Browsed by
Month: September 2013

Fayra Dance Performance

Fayra Dance Performance

Setelah Fayra ikut meramaikan acara Pertunjukan Akhir Tahun di sekolahnya dan dianggap berhasil menari dengan baik, 2 minggu lalu pihak sekolah meminta Fayra untuk ikut serta lagi.

Kali ini Fayra dan teman-teman diminta menari di Summarecon Mall Serpong dalam acara Edu Fair. Tarian yang ditampilkan masih sama, berjudul Urak Langkah. Kostum yang digunakan juga tidak jauh berbeda.

Alhamdulillah saya masih bisa menemani Fayra dalam kegiatannya ini. 1 hari setelahnya saya harus menjalankan tugas kunjungan ke pabrik di Shenzhen.

faynari7Kebetulan orang tua Masguh, mami dan adik saya sedang berkunjung ke BSD, jadi semua bisa ikut ke mall untuk melihat penampilan Fayra. Yang nari cuma 1 orang, yang mengantar Fayra saja ada 2 mobil. Macam mo ngantar jamaah Haji aja. Hahahaha

Saat tiba di SMS, saya melihat tidak hanya sekolah Fayra yang membuka stand di acara Edu Fair. Ada beberapa sekolah lain dan aneka lembaga kursus juga di sana. Sekolah Fayra menampilkan beberapa pertunjukan: tari Jaipong betawi oleh murid TK, tari Urak Langkah oleh murid SD dan permainan angklung oleh murid SD. Saya tidak menyangka acara ini akan ditonton begitu banyak orang.

faynari8

Saat Fayra menari, saya melihat mama dan mami ikut menitikan air mata. Papa nya sempat lari ke atas untuk mengambil foto dari lantai 2. Saya sibuk merekam video dari depan panggung.

Fayra sempat berbisik ke telinga saya “I can’t belive I did it, mom!

Saya membesarkan hatinya “It’s not your first time, honey.You danced in Puri Indah Mall last year, remember?

And we’re proud of you even more, sweety. Great job!

 

Wanita dan Teknologi

Wanita dan Teknologi

Kenapa yah, di luar sana kata ‘Wanita’ dianggap tidak bisa bersanding dengan kata ‘Teknologi’

Banyak orang beranggapan kalo wanita tidak mengerti teknologi. Kalaupun ada wanita yang mengerti perkembangan teknologi, dianggap bukan wanita biasa. Dituduhnya ada titisan setengah pria dalam jiwa wanita itu. Hahaha

Ketika saya menolak usulan mami untuk mendaftar ke Sekolah Perawat dan Sekolah Apoteker setingkat SMA, bahkan memilih STM Telkom sebagai penggantinya … saya sadar sepertinya saya termasuk golongan bukan wanita biasa. Yang saya tidak paham adalah resiko menjadi bagian dari golongan tersebut di kemudian hari.

Saya mengawali karir saya di dunia telekomunikasi dari mulai posisi TEKNISI. Waktu itu saya bertugas mengoperasikan mesin Calling Card Internasional. Masih inget gak sih jaman dulu kalo mau nelpon ke luar negeri, suka beli kartu calling card di toko? Trus kita tekan nomor tertentu, masukan 14 digit nomor yang ada di balik kartu (sebagai pengganti password), kemudian bisa bicara sesuai dengan jumlah nilai uang dalam kartu tsb. Nah waktu itu (1996-1999) saya bertugas menjaga mesin tsb beropersional secara baik.

Kemudian saya pindah kantor, dan diberi kepercayaan bergabung dalam tim Product Development. Saat itu produknya berupa SMS service. Lalu saya pindah perusahaan lagi, tapi masih berurusan dengan SMS service yang layanan utamanya berupa jadwal bioskop sampai mengerjakan projek terakhir yaitu M-ticketing (mesin untuk membeli tiket bioskop melalui online dan SMS). Lanjut pindah lagi ke operator telekom juga masih di product development, tapi kali ini berurusan dengan Voice Service (Ring Back Tone, Missed Call Notification, dll). Terakhir saya diminta untuk develop SIM card dan aplikasi yang ditanam didalamnya.

Secara SIM card pastinya berhubungan erat dengan perangkat telepon, akhirnya saya dipercaya bergabung ke dalam departemen baru yang tugasnya ngurusin henpon dan modem.

mainande3

Saya menemukan passion saya di pekerjaan ini (sudah 3x pindah untuk pekerjaan yang sama dalam waktu 6 tahun). Setiap hari saya merasa seperti anak kecil yang berada di dalam taman bermain, seperti yang pernah saya ceritakan di sini. Perkejaan ini juga yang membawa saya untuk melihat secara langsung pameran gadget terbesar di dunia, dan pernah saya share apa yang saya temukan dalam tulisan di sini.

Bagaimana saya bisa menyebut pekerjaan, kalau tiap hari pemandangan saya seperti ini?

mainande2

Di saat orang lain sibuk memilih dan menghitung uang yang dibutuhkan untuk membeli gadget terbaru, saya setiap hari WAJIB bermain dengan barang-barang tersebut secara cuma-cuma. Benda-benda tersebut berhamburan di meja saya untuk di coba.

mainande1

Seperti hal nya tukang bikin kue yang harus paham bahan dasarnya, cara membuatnya dan bagaimana menyajikannya di dalam piring atau kemasan. Sebagai ‘tukang bikin henpon’ (julukan Fayra untuk saya) … saya juga harus paham cara pakai, bahan-bahannya dan kemasannya. Dari mulai processor, memory, screen, camera, berbagai jenis material yang digunakan untuk casing nya sampai memikirkan kemasan yang menarik. Padahal ini printilan laki-laki yang biasanya wanita tidak peduli.

mainande4

Lalu kalo kerjaan sudah sesuai passion, kenapa saya khawatir?

Apa aja sih resiko nya?

Tentunya wanita yang berkecimpung di bidang teknologi, akan termasuk ke dalam kaum minoritas. Dalam melakukan interaksi pekerjaan, kami selalu dikelilingi laki-laki. Saya pernah kerja dimana 1 lantai cuma ada 2 wanita. Pernah juga harus lembur dan menginap di kantor bersama mereka. Kalau menjadi perempuan sendiri dalam ruang rapat mah sudah biasa.

Resiko pertama adalah wanita harus pintar menjaga diri dan siap di-bully. Yang saya maksud disini bukan secara kekerasan fisik yah, tapi bisa sekedar menjadi bahan bercandaan.

Kadang wanita juga dianggap remeh dan lemah. Sehingga resiko berikutnya adalah wanita harus bekerja lebih giat dan berani membuktikan diri bahwa kami bisa melakukan apa yang mereka lakukan.

Bahkan ketika seorang teman mengajukan CV saya sebagai kandidat untuk posisi kosong di departemennya, wajar ketika sang bos bereaksi dengan berkomentar “perempuan? tau apa dia?“. Setelah dibujuk, si bapak akhirnya mau menyediakan waktu untuk interview saya. Alhamdulillah saya berhasil menjawab pertanyaan yang diajukan dan menerima posisi kosong tsb.

Pernah saya menerima komentar orang saat ngobrol tentang gadget “ih tumben loh mbak, saya ketemu perempuan yang ngerti beginian“. Saat itu saya sampai bingung harus tersanjung atau tersinggung. Hahaha

Bekerja di lingkungan laki-laki, maka tidak ada alasan kinerja menurun karena alasan PMS (siklus bulanan wanita). Resikonya adalah kita harus bisa manage emosi bawaan hormon, yang kadang suka lepas dari kendali otak. Perempuan lain pasti ngerti kan maksud saya? Hihihihi

Kita juga tidak bisa menolak tugas ke luar kota/negeri sendirian, hanya karena kita wanita. Walau kadang pergi nya bisa bareng 3 – 7 orang, menjadi perempuan sendiri di dalam rombongan artinya kita mendapat privilege menempati kamar sendiri. Akan berasa gak enaknya ketika harus tidur sendirian di kamar yang luas banget dalam hotel yang dibangun tahun 1800an. Spooky ceu! Gak mungkin numpang tidur di kamar sebelah yang isinya laki-laki semua dong? Yang ada akhirnya TV di kamar tidak mati sampai pagi sebagai teman tidur saya hahahahaha.

Mengalami hal itu semua, tidak membuat saya menyesal dengan pilihan dan jalan hidup saya yang unik ini. Malah saya bersyukur bisa masuk ke dalam dunia yang gak biasa untuk wanita. Meski artinya saya harus bekerja sedikit lebih keras dari laki-laki untuk membuktikan diri.

Apa ada teman lain yang mengalami hal sama dengan saya?

Semangat terus ya!

Entrepreneurship Day

Entrepreneurship Day

Setelah Inventors Day, sekolah Fayra kembali mengadakan kegiatan keren yaitu “Entrepreneurship Day”

Tidak seperti sekolah lain yang mengadakan Market Day atau Bazaar, di sekolah ini murid diminta berdagang.

Setiap anak mengumpulkan modal @20rb. Satu kelas ada 25 anak. Modal satu kelas menjadi 500rb yang harus dibuat menjadi beberapa produk. Modal 1 produk maksimal 100rb.

Hasil diskusi dengan ibu-ibu lain di bbgrup, kelas Fayra membuat 5 produk:

  • Es Leci
  • Macaroni panggang
  • Sate nugget
  • Sate otak-otak goreng
  • Oreo Lollipop

Harus cepet-cepetan daftar list produk ke sekolah, karena produk tiap kelas tidak boleh ada yang sama. Itu pun hasil ganti dari sate buah dan sate sosis/bakso. Hehehe

Pembuat produk dibagi-bagi. Fayra kebagian membuat Oreo Lollipo karena saya yang mengusulkan menu ini. Abisnya makanan apa sih yang bakal diserbu anak-anak kalo enggak gorengan – es – coklat?

Karena sudah pernah membuat Oreo Lollipop untuk ulang tahun nya yang ke 5, Fayra langsung mengajukan diri untuk membantu. Mulai dari nancepin stick ke dalam oreo, sampai mencelupkan ke coklat leleh dan menempelkan ke hiasan warna warninya. Untuk membungkus masih saya lakukan, tapi Fayra membantu potong-potong kawat untuk mengikat plastiknya.

oreololi4

Kegiatan ini diselenggarakan oleh sekolah dengan tujuan mengajarkan ilmu bisnis dan ekonomi sejak dini ke anak murid. Dengan berdagang, murid belajar untuk menghitung modal dan margin untuk menentukan harga jual. Selain itu murid juga belajar cara memasarkan produk.

Kalo semua jualan, terus siapa yang beli dong?

Tentunya anak-anak juga yang membeli. Tapi kegiatan ini tidak seperti Market Day atau Bazar yang hanya mengajarkan anak untuk mengenal nilai uang dengan cara berbelanja. Disini anak-anak boleh berbelanja, tapi sebelumnya wajib belajar cara menjadi penjual. Hari ini saya memberi bekal Fayra uang sejumlah 10rb untuk belanja produk kelas lain.

Orangtua murid diundang untuk hadir dan melihat langsung, tapi karena saya harus ke kantor … saya hanya memantau siaran langsung dari bbgrup ibu-ibu saja. Sayang kali ini ibu-ibu tidak sempat foto-foto dari henpon mereka dan berbagi dengan ibu-ibu lain yang tidak bisa ke sekolah. Tapi pihak sekolah melakukan dokumentasi yang bisa kita lihat suatu saat nanti.

Saya cukup bangga ketika mendengar produk kelas Fayra habis terjual. Es leci masih ada sisa sih, tapi habis diminum sama anak-anak juga akhirnya. Hahaha

Dengan modal 500rb, kelas Fayra mendapat untung total 150rb. Lumayan banget kaaann?

Uang tsb langsung dibagikan ke anak-anak lagi @6rb sebagai tambahan uang jajan mereka untuk membeli produk kelas lain.

Saya jadi membayangkan cerita ibu-ibu lain yang bilang “anak-anak cw lucu deh, pada berbaris pegang dagangan dan menawarkan ke teman-temannya yang lewat

Ah pasti seru banget tuh!

Kegiatan ini rutin dilakukan setahun sekali seperti hal nya Inventors Day.

Semoga tahun berikutnya mama bisa hadir di sekolah ya, nak.

I’m very proud of you, sweety!

Pekerjaan Mama

Pekerjaan Mama

defay1

Foto di atas diambil secara candid oleh Masguh saat Idul Fitri di rumah adek. Fayra memang suka sekali kerajinan tangan, baik melukis ataupun membuat pernak pernik lucu. Saya jadi terpaksa harus ikut berpikir kreatif untuk bisa mengimbangi Fayra. Apalagi dengan semakin bertambahnya usia Fayra, dia juga semakin kritis dan mengajukan pertanyaan yang kadang membuat kami (saya dan suami) harus berpikir dulu sebelum menjawabnya.

Kemarin malam saat saya baru pulang kantor, Fayra memulai diskusi seru …

Fayra: “mama itu kalo di kantor kerjanya apa aja sih? bikin hape doang?

Mama: “iya, kan suka mama bawa pulang hape2nya dan kamu mainin

Fayra: “trus mama dibayar untuk kerja kaya gitu?

Mama: “iya dong. uangnya kita pakai untuk kebutuhan sehari-hari, termasuk bayar sekolah kamu dan liburan kita

Fayra: “tapi aku ke kantor mama beberapa kali, gak pernah liat bos mama ngasih uang ke mama

Hahahaha seru kan pertanyaannya?

Bikin mama nya musti hati-hati dalam menjawab pertanyaan itu.

Jadi lah saya menjelaskan ke Fayra metode pembayaran untuk orang yang bekerja, mulai dibayar per tugas/proyek, bayaran mingguan dan bayaran bulanan.

Saya juga menjelaskan cara pembayarannya, mulai dari uang tunai dan transfer ke bank.

Ketika saya tanya “jadi kamu mau mama tetap kerja di kantor, atau mama berhenti kerja dan bisa menemani kamu 24 jam di rumah?

Cukup mengejutkan , Fayra menjawab “tetap kerja aja. supaya kita bisa liburan terus

Hahahaha baiklah *kecup Fayra*