Browsed by
Category: Rafa

Cerita Rafa

Exploring Week

Exploring Week

Saat menerima edaran dari sekolah, saya kaget dan gagu. Surat itu berisi informasi tentang kegiatan sekolah di bulan maret yang berupa “exploration week”.

Exploration week ini rutin diselenggarakan tiap tahun. Kegiatan ini adalah kegiatan belajar diluar sekolah selama 1 minggu. Diharapkan dengan berada di dunia luar sekolah dan rumah, para siswa akan bisa belajar untuk mandiri, berpikir cepat, selalu siap, saling menghormati, mampu bertahan dan bertanggung jawab.Kegiatannya ada 2 macam: in-house dan Cultural program.

Untuk yang in-house kegiatan yang bisa dipilih oleh siswa ada berbagai macam: renang, golf, robokidz, dll. Penyelenggara nya pihak ketiga yang sudah diminta sekolah untuk menyusun kurikulum yang berhubungan dengan pelajaran akademis di sekolah. Misalnya untuk renang, selama 1 minggu siswa akan berenang setiap hari. Tapi gak cuma nyemplung ke kolam aja, melainkan siswa diminta menghitung luas kolam – mengenal sifat benda cair – memahami gerakan renang yang berhubungan dengan ilmu fisika. Jadi semua pengetahuan akademis diimplementasikan pada kegiatan renang. Belajar jadi lebih menyenangkan.

Untuk Cultural Program dibagi 2 lagi, ada yang lokal dan internasional. Pilihan untuk SD kelas 4-6: Bali-Lombok, Menado, Singapore, China, Australia. Sementara yang SMP-SMA sampai ke Paris atau Spanyol. Disana mereka akan mempelajari sejarah dan budaya setempat selama 1 minggu. Mereka akan pergi ke museum, perkampungan penduduk asli atau tempat yang menyajikan pertunjukan budaya.

Ada program immersion juga, hasil kerjasama dengan beberapa sekolah di Singapore dan China. Jadi selama seminggu tsb para siswa akan belajar di boarding school. Jam 7 pagi sampai jam 2 siang di sekolah, setelah itu dilanjut oleh kegiatan dari sekolah sampai jam 7 malam, kemudian kembali mengikuti kegiatan malam di asrama sekolah (belajar malam dan istirahat). Kegiatan yang ini lebih seperti pertukaran pelajar, karena siswa benar-benar merasakan sekolah disana.

Ketika mereka kembali ke sekolah, mereka akan mempresentasikan apa aja yang didapat selama seminggu dari kegiatan tsb.

Okay kegiatannya emang bagus, tujuannya bagus, dan beneran niat menyelenggarakannya.

Tapi tetap aja kami sebagai orang tua dari anak baru kaget. Walaupun dijelaskan kalau kegiatan ini sudah rutin dilakukan dari tahun ke tahun di semua cabang sekolahnya, dan peminatnya juga cukup banyak. Tetap aja gak masuk di otak kami, anak kelas 4 SD udah mau pergi sejauh itu? Perasaan jaman saya SD, piknik paling jauh ke Bogor deh. Jaman SMP paling jauh ke Jogja. Waktu STM baru lah paling jauh ke Sumatera atau Bali. Apa emang jaman udah berubah yah *ngelap keringet di jidat*

Dari sisi biaya, masuk akal sih karena perginya pakai Garuda dan menginapnya juga di hotel bereputasi bagus. Tapi uang segitu bisa kami pakai untuk pergi ber4 (sekeluarga) ala setengah backpacker hehehe. Untuk yang Immersion Program memang lebih murah, karena menginap di asrama sekolah. Tapi mending uangnya dipakai untuk masuk SMP Rafa akhir tahun depan toh?

Pada saat pertemuan orang tua murid dan pihak sekolah, kami berdiskusi tentang kegiatan ini. Kami mohon walikelas untuk memberi pengertian ke para siswa, bahwa tidak semua anak bisa mengikuti kegiatan ini. Ada orangtua yang tidak mampu atau mungkin mampu tapi mungkin tidak mengijinkan. Dan seminggu sebelum acara agar diumumkan berapa peserta dari masing-masing kegiatan. Supaya siswa paham bahwa tidak semua ikut pergi ke LN.

Papanya Rafa mengusulkan walikelas agar menghimbau anak-anak untuk memperingan biaya dengan program menabung. Atau berjanji untuk mengurangi beban orang tua dengan gak beli mainan selama beberapa bulan, gak minta nge-mall .. semua ini supaya anak-anak bertanggung jawab untuk ikut mengurangi biaya pengeluaran orang tua. Walikelas Rafa menanggapi dengan antusias dan tertarik untuk menerapkan hal ini setidaknya ke murid di kelasnya.

Konsekuensi bersekolah disini udah kami cemaskan sebelumnya. Kami sudah waspada bahwa kegiatan semacam ini akan ada. Karena saya juga sudah mendengar cerita dari teman-teman yang kebetulan menyekolahkan anaknya ke sekolah Internasional lain. Makanya nama sekolah ini pun gak ada di daftar sekolah anak-anak yang kami buat saat mencari sekolah untuk mereka. Tetapi kondisi juga yang membuat kami mau gak mau menyekolahkan anak-anak kesana. Dan saya pun sudah berjanji ke Rafa bahwa kami akan berusaha sekuat tenaga untuk melakukan dan memberikan yang terbaik untuk anak-anak semampu kami, selama anak-anak bisa menikmati proses belajar.

Jadi Rafa ikut yang mana?

Tahun ini sepertinya Rafa ikut yang inhouse aja. His passion are art and swimming. Tiap ditanya mau jadi apa kalau besar nanti, jawabannya selalu ada 2 : pelukis atau atlet renang. Kebetulan program renang nya kerjasama dengan club renang tempat Rafa latihan. Makin semangat deh jadinya.

Mungkin nanti kelas 6 baru ikut yang Immersion Program. Supaya Rafa bisa merasakan sekolah di asrama yang isinya berbagai macam anak manusia dengan beda bahasa, beda budaya, beda bentuk rupa. Eh tapi liat kondisi keuangan mama papa juga sih. Kalo emang gak ada, ya gak bakal dipaksain ikut.  Dan liat kondisi Rafa juga, udah siap mental (mandiri dan tanggung jawab) apa belum. Kalo Rafa belum siap, ya gak akan ikut juga.

Kami cuma bisa memberi pengertian untuk Rafa. Kecewa pasti ada, namanya jalan-jalan ama teman kan beda dibanding pergi sama keluarga … walaupun tujuannya sama. Ortu Rafa juga pernah muda kan hehehe. Tapi sejauh ini Rafa bisa menerima dan paham. Bahkan kemarin dengan semangat dia bilang “aku udah berhasil membujuk beberapa teman untuk ikut renang juga ma!

Sekarang tinggal tunggu aja pengumumannya. Acara akan dibatalkan kalau pendaftar tidak memenuhi syarat jumlah minimum peserta. Masih bulan depan kok. Semoga Rafa bisa menikmati exploring week nya, dan mendapat banyak pelajaran dari kegiatan nya.

ps: saatnya mencari SMP untuk Rafa dan SD lain untuk Fayra hehehe

para siswa
mendapatkan kesempatan untuk mengembangkan karakter dan menerapkan rasa yang lebih besar dalam
kesiapan, tanggung jawab, saling menghormati dan ketahanan seiring dengan perjalanan mereka menuju
pengalaman - pengalaman yang menantang dan belum dikenal, yang dapat menambah pengalaman nilai
akademis mereka.
Rafayra Progress Report

Rafayra Progress Report

Sudah 3 bulan anak-anak di sekolah barunya, dan kami pun mendapat undangan untuk bertemu walikelas mereka mendiskusikan perkembangan di sekolah. Semua nilai anak bisa dipantau dari Parent Desk di web site sekolah, tapi tetap butuh diskusi langsung antara ortu dan guru supaya kami mempunyai gambaran yang lebih jelas.

Deg-degan … itu yang saya rasakan malam sebelumnya.

Pertama kali Rafa memberikan hasil quiz (ulangan harian) dengan nilai 2,75 … tangannya bergetar, kepala nya menuduk, suaranya sangat lirih “maaf ya ma

Saya lihat kertas tsb, ada note dari gurunya “good start Rafa

Terharu. Ini lah yang dibutuhkan. Guru memberikan semangat ke muridnya. Guru yang paham dengan kondisi setiap anak didiknya. Beliau mengerti bahwa Rafa masih baru memulai dan beliau menghargai usaha yang sudah dilakukannya.

Saya pun ikut menyemangatinya “gakpapa kok mas. Masih kaget sama soalnya ya? Coba cerita mana yang susah?”

Nilai ulangan berikutnya 4,4

Alhamdulillah ada peningkatan.

Dan yang lebih membanggakan, nilai ujian mid semesternya sudah diatas 6.

Kami tidak pernah menuntut anak-anak untuk selalu mendapat nilai bagus. Cuma berharap mereka tidak dibawah rata-rata pencapaian kelasnya. Apalagi sekarang dimana mereka baru saja beradaptasi dengan lingkungan rumah baru, teman-teman baru, sekolah baru, kurikulum pelajaran yang sedikit berbeda … ditambah lagi dengan bahasa yang menjadi kendala utama.

Saya dan suami memang sepakat untuk tidak mengajarkan bahasa lain ke anak, sampai mereka bisa menyusun kalimat dengan benar dalam bahasa Indonesia. Untuk Rafa yang sudah kelas 4, pelajaran bahasa Inggris sudah dikenalnya sejak TK. Tapi untuk Fayra, bahasa Inggris merupakan sesuatu yang sama sekali belum pernah diajarkan.

Term 1 di sekolah baru, kami pasrah. Kami tau anak-anak sudah melakukan terbaik yang bisa mereka kerjakan. Dan kami menghargai berapapun nilai yang mereka peroleh.

Fayra

Alhamdulillah Fayra sudah memenuhi target yang ditetapkan sekolah. Sepertinya memang lebih mudah untuk Fayra karena sebagian besar murid TK adalah anak baru. Sebagian besar dari mereka pun sama seperti Fayra, tidak bisa berbahasa Inggris atau Mandarin. Kecuali yang memang orang tuanya bukan warga negara Indonesia.

Fayra dinilai sebagai anak yang aktif, tidak ada masalah dalam pergaulan dengan temannya, bahkan Fayra berhasil terpilih sebagai wakil sekolah untuk mengikuti lomba mewarnai tingkat TK yang akan dilaksanakan tanggal 23 Okt nanti di sekolah Santa Ursula. Dari 20 orang murid di tiap kelas, dipilih 2 orang. Kemudian 2 anak tersebut diadu lagi dengan kandidat dari 4 kelas lain. Alhamdulillah, Fayra berhasil terpilih sebagai 2 anak yang mewakili sekolah, dari 8 kandidat tsb.

Perkembangan Fayra juga kami rasakan di rumah. Alhamdulillah Fayra lebih mandiri, lebih percaya diri, kosa kata dalam bahasa Inggrisnya jauh lebih banyak, bahkan Fayra juga bisa berhitung dan menyanyikan lagu anak dalam bahasa mandarin. Tapi cengkok ketika bertanya “what is that?” … sangat British. Kaya nya ini efek guru nya yang asli di import dari UK sana. hehehe

Rafa

Sebelum saya dan suami masuk ke kelas, kami bertemu guru bahasa Inggris di lift. Kami ngobrol tentang perkembangan Rafa. Beliau bertanya “Where do you give him non scholastic course?”

Kami bingung dan balik bertanya “not yet. do you have any recommendation?“.

Tapi beliau malah menjawab “owh no… don’t! he has too much lesson in school. Don’t give him more. He will be too tired”

Owh ternyata saya salah tangkap. Ternyata beliau bertanya seperti itu karena menilai perkembangan Rafa sangat bagus. Jadi disangkanya kami memberikan tambahan diluar jam sekolah. Rafa yang tadinya diam di kelas, sekarang sangat aktif bertanya. Dan pencapaian yang dilakukan Rafa dinilai meningkat beberapa waktu terakhir.

Satu pesan beliau sebelum kami berpisah “encourage your children to love reading books. Let them read books that they choose. Don’t push them to read the book that YOU choose

Alhamdulillah wali kelas Rafa juga menyampaikan yang sama. Rafa memang masih adaptasi, cukup berat usaha nya untuk bisa mengatasi ketertinggalan di sekolah … tapi sudah menunjukkan peningkatan.

Kami dirumah pun merasakan yang sama. Minat baca Rafa terlihat jauuhhh membaik. Kalau dulu baca buku hanya sekedar baca, sekarang Rafa sudah ‘mengerti’ apa yang dibaca. Bahkan Rafa bisa menceritakan ulang apa yang sudah dibaca ke adiknya, mbak dirumah atau kami ketika sampai dirumah.

Lebih mandiri dan disiplin. Sangat terlihat sekali.

Kalau dulu semua PR minta dikerjakan sama mama. Sekarang Rafa sudah mengerjakan PR nya sendiri. Apa yang bisa diketik atau tulis, akan dilakukannya. Alhamdulillah netbook yang kami belikan sangat bermanfaat. Walau tetap saja kami sangat membatasi koneksi internet. Anak-anak boleh terhubung ke internet kalau kami ada di samping mereka.

Jadi kalau ada PR, biasanya Rafa sudah mengetik apa yang dia tau dari buku, koran atau majalah. Nanti begitu kami pulang kerja, Rafa minta terhubung ke internet hanya untuk mencari gambar atau kekurangan materi aja.

Dan ya … Rafa sudah gape dalam menggunakan Ms. Office. Karena tugas di sekolah menuntutnya untuk bisa mengoperasikan Ms. Word bahkan Power Point. Kalau bikin slides, Rafa suka menambahkan animasi. “biar seru” katanya.

Saya ingat waktu membantu menyiapkan presentasi pertama Rafa tentang KECOA. Sebenarnya ada 3 materi yang boleh dipilih:

  • Amazing animal
  • The person you adore
  • Exciting places

Ketika saya tanya kenapa KECOA, jawabannya “Buat aku, kecoa itu amazing animal

ah baiklah hehehehe

Untuk membuat bahan presentasinya, Rafa sudah mencatat data dan fakta yang dibacanya dari majalah NatGeo Kids dan hasil nonton Animal Planet. Bagian tubuh kecoa, kecepatan larinya, jumlah telur saat berkembang biak, dan kenapa manusia tidak suka dengan kecoa. Saya bengong hahahahaha

Walikelas Rafa bilang “we don’t teach student to REMEMBER sentence in the book as an answer. But we teach them how to FIND answer from their 4B: brain, buddies, books, boss. Who’s their boss? if it’s in school, it’s their teacher. But if it’s at home, then it’s their parent. If they still feel unsatisfied with the answer, they can look from other resources  such as newspaper, magazine or internet.”

Dengan penyampaian seperti itu, pantas saja sekarang Rafa lebih kritis. Pola pikir Rafa sudah berubah. Kalau yang dulu hanya mengharap jawaban dari semua pertanyaan, sekarang Rafa lebih aktif untuk mencari jawaban atas pertanyaan yang ada di kepalanya dari berbagai sumber.

Rafa sekarang sudah tidak takut berbicara dalam bahasa Inggris. Bahkan beberapa waktu lalu ketika kami pergi ke toko buku, Rafa bertemu dengan teman sekolahnya. Mereka asyik ngobrol dalam bahasa Inggris. Diperjalanan pulang, saya meledeknya “gaya banget sih kak ngobrol ama teman sekolah pake bahasa Inggris. Ini kan bukan disekolah

Rafa dengan santai menjawab “Brandon itu baru dibawa pulang orangtuanya dari Amerika. Dia memang orang Indonesia, tapi lahir disana dan baru datang ke Indonesia. Jadi belum bisa bahasa Indonesia

Owhhhhh ternyata dia sudah bisa menempatkan dirinya. Dia sudah bisa menggunakan bahasa dalam kondisi yang dibutuhkan.

Ketika saya ceritakan hal ini ke walikelasnya, beliau bilang “owh ya, Brandon itu murid di kelas sebelah. Mereka suka bermain bersama saat istirahat

That’s even better news! Berarti Rafa sudah bergaul dengan teman diluar kelasnya.

Kekhawatiran kami terhadap pengetahuan Islam hanya karena sekolah ini merupakan sekolah ‘umum’ tidak kejadian. Alhamdulillah sekolah memberikan ngaji dan pesantren kilat selama Ramadhan. Ngaji disekolah merupakan pelajaran tambahan diluar jam sekolah. Semua agama diberikan ‘Fellowship Program’ yang sama dan serentak waktunya, hanya beda ruangan. Program ini tidak wajib diikuti murid-murid. Hal ini diberikan sekolah untuk mengakomodasi kekhawatiran ortu akan porsi pelajaran agama. Bahkan diselenggarakan secara GRATIS bagi yang mau ikut.

Walau begitu kami tetap mencari guru ngaji yang bisa mengajar dirumah setidaknya 2x seminggu @1 jam. Sampai sekarang belum nemu juga sih. Kalau ada yg punya informasi, mau dong di share.

————————-

Alhamdulillah kami sangat bersyukur atas perkembangan anak-anak. Kami yakin Rafa – Fayra bisa mengatasi ketertinggalannya.

Semoga mereka bisa menjadi manusia yang berguna dan bertaqwa.

Cah Bagus

Cah Bagus

Rafa udah gede banget yah! Udah setengah jalan menuju SMP. Ukuran sepatu udah hampir sama ama mamanya, tinggi nya aja udah sedagu mama.

Yang membanggakan darinya, Rafa udah 3x dapat beasiswa dari kantor papanya. Dengan mempertahankan nilai rata-rata pertahun diatas 85, Rafa berhak mendapat Rp 1,5jt setiap tahun. Pertama terima uang tsb, Rafa minta dibelikan sepeda. Kedua kalinya Rafa minta diberikan PS2. Kali ketiga targetnya PSP, tapi beberapa hari ini keinginannya berubah.

Aku minta netbook aja deh ma. Di sekolah baru banyak PR yang harus di ketik dan print. Aku lebih butuh komputer, tapi yang kecil dan bisa dibawa-bawa. Kalo komputer kan bisa aku pake untuk main game juga, bisa lihat video, juga bisa akses ke website natgeo

Ah tambah berasa makin besarnya cah bagus ku ini!

Dia sudah bisa menentukan prioritas kebutuhannya. Walau memang harga PSP dan netbook gak sebanding … harga netbook kan 2x nya PSP hehehe.

Di sekolah barunya Rafa sudah banyak PR yang harus dikerjakan dalam microsoft office. Membuat profile (data diri) dalam word, membuat table dalam excel, juga presentasi dalam slides. Selama ini kalo ada PR, Rafa harus menunggu papa pulang kerja supaya bisa pinjam laptopnya. Saat Rafa sibuk ngetik dan ngeprint sendiri, papanya nungguin disebelahnya sambil tiduran. hihihi capek yah pa, kasian.

Kadang Rafa mengeluh tentang sekolah barunya, pastinya kesulitan dia beradaptasi dengan bahasa. Cuma materi agama, sosial, PPKN dan bahasa Indonesia yang disampaikan dalam bahasa Indonesia. Selebihnya disampaikan guru dalam bahasa Inggris. Gak cuma itu, teman-temannya pun dalam ngobrol biasa menggunakan bahasa inggris. Baik didalam kelas maupun dikantin saat istirahat. Jadinya awal-awal Rafa hanya berkumpul dengan 6 murid baru yang sama-sama lagi adaptasi, hingga mereka bebas berbahasa indonesia. Tapi akhir-akhir ini Rafa mulai berani berbahasa inggris dengan saya dirumah. Semoga di sekolah dia gak terlalu pendiam cuma karena takut salah ngomong dalam bahasa inggris.

Ada kebiasan yang diterapkan disekolah ini yang sangat bagus menurut saya. Setiap murid dari Playgroup sampai SMA diberikan buku Reading Log. Jadi setiap anak diminta untuk membaca buku apapun, menuliskan judul dan halaman yang dibaca, kemudian orang tua harus paraf disebelahnya. Sekolah memberikan penghargaan untuk murid yang paling banyak membaca buku. Kami pernah kehabisan bahan bacaan dan Rafa protes “smua buku udah dibaca dan pernah ditulis judulnya. ayo beli buku lagi ma“. Untungnya gak wajib baca buku, boleh bacaan jenis lain. Murid bisa membaca koran atau majalah. Yang penting kebiasaan murid untuk membaca sudah ditanamkan dari kecil.

Untuk pelajaran agama, sekolah menyediakan guru agama Islam, Kristen, Budha, Hindu di sekolah. Jam pelajaran pun serentak untuk 1 angkatan. Jadi misalnya hari kamis jam 9 pelajaran agama, nah seluruh kelas 4 yang beragama Islam berkumpul di sebuah kelas, begitu juga dengan agama lain berkumpul di ruangan kelas lain.

Ramadhan tahun ini pertama kalinya Rafa menjalankan puasa di tengah lingkungan non-muslim. Hari pertama kemarin sukses dilalui. Saat jam makan siang teman-teman non muslim makan dikantin, Rafa memilih sholat dzuhur berjamaah di mushola bersama teman muslim lain. Minggu depan pihak sekolah mengadakan pesantren Ramadhan yang dilaksanakan selama 2 minggu pada jam istirahat. Jadi semua murid muslim akan dikumpulkan didalam aula kemudian sholat dzuhur berjamaah dan setelah itu diberikan kegiatan keagamaan. Ada belajar mendendangkan nasyid, ada cerita islami, ada pembuatan art bernuansa Islam (kartu lebaran, spanduk, poster) dan masih banyak kegiatan lain. Lumayan mengisi waktu jam istirahat dengan kegiatan yang bermanfaat, dari pada cuma tidur-tiduran di mushola. Kegiatan olahraga untuk yang muslim juga diberikan keringanan, selama orang tua murid memberikan surat pernyataan bahwa anaknya menjalankan puasa. Alhamdulillah, insya Allah Rafa tidak mengalami kendala dalam menjalankan puasa.

Kegiatan ekstra kulikulernya banyak banget. Dari mulai renang, basket, dancing, acting, robotik, tarian daerah, bahasa inggris, pembuatan comic (menggambar), pembuatan anime flash (pakai komputer) dll. Tetapi untuk semester ini Rafa tidak bisa ikut kegiatan selain bahasa inggris. Jadi sekolah memberikan pelajaran bahasa inggris tambahan diluar jam sekolah untuk murid-murid yang dirasa masih membutuhkan genjotan supaya kemampuannya bisa setara dengan murid lainnya. Semua kegiatan tsb diberikan secara gratis.

Yang masih jadi kendala untuk Rafa adalah Bahasa Mandarin. Kayanya gak cuma Rafa yang butuh tambahan pelajaran, mama nya juga musti kursus nih. Kasian kalo Rafa didikte gurunya dan harus menuliskan dalam huruf mandarin. Mamanya gak bisa ngajarin pula di rumah.

Ah nyesal deh waktu dulu alm.bapak maksa saya menghafal 10 kata setiap hari, tapi saya bandel gak nurutin. Jadi ingat nasehat beliau:

kalau kamu bisa bahasa inggris kamu bisa menguasai 1/3 dunia
kalau kamu bisa bahasa inggris dan mandarin, kamu bisa menguasai 2/3 dunia
sementara kalau kamu bisa bahasa inggris, mandarin dan arabic, kamu bisa menguasai seluruh dunia.

Yah semoga Rafa bisa seperti beliau, yang bisa menguasai ketiga bahasa tersebut. Amin

Begitulah kemajuan Rafa di usia 9 tahun nya. Alhamdulillah tambah besar, tambah pinter, dan makin ganteng *eh anak gw sendiri kan, tserah dong kalo mo bilang ganteng hihihihi*

Belum berani ngebayangin nanti dia SMP, kaya apa yah?

H1 Ramadhan 2010

H1 Ramadhan 2010

Nelpon Rafa yang masih dalam perjalanan pulang sekolah (di mobil jemputan katanya)

Mama: Hi boy, are you still fasting?

Rafa: Iya lah, I don’t  have a reason to stop

Wowww … i’m proud of you, son!

—————————

Nelpon Fayra yang udah pulang sekolah di rumah

Mama: Dek Fay hari ini jadi puasa gak?

Fayra: Iya aku puasa ma. Nanti aku makan nasinya kalo udah adzan magrib. Sekarang aku makan jeruk dulu

whuahahahahahahaha

Anak sekolahan

Anak sekolahan

Rafa itu bukan tipe anak sekolahan. Udah lah gak usah dimasukin ke sekolah mahal-mahal. Ikutin kursus seni aja (musik, gambar, dll) diluar sekolah. Kasian kalo dipaksa belajar ini itu di sekolah formal.”

Seperti hendak membuktikan diri bahwa komentar tsb tidak sepenuhnya benar, siang itu Rafa menelpon saya dikantor “ma, hasil exam udah dibagiin. Aku sebutin yah

English = 98

Iqro = 97

Religion = 95

Art = 95

Science = 91

Bahasa Indonesia = 90

Social = 87

PPKN = 86

Math = 84

Saya terharu.

Kami tidak pernah menuntut anak-anak untuk selalu mendapat nilai bagus. Selama mereka mengerjakan tugas dengan segala kemampuannya, apapun hasilnya tetap membuat kami bangga.

Seperti yang orang lain lihat dari diri Rafa, kami juga menyadari potensi anak sulung kami. Kecintaannya pada lukisan, semangatnya dalam menuangkan warna, kelihaiannya memainkan pianika. Herannya sekali mendengar sebuah lagu, Rafa akan dengan mudah memaikan pianika dengan nada yang persis sama!

Tetapi apakah karena jiwa seninya begitu menonjol maka Rafa tidak pantas berada di sekolah formal?

Bagi kami pemikirian tsb tidak adil untuk Rafa. Kami ingin Rafa tetap menikmati hari-harinya di sekolah, menyerap pelajaran yang diberikan juga bersosialisasi dengan teman sekolahnya. Dan kami sebagai orang tuanya akan selalu berusaha untuk memberikan fasilitas semampu kami. Bahkan kalau bisa anak-anak kami menempuh jenjang pendidikan yang lebih tinggi dari orang tuanya.

Raport Rafa sudah kami terima. Semester ini Rafa mendapat nilai rata-rata 87,9 meningkat tajam dari semester lalu 84,5. Sepertinya Rafa ingin membuktikan kepada kami, bahwa dia masih bisa mendapat beasiswa dari kantor papanya seperti tahun sebelumnya (sudah 2x berturut-turut). Dan Rafa sudah mengerti syarat beasiswa tsb harus mencapai nilai rata-rata minimal 85 dalam setahun. Alhamdulillah kesadaran itu sudah ada didalam diri Rafa *sebenarnya dia ngincer nilai Rp1,5jt dari beasiswa itu … kali ini targetnya PSP hehehe*

Terimakasih ya nak, telah membuat kami bangga memiliki anak secerdas kamu.

Mau jadi apapun nantinya kamu saat dewasa, kami akan tetap mendukung kamu penuh cinta!