Browsed by
Category: Rafa

Cerita Rafa

Diary Rafa

Diary Rafa

Salah satu kegiatan wajib dari SD Al-Fath adalah menulis Diary. Bukunya disediakan dari sekolah, dan murid wajib menulis diary tsb setiap libur sekolah (termasuk weekend).

Dimulai dari kelas 1 SD, Rafa harus menulis cerita apapun dalam bahasa Indonesia ke buku tersebut. Yang Rafa suka juga, dibagian atas ada tempat untuk menggambar. Jadi semua tulisan bisa dikasih ilustrasinya.

Biasanya Rafa menceritakan tentang kegiatannya selama sabtu – minggu. Sementara kalau liburan lanjang (3 hari atau lebih), Rafa akan menulis tentang kegiatannya hari-per hari. Dari mulai kegiatan yang Rafa lakukan, tempat yang Rafa kunjungi, makanan yang dimakannya hari itu, dll. Semua nama orang yang berinteraksi dengan Rafa pun biasanya ditulis.

Naik kelas 2 SD, semua murid diwajibkan untuk menulis dalam bahasa Inggris. Disini secara tidak langsung murid dilatih penulisan kalimat dalam bentuk yang lampau (past tense). Awalnya Rafa agak bingung, dan pasti bertanya “kalo aku mo bilang begini…gimana nulisnya ma?

Tapi di kelas 3SD ini Rafa sudah makin terlatih menulis, dan tentu saja masih ditemukan kesalahan penulisan. Biasanya kosa kata yang Rafa sering dengar, tapi belum pernah ditulisnya. Jadi kata yang ditulis sesuai dengan apa yang Rafa dengar aja.

Dibawah ini contoh selembar dari buku Diary Rafa yang baru aja ditulis hari minggu kemarin:

Bunyinya:

Last Saturday after my EHB (Evaluasi Hasil Belajar) finished, I was so scared. Because if my score is good, I can buy toy. The toy name is Lego. The Lego name is Lego City Truck.

And then I went home. In home I watched TV. The film is Ogyy and the Cocrocres. And then I pray and wish to Allah my score in EHB is 10 (ten).

Hihihihihi mayan kan untuk anak kelas 3SD.

Gambarnya rumah aja, karena kata Rafa “kan ceritanya aku dirumah. Jadi gambarnya ya cuma rumah aja

Liat deh gambar tiang lampu di sebelah kiri, dan liat arah bayangan pada gambar yang warnanya ber-gradasi.

Rafa bilang “kalau cahaya dari kiri atas, maka bagian kanan bawah lebih gelap ma

Hahaha iya deh mas, mama gak ngerti masalah pencahayaan yang menimbulkan gradasi terang ke gelap gitu.

Kaya nya saya sudah menemukan calon kuat untuk melanjutkan isi blog ini. Yah semoga Rafa bisa menuangkan isi pemikirannya ke dalam blog ini. Supaya cerita tentang dirinya bisa langsung sesuai dengan apa yang dirasakannya. Bukan dari saya sebagai orang ketiga.

Jadi kapan kamu siap menerima username dan password blog ini, mas?

Rafa makin besar

Rafa makin besar

Sudah besar ya Rafa? Tingginya sudah nyaris sedagu saya!

Ukuran kakinya pun sudah 35, sementara saya cuma 38. Padahal umurnya baru 8 tahun. Gimana 3 tahun lagi saat dia SMP?

Kalo cungkringnya gak beda sama saya waktu seumur Rafa. Tulang kami memang kecil. Walau porsi makannya Rafa sudah 2xnya porsi makan saya, belum lagi susu sehari 2x ditambah cemilan … tetap aja bentuknya tipis. Mungkin karena ususnya lebih panjang dari ukuran normal, saya yakin kalo kelingkingnya dibelek pun akan ditemukan usus disana. hahahaha

Rafa sekarang sudah mulai susah diajak pergi. Kadang dia lebih milih main sama teman-temannya dibanding pergi sama kami. Dia lihat-lihat dulu tujuannya kemana, baru mikir ikut apa enggak. Pernah suatu hari libur Rafa pergi main dari jam 9 pagi, baru pulang jam 3 sore! Ditanya dari mana, Rafa menjawab santai “aku baru berpetualang sama teman-teman

Wiken berikutnya Rafa bersama papanya menyusuri rute ‘petualangan’ yang sebelumnya Rafa lalui bersama teman-temannya. Mereka berjalan kaki, menikmati father & son time. Keluar komplek rumah, menyusuri kampung disekitar perumahan dan ketika kembali ke rumah langsung diberondong pertanyaan oleh Fayra “papa ma tata mana aja sih? lama amat pegina

Warna kulit mah gak usah ditanya lagi deh. Akibat sering main sepeda, warna kulit Rafa semakin hitam metalik! . Santai aja, nanti juga ada saatnya Rafa mulai memperhatikan penampilannya. hihihihi

Kadang saya geli sendiri membayangkan anak-anak saat mereka remaja nanti. Ukuran baju dan celana jeans pasti gak beda jauh. Ukuran sepatu pun bisa sama. Jadi saya gak perlu punya sepatu olahraga khusus, cukup pinjam punya Rafa. Celana jeans, t-shirt dan jaket pun bisa tukeran. Asyyiiikkkk

Walau teman saya berkomentar: itu resiko kawin muda. elo jadi cepet tua hahaha

Buat saya, inilah indahnya menikah dini. Jadi merasakan sebagai anak kecil yang udah punya anak kecil. Dan nantinya merasakan punya anak remaja saat umur masih muda. Setidaknya saya dan suami masih dalam umur produktif mencari uang, saat mereka membutuhkan biaya sekolah dan kuliah.

Menyalurkan hobi Rafa

Menyalurkan hobi Rafa

Hobi Rafa dalam bidang seni lukis, mulai gak terbendung lagi. Setelah mewarnai buku sejak umur 2 tahun dan mulai kaos dengan cat minyak diumurnya 7 tahun, sekarang Rafa makin rajin menghabiskan buku gambar dan kertas kosong. Karena buku gambar lumayan mahal (satuannya sih 7rb, tapi kalo sehari abis 1 buku kan bangkrut juga mamanya), akhirnya beralih ke kertas A4 yang 1 rim nya cuma 30rb. Tapi gak sampai sebulan habis juga tuh kertas 1 rim.

Guru-guru di sekolah juga menghimbau kami selaku orang tuanya Rafa, untuk menyalurkan hobi lukisnya. Sayang kalau potensi diri Rafa gak di explore lebih jauh. Tapi selama ini kami belum menemukan tempat kursus maupun sanggar lukis yang gak jauh dari rumah.

Minggu lalu kami coba survey tempat kursus melukis. Rafa di tes untuk mewarnai apel dan juga diminta gambar bebar. Apel tersebut diwarnai dengan warna gradasi dari gelap ke terang, gambar bebasnya berbentuk robot dengan balon percakapan seperti komik.

Pelatih disana cukup kagum dengan hasilnya. Rafa dibilang sudah melampaui batas kemampuan rata-rata anak seumurnya untuk bidang lukis. Rafa sudah mengerti teknik gradasi warna, sudah mengetahui konsep cahaya (arah datangnya cahaya, hingga bayangan yang dihasilkan), juga sudah bisa menggambar aliran surealis (menggambar bentuk benda disekitar kita). Rafa disarankan untuk ambil kelas Comic n Cartoon.

Kebayang gimana senangnya Rafa kan???

Apalagi melihat buku referensi komik dan kartun yang diberikan sebagai paket dasar kursus. Rafa gak sabar untuk mengikuti semua panduannya. Rafa juga mulai meniru gambar-gambar yang ada di buku itu, ke berbagai kertas yang dia temui.

Tahap pertama Rafa diajarkan tentang bentuk-bentuk wajah, dimulai dari wajah berbagai jenis hewan.

Setelah itu berlanjut ke bentuk ekspresi muka. Diajarkan bagaimana bentuk alis, mata, mulut untuk berbagai ekspresi wajah. Dari senang, sedih, marah, dll.

Walaupun kursusnya cuma setiap sabtu selama 2 jam, Rafa terus berlatif dirumah. Sekarang Rafa lebih fokus dengan pensil 2B dan drawing pen nya. Sementara ini krayon, spidol warna, dan cat air/minyak ditinggalkan dulu. Karena dalam membuat kartun dan komik yang diutamakan adalah sketsa dengan pensil, pewarnaannya dibuat menggunakan komputer (corel draw atau adobe photoshop).

Semoga Rafa bisa menyalurkan hobinya dengan lebih terarah. Kami sebagai orang tua hanya bisa memberikan fasilitas semampunya. Siapa tau Rafa bisa menjadi seorang animator ataupun graphic designer nantinya. Amiinnnnn

Go to School

Go to School

Alhamdulillah Rafa dan Fayra udah mulai masuk sekolah. Mas rafa udah masuk kelas 3 SD, sementara Fayra masuk Kelompok Bermain. Mereka sekolah di tempat yang sama. Cuma kebetulan gedung TK-KB masih terpisah dengan SD-SMP.

Fayra udah semangat sekolah sejak seminggu sebelumnya. Di hari Senin 13 Juli 2009, mereka berdua sibuk pakai seragam dan menyiapkan tas masing-masing. Ada rasa haru melihat kedua anak kami, gak terasa udah pada mulai sekolah *iya gw tau…semua orang tua pasti bilang GAK TERASA. padahal mah…berasa duitnya huahahaha*.

Rafa masuk jam 7.45 WIB, sementara Fayra masuk jam 8.30 WIB … karena itu mama papa yang udah niat cuti 1 hari langsung mengarahkan mobil ke gedung SD. Tapi karena jalanan macet, kami parkir didepan TK dilanjutkan jalan kaki ke gedung SD. Setelah mas Rafa melihat pembagian kelas, Rafa langsung masuk kedalam sekolah. Sementara kami mengantar Fayra ke KBnya.

Sampai di sekolah Fayra … kok sepi?????

Kami mencoba masuk ke dalam kantor administrasi didepan. Ternyata SMP dan SD dimulai hari Senin, TK dimulai hari Selasa, sementara KB dimulai hari Rabu. Untuk menghindari penumpukan mobil parkir dan macet katanya. hahahaha payah kan mamanya Fay, gak nelpon dulu ke sekolah untuk minta konfirmasi tanggal masuknya!!!!

Tetapi yang hadir di TK & KB lumayan banyak. Kami melihat ada 5 orang berseragam TK, dan 2 orang berseragam KB. Dan mereka semua memiliki kakak yang sekolah di SD. Semua pemikiran orang tuanya sama seperti kami, tanggal mulai sekolahnya PASTI SAMA!

Yang ternyata SALAH hahahahaha

Untuk menghindari rasa kecewa mereka, anak-anak diperbolehkan masuk ke kelas masing-masing yang masih dalam tahap persiapan. Guru-guru yang akan ditugaskan sedang mempersiapkan isi kelas. Dari mulai menempel nama di loker sepatu, di loker tas, di dinding ‘bday wall’, juga menyiapkan peralatan permainan yang akan digunakan selama pembelajaran.

Jadi Fayra tetap masuk ke dalam kelas dan bermain bersama gurunya. Fayra gak merasa kalau hari itu belum dimulai pelajaran. Dia mah berasa sekolah private, secara murid dikelasnya cuma dia seorang. hihihi

Lesson learned:

Baca baik-baik jadwal anak. Kalo gak yakin, lebih baik telepon ke sekolah utk memastikan semuanya. Dulu udah pernah kejadian salah seragam, masa sekarang kejadian salah tanggal masuk *ddooohhh*. Kalo sampe ada kejadian lagi mah…beneran emaknya rafayra dudul!!!! huahahaha

Obrolan menjelang tidur

Obrolan menjelang tidur

Saat menjelang tidur, adalah momen yang paling saya nantikan. Kalau ke Fayra, saya masih suka membacakan buku cerita … tapi tidak ke Rafa. Saya lebih suka ngobrol dengan berbagai macam topik ke Rafa. Obrolan kami sudah seperti seorang teman, bukan dari mama ke anaknya. Salah satu yang pernah kami obrolkan:

De: mas, kamu pingin gak sih tinggal di luar negeri?

Rafa: mama?

De: ya mau lah… sama papa, kamu dan adek. Emang kamu gak pingin?

Rafa: Kan aku udah pernah ke luar negeri

De: Emang kamu gak mau ke luar negeri lagi?

Rafa: mau sih, tapi kita tinggal di hotel aja paling lama seminggu

De: itu bukan tinggal dong mas, tapi jalan-jalan doang. Kalo tinggal itu artinya kita punya rumah disana

Rafa: iya jalan-jalan aja. kalo tinggal lama, nanti sekolah aku gimana?

De: Ya nanti mas ma adek sekolah disana

Rafa: ah nanti aku bingung jawab soal-soalnya. gak ngerti ngomongnya

De: kalo sekolahnya pake bahasa inggris kan mas bisa ngerti

Rafa: tapi nanti aku bingung kalo pelajaran SCIENCE jawab pake bahasa inggris

De: katanya kamu mau SMA di High School Musical dan kuliah di Jepang

Rafa: enggak ah, aku sekolah di Al-Fath aja. Lebih gampang jawab soal-soal ujiannya

De: beneran nih, mas gak pingin ngerasain tinggal diluar negeri? liat salju, kenal orang-orang dengan warna kulit dan rambut yang beda, naik kereta yang canggih, bisa ke museum yang lengkap dan terawat?

Rafa: udah ah ma, aku ngantuk mo bobo dulu

Dan Rafa pun langsung tidur miring menghadap ke tembok dan membiarkan mamanya yang masih pingin ngobrol lebih lama. Papanya diluar kamar yang mendengar percakapan kami cuma bisa cekikikan sendiri dan berpesan:

Berarti dia belum siap ma, kita harus lebih menyiapkan mental dia untuk kedepannya

Benar banget dan itu tugas kami sebagai orang tua yang berharap bisa mewujudkan cita-cita mereka.

Kalau sore saya biasa menelpon rumah untuk sekedar mendengar cerita kegiatan anak-anak hari itu. Rafa biasanya cerita tentang kegiatan di sekolahnya, Fayra dengan intonasi yang belum jelasnya itu biasanya ngadu kejailan kakaknya atau minta saya beli stoberi favoritnya.

Saya sengaja menciptakan momen sebelum tidur ini untuk bisa ngobrol dengan Rafa diluar topik kesehariannya. Supaya dia terbiasa untuk berani mengungkapkan perasaannya ke saya. Seperti layaknya teman, tanpa rasa canggung dan bisa begitu terbuka.

Gak sabar deh untuk bisa ngobrol juga dengan Fayra seperti ini hehehe