuk perempuan diminta cek urine untuk memastikan tidak dalam kondisi hamil. Biaya cek urine adalah Rp 20.000, setelah hasil keluar baru kita bisa masuk ke ruang suntik.

Alhamdulillah sekarang sudah tersedia vaksin yang halal. Sebelumnya sempat khawatir juga mendengar berita simpang siur yang katanya vaksin ini belum halal. Udah gitu teman saya yang suntik di Cengkareng, sempat ditawarkan “mau yang halal atau enggak? halal lebih mahal

Masya Allah kok ya masih ditawarkan kaya gitu sik? Padahal sudah jelas beliau berjilbab, dan tujuan vaksin ini untuk mendapat visa Umroh. Sewot juga saya mendengarnya.

Karena itu saat masuk ruang suntik, Masguh dengan hati-hati bertanya ke petugas “apakah vaksin yang tersedia disini sudah halal?“. Alhamdulillah halal semua, kata petugas.

Saat suntik kami diminta membayar Rp 110,000 per orang. Biaya suntik ini beragam (Rp 110-175rb) tergantung lokasi suntik yah. Bahkan kalau kita melakukan secara kolektif dibantu oleh travel agent, kita akan dikenakan biaya Rp 250-400rb. Lumayan juga margin nya tuh :p

Setelah suntik kami diminta menunggu untuk dipanggil foto. Demi menghindari Yellow Book yang dipalsukan oleh travel agent, pemerintah menerapkan foto dan database online. Jadi nanti saat kita berangkat, petugas bandara akan melakukan scan barcode pada buku tsb. Data diri dan foto kita akan muncul, dan petugas mencocokan dengan wujud kita di bandara.

Seluruh proses tersebut hanya membutuhkan waktu kurang dari 30 menit. Dan Yellow Book ini sudah berada ditangan kami:

Alhamdulillah Sang Maha Berkuasa memberikan kemudahan dan kelancaran.

Tips:

  • Walau letaknya jauh, saya sarankan untuk suntik di Priok demi menghindari antrian 4 jam.
  • Siapkan uang cash, karena tidak ada ATM di sekitar Balai Kesehatan.
  • Lokasi Balai Kesehatan Priok: di dalam pelabuhan Tanjung Priok, depan kantor Bea Cukai. Buka dari 8 pagi sampai 3 sore, setiap hari Senin sampai Jumat. Notelp: 021-43931045, 021-4373266. Web: http://kkptanjungpriok.blogspot.com/.

Seluruh posting tentang Umroh dan persiapannya bisa dibaca disini: http://www.masrafa.org/category/jalan-jalan/umroh/