Membangun Masa Depan Anak

Membangun Masa Depan Anak

Karena akhir-akhir ini saya rajin update tentang perkembangan Fayra, ada beberapa komen yang masuk secara japri ke saya:

  • “kok Fayra doang sih, mas Rafa gimana?”
  • “elo kek nya pilih kasih ya, de. Untuk Fayra aja didukung abis-abisan”

Beberapa komentar lain bernada kurang lebih sama.

Sini saya bisikin deh, tidak ada orangtua yang pilih kasih ke anak-anaknya. Semua orangtua pasti menginginkan yang terbaik untuk anaknya. Semua orangtua pasti berharap kehidupan anaknya bisa lebih baik dari orangtuanya. Setuju?

Saya tidak menulis atau upload foto kegiatan mas Rafa karena beberapa alasan:

  • Anak abege ini udah gak mau diikutin mamanya kemana-mana.
  • Anak abege mulai susah dimintain foto (lebih suka jadi tukang poto daripada potomodel)

rafade16

Sekarang mas Rafa sudah duduk ke kelas 9 (SMP kelas 3), baru hari ini selesai melaksanakan Ujian Nasional. Walaupun di sekolahnya tidak mewajibkan UN (terutama untuk anak yang mau lanjut ke sekolah tsb atau ke LN), tetapi kami sebagai orangtua dan warga negara Indonesia, tentunya meminta mas Rafa untuk ikut Ujian Negara.

Dengan kurikulum sekolah yang berbeda jauh dari kurikulum DikNas, tentunya ada perjuangan lebih keras yang harus dilakukan mas Rafa untuk bisa mengikuti UN. Hal ini juga yang menjadi salah satu alasan saya untuk berhenti kerja kantoran tahun lalu, karena saya ingin mendampingi mas Rafa dalam membangun masa depannya.

Saya menemani Rafa belajar ulang mata pelajaran yang di-UN-kan (Bahasa Indonesia, Bahasa Inggris, Matematika dan IPA). Terutama 2 pelajaran terakhir yang di sekolah Rafa diajarkan dalam bahasa Inggris. Rafa harus menghafal istilah-istilah dalam kedua pelajaran tsb dalam bahasa Indonesia. Sering Rafa bingung dan bertanya “Jajaran genjang itu apa sih, ma? Belah ketupat itu yang kayak gimana?” Padahal kalau disodorkan gambarnya, Rafa mengerti dan paham rumus apa yang harus digunakan. Belum lagi istilah dalam pelajaran IPA seperti anatomi tubuh, tumbuhan dan berbagai bahasa fisika. Kelihatan sepele, tapi sungguh tidak mudah menghafal ulang dengan bahasa berbeda untuk semua yang sudah dipelajari selama 3 tahun, hanya dalam waktu 2-3 bulan. Akhirnya kami masukan Rafa ke pusat bimbingan belajar, supaya Rafa mendapatkan arahan dari yang lebih jago di bidangnya.

Kasian sih saya melihatnya … Rafa sekolah dari jam 7 pagi sampai jam 4 sore, kemudian ikut bimbel dari jam 18:30 sampai jam 20:30 (seminggu 3x). Saya tetap mendampingi Rafa latihan soal lagi di rumah, 50 soal dalam waktu 90 menit menggunakan timer seperti simulasi UN (di luar jadwal bimbel). Kami berikan pemahaman ke Rafa, bahwa ini adalah perjuangan yang harus ditempuhnya untuk meraih cita-citanya. Untuk melepas stress, kami mengijinkan Rafa untuk yutuban, nonton TV, main gitar, main bola, juga pergi sama teman-temannya di sela-sela waktu belajarnya. Khusus untuk pertandingan bola (Coca Cola Cup), Rafa mundur di babak penyisihan ke 3 (digantikan oleh teman lain) karena bentrok dengan jadwal tes masuk SMA.

rafade15

Saat saya sekolah menengah dulu, orangtua cuma berpesan “ambil aja jurusan IPA. Lebih gampang untuk nerusin kuliah. Pilihannya bisa lebih beragam

Tapi jaman sudah berubah, persaingan dan pola pendidikan sudah tidak lagi sama. Jurusan sekolah di Indonesia juga lebih beragam dan lebih spesifik. Tidak hanya aneka jurusan multimedia, tapi sekarang pun sudah ada jurusan Sound Engineering, Automotif Design, Fashion Management, dll. Saya sih suka, karena makin spesifik jurusannya maka keahlian kita jadi langka dan pastinya semakin dicari orang.

Jangan lepas anak untuk memutuskan segalanya sendiri. Sebagai orangtua, kita harus terus mendampingi. Bukan hanya sekedar menuruti apa yang diinginkan anak, tetapi kita juga harus menjelaskan konsekuensi atas pilihan anak tsb. Apalagi dalam menghadapi anak remaja, biasanya mereka lebih percaya apa kata temannya, dibandingkan apa kata orangtua.

Selain dalam hal belajar untuk persiapan UN, berikut ini yang kami terapkan dalam mendampingi mas Rafa menyusun roadmap hidupnya:

Kami perhatikan dari kecil mas Rafa suka mainan yang dirakit sendiri, antara lain lego, tamiya dan gundam. Mas Rafa juga senang nonton acara TV seperti Megabuilding Engineering, Home Renovation, dan berbagai acara tentang arsitektur atau design interior di kanal Life Inspired (Indovision ch244). Ketika mendapat tugas pelajaran seni di sekolah, mas Rafa menggambar sederet bangunan dari prespektif sudut jalan. Kami pun bertanya langsung ke anaknya, apa memang memiliki ketertarikan di bidang tersebut? Dijawab IYA olehnya.

Kebetulan kurikulum di sekolah mas Rafa agak berbeda dengan sekolah lain. Penjurusan IPA-IPS yang biasanya dipilih anak saat kelas 11 ( SMA kelas 2), di sekolahnya dilakukan saat naik kelas 9. Ini karena kurikulum Cambridge yang harus ditempuh dalam waktu 4 tahun, jadi penjurusan ditarik ke tingkat akhir SMP. Pelajaran matematika untuk jurusan IPA dan IPS tentulah berbeda, begitu juga dengan mata pelajaran lain. Nilai dari A-levels (yang didapat setelah menempuh 4 tahun tsb), akan bisa digunakan untuk penyetaraan di tingkat universitas dengan bobot 23 SKS. Artinya kalau mas Rafa memilih universitas yang menerima A-levels score tsb, maka Rafa bisa skip 1 semester. Anak senang karena kuliah lebih cepat 6 bulan, orangtua senang karena irit biaya kuliah 1 semester. Hehehe

Pemilihan jurusan IPA-IPS ini tidak dilakukan sembarangan, melainkan melewati proses evaluasi dari pihak sekolah dan komunikasi berkesinambungan dengan anak. Makanya begitu mengetahui Rafa memiliki ketertarikan di bidang arsitektur dan hasil evaluasi nilainya memenuhi untuk masuk jurusan IPA, kami mendukung mas Rafa untuk mengambil jurusan tsb. Jadi selama tahun terakhir di kelas 9 ini, Rafa sudah tidak belajar IPS (sejarah, geografi, dll) di sekolah.

Kami pun mencari referensi universitas terbaik yang jurusan arsitekturnya memang diakui. Rafa memilih ITB yang disambut gembira oleh pak suami (secara almamaternya). Ketika liburan sekolah, diajaknya Rafa mengunjungi kampus tercinta. Dibawanya Rafa keliling lingkungan kampus dan diperkenalkan dengan bangunan di mana anak-anak jurusan arsitektur belajar. Hal ini dilakukan untuk memompa semangat Rafa agar bisa mencapai tempat kuliah yang diinginkannya.

rafade17

PR kami berikutnya adalah mencari SMA terbaik yang lulusannya banyak diterima di ITB. Kami pun mendaftarkan Rafa ke salah satu SMA swasta di Jakarta yang terkenal dengan tingginya angka penerimaan PTN melalui jalur undangan. Sayangnya dari 1200 pendaftar, Rafa tidak lulus tes untuk bisa masuk jurusan IPA di sana. Penyebabnya adalah dari 75 soal, terdapat 20 soal IPS yang sudah setahun ini tidak dipelajari Rafa di sekolahnya.

Pak suami mengingatkan Rafa bahwa apa yang dihadapinya baru seleksi untuk masuk SMA ternama, sementara seleksi untuk masuk ITB bisa diikuti oleh puluhan ribu anak SMA se-Indonesia. Pak suami bahkan mengajak Rafa untuk melihat job fair di Jakarta, supaya Rafa bisa melihat ratusan ribu lulusan perguruan tinggi bertarung dalam mendapatkan mata pencarian untuk memenuhi kebutuhan hidupnya.

Meski sempat merasa gagal, Rafa bisa menerima kekecewaan itu sebagai cambuk untuk belajar lebih giat lagi. Kami pun mendaftarkan Rafa di SMA swasta lain di Jakarta yang memiliki peringkat di bawah sekolah sebelumnya. Dari 800 peserta tes, alhamdulillah Rafa termasuk ke dalam 100an anak yang lolos seleksi dan diterima untuk jurusan IPA.

Alhamdulillah dengan perubahan pola belajar, semangat yang tak bosan-bosannya kami bisikan ke telinganya, pendampingan 24 jam, doa dari keluarga besar yang tak putus … Rafa bisa melalui UN selama 4 hari terakhir ini. Bahkan Rafa bilang kalau soal-soal UN tahun ini sedikit lebih mudah dari 4x try-out yang pernah dijalaninya. Mungkin karena Rafa sudah sering latihan soal juga, jadi terbiasa menghadapi aneka soal yang disajikan.

Perjalanan mas Rafa masih panjang. Meski SMA favorit sudah ditangan dan UN juga sudah selesai, Rafa masih harus menghadapi Final Assessment (ujian semester terakhir dan ujian praktek) di sekolah. Semoga mas Rafa bisa memanfaatkan dengan baik masa di SMAnya nanti, supaya bisa mendapatkan universitas dan jurusan yang diinginkan. Semoga pendidikan yang ditempuhnya ini bisa menjadi modal dalam menyongsong masa depannya nanti.

Mohon bantu doa yaaaa.

Share this...
Share on Facebook0Share on Google+0Tweet about this on TwitterShare on LinkedIn0

19 thoughts on “Membangun Masa Depan Anak

  1. Deeee…

    Ya elah, mas Rafa udah jadi abg ganteng yang tinggi menjulang gitu siiiih hehehe…

    Semoga semua dilancarkan yaaah, Alhamdulillah udah keterima masuk SMA, tinggal ITB-nya aja 🙂

    Giliranku yang deg2an Deee, senin depan si Kayla UN, dan bentar lagi mau masuk SMP huhuhu….

  2. Deeee…

    Ya elah, mas Rafa udah jadi abg ganteng yang tinggi menjulang gitu siiiih hehehe…

    Semoga semua dilancarkan yaaah, Alhamdulillah udah keterima masuk SMA, tinggal ITB-nya aja 🙂

    Giliranku yang deg2an Deee, senin depan si Kayla UN, dan bentar lagi mau masuk SMP huhuhu….

  3. Waaa, mas Rafa keterima di sekolah yang kita ketemu waktu itu ya, Mbak? Kalo iya, bakal jadi adik kelas ponakanku nih 🙂 Sukses buat Mas Rafa ya dan semoga cita-cita masuk ITBnya terkabul..Aamiin…

  4. Astaga… aku baru ngeh lagi kalo mas Rafa itu baru 3 SMP ya mba. Tinggi bangeeet. Aku kira udah SMA..

    Semoga lancar dan sukses terus ya mas Rafa untuk tes2 terakhirnya.

Leave a Reply to Noni Cancel reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *