Repot demi mereka
Lihat kan betapa repotnya punya 2 orang anak? Foto diatas cuma menggambarkan repotnya dalam mengasuh 2 anak sendirian dalam satu waktu. Kebayang gak repotnya membesarkan mereka dari tahun ke tahun, dilihat dari sisi finansial?
Akhir 2007 kemarin, keluarga kecil kami melakukan financial check-up. Kami membuat list:
- Berapa penghasilan bulanan dan tahunan kami berdua
- Berapa pengeluaran rutin per bulan (belanja bulanan, gas, air, listrik, uang keamanan + iuran RT, SPP Rafa, gaji asisten di rumah, dll)
- Berapa hutang kami (rumah, mobil dan kartu kredit)
- Berapa cicilan hutang yang harus kami bayar per bulan
- Berapa tabungan yang kami punya
Percaya atau enggak…saldo tabungan kami hanya 100rb rupiah! Cicilan rumah dan mobil sudah mencapai 40% dari pendapatan kami. Biaya sekolah Rafa mengambil 10%, dan sisa 50% tentu saja habis untuk biaya operasional bulanan.
Tapi di sisi lain, kami mensyukuri bahwa masguh sudah mempunyai asuransi jiwa dari kantornya. Kami berdua juga punya Dana Pensiun yang dipotong 3% dari gaji bulanan + 2% dibayar kantor (menjadi tabungan pensiun 5% dari gaji masing2). Selain itu kami juga punya jamsostek masing-masing sebesar 2% dari gaji bulanan. Memang ini semua membuat potongan gaji menjadi lumayan…palagi potongan pajak. Gak tau kenapa de selalu sakit hati kalo liat potongan pajak di slip gaji. Kalo utk DPLK dan jamsostek gpp deh, kan sama aja nabung dipaksa. Toh uang itu buat kita juga nantinya. Jaminan kesehatan juga 100% dari kantor masguh. Jadi kami gak perlu lagi beli asuransi kesehatan, asuransi jiwa dan nyiapin dana pensiun. Sampai saat ini kami masih merasa cukup dengan yang sudah ada tsb.
Melihat breakdown pengeluaran yang ada, kami berdua bingung biaya apa lagi yang bisa kami pangkas atau kurangi. Alternatif yang tersedia hanya: KURANGI PENGELUARAN atau TAMBAH PENDAPATAN. Alhamdulillah di awal tahun ini kami berdua mendapat promosi dikantor masing-masing yang artinya ada tambahan pendapatan untuk keluarga kecil kami. Allah SWT memang Maha Mengetahui segala kebutuhan hambaNYA.
Dengan komposisi pendapatan yang baru, kami bisa bernapas lebih longgar sekarang. Karena porsinya menjadi berubah. Dan kami bisa menyisihkan sebagian pendapatan kami untuk masa depan anak-anak.
Langkah awal di bulan Januari kami membereskan utang kartu kredit. Gak gampang…tapi harus dilakukan. Bunga kartu kredit 3% per bulan, jika ditotal >30% per tahun! Sedangkan bunga tabungan dan deposito di bank aja gak lebih besar dari 7% per tahun. Utang kartu kredit berawal dari pemakaian rumah sakit setiap bawa anak ke dokter. Tapi begitu kantor sudah mentransfer rimbesan, kami lupa bayar CC nya. Bgini deh akibatnya…utang jadi menumpuk. Jangan ditiru yah!!. Tapi jangan khawatir juga, karena kami sudah membereskannya sekarang.
Bulan Februari kami mulai memilah-milah tabungan. Gaji De di rekening A, gaji masguh di rekening B. Semua itu kami satukan dan langsung bagi menjadi:
- Transfer ke bank C untuk cicilan rumah dan tabungan pendidikan SMP Rafa – TK Fayra (bulanan)
- Transfer ke bank D untuk cicilan mobil (bulanan)
- Transfer ke bank E untuk tabungan haji yang di split dalam 2 account, karena bertekad mo brangkat haji berdua, jadi harus terdaftar 2 nama (bulanan)
- Transfer ke bank F untuk investasi. Di bank ini nantinya dana kami di split menjadi 3 produk ReksaDana utk 3 kepentingan yang beda yaitu Dana Darurat (min 12x gaji , kata wina), Biaya SMA Rafa dan Biaya SD Fayra (yang ini cuma dilakukan saat terima bonus)
Repot yah? Enggak juga sih…kan sekarang ada ATM bersama. Kita bisa transfer ke rekening di bank lain dalam 1 mesin ATM. Jadi setiap awal bulan, kami bisa berdiri di mesin ATM selama 5-10 menit untuk melakukan semua pemindahan dana itu. Males kalo harus ke bank dan mengisi beberapa form transfer.
Setelah itu selesai, baru kami membayar kewajiban-kewajiban lain seperti bayar skolah Rafa, belanja bulanan, bayar listrik, iuran RT dll.
Semua kerepotan ini terbayar ketika kemarin de ingat bahwa tahun depan 2009 Fayra genap 3thn, udah harus masuk PlayGroup. Berarti akhir tahun 2008 ini kami harus mendaftarkan dan membayar uang sekolahnya. Alhamdulillah dana sudah siap.
Lalu tahun 2010 Fayra harus masuk TK, yang berarti harus bayar sekolah lagi. Ketika melihat tabungan pendidikan…kami bisa santai dan tenang. Uang 250rb per bulan yang kami sisihkan sejak Fayra berusia 6 bulan menjadi sangat berarti, bulan Februari 2010 nanti terkumpul 36 bulan x 250rb … alhamdulillah cukup untuk bayar uang masuk TK di sekolah yang sama dengan Rafa. Coba kalo uang 250rb itu ada di dompet tiap bulan, beli baju 1 stel juga abis, atau ke mall pas wiken bawa anak-anak … pasti abis untuk bayar parkir dan makan 4 orang. Ya kan?
Dari semua breakdown diatas…udah jelas kan kalo kami gak punya tabungan biasa (liquid) atau deposito. Kami memilih jalur lain dengan membuat tabungan dalam bentuk investasi reksadana dan menyandarkan diri kami pada asuransi jiwa, jamsostek juga DPLK untuk masa depan. Bukan apa-apa, kami gatel kalo liat di ATM masih ada saldo lebih. Pasti akan ada aja excuse untuk menghalalkan kami narik duit itu. Selain itu ada alasan lain yang mendasari kami memilih jalur ini, yaitu:
Tabungan biasa, return hanya 2-4% per tahun (baca disini)
Deposito, return hanya 4-6% per tahun (baca disini)
ReksaDana Pasar Uang, return bisa 7% per tahun (baca disini)
ReksaDana Pendapatan Tetap, return bisa 10% per tahun (baca disini)
ReksaDana Campuran, return bisa 20% per tahun (baca disini)
ReksaDana Saham, return bisa 25% per tahun (baca disini)
walo itu semua tentu saja berbanding lurus dengan resikonya. Jangan lupa kalo semua investasi juga ada resiko biar sekedar tabungan biasa. Nabung di celengan juga ada resiko kemalingan, bukan?
Kalo mau tau gimana cara investasi di ReksaDana baca ini aja yah. Atau kalo mo tau perbandingan unit link dan ReksaDana juga bisa baca yang ini. Kalau De sih menghindari unit link, seperti yang dijelaskan disini.
De nulis ini bukan untuk pamer seberapa besar tabungan yang de punya. De juga bukan mau menggurui cara menabung yang baik dan benar. De cuma mau sharing berdasarkan pengalaman hidup kami yang sudah melalui 8 tahun biduk rumah tangga dan memiliki 2 orang anak yang tentunya butuh biaya tidak sedikit untuk masa depan mereka.
Kalo Adit pernah nulis tentang bagaimana cara membesarkan anak, disini de cuma nulis bagaimana mempersiapkan dana untuk masa depan anak. Banyak orang masih menganggap remeh masalah ini “Uang sekolah anak ya nanti aja dipikirin kalo anak udah mau masuk sekolah. Ngapain juga elo skarang mikirin biaya SMA Rafa. Kerajinan amat sih lo de!”
Mungkin orang yang ngomong gitu belum tau kalau biaya masuk fakultas kedokteran sekarang >75juta (baca disini). Inflasi biaya pendidikan itu 10-20% per tahun. Kebayang kan brapa biaya yang harus kami siapkan jika Rafa memilih fakultas kedokteran 10 tahun lagi?
kita coba itung yuk:
asumsi inflasi 15% per tahun untuk biaya universitas, maka faktor pengali untuk 10thn menjadi 4,05 (de punya tabel nya kalo gak percaya)
Rp 75,000,000 x 4,05 = Rp 303,750,000
Biaya skrg 75jt, 10 tahun lagi menjadi 300jt
Untuk kamu yang punya rejeki berlebih dan bisa didapat sewaktu-waktu, hal ini mungkin hal sepele. Tapi tidak bagi kami yang penghasilan nya sudah ditetapkan perbulan. Karena itu kami memilih repot sekarang demi masa depan anak-anak kami. Daripada saat waktunya datang kami repot cari hutangan kanan-kiri untuk bayar sekolah anak.
Punya anak itu tidak mudah. Anak itu amanah dari Allah SWT yang harus kita jaga, kita besarkan dan kita berikan pendidikan. Memiliki anak yang sehat, cerdas dan beriman membutuhkan biaya yang tidak sedikit.
Ayo jangan cuma diem aja dan ngebayangin suatu hari nanti anak kita akan menjadi presiden, pilot, insinyur atau dokter! Gak ada gunanya punya cita-cita kalo kita tidak membantu anak kita dalam mewujudkan cita-citanya.
Untuk sementara sampai hari ini, baru ini yang bisa kami lakukan. Bagaimana dengan kalian?