Konveksi Baju Renang

diambil dari sini dikasih tau om google
Jadi mohon maaf kalau saya tidak bisa sharing dengan anda semua bagaimana caranya mengelola sebuah konveksi dengan beberapa orang penjahit didalamnya. Tapi ijinkan saya berbagi pengalaman BEKERJA SAMA dengan pemilik konveksi.
Dibawah ini akan saya uraikan jawaban dari beberapa pertanyaan yang sering diajukan teman-teman baik secara lisan maupun melalui email dan YM.
1. Gimana cara ngeborong jahitan ke konveksi? Apakah lebih murah dari penjahit biasa?
Seperti cerita saya tentang asal muasal rafayra.com, saya secara tidak sengaja berkenalan dengan pemilik konveksi baju olahraga. Itu pun karena penjaga toko memberikan kartu nama pemilik konveksi ketika saya bilang ingin memesan baju renang dengan design khusus. Kebetulan syarat yang diberikan pemilik konveksi adalah minimum 6 pieces untuk special order. Tetapi ada juga konveksi lain yang memberikan syarat min order 50 pieces.
Untuk perbandingan harga produk dari konveksi dan penjahit biasa, menurut saya lebih murah dari konveksi. Karena konveksi membuat produk secara massal (banyak). Jadi konveksi membeli bahan/material juga dalam jumlah banyak. Hal ini membuat biaya modal bahan baku menjadi lebih kecil. Bandingkan kalau penjahit biasa cuma beli 1 jarum jahit, sdangkan konveksi bisa membeli 10 jarum dalam sekali pembelian. Pasti penjual jarum juga memberi harga lebih murah ke orang yg beli 10 sekaligus. Tentu ini akan berpengaruh juga ke harga jual produk per satuannya.
2. Berapa jumlah borongan supaya harga beli tidak mahal?
Setiap konveksi memiliki term and condition yang berbeda-beda. Pada kasus saya, konveksi mensyaratkan min 6 pieces per order. Tapi mungkin ini tergantung kesepakatan antara kedua belah pihak aja kok. Semakin sering kita order, semakin dekat kita dengan pemiliknya, maka term n cond juga akan lebih longgar. Pada awal-awal kerjasama, harga per piece yang diberikan kepada saya lebih tinggi dari harga sekarang. Mungkin pemilik konveksi juga bisa menilai frekuensi saya membeli produknya, sehingga beliau rela untuk menurunkan marginnya.
3. Bagaimana cara menghitung pemakaian jumlah material?
Wah maaf nih…untuk pertanyaan yang satu ini saya tidak bisa menjawab secara detil. Karena saya orang yang simpel tidak mau repot, jadi saya tidak pernah bertanya berapa jumlah material yang dibutuhkan untuk membuat 1 produk. Pokoknya saya minta harga per piece brapa…kemudian saya tambahkan margin….baru saya mendapatkan harga jualnya.
Kalaupun saya sempat bilang ke beberapa reseller tentang sulitnya mencari bahan lycra sekarang, itu pun saya dapat berdasarkan cerita dari pemilik konveksi. Penjual baju renang muslimah sekarang makin menjamur karena didorong oleh permintaan pasar yang makin meningkat juga. Selain itu bahan lycra dan spandek juga banyak digunakan untuk membuat jilbab. Hal ini membuat bahan lycra dan spandek menjadi most wanted material dalam industri garment.
Menjelang lebaran tahun 2007 ini, pemilik konveksi harus bersusah payah mengejar para supplier textile yang menjual bahan lycra dan spandek. Penyebabnya sudah pasti karena meningkatkan penjualan baju muslimah dan jilbab yang menggunakan bahan lycra dan spandek, sehingga bahan ini semakin sulit dicari. Bahkan pemilik konveksi juga menerima telepon dari seseorang yang mengaku supplier textile, orang ini menawarkan sekian ton bahan lycra dengan harga 400jt rupiah!!!
Wah…duit dari mana segitu banyaknya? Lagian uang segitu banyaknya daripada cuma untuk beli bahan mending untuk beli tanah atau rumah. Yang sudah jelas tidak akan mengalami penurunan nilai jual.
Akhirnya produksi baju renang diberhentikan sampai habis lebaran. Kami hanya menjual stok yang ada terakhir saja sampai pemilik konveksi berhasil mendapatkan materialnya.
4. Apakah design produk ditentukan oleh kita atau pemilik konveksi?
Tergantung kesepakatan kedua belah pihak aja. Kebetulan saya bekerja sama dengan pemilik konveksi yang menjual pakaian olahraga, produknya beragam dari baju senam seksi sampai baju senam muslimah, dari bikini sampai burqini semua diproduksi tergantung pesanan.
Ada beberapa yang di design oleh pemilik konveksi. Ada juga yang didesign atas masukan dari saya. Kadang kami juga melihat perkembangan sportware fashion diluar sana melalui internet atau majalah. Kalau untuk motif, saya memang sangat selektif. Sering terjadi pemilik konveksi menjahit baju renang muslimah dengan material yang dimilikinya. Tetapi saya tidak akan ambil jika motif yang tercetak di material tidak sesuai selera saya dan selera pelanggan saya. Beliau tidak keberatan, karena beliau bisa menjual produk tersebut di 8 toko miliknya.
Untuk produk Rafayra sendiri, saya memilih untuk menjual maksimum 6-9 pieces per motif yang terdiri dari berbagai ukuran (S sampai XXL). Kalaupun ada orang lain yang melihat baju renang dengan motif tersebut diluar sana tanpa merek Rafayra, hal ini wajar terjadi. Seperti yang sudah saya ceritakan sebelumnya, peminat bahan lycra ini mulai banyak dan sudah pasti produsen textile membuat motif yang sama tidak hanya pada 1 gulung kain…tapi bisa beratus-ratus gulung.
Kalau dibilang model dan motif sama, tapi dapat harga lebih murah dari merek Rafayra…hal ini juga wajar kok. Gak cuma baju renang, produk lain juga bisa terjadi hal yang sama kan? Hanya orang-orang yang pernah memegang dan membandingkan masing-masing produk, yang bisa menilai kualitas dari produk-produk tersebut. Saya percaya kualitas selalu berbanding lurus dengan harga.
——————————-
Mohon maaf kalau jawaban saya terkesan standar dan gak mutu. Karena memang beginilah adanya saya.
Saya masih pemain baru dalam industri garment. Saya belum berani investasi alat-alat jahit, memperkerjakan beberapa penjahit, apalagi untuk memiliki sebuah konveksi.
Saya hanya berharap bahwa apa yang saya tulis disini bisa memacu semangat pembaca untuk tidak takut menjalankan sebuah bisnis. Banyak cara yang bisa kita tempuh untuk menjadi pedagang. Kita tidak harus memproduksi sendiri barang yang akan kita jual. Cukup menjadi broker (perantara antara pembuat produk dan pembeli) aja bisa kok. Tapi jangan harap kita bisa mendapat margin yang tinggi. Karena kita juga harus berbagi margin dengan reseller kita nantinya. Prinsip saya: margin tipis gak papa…yang penting kuantiti nya aja dibanyakin. Kan hasil kalinya akan menjadi sama besar.
Berani nyoba?