Browsed by
Tag: Ramadan di Qatar

Ramadan Di Qatar

Ramadan Di Qatar

Ramadan Kareem!

Tidak seperti di Indonesia yang harga barang meningkat menjelang Ramadan dan lebaran, di Qatar justru toko dan supermarket saling berlomba untuk memberikan potongan harga dan promo lainnya. Masya Allah, kebijakan mentri perdagangan loh ini.

Mulai dari bulan April, banyak toko dan supermarket yang menjual aneka hiasan kertas dan lampu-lampu hias untuk menyambut datangnya Ramadan sang bulan suci penuh berkah. Hanya dalam waktu beberapa hari, biasanya hiasan-hiasan ini sudah ludes terjual. Penduduk Qatar memang terkenal paling semangat menghias rumah saat bulan Ramadan.

Tahun ini merupakan tahun ke 2 kami menjalankan ibadah puasa di negeri gurun. Sesuai dengan pengumuman pemerintah Qatar, hari pertama Ramadan jatuh pada tanggal 6 Mei 2019.

Di beberapa wilayah Qatar, tradisi membangunkan sahur masih dilakukan dengan suara tabuhan gendang yang dilakukan secara keliling. Kalau di sekitar rumah saya di Jakarta, biasanya orang-orang memukul tiang listrik bersahut-sahutan. Ada juga yang membawa obor dan memukul gendang sambil berjalan secara konvoi mengitari komplek perumahan.

Sementara di Qatar, mereka keliling menggunakan mobil mewah walau tetap menabuh gendang. Video di bawah ini dikirim oleh mba Dian melalui WA, kebetulan anak beliau sempat gerak cepat mengabadikan momen berharga ini ketika rombongan lewat di depan rumahnya.

https://www.instagram.com/p/Bjy9rvzhzDU/?utm_source=ig_web_options_share_sheet

Sama seperti tahun lalu, Ramadan kali ini berlangsung di awal musim panas yang suhunya mulai masuk ke 40-an derajat celcius. Semakin menuju akhir Ramadan, maka suhu juga semakin naik menjadi 50-an derajat celcius. Musim panas tahun lalu suhu di Qatar pernah tembus 58 derajat celcius loh. Kebayang gak rasanya panas setengah mendidih?

Menurut Dr Bashir Marzouk, seorang Astronomer di QHC, durasi waktu puasa tahun 2019 ini akan mengalami perubahan: di awal Ramadan durasi puasa di Qatar 14 jam 38 menit, akan terus bertambah secara bertahap sampai akhir Ramadan durasi puasanya menjadi 15 jam 9 menit (source: gulf-times.com)

Jam operasional di negara ini pun berubah sesuai peraturan negara:

  • Sekolah anak masuk jam 8, pulang jam 1.
  • Perkantoran termasuk pemerintahan masuk jam 9, pulang jam 2.
  • Pekerja bangunan bekerja di sore ke malam hari, bukan siang lagi.
  • Bank buka jam 8 – 2, lalu tutup, kemudian buka lagi jam 8 – 10 malam (detil lihat di sini).
  • Restoran mulai buka sejak magrib sampai subuh.
  • Mall tetap buka jam 10, tetapi jam 2 siang tutup, buka lagi mulai jam 7:30 malam sampai jam 1 pagi. (sebaiknya cek jadwal operasional mall di sini, daripada sudah sampai mall ternyata masih tutup)

Karena perkantoran dan anak sekolah pulang nyaris serentak di jam 1-2 siang, maka kondisi jalan raya menjadi macet seperti di Jakarta. Foto di atas diabadikan oleh paksuami dari jendela kantornya. Beliau sengaja menunggu sampai Ashar ketika kondisi jalan sudah mulai sepi, baru pulang ke rumah. Toh perjalanan dari kantor ke rumah tidak lebih dari 30 menit, sebelum magrib beliau sudah tiba dan bisa buka puasa bersama keluarga.

Dengan kondisi cuaca dan jam operasional tempat umum seperti itu, kami nyaris tidak pernah berbuka puasa di luar rumah. Selain itu memang acara buka puasa bersama bukan lah sesuatu yang umum di Qatar.

Setau saya, hanya komunitas Indonesia yang mengadakan acara berbuka puasa bersama. Suami malah pernah mendapat undangan Suhoor Party alias makan sahur bersama. Banyak sekali Ramadan Tent di hotel dan restoran yang memberikan promo Suhoor Buffet, bayar sekian untuk makan sekenyangnya dari jam 10:30 malam sampai jam 2 pagi.

Kami hanya menghadiri acara buka puasa bersama, ketika ada penceramah bagus yang datang langsung dari Indonesia untuk mengisi acara tersebut. Seperti tahun lalu, paling 1 kali saja dalam sebulan kami berbuka puasa bersama dengan komunitas Indonesia di Al Fanar – Islamic Cultural Center. Perempuan makan bersama di lantai 3, kaum lelaki makan bersama di lantai 4, sementara mendengarkan ceramahnya di Auditorium (lelaki di lantai dasar, wanita di lantai 2).

Yang seru di Qatar setiap Ramadan ada tradisi penembakan meriam sebagai tanda berakhirnya waktu berpuasa sebelum adzan Magrib dikumandangkan.

Awalnya Ramadan Cannon ini dilakukan dimana-mana di seluruh Qatar, sebagai penanda berakhirnya waktu sahur (subuh) dan berakhirnya waktu puasa (magrib). Tetapi seiring dengan majunya teknologi dimana suara adzan bisa disampaikan melalui pengeras suara masjid, tradisi Ramadan Cannon ini cuma dilakukan di beberapa tempat saja dan hanya sebelum adzan magrib.

Tempat pelaksanaan Ramadan Cannon Firing di Qatar:

  1. Souq Waqif
  2. Imam Muhammad Ibn Abdul Wahhab Grand Mosque
  3. Katara
  4. Souq Al Wakrah

Kami hanya pernah melihat sekali di Souq Waqif tahun lalu. Karena acara ini selalu menarik banyak pengunjung, saya sarankan ke lokasi minimal 10 menit sebelum waktu Magrib supaya bisa melihat keseluruhan prosesnya dan mendapat tempat yang asyik untuk mengabadikannya.

Sesuai dengan ajaran Islam dimana perempuan lebih utama melakukan sholat di dalam rumah, maka tidak banyak masjid di Qatar yang menyediakan tempat untuk jamaah perempuan. Tahun lalu, baru di 10 hari terakhir Ramadan suami saya memberi tahu ada masjid yang lokasinya sekitar 5-10 menit dari rumah berjalan kaki, yang menyediakan tempat jamaah perempuan di lantai atas. Memang masjid ini sedikit lebih jauh dari masjid yang biasa menjadi tempat suami saya sholat 5 waktu. Tetapi demi merasakan kehangatan Ramadan, suami memilih masjid ini supaya saya dan Fayra juga bisa ikut melaksanakan sholat isya dan tarawih bersama. Sementara untuk sholat lain, suami dan Rafa tetap ke masjid yang terdekat dari rumah.

Tidak ada orang yang membawa sajadah ke masjid, karena semua masjid di Qatar selalu beralaskan karpet tebal nan harum dengan AC yang sejuk. Bagi jamaah yang tidak dapat tempat di dalam masjid, pengurus masjid juga menyediakan setumpuk sajadah untuk digelar di halaman luar. Alhamdulillah semua orang merapatkan barisan shaf, tidak ada yang renggang karena sajadah individu berukuran besar seperti yang biasa terjadi di Indonesia.

Para perempuan di Qatar biasa melakukan sholat dengan menggunakan abaya dan pashmina yang kebanyakan berwarna hitam. Saya dan Fayra juga menyesuaikan diri menggunakan abaya setiap ke masjid. Kalau kami menggunakan mukena putih atau bermotif seperti layaknya di Indonesia, kami akan terlihat mencolok sekali di antara jamaah lain yang mayoritas berwarna hitam. Kalau pun ada jamaah yang menggunakan kerudung atau pashmina bukan berwarna hitam, bisa ditebak sudah pasti beliau pendatang di negara ini.

Sholat tarawih di Qatar dilakukan sebanyak 8 raka’at ditambah 3 raka’at sholat witir, dalam kelipatan 2 raka’at dan ditutup dengan 1 raka’at witir. Selalu ada doa qunut yang dibacakan setelah rukuk di raka’at terakhir sholat witir, 1 raka’at terakhir ini sama lamanya dengan kita melakukan 3 raka’at karena doa qunut yang dibacakan imam benar-benar panjang.

Imam sholat berganti saat ‘break time’ yaitu setiap 4 raka’at (2 + 2). Jadi selalu ada 2 imam yang memimpin sholat tarawih secara bergantian.

Tidak ada ceramah di antara sholat tarawih. Dan selalu berlimpah botol air mineral gratisan di setiap shaf, hingga jamaah tidak perlu khawatir kehausan selama proses sholat tarawih.

10 hari terakhir Ramadan, sholat tarawih akan bertambah menjadi 20 raka’at kemudian ditutup oleh sholat witir sebanyak 3 raka’at (total 23 raka’at).

Jika kita ingin tetap melaksanakan sholat 11 raka’at, maka kita bisa mundur dari barisan jamaah setelah melakukan sholat 8 raka’at. Kemudian sholat witir bisa dilakukan sendiri di belakang atau di rumah saja.

Puasa di negeri gurun … bukan durasi puasa selama 15 jam yang menjadi kendala utama bagi kami, tetapi suhu ekstrim (40-50 derajat celcius) yang membuat anak-anak sempat dehidrasi dan mimisan setiap pulang sekolah.

Badan anak tropis masih kaget sama suhu panas luar biasa saat mereka harus puasa, dimana waktunya bertepatan juga dengan jadwal ujian kenaikan kelas di sekolah. Paket kombo gak sih 😅

Bahkan berjalan kaki menuju masjid untuk sholat tarawih di malam hari pun kami harus melawan angin yang terasa bagai hembusan hairdryer di wajah. Jam 9 malam, suhu masih di atas 30an akibat gelombang panas yang datang sebagai penanda summer dimulai.

Karena jam operasional mall yang berubah, jadwal kami belanja pun ikut berubah. Biasanya kami ke mall setelah sholat tarawih sekitar jam 9-10 malam, baru pulang ke rumah jam 12 dini hari.

Saya juga harus masak sahur jam 2 …  karena jam 3 lewat sudah masuk waktu subuh. Mau tidur kok ya takut kelewat karena pendek waktunya. Akhirnya saya jadi sering begadang deh selama Ramadan ini, baru bisa tidur setelah suami berangkat ke kantor dan anak-anak pergi ke sekolah.

Alhamdulillah tidak terasa sudah berlalu 10 hari pertama Ramadan. Mari kita memanfaatkan sisa waktu dua per tiga dengan ibadah semampu kita, karena Hasan al-Bashri pernah berpesan: “Perbaiki apa yang tersisa, agar kesalahan yang telah lalu diampuni. Manfaatkan sebaik-baiknya apa yang masih tersisa, karena kamu tidak tahu kapan rahmat Allah itu akan dapat diraih.

Semoga Allah melimpahkan nikmat iman dan nikmat sehat sehingga kita bisa mendapatkan kekuatan utk menjalankan ibadah secara maksimal sampai akhir bulan Ramadan. Allahuma aamiin