Sebelumnya saya mohon maaf karena belum sempat apdet blog, blogwalking dan ninggalin komen ke blog teman-teman.
2 minggu terakhir kami menerima musibah, mami sakit.
Berawal dari rindu ke cucu yang sedemikian hebatnya (menurut pengakuan beliau sih), mami nekat naik kreta sendiri ke Tangerang. Begitu turun dari kereta dan baru 2-3 langkah, merasa ada bunyi krek di punggungnya dan tiba-tiba mami gak bisa menggerakan kakinya. Mami digotong oleh 4 orang untuk bisa sampai di rumah kakak saya. Dari siang sampai malam, mami menangis kesakitan dengan posisi duduk di ruang TV.
Pulang kantor saya dan Masguh naik kreta, kemudian ambil mobil di rumah dan langsung ke rumah kakak. Saya baru bisa sampai sana jam 9 malam. Kami putuskan untuk membawa mami ke RS di BSD. Perjuangan pun di mulai…
Mami saya itu tinggi besar (172cm dan 80kg) dengan kondisi sangat kesakitan dan tidak bisa menggerakan badannya ke posisi apapun selain duduk 90 derajat. Untuk menggotongnya ke mobil, 4 lelaki dewasa (masguh, adik saya, ponakan, dan satpam komplek) tidak cukup kuat dan memang serba salah karena disenggol dikit aja udah jerit kesakitan. Akhirnya kami pinjam kursi belajar sebelah rumah, mami duduk diatasnya, dan kami mendorongnya sangat pelan sampai ke garasi. Butuh hampir 1 jam untuk bisa masuk ke dalam mobil.
Sampai di UGD, PR berikutnya adalah mengeluarkan mami. Kondisi lebih sulit karena ruang gerak di dalam mobil sungguh terbatas. Masguh, adik saya, ponakan, 2 perawat laki dan 2 satpam RS, akhirnya berhasil memindahkan mami dari mobil ke tempat tidur dan membawanya ke dalam UGD.
Pertolongan pertama yang dilakukan adalah memberikan pain killer. Ternyata obat minum dan suntikan via infus pun tidak berhasil mengurangi rasa sakit. Hasil Xray menunjukkan tulang mami dalam kondisi bagus. Akhirnya diputuskan mami harus masuk ruang rawat inap, dan target berikutnya adalah melakukan scanning dengan MRI.

Untuk bisa masuk ke dalam mesin MRI, mami harus dalam kondisi berbaring. Fisio terapi 3 macam (dipanasin, listrik dan tekanan macam ulekan), morfin patch (semacam koyo) dan anastesi lokal tidak berhasil membuat mami berbaring. Dalam waktu 6 hari mami terus dalam kondisi duduk, walo sakit sudah mulai berkurang. Sedih rasanya melihat mami yang tidur pun dalam kondisi duduk seperti ini:

Akhirnya dokter memberikan morfin kapsul dan anastesi dengan dosis lebih tinggi lagi. Alhamdulillah mami berhasil berbaring dengan kondisi fly berat dan hasil MRI menunjukan adanya syaraf terjepit di sekitar tulang belakang L4-5.

Dokter syaraf merekomendasikan untuk tindakan operasi. Saya dan keluarga minta ijin untuk pindah RS. Saya ingin mami dioperasi oleh dokter yang menyelamatkan nyawa saya 10 tahun lalu. Ternyata proses pindah pun mengalami sedikit hambatan *tarik napas*.
Saya bertugas mencari RS tujuan, adik saya bertugas mengurus administrasi di RS asal dan kakak saya bertugas mendampingi mami di kamar perawatan sampai proses adminitrasi di kedua RS selesai.
Di RS A yang menerima askes, tumpukan file pasien yang butuh operasi sangat banyak. Kalo mami masuk RS ini, belum jelas dapat antrian ke berapa dan harus menunggu berapa lama sampai bisa dioperasi.
Akhirnya saya ke RS B, biar swasta dan lumayan mahal tapi mami bisa segera dipegang oleh dokter tsb. Yang terpenting bagi kami, mami bisa segera mendapatkan pertolongan. Tidak membuang waktu lagi.
Karena proses mami pindah RS jatuh pada hari Minggu, ternyata supir ambulance yang masuk kerja hanya 1 orang. Sementara proses ‘transfer pasien’ harus lengkap ambulance + supir + perawat + dokter pendamping. Siang itu ambulance sedang pergi ke PMI. Akhirnya mami dipindahkan dengan mobil kakak saya, tetapi semua selang yang menancap ditubuhnya harus dicopot dulu. Kasian melihat mami harus ditusuk-tusuk jarum lagi begitu sampai di RS tujuan.

Alhamdulillah dokter bedah tulang belakang menyatakan mami tidak perlu operasi. Hanya perlu tindakan suntik yang mengantarkan gelombang elektro ke syaraf yang terjepit. Tindakan ini dilakukan di ruang operasi.
Sedihnya pada hari H tsb saya harus menjalani annual meeting di Bali. Badan ada di Bali, mata saya menatap layar presentasi, kuping saya mendengarkan semua wejangan … sementara nyawa saya berasa ada di Bintaro. Saya terus mengintip BBM grup keluarga dan meminta apdet dari kakak, adik dan suami yang standby di RS. Operasi sempat ditunda selama 3 jam karena dokter masih melakukan operasi pasien lain yang lebih genting.

Alhamdulillah setelah 1 jam mami diantar ke ruang pemulihan, dan bisa tersenyum begitu sadar. Setelah 10 hari dalam kondisi duduk, sekarang mami sudah kembali pulang ke rumah nya dan menjalani fisio terapi lanjutan secara berkala. Sudah bisa berbaring dan berjalan pelan.

Cepat pulih ya mi, supaya kita bisa melakukan foto bareng lagi seperti itu. Pas banget genap 10 tahun juga 1994 – 2004 – 2014. We will always be by your side, keep strong!
Terima kasih atas doa teman-teman di path, IG dan FB. Smoga Allah SWT memberikan kesehatan untuk kita semua.

Bismillahi tawakkaltu ‘alallahi, walaa haula wala quwwata illa billah