Gara-Gara Malas Bayar Pajak
Di Indonesia ini termasuk negara pajak yang kesadaran masyarakatnya untuk membayar pajak belum banyak. Mereka masih memiliki perasaan enggan ketika mengeluarkan segala sesuatu, lalu saat dinominalkan tertera pajak sekian persen. Belum ada rasa bahwa pajak adalah sebuah kewajiban, sehingga ketika melihat nomimal yang dibayar tertera pajak, bisa menjadi kendala tersendiri. Atau bisa jadi saat harus membayar sesuatu ada keterangan belum pajak, bisa membuat ragu karena harus mengeluarkan sekian rupiah lagi. Tidak percaya?
Ini banyak terjadi kok, tidak hanya dalam segmen dunia kerja dimana sering terdengar desas-desus perusahaan malas bayar pajak. Tapi juga terjadi di kalangan ibu rumah tangga biasa, seperti teman saya, Dinda. Dia cerita mendapat undangan pernikahan saudaranya di Surabaya, salah satu kota terbesar di pulau Jawa yang terkenal dengan wisata sejarah dan wisata kulinernya. Kunjungan yang merupakan acara keluarga ini, lantas dia pergunakan sekalian berwisata. Apalagi jatuh pada libur anak sekolah, sayang kalau dilewatkan begitu saja. Terlebih ke Surabaya membawa keluarga besar bukan budget yang murah.
Maka direncanakan semua jauh-jauh hari, browsing tempat wisata yang ada di seputar lokasi pernikahan saudaranya. Tapi karena lokasi pernikahan tersebut agak jauh dari tempat wisata, akhirnya mau tidak mau diputuskan untuk mencari penginapan yang dekat diantara tempat-tempat wisata yang akan mereka tuju.
Sebelum mencari penginapan, Dinda mengajak anak-anak browsing melihat-lihat wisata di seputar kota Surabaya. Disepakati mencari wisata yang tidak terlalu menguras biaya karena budget yang dimiliki cukup terbatas, maka beberapa wisata yang ramah di kantong mereka pilih diantaranya:
- Monumen Kapal Selam, tempat wisata yang sangat cocok untuk anak-anak, bermuatan pendidikan sejarah dan harga tiket masuknya sangat lah murah.
- Museum House Sampoerna, museum yang layak dikunjungi karena terdapat benda-benda peninggalan jaman awal mula Sampoena didirikan, dll. Masuknya gratis.
- Kebun Binatang Surabaya, tempat wisata educatif yang ramah di kantong.
- Beberapa pantai di Surabaya yang konon tidak ada tiket masuk alias gratis, hanya bayar parkiran.
- Ciputra Waterpark yang merupakan tempat wisata digemari anak-anak karena area tempat bermain air yang super lengkap, didisain mirip dunia dalam mimpi dongeng 1001 malam. Tiketnya lumayan sekitar @Rp.130.000 special liburan, tapi jika dibanding area yang tersedia harga tersebut tidak tergolong mahal sekali.
Setelah deal dengan tempat wisata, dilanjutkan dengan browsing dari beberapa OTA atau Online Travel Agency. Terpilihlah hotel yang menyediakan tarif diskon hingga 50%, dan dikenakan pajak sesuai aturan pemerintah. Tapi setelah ditotal jenderal kena pajak, dia mengurungkan niatnya untuk booking hotel tersebut. Diputuskan untuk langsung booking pas di Surabaya saja, siapa tahu harga bisa lebih murah atau ada penginapan lain yang harganya dibawah harga hotel tersebut.
Tiba waktunya menuju Surabaya, ternyata kamar-kamar yang sudah disurvey melalui online semuanya full booked, harga juga tidak ada diskon. Akhirnya disela-sela acara pernikahan saudara, Dinda bersama suami menyempatkan diri untuk hunting penginapan. Lupa kalau libur sekolah membuat kota-kota besar dengan tujuan wisata sangat sulit mencari penginapan yang kosong. Setelah berkeliling, akhirnya dapat penginapan berupa cottage kecil yang tidak sesuai dengan standart yang dibutuhkan, mana harga tarif kamarnya tidak beda jauh dari yang pernah dia mau booking. Hanya karena selisih sedikit kena pajak, menyesalnya banyak.
One thought on “Gara-Gara Malas Bayar Pajak”
Ah bener banget ini Mbak De. Kesadaran akan pajak memang masih cukup rendah. Udhlah ga mau bayar pajak tapi menuntut fasilitas ok dari pemerintah. Hehehehe. Kalo kayak kasus temennya Mbak De malah rugi ya.