Browsed by
Tag: Jalan-jalan

Marina Bay Sands

Marina Bay Sands

Hari kedua di Singapore, Sabtu 15 September 2012,  kami berangkat menuju Marina Bay Sands. Tahun sebelumnya saat kesini, gak ada waktu mampir. Cuma lihat dari kejauhan dan pernah liat proses pembuatannya di National Geographic, takjub banget.

Harry Potter Exhibition

Rafa yang paling semangat ke MBS ini, karena ada Harry Potter Exhibition. Walau belum pernah membaca novelnya, tapi Rafa sudah beberapa kali nonton film nya. Pameran ini berlangsung di Art Science Museum lantai basement dari tanggal 2 Juni sampai 30 September 2012.

Harga tiketnya:

Dewasa: S$21

Anak (2 – 13 tahun): S$13

Sayangnya gak boleh foto-foto di dalam area pameran. Jadi hanya  bisa ambil foto di sekitar pintu masuk aja.

Tempatnya dibuat gelap dan serba hitam. Awalnya Fayra sempat takut, secara Fay bisa lihat mahluk ajaib gitu kan. Gak mau lepas dari gandengan tangan mama. Fay juga gak pernah nonton filmnya. Jadi beneran gak tau ini pameran tentang apa. Rafa cuma bilang “ini tentang anak-anak yang sekolah jadi tukang sihir, dek” hihihihi

Semua yang ditampilkan di pameran ini benar-benar diambil dari properti filmnya. Sesaat sebelum masuk, ada petugas yang memegang topi dan minta pengunjung cilik maju ke depan dan duduk di kursi. Seperti di film, petugas ini meletakan topi seleksi diatas kepala pengunjung cilik dan topi akan mengeluarkan suara anak tsb masuk kriteria Gryffindor, Hufflepuff, Ravenclaw atau Slytherin.

Setelah itu pintu dibuka dan kita serasa ada di stasiun kereta Hogwarts Express lengkap dengan kepala keretanya juga loh. Masuk lagi ke dalam, kita bagaikan ada di asrama Hogwarts. Dinding dipenuhi dengan frame foto, yang gambar orang didalamnya bergerak-gerak. Semua kostum yang digunakan pemain dalam film ini juga ditampilkan. Dari baju Harry di film pertama, sampai film berikutnya. Rafa bilang “wah pertama kali main film ini, tinggi nya sama kaya aku ya ma. Film terakhir udah gede banget aja“. Iya lah ceritnya kan dari Harry umur 11 tahun juga sampai sekarang udah 20an tahun.

Design ruangan dan barang-barang yang ditampilkan lumayan lengkap. Sampai lilin terbang di ruang makan malam juga ada. Gak ketinggalan permen Jelly Belly dan coklat kodok. Keren banget deh.

Tapi yang gak kuat toko souvenir di pintu keluar. Mahal-mahal banget harganya. Rafa minta beli tongkat sihir untuk dipakai saat Halloween di sekolah bulan Oktober ini. Tentu gak dikasih lah, ngapain beli tongkat harga 200-300rb dipake cuma sekali doang.

Art Science Museum

Selesai lihat pameran di lantai basement, kami naik ke lantai 3. Ada gallery yang menampilkan latar belakang bangunan ini dan proses pembuatannya. Bangunan berbentuk bunga lotus ini memang luar biasa.

Kami sempat melihat foto yang menampilkan gedung ini di pagi hari. Foto diambil dari sebrang MBS, di sekitar Merlion. Ternyata matahari terbit berasa di atas bangunan ini. Jadi seperti tangan menengadah ke atas, dan matahari tepat di atas nya. Masguh langsung deh komentar “kapan-kapan kita kesini pagi-pagi yuk ma. Biar bisa ambil foto saat matahari tepat diatas gedung ini” haiyaaahh, mo jalan jam berapa coba demi mengabadikan foto doang.

Keluar dari Art Science Museum, kami makan siang di food court basement mall MBS. Nemu ayam bakar di salah satu counternya. Udah coba ke counter makanan lain, tapi penjualnya mengusir dengan halus “you can’t eat here, it’s not halal“. Alhamdulillah jilbab penyelamat banget deh. Kalau saya gak pake jilbab, tentunya mereka gak akan kasih tau halal atau enggak kan.

Gardens By The Bay

Salah timing waktu kesini.  Panasnya taman ini setelah jam makan siang itu edun banget. Gak sanggup deh keliling taman seluas 101 hektar. Harusnya kesini tuh sore menjelang magrib sih. Kalau malam Supertress akan berubah warna warni dan ada musik juga.

Gak lebih dari 10 menit disini, baju kami sudah basah kuyup penuh keringat. Balik lagi masuk ke dalam mall MBS untuk ngadem. Hihihihi. Kapan-kapan deh kesini lagi.

Gak belanja apa-apa di dalam mall. Kurs dollar singapore lagi tinggi banget ($1 = Rp 7.800), jadi harga barang bermerek lebih mahal dari Jakarta termasuk barang elektronik. Lagi pula jalan bawa anak-anak, beneran ngikutin maunya mereka aja. Apa yang mereka pingin tau dan penasaran untuk dilihat, ya kesitu lah kami.

Bertemu D’Rahmans

Waktu tiket dan voucher hotel sudah ditangan, saya langsung mengabari Dessy kalau mau main ke Singapore dan ngajakin ketemuan. Perkenalan kami diawali saling mengunjungi dan komen di blog masing-masing, berlanjut ke YM dan WhatsApp, akhirnya sekarang bisa ketemu langsung. Dessy datang bersama mas Arief – suaminya dan Keisha. Yeaayy!

Janjian juga sama keluarga Yudi, rekan kantor Masguh yang tinggal disana. Sesama darmawanita, saya dan Dian (istri Yudi) suka sahut-sahutan di Twitter dan lanjut ke WhatsApp. Ini pertemuan pertama kami juga loh. Kami makan malam di Fish n Co – Suntec City.

Keriaan berlanjut sampai ke Merlion. Padahal niatnya mau balik ke MBS untuk lihat laser dan pertunjukan air mancur yang selalu ada setiap jam 8 malam. Tapi kata Masguh, laser nya akan terlihat lebih bagus kalau posisi kita di Merlion. Yasud meluncur lah 2 taxi ke Merlion.

Ternyata lagi ada perayaan ulang tahun Merlion ke 40 tahun.  Pertunjukan ini diberi judul “Merlion & I: An Inspiring Journey“. Ada layar besar yang menampilkan film pendek tentang Merlion, musik, laser berwarna warni sampai pertunjukan tari yang dibawakan oleh anak-anak SMA singapore. Suka banget deh saat filmnya menampilkan foto orang-orang dengan latar belakang Merlion dari 20 tahun yang lalu sampai sekarang.

Malam itu Fayra dan Keisha nempel muluw deh. Di taxi aja Fay sibuk cari “taxi nya Keisha mana, ma?” sambil sibuk lihat kanan kiri dan belakang mobil. Ternyata Keisha juga sama mencari-cari Fayra. Aaahh so sweet. Kapan-kapan kita ketemuan lagi ya, sayang.

Jam 10 malam lewat, kami pulang ke hotel. Tepar banget. Rasanya pingin banget nempelin koyo di betis. Langsung beres-beres karena besok siang kami harus kembali ke Jakarta. Liburan singkat dadakan yang menyenangkan.

Numpang Liburan

Numpang Liburan

Akhir-akhir ini Masguh harus mondar mandir mengerjakan sebuah project di Singapore. Sekali pergi paling cuma 3 hari sih, tapi sering dan tetap aja yang ditinggal di rumah ngiri pingin ikutan pergi. Hehehe

Setelah anak-anak protes “kenapa papa nginep di hotel gak ngajak-ngajak?

Akhirnya di epruf juga untuk nebeng liburan, ketika papanya kerja disana.

Alhamdulillah akhir-akhir ini nilai ulangan anak-anak bagus-bagus semua, Rafa malah meningkat pesat. Jadi liburan ini sebagai reward untuk mereka juga.

Papanya berangkat Rabu, kami nyusul Jumat pagi. Tapi sebagian besar pakaian sudah masuk ke dalam koper papa. Saya tinggal gandeng anak-anak dan nyeret 1 koper kecil saja.

Sempat khawatir dengan jadwal penerbangan jam 7:55, karena artinya kami harus berangkat dari rumah jam 5an. Tapi alhamdulillah anak-anak bisa bangun jam 4:30, langsung mandi dan sholat subuh. Begitu jam 5 taxi yang dipesan via telp sehari sebelumnya, sudah menunggu di depan rumah. Cussss … mari kita berangkat ke erpot.

Sekarang tidak perlu lagi mengisi form imigrasi di bandara. Jadi setelah dapat boarding pass bisa langsung stempel passport. Sarapan dulu di starbuck D2, sambil nunggu waktu boarding.

Ternyata pesawatnya ada di terminal 3, jadi dari Gate E4 kami naik bus menuju pesawat. Eh kebagian pesawat GA merah, padahal kan biasanya biru.

Papanya sempat bbm, kalau gak bisa jemput di Changi. It’s OK lah, anak-anak udah besar. Rafa bisa bantu bawa ransel. Naik MRT menuju hotel juga gampang.

Kaget begitu sampai Changi, kami masuk ke terminal 3. Maklum udah 1,5 tahun gak kesini, baru tau ada Terminal 3. Seperti terminal lainnya, keren – mewah – bersih. Dan yang ini dilengkapi dengan playground juga loh *norak*. Sambil nunggu Rafa ke toilet, Fayra asyik main deh. Mama jagain koper aja di kursi.

Baru nyalakan henpon, Masguh SMS “udah sampai? aku di jalan menuju terminal 3. Tunggu di depan ya

Horeeeee … papa bisa jemput.

Lihat deh tuh yang kangen papanya!

Tunggu kelanjutan cerita liburan ini di postingan berikutnya yaaa

Semua posting tentang Singapore bisa dilihat disini

Cirebon 1 malam

Cirebon 1 malam

Hedeeehh judulnya kaya judul lagu dangdut yang lagi ngetop di youtube ajah. Tapi cuma itu yang menggambarkan perjalanan kami ke Cirebon pertama kalinya ini. Dan tujuan perjalanan kami ke kota Brebes, jadi di Cirebon kami hanya singgah dan istirahat tengah malam.

Berangkat naik mobil dari BSD jam 5 sore, kami tiba di Cirebon jam 10 malam. Alhamdulillah udah dibookingin hotel sama Teh Thita yg kebetulan lagi mudik. Walau sayangnya gak bisa ketemu teteh, karena sebelum kami berangkat teteh sudah dalam perjalanan pulang.

Keluar tol Cirebon, kami langsung menuju tengah kota dan mencari jalan Siliwangi. Walau hampir larut malam, hotel Sare Sae dapat kami temukan dengan mudah. Kalau naik kendaraan umum, dari stasiun kereta cuma 200meter. Becak juga banyak di depan hotel. Jadi kalo mau jalan-jalan dari hotel gampang.

Setelah kami check-in dan menaruh tas, kami langsung keluar mencari tempat makan yang masih buka jam 10 malam gini. Tersebutlah seafood H. Moel yang terkenal di Cirebon.

Seafood H. Moel

Seafood & Chinese Food
Jl. Kalibaru Selatan 31 Cirebon
Telpon: 0231-247-642 (melayani pesan antar)

Kalo mo makan seafood di Cirebon, datang deh kesini. Menurut teman-teman asli Cirebon, menu yang paling ngetop itu UDANG BAKAR. Begitu juga menurut review wisata loka.

Ternyata gak salah deh. Emang udang bakarnya mantab banget. Makanan disini gak mahal juga kok. Rata-rata Rp 10,000 per porsi (misal cah kangkung, kerang rebus, dll) kecuali si udang ngetop ini yah. 1 piring berisi 10 ekor udang yang ukurannya lumayan besar, harganya Rp 60,000 per porsi. Bumbu yang top banget, pedas – manis – gurih. Rafa aja gak berenti berenti makanin. Sayang Fayra gak kuat pedasnya, dan milih makan telur puyuh yang ada dalam cah kangkung.

Waktu baca review di detikfood, kami langsung aja minta menu yang sama yaitu Kakap Cobek. Tapi karena sampai tempat makan ini sudah jam 11 malam, kakap nya sudah habis terjual.  Diganti sama bawal bakar deh.

Enyak, murah, puas.

Hotel Sare Sae

website: http://saresae-hotel.blogspot.com
Jalan Siliwangi No.70 Cirebon
Telp. 0231-209489

Dalam bahasa Sunda, Sare artinya tidur  – Sae artinya enak/bagus. Nama hotel ini sederhana banget yah … tidur nyenyak. Harapan pemilik hotel supaya tamu yang datang bisa tidur dengan nyenyak di penginapan ini.

Kami mengambil tipe kamar Deluxe dengan harga Rp 300,000 per malam. Karena kami ber5 (mami ikut), jadi kami pilih twin bed yang katanya berukuran 120x200cm. Ketika kami tiba disana, semua kamar sudah penuh. Hanya tersisa kamar kami karena memang sudah dipesan dari pagi hari. Kami kecewa ketika menemukan ukuran tempat tidur tidak seperti yang dikatakan saat teh Thita pesan kamar, ukuran tempat tidurnya hanya 100x200cm saja. Kami pun pesan 1 kasur tambahan dengan harga Rp 100,000. Sementara ukuran tempat tidur yang single bed, besar sekali … tapi sayang tidak bisa pindah kamar karena semua kamar penuh.

Tempat tidur kiri diisi saya + fayra, tempat tidur kanan diisi mami seorang, sementara extrabed diisi masguh dan Rafa. hihihihi kasian banget deh cowok-cowok dilantai. Tentunya kami tambah gelar bedcover supaya kalo Rafa miring-miring, gak langsung ke lantai. Dingin banget soalnya.

Sekilas hotel ini lebih cocok disebut losmen. Melihat bentuk bangunan nya memang seperti penginapan jaman saya kecil. Bangunan utama untuk kantor pengelola dan penerima tamu, bangunan di kiri digunakan untuk restoran, sementara jejeran kamar berada dibangunan belakang dua lantai. Di depan kamar ada kolam panjang yang memisahkan halaman kamar dengan tempat parkir mobil. Sangat sederhana, baik bentuk bangunan maupun material yang digunakan dalam bangunan.

Maaf saat ngambil foto diatas saya lupa menutup kloset. Apakah menjijikan? Duh maaf banget bukan fotographer majalah design rumah soalnya. Saya foto begitu masuk kedalam tanpa merubah posisi barang apapun yang ada didalam kamar mandi ini.

Beginilah kondisi kamar mandinya. Lantai dari batu koral, bak mandi terbuat dari tembikar atau tanah liat, lengkap dengan gayung.

Konsep hotel ini memang kembali ke alam. Semua bagian dari hotel ini bernuansa tradisional alami. Walau demikian, air yang mengalir dari pancuran lengkap dengan air panas. Ada tuas di kiri bak yang bisa kita geser ke kanan untuk air biasa, dan geser ke kiri untuk mengucurkan air panas. Jadi jangan khawatir, semua sudah dipikirkan oleh pengelola hotel. Jadi ini memang hotel nostalgia …. bangunan seperti losmen, tapi pelayanan hotel.

Pelayanan hotel yang diberikan seperti layaknya hotel modern lain. Di kamar mandi disediakan sikat gigi, pasta gigi, sabun, shampo, tisu, dan lain-lain. Lengkap dengan 2 buah handuk besar dan handuk kecil yang digantung di kayu/rotan. Pintu kamar mandi menggunakan gebyokan kecil. Itu loh pintu yang ada ukirannya.

Kamar dilengkapi dengan TV, kulkas kecil, lemari pakaian dari campuran kayu dan bambu. Petugas juga menyediakan air minum biasa dan termos air panas. Kalau kita bawa mobil kesini, besok pagi mobil kita sudah kinclong dicuci oleh petugas hotel. Itu semua bagian dari service mereka.

Sarapan disediakan gratis di ruang makan seperti foto diatas. Menunya nasi uduk lengkap dengan minuman teh atau kopi. Tapi karena waktu kami sangat singkat disini, kami tidak merasakan masakan hotel. Kami sengaja check-out hotel pagi-pagi untuk bisa mampir wisata kuliner di Nasi Jamblang Mang Dul.

Review kami atas hotel ini:

  • Murah meriah 300rb dengan pelayanan memuaskan sudah termasuk makan pagi dan cuci mobil.
  • Hotel sangat bersih dan terawat.
  • Konsep hotel traditional alami. Jadi kalau gak suka yang jaman dulu (jadul), pasti akan menilai hotel ini kemahalan dibanding tampilannya. Padahal pelayanannya beneran seperti HOTEL loh. Puas deh
  • Kalau bawa anak kecil, sebaiknya ambil tipe single bed deh. Jadi tempat tidurnya besar.

Nasi Jambang Mang Dul

Semua orang bilang kalo nasi jamblang itu makanan khas Cirebon. Kami penasaran kaya apa sih nasi jamblang itu? Maka mampirlah kami ke Mang Dul yang sangat tersohor. Jam 6 pagi aja, tempat ini sudah ramai pembeli.

Saat kita masuk, disambut dengan meja kasir. Sisi kanan berisi deretan kursi dingklik panjang seperti diwarteg tapi disini tanpa meja tinggi. Sisi kanan ada sebuah meja panjang dengan beberapa baskom berisi berbagai macam lauk pauk. Nasinya dibungkus daun jati, diletakan dalam piring plastik. Kita pilih sendiri mau lauk pauk apa dari baskom-baskom yang tersedia.

Sambalnya agak aneh menurut saya, karena tidak diulek hanya cabai iris tipis. Jadi gak berasa makan sambel. Lauk pauk yang paling digemari: tahu – tempe goreng, empal, paru goreng.

Rafa ngabisin 2 bungkus nasi dengan 5 macam lauk. Asyik aja makan sendiri gak peduli adeknya gangguin disebelahnya. Kami berlima … cuma abis 60rb-an.

Setelah kenyang, kami melanjutkan perjalanan ke Brebes. Insya Allah kapan-kapan kami akan kembali ke Cirebon dengan niat liburan. Supaya kami bisa mampir ke keraton, kampung batik, dan wisata kuliner tentunya.

Pelajaran hidup dari Dubai

Pelajaran hidup dari Dubai

Kepergian saya ke Dubai, memang hanya untuk kerja. Miting selama 1,5 hari atau total 12 jam, sementara perjalanan PP sekitar 20 jam. Tetapi karena saya punya beberapa teman yang tinggal disana, saya putuskan untuk perpanjang masa tinggal disana menjadi 1 hari lebih lama.

Daryatmo (kanan), teman STM yg sudah 1,5thn di Dubai

Alhamdulillah setelah menghubungi mereka via FB, semua menawarkan saya untuk tinggal dirumah mereka. Tapi karena rumah Amo jauh dari hotel tempat saya nginap, saya memilih untuk tinggal di rumah Rani yang kebetulan gak jauh dari hotel. Lagipula saya merasa lebih enak tinggal dirumah teman perempuan. Maaf kalo agak rasis terhadap jenis kelamin hehehe. Jadi sebelum besoknya saya tinggal dirumah Rani, malam tsb saya dan Amo bertemu di Dubai Mall.

Pagi yang cantik diteras apartemen Rani

Amo dan Rani sharing beberapa hal yang menjadi pelajaran berharga untuk saya. Amo saat ini bekerja di salah satu perusahaan telekomunikasi, sementara suami Rani bekerja di sebuah bank pemerintahan setempat dan Rani sendiri melanjutkan Master Psikologi di sebuah universitas Australia disana. Saya mengajukan banyak pertanyaan kepada mereka. Penasaran dengan keberanian mereka memutuskan untuk hijrah dan mengadu nasib di negeri orang.

Mereka bilang sebagian besar orang Indonesia yang tinggal disana memang alasan utama nya untuk mencari uang lebih banyak. Dengan biaya hidup yang 2x lipat Jakarta, tetapi penghasilan mereka bisa 5-10x lipat gaji Jakarta.

Target awal mereka cuma ingin ‘menabung’ selama 2 tahun, setelah itu mereka akan kembali ke Indonesia. Tetapi setelah mereka tinggal disana, mereka jadi betah dan mungkin target 2 tahun tersebut akan molor menjadi 5 tahun atau lebih.

Alasan utama yang mereka sebutkan antara lain:

  • Gaji bisa ditabung 50%
  • Kehidupan disana sangat teratur, transportasi umum nyaman dan harga mobil + bensin lumayan murah. Mobil Fortuner bisa dibeli dengan harga Rp120jt, sementara bensin hanya Rp 2,500/liter.
  • Semua orang disana berbicara dalam bahasa Inggris. Sehingga kendala komunikasi sangat minim.
  • Negaranya kecil, jadi kalau mau kemana-mana dekat. Maksimal ditempuh dengan perjalanan 30-60 menit dari ujung ke ujung. Tidak ada macet pun.
  • Jam kerja dimulai jam 9 pagi, selesai jam 6-7 malam. Tapi karena daerahnya kecil dan tidak ada macet, mereka cuma butuh 10-20 menit untuk bisa sampai dirumah. Waktu untuk berkumpul dengan keluarga lebih banyak. Coba bandingkan dengan kerja di Jakarta, untuk pulang ke rumah aja butuh waktu 1-2 jam. Sampai rumah, anak sudah pada tidur. Paling puas ketemu anak cuma di akhir pekan. Quality time ini yang sangat berharga dimata mereka.

Tentunya ada beberapa kekurangan:

  • Biaya sekolah anak sangat mahal. Masuk TK aja biaya nya mencapai 100jt per tahun
  • Jauh dari keluarga, kalo ada apa2 tiket pulang lumayan mahal
  • Adanya diskriminasi penduduk lokal dalam hal penggajian. Pribumi yang disebut Emirati, memiliki tunjuangan emirati, sementara pekerja pendatang ya hanya gaji aja. Jadi jangan sakit hati kalo kerjaan sama, posisi sama, tapi gaji gedean mereka hehehe

Diantar keliling kota, begron foto ini: Dubai Flyer

Disana saya belajar bahwa ISLAM tidak sama dengan ARAB, begitu pun sebaliknya. Karena penduduk lokal disana kasar, baik saat berbicara, perilaku maupun saat membawa kendaraan. Dan mereka cenderung pemalas, karena tanpa harus kerja keras tunjangan dari pemerintah pun melimpah. Bahkan untuk wanita yang bekerja kantoran, setiap mereka melahirkan akan menerima upeti dari kantor dan pemerintah. Jadi kerjaan nya cuti melahirkan melulu hehehe. Pemalasnya ini diturunkan ke anak-anak mereka. Kalau kita ke mall di jam kerja (9to5) ya isinya perempuan dan anak-anak, karena banyak dari mereka yang tidak menyekolahkan anak-anaknya.

Wanita di Dubai cenderung glamor. Kerjaan mereka hanya belanja dan belanja. Merek-merek sekelas MNG, Zara, Guess, Paris Hilton gak laku … karena yang mereka buru adalah merek sekelas Aigner, Guci, LV, Hermes, etc. Gamis hitam yang mereka gunakan hanya sebagai simbol bahwa mereka Emiraty alias pribumi. Dibaliknya mereka menggunakan tanktop, skinny jeans, stilleto/high heels, dan tas yang mereka jinjing semuanya dibeli lengkap dengan kotak/dus *kebayang kan harga tas berapa kalo belinya didalam dus*. Jumat malam disana sama dengan malam minggu disini (wiken mereka jumat-sabtu), wanita-wanita ini akan keluar ke tempat umum dengan dandanan yang luar biasa heboh. Kerudung hitam hanya cantolan, karena biasanya mereka sasak tinggi rambutnya dan gak jarang disanggul juga. Semakin malam, semakin tinggi sasakannya. Dan tempat hangout pun menjamur. Apalagi kalo private party yang cuma perempuan-perempuan, wuiihhh artis holiwut kalah heboh dandanannya. Ketika mereka berkunjung ke waterpark, banyak juga yang pakai bikini … dan saat mereka keluar, mereka akan kembali menggunakan gamis hitamnya.

Tentu tidak semua orang Arab seperti itu, tapi begitulah yang saya lihat sebagian besar dari mereka. Menutup aurat bukan dilakukan karena kepatuhan mereka terhadap agama, melainkan hanya sebatas adat dan harga diri yang membedakan mereka sebagai pribumi dengan pendatang. Saya paham sekarang kenapa Nabi diturunkan di tanah sana, mungkin karena akidah mereka yang sedemikian hingga membutuhkan ajaranNYA langsung dari utusanNYA.

Untuk pendatang tidak ada kewajiban untuk menggunakan pakaian tertutup. Hukum disana lebih ditekankan kepada perilaku. Menurut cerita ada seorang pendatang yang bertemu temannya di tempat umum (mall) dan mereka dengan reflek cipika cipiki ditempat. Saat itu ada seorang perempuan lokal bercadar besi (sampai saat ini saya masih tidak habis pikir apa bedanya cadar kain dan besi, dan kenapa mereka menggunakan besi untuk menutupi sebagian wajahnya) yang melihat dan marah-marah. Wanita tsb bilang mereka memberikan contoh yang buruk untuk anak-anaknya. Wanita ini pun langsung melaporkan mereka ke polisi. Akibatnya? mereka dipenjara 1 bulan dan berita ini masuk di koran lokal. Memalukan bukan?

Jadi walaupun kita berjalan dengan pasangan hidup (suami/istri), kita tidak bisa menunjukkan kemesraan didepan umum … bahkan hanya untuk sekedar bergandeng tangan. Sementara kalau pakai baju terbuka tidak masalah selama berkelakuan sopan.

Ah senangnya saya mendapatkan pelajaran baru dari perjalanan ini. Orang bilang “traveling makes you open minded”. Yah karena dengan berpergian ke tempat lain kita akan mempelajari perbedaan, dan ini membuat kita lebih menerima perbedaan itu sendiri.

Semua posting tentang Dubai bisa dilihat disini

Science Center – Singapore D2

Science Center – Singapore D2

Jumat, 26 Feb 2010

Setelah puas 1/2 hari di Jurong Bird Park sampai makan siang disana, persinggahan berikutnya adalah Science Center. Kami naik MRT turun di stasiun Jurong East, kemudian jalan kaki menuju stasiun bus. Lanjut naik bus nomor 335. Waktu nanya petugas, disuruh jalan “cuma 8 menit jalan kaki dari stasiun ini kok. Jalan aja deket banget“. Phiewwwhh, makasih loh pak disuruh jalan kaki 5-10 menit disiang bolong jam 1 terik bawa 2 krucil ginih. hihihihi

Kami turun dihalte depan Science Center. Dipintu masuk bertengger lah sebuah patung dinosaurus besar yang mengeluarkan suara dan kepalanya mengangguk-angguk. Fayra gak berani deketin patung, jadi mas Rafa foto sendiri aja didepan dino. Kaya nya sih patung ini sengaja ditaruh untuk ngikutin museum science di emrik sana hihihihihi.

Kami membeli karcis terusan, total berempat SGD 92 sudah termasuk:

  1. Science Center
  2. Omni Theatre (IMAX studio)
  3. Body World Exhibition

Science Center ini buka dari jam 10 pagi sampai jam 6 sore. Kalo hari Senin tutup.

Karena saat kami datang bertepatan dengan dimulainya film di studio IMAX, kami langsung belok kanan dari loket menuju Omni Theatre . Bioskop ini unik dengan layar berbentuk bola yang sangat besar. Beda sama theater Imax Keong Emas yang di TMII – Jakarta. Ilustrasi bentuk layar dan studio digambarkan dengan jelas dibawah ini (nyomot dari sini):

Tinggi studio nya seperti bangunan 5 lantai sekitar 16 meter sementara lebar diameternya 23 meter. Dengan bentuk layar seperti itu, penonton bisa memandang 180 derajat ke samping dan 125 derajat secara vertikal. Layarnya terbuat dari alumunium, jadi bisa menerima pantulan cahaya 30% lebih jelas dan memiliki lebih dari 45juta lubang kecil untuk menyalurkan udara – AC dan suara dari speaker ke arah penonton. Keren yah *norak*. Menonton film tentang ikan-ikan di lautan Indonesia *bangga*, berasa ada didalam lautan dan ikut berenang diantara ikan-ikan tsb. Rafa senang banget selama 40 menit film diputar. Sementara Fayra yang agak bosan dan takut, karena berasa ada didalam laut.

Diluar studio ada Movie Ride. Studio kecil berbentuk setengah badan pesawat. Saat kita nonton film, studio ini bergerak. Sayangnya Fayra gak bisa ikut menikmati karena ada syarat tinggi badan minimum 107cm. Semua anak kecil yang mau masuk diminta berdiri dekat papan seperti foto terlampir. Keliatan kan kalo Fayra masih dibawah tinggi minimum. hehehe

Seperti Science Museum di Hongkong, semua alat peraga disini bisa dimainkan langsung oleh anak-anak. Rafa paling suka ada di The Mind’s Eye dan dibagian cermin-cermin. Rafa suka bereksperimen dengan keajaiban cermin. Seperti foto diatas, Rafa nyembul dari balik dinding berkaca sehingga terlihat seperti potongan kepala diatas meja. Fayra cekikikan liat badan masnya menghilang.

Didalam Science Center dibagi kedalam beberapa area:

  1. The mind’s eye
  2. Nano technology
  3. I-space
  4. Mathematic
  5. Sound exhibition
  6. Eco Garden
  7. Tsunami exhibition
  8. Living with viruses
  9. Human Body
  10. Kinetic Garden
  11. Our solar system
  12. Space science
  13. Water works

Dalam Science center ini kita bisa mempraktekan ilmu-ilmu yang selama ini dipelajari di sekolah. Penjelasan tentang Tsunami pun digambarkan dengan menarik untuk anak-anak. Sayangnya kami gak bawa baju ganti atau baju renang, padahal di area Water Works seperti foto dibawah ini … anak-anak harusnya bisa asik main air dan disana disediakan kamar mandi untuk bilas setelah basa kuyup. Alhamdulillah anak-anak gak protes karena gak bisa main basah-basahan. Mereka sudah dijanjikan sore ini kami akan ke Sentosa.

Saat kami datang bertepatan dengan waktu pameran Body Worlds, dan tiket kami sudah sekalian untuk melihat pameran tsb. Jadi kami lanjut melihat ke ruang sebelah. Kami tidak mengunjungi Snow World disini, karena anak-anak sudah pernah merasakan Snow World di Genting  – Malaysia.

Body Worlds Exhibition

Pameran Body Worlds ini menampilkan mayat-mayat manusia dan hewan yang sudah diproses sedemikian rupa oleh beberapa ilmuwan. Tujuan utamanya untuk memperkenalkan ilmu kesehatan kepada masyarakat. Mayat yang digunakan adalah hasil sumbangan orang-orang yang merelakan tubuh mereka (saat mereka meninggal) untuk plastination melalui program donasi tubuh.

Body Worlds Exhibition adalah sebuah pameran keliling tubuh manusia yang di awetkan dan bagian-bagian tubuh yang di peragakan yang disebut plastination untuk mengungkapkan struktur anatomis batin. Pameran developer dan promotor adalah ahli anatomi Jerman Gunther von Hagens, yang menemukan teknik plastination pada akhir tahun 1970-an di University of Heidelberg.

Di pameran ini kami melihat beberapa bagian tubuh manusia juga beberapa hewan (rusa, jerapah, kuda). Ada yang ditampilkan secara utuh, ada juga yang ditampilkan hanya bagian tertentunya. Kita bisa melihat paru-paru orang yang merokok disandingkan dengan paru-paru orang yang meninggal dalam kondisi sehat. Hal ini ditampilkan untuk meningkatkan kesadaran masyarakat akan pentingnya pola hidup sehat selama kita masih bernafas.

Plastines (mayat yang dijadikan patung atau alat peraga) manusia ditampilkan dalam posisi yang berbeda-beda. Ada yang lagi main basket, ada yang menari, ada yang duduk.

Dalam menghasilkan spesimen untuk Body Worlds, von Hagens mempekerjakan 340 orang di 5 laboratorium di 3 negara, Cina, Jerman dan Kyrgyzstan. Setiap laboratorium telah dikategorikan khusus, dengan laboratorium cina berfokus pada spesimen binatang. Salah satu spesimen yang paling sulit untuk menciptakan adalah jerapah yang muncul di Body Worlds & The Mirror of Time.

Untuk membuat spesimen dibutuhkan waktu tiga tahun,hal ini sepuluh kali lebih lama dari yang diperlukan untuk mempersiapkan tubuh manusia. Dibutuhkan 10 orang untuk memindahkan jerapah, karena berat badan terakhir (seperti semua spesimen setelah plastination) adalah sama dengan hewan asli.

Dipintu masuk pameran, pengunjung dilarang mengambil foto. Saya akan tampilkan hasil gugling aja yah. Ini dia contoh salah satu plastines yang kami lihat disana:

Mayan seram yah?

Penjelasan lebih detil dalam bahasa indonesia dan liat proses pembuatannya, bisa dilihat disini.

————–

Karena kami harus lanjut ke Sentosa, kami tidak bisa lama-lama di Science Center. Kami menyebrangi Gedung Science Center dan menunggu bus 335 di halte sebrang untuk lanjut ke stasiun MRT Jurong East. Kami akan ke Sentosa dan melihat pertunjukan laser disana.

Tips ke Science Center Singapore:

  • Sebaiknya luangkan waktu 1 hari penuh supaya anak-anak puas mencoba semua alat peraga didalam gedung Science Center.
  • Bawa baju ganti dan peralatan mandi, supaya anak-anak bisa bermain air sampai basah kuyup.
  • Untuk anak < 3 tahun, saya tidak menyarankan untuk ikut masuk ke Omni Theater. Karena bentuk layar dan film yang disajikan dengan suara yang menggelegar, akan membuat anak takut. Saya melihat beberapa anak kecil nangis kejer didalam studio dan orang tuanya tidak bisa menenangkan mereka kecuali membawa keluar ruangan. Kasian mengganggu penonton yang lain.

Semua posting tentang Singapore bisa dilihat disini