Jiwa Seni Rafa

Jiwa Seni Rafa

Seperti yang udah beberapa kali saya tulis disini, minat Rafa terhadap seni memang menonjol dibidang gambar dan lukisan.

Akhir-akhir ini (terlebih setelah ikut kursus comic & cartoon), Rafa keliatan makin konsisten dengan hobinya. Sekarang sih kami masih menyebutnya sebagai hobi Rafa, tapi di sisi lain sepertinya Rafa sudah menjadikan hal ini sebagai passion nya.

Daftar hasil coretan warna yang pernah saya tulis disini:

Setiap pulang kerja, kami selalu disambut anak-anak yang memberikan hasil karya nya hari itu. Semalam Rafa memberi kejutan dipintu kamar saya, sebuah lukisan burung hasil oretan pensilnya.

Beberapa waktu lalu kami ke dokter gigi di RSIB. Untuk mendekatkan diri ke pasien, sang dokter yang baru ketemu Rafa ini mencoba ajak ngobrol:

Dokter: Rafa cita-cita nya apa?

Rafa: PELUKIS *dengan percaya diri*

Dokter: Kalo hobinya apa? Rafa suka ngapain sih?

Rafa: MELUKIS

Dokter: owh ya? pakai krayon atau pensil warna?

Rafa: EMANG AKU ANAK TK. ITU MAH MENGGAMBAR. AKU KALO MELUKIS PAKE CAT AIR ATAU CAT MINYAK

Dokter: owh beda yah?

Rafa: IYA KALO PAKE KRAYON ITU MENGGAMBAR. KALO PAKE CAT ITU MELUKIS

Saya terdiam agak lama. Biasanya dulu kalo ditanya cita-cita, Rafa selalu menjawab tergantung mood. Waktu 3 tahun bilangnya cita-cita mau jadi KUDA. Waktu umur 4 tahun, bilangnya mau jadi POLISI. Waktu umur 5 – 7thn, bilangnya mau jadi PILOT ato ASTRONOT. Tapi semakin kesini, menjawabnya sangat konsisten … PELUKIS.

Malamnya saya ngobrol santai sama papanya Rafa. Gimana seandainya melukis itu memang hobi dan passion Rafa, apa yang harus kami lakukan sebagai orang tuanya? Apakah kami siap menerima SENI sebagai jalan hidup anak kami? Apa komentar orangtua dan keluarga kami kalo seandainya Rafa jadi PELUKIS nanti. Bukan sekedar hobi, tapi mungkin menjadikannya sebagai mata pencahariannya … menjadikannya pekerjaan utama … menjadikan ini sebagai jalan hidupnya.

Masguh: Rafa bisa ambil jurusan design interior, design grafis, design produk. Gak harus lukis di kanvas kan?

Saya: Kalo seandainya Rafa memilih untuk melukis di kanvas?

Masguh: Pilihan kampusnya apa aja sih?

Saya: IKJ lah kalo di sini. kalo mau sekalian di Delft – Belanda atau Sorbone – Perancis

Masguh: Mhmmmm kek nya aku siapin mental dulu sembari nyiapin biaya kuliahnya Rafa nanti. Belum kebayang ma punya anak yang hari-harinya cuma di depan kanvas.

hehehe gak gampang memang menerima nya. Apalagi di keluarga kami memang tidak ada anggota keluarga yang hidup dari seni. Walau topik diatas hanya obrolan santai, tetap aja kami kepikiran. Karena kami gak mau memaksakan kehendak kami untuk masa depan anak-anak. Kami ingin anak-anak bisa tumbuh menjadi anak yang berguna, apapun jalan hidup yang dipilihnya. Kami sebagai orang tua cuma bisa memberikan sarana dan membimbing mereka aja. Semoga mereka bahagia dengan melakukan apa yang mereka suka, bukan karena terpaksa.

Kakak saya yang melihat perkembangan Rafa pernah komentar: “Anak lo kek nya bukan tipe anak sekolahan deh. Asah aja tuh hobi lukisnya, sayang kalo gak disalurin. Lagian enak kalo kita udah tau anak kita hobi apa dari umur segini. Gampang ngarahinnya.

Mmhhhmmm…ok deh … kami nyiapin mental dulu yak. Beneran gak kebayang punya anak pelukis hehehe.

Share this...
Share on FacebookShare on Google+Tweet about this on TwitterShare on LinkedIn
Biaya liburan ke Singapore

Biaya liburan ke Singapore

Karena ada beberapa orang yang tanya tentang perincian biaya liburan ke Singapore, disini akan saya tulis detilnya. Tanpa bermaksud sombong atau pamer, cuma berharap informasi ini berguna untuk pembaca yang mau liburan dengan membawa keluarga seperti kami:

Hari Pertama

  • Taxi dari Changi Airport ke hotel di Bencoleen road : SGD 20
  • Bellboy tip : SGD 5
  • EZlink ticket : SGD 35
  • Makan malam di Orchad : SGD 40
  • Jajan cemal cemil : SGD 15
  • TOTAL hari pertama = SGD 115 (dikali Rp 7,000) = skitar Rp 805,000

Hari Kedua

  • Sarapan Rafa + Fayra : SGD 5
  • Jurong Bird Park 4 orang : SGD 60
  • Makan siang di Jurong Bird Park : SGD 45
  • EZlink top up : SGD 35
  • Science Center all in ticket utk 4 orang : SGD 92
  • Song of the sea – Sentosa utk 4 orang : SGD 40
  • Makan malam di Sentosa : SGD 50
  • TOTAL hari kedua = SGD 325 (dikali Rp 7,000) = Rp 2,275,000

Hari Ketiga

  • Sarapan Rafa + Fayra : SGD 5
  • Naik taxi ke Orchad : SGD 10
  • Makan siang di Lucky Plasa : SGD 25
  • Naik taxi dari Tampines ke hotel sekitar Orchad : SGD 10
  • Hotel Bencoolen 2 malam : SGD 250
  • Taxi dari hotel ke airport = SGD 20
  • Total hari ketiga = SGD 320 (dikali Rp 7,000) = Rp 2,240,000

Total biaya liburan 4 orang selama 3 hari di Singapore = Rp 5,320,000 (diluar tiket pesawat dan belanja/oleh-oleh)

Tiket pesawat tinggal cari promo di AirAsia aja.

Gimana …. tertarik untuk mencoba?

Semua posting tentang Singapore bisa dilihat disini

Share this...
Share on FacebookShare on Google+Tweet about this on TwitterShare on LinkedIn
Singapore D3

Singapore D3

Hari ini hari terakhir kami di Singapore. Setelah sarapan kami beresin semua bawaan karena malam ini kami harus balik ke Jakarta. Kebetulan hari ini nte Tiwi baru datang ke Singapore dan menginap di sekitar Orchad, jadi kami bisa titip koper disana.

Setelah nitipin koper, kami jalan-jalan ke sekitar Orchad sampai makan siang di Lucky Plasa. Setelah itu naik taxi ke Tampines untuk berburu IKEA. Endonesah banget yah hihihihi. Maklum semangat punya rumah baru, jadi nyari pernak pernik mumpung disini.


Menjelang sore balik lagi ke hotel tempat nte Tiwi nginap, masukin barang ke dalam koper dan siap-siap ke erpot untuk pulang ke Jakarta.

Rincian biaya liburan di Singapore nya dipostingan selanjutnya yah. Biar detil semua ditulis nanti.

Semua posting tentang Singapore bisa dilihat disini

Share this...
Share on FacebookShare on Google+Tweet about this on TwitterShare on LinkedIn
Sentosa – Singapore D2

Sentosa – Singapore D2

Walau belum puas menikmati Science Center, kami harus terus melanjutkan perjalanan ke Sentosa Island. Lumayan jauh dari Jurong ke Sentosa, beneran ujung ke ujung nya Singapore. Tapi karena naik MRT, perjalanan menempuh waktu hampir 1/2 jam.

Sentosa ini merupakan Integrated Resort di Singapore.  Selain menyajikan keindahan pantar, Sentosa makin melengkapi fasilitas didalamnya. Ada hotel, casino, restoran, tempat belanja, juga wahana permainan. Semuanya dibuka secara bertahap mulai tahun 2010 ini. Total luasnya 49 hektar.

Begitu turun MRT di stasiun Harbour Front (Vivo City), kami lanjut naik Sentosa Express dari lantai 3 Vivo City. Harga tiket Sentosa Express return (PP) adalah SGD3 per orang.

Sampai di Sentosa terlihat antrian di depan loket penjual tiket Song of The Sea. Kami langsung ikut ngantri, dan dapat tiket untuk yang jam 20:40 alias pertunjukan terakhir (1 hari ada 2 show). Harga tiketnya SGD10/orang.

Karena banyak atraksi yang belum buka, kami langsung naik Siloso Beach Tram. Fay mau main dipantai!!

Sayangnya gak bawa baju ganti. Jadi Rafa dan Fayra gak bisa puas main pasir dan cuma nyeburin kaki ke air. Mana Fayra sempat jatuh di pasir, udah bajunya basah … lengket pasir pula. Nunggu agak kering sambil kibas-kibasin buang pasirnya.

Ketika matahari terbenam, kami kembali naik Siloso Beach Tram ke tempat pertunjukan Song of The Sea. Antrian udah lumayan panjang disana. Padahal penonton show pertama baru aja masuk arena. Sistem kursinya siapa cepat dia dapat, jadilah kami ikut ngantri sampai pertunjukan pertama selesai dan pintu dibuka untuk pertunjukan berikutnya.

Song Of The Sea Show ini bercerita tentang seorang pemuda bersuara merdu bernama Li. Bersama dengan teman-temannya, mereka bernyanyi dalam usaha untuk membangunkan Putri Ami yang terkena kutukan. Pertunjukkannya yang didukung oleh teknologi tinggi ini menyajikan permainan air, efek cahaya dari sinar laser dan juga kembang api. Kalau di Indonesia mirip dengan Air Mancur Menari (Dancing Fountain) yang ada di Grand Indonesia tapi Songs of the Sea ini lebih canggih dan ada alur ceritanya. (nyontek dari sini)

Ceritanya kombinasi antara beberapa aktor didepan barisan kursi penonton dan beberapa icon yang ditampilkan dalam layar. Air mancur menari dijadikan layar, dikombinasikan dengan sorotan laser berbagai warna. Suara yang disajikan semuanya rekaman. Jadi para aktor tinggal joget-joget sambil pura-pura nyanyi didepan.

Pertunjukan berlangsung selama 1jam. Hampir 90% kursi penuh oleh penonton. Dari anak-anak sampai orang dewasa semua terpukau oleh pertunjukan ini. Lagu-lagunya enak. Rafa ama Fay aja menikmati banget. Dari Sentosa kami langsung kembali ke hotel untuk istirahat.

Tips ke Sentosa:

  • Sebaiknya luangkan waktu 1 hari penuh supaya bisa melihat seluruh Sentosa Island.
  • Bawa baju ganti dan peralatan mandi, supaya anak-anak bisa bermain dipantai sampai puas.
  • Kalau naik MRT, sebaiknya beli tiket Sentosa Express langsung PP. Saat pulang biasanya semua orang balik setelah Song of The Sea show terakhir. Jadi keretanya penuh dan antrian tiket kreta juga panjang.

Semua posting tentang Singapore bisa dilihat disini

Share this...
Share on FacebookShare on Google+Tweet about this on TwitterShare on LinkedIn
Science Center – Singapore D2

Science Center – Singapore D2

Jumat, 26 Feb 2010

Setelah puas 1/2 hari di Jurong Bird Park sampai makan siang disana, persinggahan berikutnya adalah Science Center. Kami naik MRT turun di stasiun Jurong East, kemudian jalan kaki menuju stasiun bus. Lanjut naik bus nomor 335. Waktu nanya petugas, disuruh jalan “cuma 8 menit jalan kaki dari stasiun ini kok. Jalan aja deket banget“. Phiewwwhh, makasih loh pak disuruh jalan kaki 5-10 menit disiang bolong jam 1 terik bawa 2 krucil ginih. hihihihi

Kami turun dihalte depan Science Center. Dipintu masuk bertengger lah sebuah patung dinosaurus besar yang mengeluarkan suara dan kepalanya mengangguk-angguk. Fayra gak berani deketin patung, jadi mas Rafa foto sendiri aja didepan dino. Kaya nya sih patung ini sengaja ditaruh untuk ngikutin museum science di emrik sana hihihihihi.

Kami membeli karcis terusan, total berempat SGD 92 sudah termasuk:

  1. Science Center
  2. Omni Theatre (IMAX studio)
  3. Body World Exhibition

Science Center ini buka dari jam 10 pagi sampai jam 6 sore. Kalo hari Senin tutup.

Karena saat kami datang bertepatan dengan dimulainya film di studio IMAX, kami langsung belok kanan dari loket menuju Omni Theatre . Bioskop ini unik dengan layar berbentuk bola yang sangat besar. Beda sama theater Imax Keong Emas yang di TMII – Jakarta. Ilustrasi bentuk layar dan studio digambarkan dengan jelas dibawah ini (nyomot dari sini):

Tinggi studio nya seperti bangunan 5 lantai sekitar 16 meter sementara lebar diameternya 23 meter. Dengan bentuk layar seperti itu, penonton bisa memandang 180 derajat ke samping dan 125 derajat secara vertikal. Layarnya terbuat dari alumunium, jadi bisa menerima pantulan cahaya 30% lebih jelas dan memiliki lebih dari 45juta lubang kecil untuk menyalurkan udara – AC dan suara dari speaker ke arah penonton. Keren yah *norak*. Menonton film tentang ikan-ikan di lautan Indonesia *bangga*, berasa ada didalam lautan dan ikut berenang diantara ikan-ikan tsb. Rafa senang banget selama 40 menit film diputar. Sementara Fayra yang agak bosan dan takut, karena berasa ada didalam laut.

Diluar studio ada Movie Ride. Studio kecil berbentuk setengah badan pesawat. Saat kita nonton film, studio ini bergerak. Sayangnya Fayra gak bisa ikut menikmati karena ada syarat tinggi badan minimum 107cm. Semua anak kecil yang mau masuk diminta berdiri dekat papan seperti foto terlampir. Keliatan kan kalo Fayra masih dibawah tinggi minimum. hehehe

Seperti Science Museum di Hongkong, semua alat peraga disini bisa dimainkan langsung oleh anak-anak. Rafa paling suka ada di The Mind’s Eye dan dibagian cermin-cermin. Rafa suka bereksperimen dengan keajaiban cermin. Seperti foto diatas, Rafa nyembul dari balik dinding berkaca sehingga terlihat seperti potongan kepala diatas meja. Fayra cekikikan liat badan masnya menghilang.

Didalam Science Center dibagi kedalam beberapa area:

  1. The mind’s eye
  2. Nano technology
  3. I-space
  4. Mathematic
  5. Sound exhibition
  6. Eco Garden
  7. Tsunami exhibition
  8. Living with viruses
  9. Human Body
  10. Kinetic Garden
  11. Our solar system
  12. Space science
  13. Water works

Dalam Science center ini kita bisa mempraktekan ilmu-ilmu yang selama ini dipelajari di sekolah. Penjelasan tentang Tsunami pun digambarkan dengan menarik untuk anak-anak. Sayangnya kami gak bawa baju ganti atau baju renang, padahal di area Water Works seperti foto dibawah ini … anak-anak harusnya bisa asik main air dan disana disediakan kamar mandi untuk bilas setelah basa kuyup. Alhamdulillah anak-anak gak protes karena gak bisa main basah-basahan. Mereka sudah dijanjikan sore ini kami akan ke Sentosa.

Saat kami datang bertepatan dengan waktu pameran Body Worlds, dan tiket kami sudah sekalian untuk melihat pameran tsb. Jadi kami lanjut melihat ke ruang sebelah. Kami tidak mengunjungi Snow World disini, karena anak-anak sudah pernah merasakan Snow World di Genting  – Malaysia.

Body Worlds Exhibition

Pameran Body Worlds ini menampilkan mayat-mayat manusia dan hewan yang sudah diproses sedemikian rupa oleh beberapa ilmuwan. Tujuan utamanya untuk memperkenalkan ilmu kesehatan kepada masyarakat. Mayat yang digunakan adalah hasil sumbangan orang-orang yang merelakan tubuh mereka (saat mereka meninggal) untuk plastination melalui program donasi tubuh.

Body Worlds Exhibition adalah sebuah pameran keliling tubuh manusia yang di awetkan dan bagian-bagian tubuh yang di peragakan yang disebut plastination untuk mengungkapkan struktur anatomis batin. Pameran developer dan promotor adalah ahli anatomi Jerman Gunther von Hagens, yang menemukan teknik plastination pada akhir tahun 1970-an di University of Heidelberg.

Di pameran ini kami melihat beberapa bagian tubuh manusia juga beberapa hewan (rusa, jerapah, kuda). Ada yang ditampilkan secara utuh, ada juga yang ditampilkan hanya bagian tertentunya. Kita bisa melihat paru-paru orang yang merokok disandingkan dengan paru-paru orang yang meninggal dalam kondisi sehat. Hal ini ditampilkan untuk meningkatkan kesadaran masyarakat akan pentingnya pola hidup sehat selama kita masih bernafas.

Plastines (mayat yang dijadikan patung atau alat peraga) manusia ditampilkan dalam posisi yang berbeda-beda. Ada yang lagi main basket, ada yang menari, ada yang duduk.

Dalam menghasilkan spesimen untuk Body Worlds, von Hagens mempekerjakan 340 orang di 5 laboratorium di 3 negara, Cina, Jerman dan Kyrgyzstan. Setiap laboratorium telah dikategorikan khusus, dengan laboratorium cina berfokus pada spesimen binatang. Salah satu spesimen yang paling sulit untuk menciptakan adalah jerapah yang muncul di Body Worlds & The Mirror of Time.

Untuk membuat spesimen dibutuhkan waktu tiga tahun,hal ini sepuluh kali lebih lama dari yang diperlukan untuk mempersiapkan tubuh manusia. Dibutuhkan 10 orang untuk memindahkan jerapah, karena berat badan terakhir (seperti semua spesimen setelah plastination) adalah sama dengan hewan asli.

Dipintu masuk pameran, pengunjung dilarang mengambil foto. Saya akan tampilkan hasil gugling aja yah. Ini dia contoh salah satu plastines yang kami lihat disana:

Mayan seram yah?

Penjelasan lebih detil dalam bahasa indonesia dan liat proses pembuatannya, bisa dilihat disini.

————–

Karena kami harus lanjut ke Sentosa, kami tidak bisa lama-lama di Science Center. Kami menyebrangi Gedung Science Center dan menunggu bus 335 di halte sebrang untuk lanjut ke stasiun MRT Jurong East. Kami akan ke Sentosa dan melihat pertunjukan laser disana.

Tips ke Science Center Singapore:

  • Sebaiknya luangkan waktu 1 hari penuh supaya anak-anak puas mencoba semua alat peraga didalam gedung Science Center.
  • Bawa baju ganti dan peralatan mandi, supaya anak-anak bisa bermain air sampai basah kuyup.
  • Untuk anak < 3 tahun, saya tidak menyarankan untuk ikut masuk ke Omni Theater. Karena bentuk layar dan film yang disajikan dengan suara yang menggelegar, akan membuat anak takut. Saya melihat beberapa anak kecil nangis kejer didalam studio dan orang tuanya tidak bisa menenangkan mereka kecuali membawa keluar ruangan. Kasian mengganggu penonton yang lain.

Semua posting tentang Singapore bisa dilihat disini

Share this...
Share on FacebookShare on Google+Tweet about this on TwitterShare on LinkedIn