Pay it foward
Pernah baca cerita, dengar atau nonton film yang berjudul Pay It Foward? Konsepnya adalah orang memberikan sesuatu tanpa pamrih, dengan kuasa Tuhan YME kebaikan tersebut akan kembali kepada orang yang memberikan. Apapun bentuknya dan bagaimana pun jalan/cara nya. De percaya itu!
Ketika dokter memutuskan untuk ‘rekonstruksi’ alias bongkar pasang PEN yang telah ditanam di punggung de dan menggantinya dengan 2 TULANG RUSUK + 2 TULANG PINGGUL akibat TBC TULANG, de cuma bisa pasrah. Semua itu karena kesalahan de yang memaksakan pake ransel lagi padahal baru operasi tulang belakang 3 bulan sebelumnya. Ditambah karena kelalaian de yang dengan cueknya berenti minum obat tanpa konsultasi ke dokter sebelumnya.
Akhirnya PEN ini dikeluarkan juga dari tubuh de:
Rasanya lega karena setiap melewati ‘security checking’ badan de tidak akan menimbulkan suara lagi. Tetapi setelah itu bingung karena barang semahal (harga sekitar 10-15jt) ini akan diapain enaknya?
De putuskan untuk memberikan PEN ini bagi orang yang membutuhkan secara cuma-cuma.
Toh udah gak kepake lagi untuk badan de, sayang kalau cuma menjadi benda kenang-kenangan atas suatu penyakit. Gak ada bagusnya deh, mending kalo benda kenang2an oleh2 dari suatu tempat. Lagipula seluruh biaya operasi, kamar RS, obat dan PEN ini ditanggung seluruhnya oleh perusahaan tempat suami bekerja. Gak pantas rasanya kalo de ‘menjual’ benda sepenting ini. Sempat juga kepikiran, bisa gak yah dilebur jadiin jam tangan … kan jam tangan titanium mahal. hahahahaha
Dokter bertanya: “kamu mau bawa pulang atau ditinggal di RS aja?”
De jawab: “Saya bawa pulang aja dok. Kalau nanti ada pasien dokter yang membutuhkan, terutama orang yang kekurangan biaya … silahkan hubungi saya. Pasti akan saya antar ke RS”
4 tahun berlalu, sudah ada beberapa orang yang menghubungi de tetapi sayangnya TBC tulang yang mereka alami tidak diposisi yang sama. Sebagai informasi, PEN ini di design khusus untuk ruas tulang tertentu. Tidak bisa digunakan untuk seluruh tulang. Sementara de dulu menggunakan ini untuk menopang Tulang Lumbal L2-L3.
Sampai selasa (18/08/09) siang, ada seorang wanita yang menelpon de. Beliau menceritakan ttg keponakannya yang menderita TBC tulang belakang. Pasien itu wanita, umur 20an, belum menikah, dan membutuhkan biaya banyak untuk proses operasi yang harus dilakukan (sampai harus pindah beberapa RS hanya untuk mencari alternatif biaya). Beliau mohon ijin untuk memberikan nomor telepon de ke penderitanya langsung. Memohon agar de bisa menyemangati dan membesarkan hatinya. Meminta de untuk menceritakan keberhasilan de menuju kesembuhan, supaya dia punya bukti bahwa penyakit ini memang bisa disembuhkan.
Hari itu de menerima tamu dari partner luar negeri yang datang ke kantor. Rapat sepanjang hari dilanjut makan malam. Berkali-kali telepon bunyi, de hanya bisa membalas “sedang rapat, nanti de telpon lagi yah“. Saat makan malam, telepon berbunyi lagi. Terdengar suara sambil nangis-nangis “maaf banget mbak ganggu lagi. tapi saya benar-benar butuh bicara langsung dengan mbak de“. Ternyata dia lah Bibah, keponakan dari orang yang menelpon de sebelumnya.
De langsung keluar ruangan, mendengarkan semua ceritanya. Ketika de tanya “kamu sakit ditulang mana?“, mendengar jawaban “katanya LUMBAL mbak“. That’s it!!!!
Dengan semangat de bilang “kamu mau pake PEN de?”
Dia bertanya hati-hati “mau dijual berapa mbak?”
De jawab tegas “gak dijual. untuk kamu. GRATIS”
Getaran suaranya diiringi isak tangis “benar mbak? gratis?”
De minta detail RS dan ruang atau kamar berapa dia tinggal sekarang. De berjanji untuk mengantarnya ke RS besok siangnya (19/08/09), dan akan meluangkan waktu untuk ngobrol langsung di RS.
Malam itu de mencari pen dan jewet (baju besi) yang pernah dipake tahun 2003-2004. Dikotak yang biasa de simpan barang2 penting gak ada. Karena capek de tidur, tetapi jam 3 pagi terbangun ingat belum menyiapkan pen untuk diantar ke RS siang. Setelah tahajud, de langsung bongkar-bongkar dari mulai laci lemari, meja rias, lemari buku gak ketemu juga pennya. Abis subuh de minta pembantu untuk bongkar gudang, ketemu jewetnya. De kirim SMS ke Bibah “Mohon maaf pen nya belum ketemu nih. Tapi De akan cari sampai ketemu. Kamu bantu do’a yah“. De sampai telpon ke Sugi karena dia paham banget isi rumah ini walau udah gak tinggal dirumah. Sugi minta de untuk cari dimeja TV. Gak tau kenapa melihat rak CD Rafa, tangan ini langsung meraihnya. Bener aja ternyata plastik steril pembungkus pen nyelip diantara CD Rafa. Alhamdulillah…..
Rabu siang (19/08/09) Bibah dalam proses perpindahan dari RSPP ke RSGS. Hari itu Bibah tidak bisa dihubungi (5 missed call + 3 SMS tidak dibalas). Malamnya baru ngabarin udah di RSGS lt. 4.
Kamis pagi (20/08/09) ditemani teman baik, de pergi ke RSGS. Sempat salah gedung karena kami berdua benar-benar buta RS itu. Kami jalan diantara lorong-lorong yang sepi dengan bau RS yang kami benci. Akhirnya kami sampai dikamar Bibah. Bertemu juga dengan mamanya. Sayang gak bisa ngobrol dengan mama nya yang langsung pergi keluar.
Alhamdulillah de bisa menyerahkan langsung ke tangan Bibah, bisa ketemu dan ngobrol banyak. Sharing pengalaman, menyemangati dia untuk MAU sembuh dan berani melalui semua prosesnya. De janji akan datang lagi mengunjungi Bibah, mungkin setelah operasi nanti. Insya Allah…
Semoga PEN ini berguna dan cocok ditulangnya. Bibah pun berjanji kalau operasinya berhasil, dan suatu saat PEN sudah bisa diambil dari tubuhnya … dia akan menyerahkan lagi ke orang lain yang membutuhkan. Secara cuma-cuma tentunya.
Pay it forward!!!
Mudah-mudahan tidak hanya menjadi slogan. Semoga kita bisa mengimplementasikannya dalam hal apapun. Mari berbuat kebaikan.
Selamat menjalankan ibadah puasa, mohon maaf lahir dan batin.