Browsed by
Category: Indonesia

Cirebon 1 malam

Cirebon 1 malam

Hedeeehh judulnya kaya judul lagu dangdut yang lagi ngetop di youtube ajah. Tapi cuma itu yang menggambarkan perjalanan kami ke Cirebon pertama kalinya ini. Dan tujuan perjalanan kami ke kota Brebes, jadi di Cirebon kami hanya singgah dan istirahat tengah malam.

Berangkat naik mobil dari BSD jam 5 sore, kami tiba di Cirebon jam 10 malam. Alhamdulillah udah dibookingin hotel sama Teh Thita yg kebetulan lagi mudik. Walau sayangnya gak bisa ketemu teteh, karena sebelum kami berangkat teteh sudah dalam perjalanan pulang.

Keluar tol Cirebon, kami langsung menuju tengah kota dan mencari jalan Siliwangi. Walau hampir larut malam, hotel Sare Sae dapat kami temukan dengan mudah. Kalau naik kendaraan umum, dari stasiun kereta cuma 200meter. Becak juga banyak di depan hotel. Jadi kalo mau jalan-jalan dari hotel gampang.

Setelah kami check-in dan menaruh tas, kami langsung keluar mencari tempat makan yang masih buka jam 10 malam gini. Tersebutlah seafood H. Moel yang terkenal di Cirebon.

Seafood H. Moel

Seafood & Chinese Food
Jl. Kalibaru Selatan 31 Cirebon
Telpon: 0231-247-642 (melayani pesan antar)

Kalo mo makan seafood di Cirebon, datang deh kesini. Menurut teman-teman asli Cirebon, menu yang paling ngetop itu UDANG BAKAR. Begitu juga menurut review wisata loka.

Ternyata gak salah deh. Emang udang bakarnya mantab banget. Makanan disini gak mahal juga kok. Rata-rata Rp 10,000 per porsi (misal cah kangkung, kerang rebus, dll) kecuali si udang ngetop ini yah. 1 piring berisi 10 ekor udang yang ukurannya lumayan besar, harganya Rp 60,000 per porsi. Bumbu yang top banget, pedas – manis – gurih. Rafa aja gak berenti berenti makanin. Sayang Fayra gak kuat pedasnya, dan milih makan telur puyuh yang ada dalam cah kangkung.

Waktu baca review di detikfood, kami langsung aja minta menu yang sama yaitu Kakap Cobek. Tapi karena sampai tempat makan ini sudah jam 11 malam, kakap nya sudah habis terjual.  Diganti sama bawal bakar deh.

Enyak, murah, puas.

Hotel Sare Sae

website: http://saresae-hotel.blogspot.com
Jalan Siliwangi No.70 Cirebon
Telp. 0231-209489

Dalam bahasa Sunda, Sare artinya tidur  – Sae artinya enak/bagus. Nama hotel ini sederhana banget yah … tidur nyenyak. Harapan pemilik hotel supaya tamu yang datang bisa tidur dengan nyenyak di penginapan ini.

Kami mengambil tipe kamar Deluxe dengan harga Rp 300,000 per malam. Karena kami ber5 (mami ikut), jadi kami pilih twin bed yang katanya berukuran 120x200cm. Ketika kami tiba disana, semua kamar sudah penuh. Hanya tersisa kamar kami karena memang sudah dipesan dari pagi hari. Kami kecewa ketika menemukan ukuran tempat tidur tidak seperti yang dikatakan saat teh Thita pesan kamar, ukuran tempat tidurnya hanya 100x200cm saja. Kami pun pesan 1 kasur tambahan dengan harga Rp 100,000. Sementara ukuran tempat tidur yang single bed, besar sekali … tapi sayang tidak bisa pindah kamar karena semua kamar penuh.

Tempat tidur kiri diisi saya + fayra, tempat tidur kanan diisi mami seorang, sementara extrabed diisi masguh dan Rafa. hihihihi kasian banget deh cowok-cowok dilantai. Tentunya kami tambah gelar bedcover supaya kalo Rafa miring-miring, gak langsung ke lantai. Dingin banget soalnya.

Sekilas hotel ini lebih cocok disebut losmen. Melihat bentuk bangunan nya memang seperti penginapan jaman saya kecil. Bangunan utama untuk kantor pengelola dan penerima tamu, bangunan di kiri digunakan untuk restoran, sementara jejeran kamar berada dibangunan belakang dua lantai. Di depan kamar ada kolam panjang yang memisahkan halaman kamar dengan tempat parkir mobil. Sangat sederhana, baik bentuk bangunan maupun material yang digunakan dalam bangunan.

Maaf saat ngambil foto diatas saya lupa menutup kloset. Apakah menjijikan? Duh maaf banget bukan fotographer majalah design rumah soalnya. Saya foto begitu masuk kedalam tanpa merubah posisi barang apapun yang ada didalam kamar mandi ini.

Beginilah kondisi kamar mandinya. Lantai dari batu koral, bak mandi terbuat dari tembikar atau tanah liat, lengkap dengan gayung.

Konsep hotel ini memang kembali ke alam. Semua bagian dari hotel ini bernuansa tradisional alami. Walau demikian, air yang mengalir dari pancuran lengkap dengan air panas. Ada tuas di kiri bak yang bisa kita geser ke kanan untuk air biasa, dan geser ke kiri untuk mengucurkan air panas. Jadi jangan khawatir, semua sudah dipikirkan oleh pengelola hotel. Jadi ini memang hotel nostalgia …. bangunan seperti losmen, tapi pelayanan hotel.

Pelayanan hotel yang diberikan seperti layaknya hotel modern lain. Di kamar mandi disediakan sikat gigi, pasta gigi, sabun, shampo, tisu, dan lain-lain. Lengkap dengan 2 buah handuk besar dan handuk kecil yang digantung di kayu/rotan. Pintu kamar mandi menggunakan gebyokan kecil. Itu loh pintu yang ada ukirannya.

Kamar dilengkapi dengan TV, kulkas kecil, lemari pakaian dari campuran kayu dan bambu. Petugas juga menyediakan air minum biasa dan termos air panas. Kalau kita bawa mobil kesini, besok pagi mobil kita sudah kinclong dicuci oleh petugas hotel. Itu semua bagian dari service mereka.

Sarapan disediakan gratis di ruang makan seperti foto diatas. Menunya nasi uduk lengkap dengan minuman teh atau kopi. Tapi karena waktu kami sangat singkat disini, kami tidak merasakan masakan hotel. Kami sengaja check-out hotel pagi-pagi untuk bisa mampir wisata kuliner di Nasi Jamblang Mang Dul.

Review kami atas hotel ini:

  • Murah meriah 300rb dengan pelayanan memuaskan sudah termasuk makan pagi dan cuci mobil.
  • Hotel sangat bersih dan terawat.
  • Konsep hotel traditional alami. Jadi kalau gak suka yang jaman dulu (jadul), pasti akan menilai hotel ini kemahalan dibanding tampilannya. Padahal pelayanannya beneran seperti HOTEL loh. Puas deh
  • Kalau bawa anak kecil, sebaiknya ambil tipe single bed deh. Jadi tempat tidurnya besar.

Nasi Jambang Mang Dul

Semua orang bilang kalo nasi jamblang itu makanan khas Cirebon. Kami penasaran kaya apa sih nasi jamblang itu? Maka mampirlah kami ke Mang Dul yang sangat tersohor. Jam 6 pagi aja, tempat ini sudah ramai pembeli.

Saat kita masuk, disambut dengan meja kasir. Sisi kanan berisi deretan kursi dingklik panjang seperti diwarteg tapi disini tanpa meja tinggi. Sisi kanan ada sebuah meja panjang dengan beberapa baskom berisi berbagai macam lauk pauk. Nasinya dibungkus daun jati, diletakan dalam piring plastik. Kita pilih sendiri mau lauk pauk apa dari baskom-baskom yang tersedia.

Sambalnya agak aneh menurut saya, karena tidak diulek hanya cabai iris tipis. Jadi gak berasa makan sambel. Lauk pauk yang paling digemari: tahu – tempe goreng, empal, paru goreng.

Rafa ngabisin 2 bungkus nasi dengan 5 macam lauk. Asyik aja makan sendiri gak peduli adeknya gangguin disebelahnya. Kami berlima … cuma abis 60rb-an.

Setelah kenyang, kami melanjutkan perjalanan ke Brebes. Insya Allah kapan-kapan kami akan kembali ke Cirebon dengan niat liburan. Supaya kami bisa mampir ke keraton, kampung batik, dan wisata kuliner tentunya.

Jembatan Suramadu

Jembatan Suramadu

Saat mudik ke Surabaya lebaran kemarin, kami menyempatkan jalan-jalan ke jembatan Suramadu. Gak ada tujuan yang pasti di Madura, cuma pingin ngasih liat megahnya jembatan itu aja ke Rafa.

Jembatan Suramadu ini dibuat untuk menghubungkan pulau Jawa dengan pulau Madura. Dengan panjang 5.438 m, jembatan ini merupakan jembatan terpanjang di Indonesia saat ini. Lebar jembatan kurang lebih 30 meter. Jembatan ini menyediakan empat lajur dua arah selebar 3,5 meter dengan dua lajur darurat selebar 2,75 meter. Jembatan ini juga menyediakan lajur khusus bagi pengendara sepeda motor disetiap sisi luar jembatan. (source: wikipedia)

Untuk bisa melewati jembatan ini, setiap mobil dikenakan biaya Rp 30,000. Sementara motor hanya membayar Rp 3,000. Kami banyak berpaspasan dengan mobil berplat B alias Jakarta. Memang jembatan ini sekarang sudah menjadi objek wisata di Jawa Timur. Bahkan sampai ada jasa ojek motor untuk bisa lewat jembatan ini. Dengan tarif Rp 10.000, ojek motor akan mengantar kita sampai ujung jembatan.

Ditengah jembatan harusnya tidak boleh berhenti. Tapi banyak banget yang tetap nakal berhenti di tengah jembatan hanya untuk berfoto. Gak cuma mobil, pengendara motor pun banyak yang berhenti dan poto-poto sampai naik ke pagar. Padahal mereka semua membahayakan pengendara lain.

Pantes aja ada mobil pratroli polisi yang sibuk mondar mandir di jembatan sambil menyalakan sirene. Dan setiap ditemukan kendaraan berhenti, polisi tsb memperingati mereka melalui pengeras suara untuk terus melanjutkan perjalanan.

Ketika kami sampai diujung jembatan, banyak sekali menemukan tenda darurat yang menjual berbagai dagangan. Dari jajanan, oleh-oleh, warung bakso, sampai ada ‘lapak’ salah satu operator telekomunikasi juga. Sayangnya tidak ada pemerintah setempat yang mengatur mereka. Jadi terlihat sangat kotor dan kumuh. Padahal akan lebih baik sebagai ‘gerbang’ masuk pulau Madura ditata supaya terlihat menarik untuk wisatawan.

Om nya masguh yang nganter kami kesana, kebetulan bekerja di pemda surabaya. Beliau bilang adanya jembatan ini belum mempengaruhi perkembangan Madura. Padahal tujuan pembangunan jembatan ini, supaya akses dari Madura ke pulau Jawa lebih mudah dan cepat. Diharapkan pertumbuhan ekonomi dan pembangunan di Madura bisa meningkat. Tapi kenyataannya belum sesuai harapan.

Karena keterbatasan waktu, kami tidak sempat menjelajah Madura. Gak sempat berburu makanan setempat, gak sempat terjun ke salah satu pasar tradisional, gak bisa belanja batik Madura, apalagi mengunjungi kawasan wisata disana. Mungkin lain waktu kalau kami ke Surabaya pakai kendaraan sendiri dan cuti lebih lama, bisa menikmati liburan sambil menjelajah pulau Madura.

Kunjungan ke Jatiluhur

Kunjungan ke Jatiluhur

Waduk Jatiluhur – 2 Jan 2010

Semester 1 kelas 3 SD, Rafa mendapatkan pelajaran IPA yang menjelaskan tentang kenampakan alam dan buatan. Kata-kata tersebut agak kurang familiar di telinga, tapi setelah membaca bukunya lebih lanjut … ternyata artinya:

  • Kenampakan Alam = Pemandangan alam yang merupakan buatan Tuhan YME (mis: gunung, pantai, laut, dll)
  • Kenampakan Buatan = Pemandangan alam yang merupakan buatan manusia (mis: waduk, gedung bertingkat, airport, dll)

Ketika melihat kata ‘waduk’, Rafa pun meminta penjelasan lebih lanjut tentang waduk. Walau sudah digambarkan dengan kata-kata, Rafa masih gak puas juga. Akhirnya saat libur setelah ambil raport, papa mengajak Rafa & Fayra mengunjungi waduk jatiluhur.

Kami pergi berempat melewati tol Purbaleunyi (Purwakarta-Bandung-Cileunyi), keluar di gerbang tol Jatiluhur. Masguh yang kebetulan pernah tinggal selama 3 bulan selama masa pendidikan dari kantornya, hafal banget jalanan menuju waduk. Gak perlu lagi mencari papan petunjuk jalan ataupun bertanya ke orang di pinggir jalan.

Sampai dikawasan waduk kami harus membayar Rp 10,000/orang x 3 (Fayra gak dihitung) + Rp 15,000/mobil. Total kami membayar 45rb untuk bisa masuk.

Waduk Jatiluhur terletak di Kecamatan Jatiluhur, Kabupaten Purwakarta (±9 km dari pusat Kota Purwakarta). Bendungan Jatiluhur adalah bendungan terbesar di Indonesia. Bendungan itu dinamakan oleh pemerintah: Waduk Ir. H. Juanda, dengan panorama danau yang luasnya 8.300 ha. Bendungan ini mulai dibangun sejak tahun 1957 oleh kontraktor asal Perancis, dengan potensi air yang tersedia sebesar 12,9 milyar m3 / tahun dan merupakan waduk serbaguna pertama di Indonesia.

Di dalam Waduk Jatiluhur, terpasang 6 unit turbin dengan daya terpasang 187 MW dengan produksi tenaga listrik rata-rata 1.000 juta kwh setiap tahun, dikelola oleh PT. PLN (Persero).

Selain dari itu Waduk Jatiluhur memiliki fungsi penyediaan air irigasi untuk 242.000 ha sawah (dua kali tanam setahun), air baku air minum, budi daya perikanan dan pengendali banjir yang dikelola oleh Perum Jasa Trita II.

Selain berfungsi sebagai PLTA dengan sistem limpasan terbesar di dunia, kawasan Jatiluhur memiliki banyak fasilitas rekreasi yang memadai, seperi hotel dan bungalow, bar dan restaurant, lapangan tenis, bilyard, perkemahan, kolam renang dengan water slide, ruang pertemuan, sarana rekreasi dan olahraga air, playground dan fasilitas lainnya. Sarana olahraga dan rekreasi air misalnya mendayung, selancar angin, kapal pesiar, ski air, boating dan lainnya.

Di perairan Danau Jatiluhur ini juga terdapat budidaya ikan keramba jaring apung, yang menjadi daya tarik tersendiri. Di waktu siang atau dalam keheningan malam kita dapat memancing penuh ketenangan sambil menikmati ikan bakar.

Kami menyewa sebuah perahu untuk berkeliling danau dan mendekati bangunan waduk. Orangnya menawarkan Rp 100,000 tetapi setelah diajak ngobrol dan tawar menawar, kami hanya membayar Rp 30,000 aja tuh. hehehe lumayan kan.

Walaupun cuaca agak mendung, gak menyurutkan ketertarikan Rafa dan Fayra. Mereka berdua sangat menikmati jalan-jalan ke kawasan waduk dan terus bertanya banyak hal. Setelah puas main air di pinggir danau, kami melanjutkan perjalanan ke arah atas untuk melihat bangunan waduk dari sisi yang lain.

Stasiun Bumi Indosat Jatiluhur

Karena sudah masuk waktu dzuhur, kami mampir ke Stasiun Bumi Indosat untuk numpang sholat di musholanya. Alhamdulillah bisa masuk setelah ijin di pos satpam dengan menunjukan kartu karyawan masguh.


Indosat baru saja meluncurkan Satelit PALAPA-D pada Q3 2009, untuk menggantikan Satelit PALAPA-C2 yang masa operasionalnya berakhir pada tahun 2011. Layanan dari satelit PALAPA-D yang disediakan Indosat antara lain adalah Transponder Lease untuk layanan broadcasting dan cellular backhaul sebagai basic service, VSAT service, DigiBouquet dan Telecast Service sebagai nilai tambah yang semuanya ditujukan untuk memenuhi kebutuhan korporasi dalam komunikasi data dan broadcasting.

Dikawasan Stasiun Bumi Indosat Jatiluhur ini baru diresmikan Gedung Satelit PALAPA untuk menjadi lokasi pengendali dan pengawas trafik Satelit PALAPA-D serta pemeliharaan (maintenance) perangkat satelit.

Gedung Satelit PALAPA seluas 2.500 m2 ini merupakan bangunan dua lantai yang terdiri dari berbagai ruang pengendali dan pengawas, seperti Ruang Control Communication, Ruang Control Satelit, Ruang Base Band & Intermediate Frequency, Ruang Shelter, Ruang Workshop, Ruang Kerja Staf dan Ruang Istirahat.

Ruang Control Communication berfungsi sebagai ruang pengawas dan pengendali trafik, Ruang Control Satelit berfungsi sebagai ruang monitor dan pengendali Satelit PALAPA–D. Sementara itu Ruang Base Band & Intermediate Frequency merupakan ruang pengendali seluruh perangkat kontrol satelit/trafik melalui komputer.

Papa sempat menunjukan kepada Rafa-Fayra sebuah mobil yang biasa digunakan untuk memancarkan siaran langsung televisi dari tempat liputan secara langsung ke televisi yang ada dirumah melalui Satelit. Sayangnya karena hari libur, papa tidak bisa menunjukan isi dalam mobilnya karena kami tidak bertemu petugas disana.

Karena awan semakin gelap, kami langsung bersiap-siap pulang. Sebelumnya mampir dulu ke pertigaan sebelum tol untuk makan siang yang udah telat 2 jam hehehe. Mama takjub juga melihat porsi makan Rafa siang itu:

  • 1 porsi nasi
  • 2 ayam goreng
  • 1/2 ekor ikan mas goreng
  • 1 bakwan udang
  • 1 perkedel
  • 2 teh botol

Hujan turun deras ketika kami makan. Tukang parkir sibuk memayungi kami sampai ke mobil. Sepanjang jalan, Rafa dan Fayra ramai banget di kursi belakang. Dari mulai suap-suapan cemilan, sampai jungkir balik dari kursi belakang ke tengah.

Papa nyetir pelan-pelan karena jarak pandang yang terhambat derasnya hujan. Alhamdulillah kami sampai di Ciputat selamat. Hari ini pengetahuan Rafa bertambah lagi, setidaknya dia bisa menjelaskan tentang waduk dan satelit kalau ada yang bertanya.

Note:

  • Informasi diatas kami dapatkan dari sini dan situ.
  • Semua foto diatas diambil dengan menggunakan kamera dari Onyx
Kampung Budaya Sindang Barang

Kampung Budaya Sindang Barang

Setelah bingung bagi waktu liburan akhir tahun karena saya harus kerja disela-sela harpitnas *hiks*, sabtu kemarin kami mendapatkan pencerahan utk tujuan liburan saat menonton acara Good Morning On the Weekend di TransTV.

Kampung Budaya Sindang Barang

Saat menonton liputannya, masguh sibuk browsing alamat – no telp dan ketemulah situs ini. Kami dipandu melalui SMS jalan mana yang harus ditempuh menuju lokasi.

Keluar tol Bogor, didepan terminal Baranangsiang kami belok kanan. Kemudian dipertigaan Kebun Raya Bogor kami ambil ke kiri arah Istana Presiden. Dari situ lurus terus sampai ketemu Bogor Trade Mall (BTM) di kanan jalan, kami belok kanan arah Empang. Dipertigaan kami belok kanan lagi arah ke Ciapus. Lurus terus ikutin jalan besar itu sampai ketemu Gg. Nurkim dikanan, belok deh. Jalannya pas banget untuk 2 mobil, jadi kalo berpas-pasan dengan mobil lain, salah satu harus berhenti atau minggir banget. Ikuti terus jalan sampai ketemu pertigaan, belok kiri ke arah Jl. E. Sumawijaya. Sempat gak yakin ini jalan yang benar, karena semakin jauh kondisi jalan semakin menyempit. Tapi ketika melihat barisan rumah-rumah adat sunda dikanan jalan, kami lega … ternyata memang ini lah tempatnya.

Keluar dari mobil, kami terpana akan pemandangan disana. Barisan rumah adat dan lumbung padi, hamparan sawah yang mulai menguning dengan latar belakang gunung Gede di sebelah timur dan gunung Salak disebelah selatanyang sangat indah …. Subhanallah

Udaranya masih segar, angin silir semilir, petugas yang berjumlah cuma 9 orang itu pun ramah-ramah. Setiap bertemu muka, mereka selalu tersenyum dan menyapa. Bahkan penduduk setempat yang kami lewati juga ramah-ramah. Semua menegur “mau menginap di Sindang Barang, neng – jang?“. Kelelahan menempuh jarak 5km dari kota Bogor (belum dihitung Ciputat – Boogor nya hehe) yang dihiasi kemacetan angkot, terbayar ketika kami sampai disini.

Kami berkeliling melihat rumah yang digunakan sebagai penginapan. Sebagian dari rumah tidak dilengkapi dengan kamar mandi. Kebanyakan kamar mandinya terpisah dari rumah. Tetapi ada 2 rumah besar (ada 4 kamar tidur) yang dilengkapi kamar mandi didalam rumah.

Lingkungan di Sindang Barang tidak cuma dihiasi oleh hijaunya sawah dan rerumputan, tapi banyak juga bunga. Fayra senang banget ngejar kupu-kupu yang lagi asyik terbang dari satu bunga ke bunga lain. Tapi mengingat Fayra alergi serbuk bunga, langsung buru-buru bawa Fayra menjauh dari bunga. Sebelum badannya bentol-bentol … kasian.

Saat kami kesana ada keluarga besar yang sedang menginap. Kebetulan sore itu mereka melakukan kegiatan MARAG LAUK. Berlomba untuk mengambil ikan di empang … seru banget. Fayra udah semangat aja mo ikut masuk ke dalam empang. Masguh cuma bilang “here we go…. the mini you” huahahaha. Kalo gak dipegangin, udah nyemplung tuh anak cewek gw!

Sindang Barang ini berada diatas lahan seluas 8,600 meter yang katanya milik perorangan (pribadi) tapi biaya pembangunan 24 bangunan tradisional sunda-bogor nya dibantu oleh Pemda Jawa Barat. Rafa dan Fayra senang banget disana, bisa puas main bola dan lari-lari. Dari rumah emang udah tau mo ke kampung dengan padang rumput luas. Jadi dia udah siapin bola dari rumah. Fayra yang hampir gak pernah pake rok, keserimpet rok sampe jatuh. Tapi gak nangis sih, soalnya jatuh diatas rumput lumayan empuk. Cuma beset dikit aja tangannya.

Rombongan keluarga yang telah selesai Marag Lauk, berjalan menuju sungai Ciapus. Jadwal mereka mandi di sungai setelah berkubang dalam lumpur. Rafa ma Fayra minta ikut juga. Kami melewati beberapa rumah penduduk dan hamparan sawah menuju ke sungai.

Pertama Fayra cuma asyik duduk dipinggir sawah sambil ngeliatin orang-orang yang lagi asyik di sungai. Kok kaya nya seru banget. Akhirnya Fay minta ikut juga. Sayang hari itu sungai keruh, ternyata ada penduduk yang lagi ngambil pasir diatas. Jadi air sungai kebawahnya menjadi keruh gitu. Selain itu kondisi sungai juga kering banget.

Daripada rok Fay basah kuyup, akhirnya dia nyemplung di pinggiran aja cuma dengan cancut dan kaos dalam. hihihihi. Yah sekali-kali boleh lah ya anak-anak bermain kotor-kotoran. Namanya juga ke kampung. Gak seru kalo gak nyobain.

Malam itu masih ada beberapa kegiatan lagi. Ada pertunjukan wayang golek di bagunan seperti foto diatas. Kita juga bisa belajar bermain angklung, gamelan, sampai belajar tarian tradisional sunda. Tapi karena kami tidak menginap, kami pulang sebelum acara dimulai.

Sebenarnya kami tertarik dengan paket Saweungi di kp.budaya, dengan susunan acara:

12.00 Check in
12.00-15.00 Acara bebas, Makan siang, dll
15.00-17.00 Pengenalan bangunan di kampung adat, Kunjungan ke pengrajin sepatu
19.00-19.30 Makan malam di Bale Pangriungan
19.30-21.00 Pertunjukan kesenian di Saung Talu
06.00-08.30 Tracking ke Situs Purbakala, mandi di sungai Ciapus
08.30-09.30 Makan pagi di Bale Pangriungan
09.30-11.00 Pengenalan cara bercocok tanam padi ladang , belajar angklung
11.00-12.00 Marag lauk dan kunjungan ke tempat cenderamata
12.00 Check out

Tapi kondisi kasur dilantai (walau rumah panggung tidak menempel ditanah) dan kamar mandinya, membuat kami ragu untuk menginap disana dengan Fayra yang masih balita. Mungkin nanti kalau Fayra lebih besar dengan fisik yang lebih kuat (kebal sama alergi), kami akan kembali kesana untuk menginap. Apalagi harga paket yang ditawarkan juga cukup murah.

Pemandu disana, ibu Ajeng, menginformasikan bahwa tanggal 5-11 Januari 2009 ini akan ada acara SERENTAUN. Jadi selama 7 hari akan digelar berbagai macam upacara adat sunda disana, yang puncaknya di hari terakhir akan ditutup dengan upacara membawa hasil bumi (panen) untuk disimpan ke dalam lumbung padi. 70 fotographer profesional sudah mendaftar juga Indonesia Heritage. Kebayang deh ramenya event ini. Dan tahun 2009 ini adalah Seren taun ke 4 yang akan dilaksanakan di Kampung Budaya Sindang Barang.

Kalau Anda bosan membawa anak liburan hanya ke mall, nginap di hotel biasa atau datang ke tempat bermain lain, coba kesini deh. Gak jauh dari Jakarta, biaya terjangkau, kegiatannya banyak, pemandangannya indah banget. Apalagi kalau menginap bersama keluarga besar, dijamin seru!

Alamat lengkapnya:

Kampung Budaya Sindang Barang

Desa Pasir Eurih Kec. Taman Sari Kabupaten Bogor
Telp : 0251 9143005
HP. 081931424209 –> Ibu Ajeng
087870112111–> Bpk Karbet

Petanya bisa dilihat disini yah

Wiken bersama tw & ei

Wiken bersama tw & ei

Sabtu, 25 oktober 08

Bareng ma lusi ke rumah temanbaik yang lagi ngadain halbil. De bawa puding coklat, Lusi bawa ikan mas bumbu kuning. Enak gak sih wi puding nya? Kalo ikan mas nya jelas asin, secara yang bikin udah gak sabar mo kawin. hahaha

De bawa juga Japanase Cheese Cake dan numpang menghias dengan peralatan minjem ma Mamanya tw. Untung ada spuit ma piping bag, jadi lah kue berhias bayi nungging yang lagi bobo ini untuk dibawa ke aqiqah-nya Arjuna:

Akhirnya kue ini dibawa nge-trail naik motor oleh tw dan lusi. Sementara de naik motor satu lagi ma masguh – rafa – fayra. Ngebayangin orang2 yang mudik naik motor empet2an gini *sigh*. Dirumah kang luigi cuma sebentar, kasian tw yang udah ninggalin tamunya.

Siang itu panasnya minta ampun deh, bener-bener efek global warming berasa banget. Anak-anak mulai rewel, akhirnya tw menggelar kolam renang mungil di halaman depan rumahnya. Fayra gak sabar banget pingin nyemplung, baru juga dicopot diapers nya langsung nyebur. Foto Fayra tanpa celana itu disensor gak dipajang disini:




Ampun deh anak gw yang satu itu. Tampang boleh lebih cewek dari Asha, tapi jiwa premannya melebihi yang tampangnya sangar. huahahaha

Rafa ngeliatin mereka ngiri. Pingin ikutan tapi gengsi (merasa udah gede), gak ikutan tapi gatel mo renang. Akhirnya dia minta kompensasi dibeliin maenan. Tanggung jawab lo wi, gw dipalak 200rb deh tuh!

Minggu, 26 oktober 08

Jadwal hari ini ke Bogor untuk lanjutan peristiwa makan-bareng-lintas-operator. Sebenarnya dalam rangka ultah keisha dan bundanya. Mundur seminggu dari hari H. Diawali dengan renang bareng keisha dan bundanya di Marcopolo-Bogor. Sayang lupa foto2 disini, soalnya sibuk dengan krucil masing-masing yang lagi luar biasa aktifnya.

Lanjut ketemu tw dan makan siang di Saung Kuring Bogor. Kita ngumpul untuk membuktikan ke para suami, bahwa kalo anak kita aktifnya luar biasa … itu bukan anak kita semata. Tapi emang anak lain seumuran gitu juga sama. Kebetulan Fayra lahir 2 minggu sebelum Asha yang lahir 1 bulan sebelum Keisha.

Pertama makanan datang, suami dipersilahkan makan. Sementara ibu-ibu nyuapin anak-anaknya.

Ketika suami udah selesai makan, diberdayakan untuk momong anak.

Ibunya? Makan sembari gosipin bapak-bapak dong. hehehe

Dari Saung Kuring, perjalanan lanjut ke rumah ei di Cilebut *hayah nulisnya bener gak sih nih?*. Sampe sana malah dikerjarodikan menyelesaikan fruit pie. Kebetulan ei dah bikin alasnya, udah bikin vla nya, udah nyiapin buahnya. De kebagian motong-motong buah, Ei nyemprotin vla, Tw nata-natain buah (satu-satunya keahlian dia selain ngojeg ma nyetir). hahahaha

Yang pasti fruitpie nya enyyaakkk, soalnya dibungkusin hihihihihi.

Giliran selanjutnya dirumah siapa nih? kek nya enak nih kalo indry dijadiin korban berikutnya!