Touch Down Taiwan
Mumpung masih ada mood menulis cerita perjalanan, mari bayar utang untuk sharing kunjungan saya ke Taipei – Taiwan.
Saya pergi ke Taipei tanggal 31 Mei sampai 2 Juni 2010. Iyaa, gak salah baca kok. Udah 2,5 tahun berlalu, baru keinget belum cerita disini. Maapkan *bow down*.
Untungnya saya tipe orang yang bisa inget kejadian detil perjalanan hanya dengan melihat-lihat foto selama perjalanan itu.
Sebenarnya udah cerita oleh-oleh yang saya dapat di Taiwan, pernah saya tulis di postingan ini. Silahkan dibaca, supaya agak nyambung dengan cerita yang sekarang. Hehehe Saya pergi ke Taiwan bukan untuk liburan.
Tetapi diminta pakbos untuk menghadiri workshop yang dihadiri operator telekomunikasi se-Asia Pasifik dan bertepatan dengan adanya event Pameran Gadget terbesar di dunia (kata billboard nya). Cuma 5 hari termasuk perjalanan hampir 8 jam (transit di Hongkong).
- Hari pertama : sampai Taipei udah malam.
- Hari kedua : full day workshop sampai gala dinner
- Hari ketiga : ke pameran
- Hari keempat : meeting dengan beberapa supplier di pameran
- Hari kelima : pulang ke Jakarta
Jadi sebenarnya saya cuma punya waktu disana 2 hari, setelah selesai dari pameran.
Untuk bisa masuk Taiwan, warga negara Indonesia harus memiliki visa. Nama yang tertulis di visa adalah Republic of China (RoC). Walaupun mengandung nama ‘china’, tapi visa yang berlaku untuk Taiwan tidak bisa digunakan untuk masuk ke China daratan.
Menurut teman saya yang warna negara China, konflik China dan Taiwan sudah berlangsung lama. Taiwan itu tempat pelarian orang-orang partai Nasionalis (dinasti Ming), setelah mereka kalah dari perang saudara di China antara Nasionalis dan Komunis. Jadi di Taiwan masih menganut kerajaan, sementara di China daratan menganut pemerintahan komunis.
Beberapa tahun lalu rakyat China yang akan berpergian ke Taiwan, harus keluar melalui Hongkong. Tidak bisa langsung dari China ke Taiwan. Tetapi sekarang ada beberapa bagian dari China yang bisa langsung ke Taiwan.
Taiwan itu pulau kecil, dan berbukit-bukit seperti layaknya di Hongkong. Saat melihat ke arah bukit-bukit dari jendela kamar, saya perhatikan banyak lubang-lubang di kaki bukit. Ketika saya tanyakan ke teman yang penduduk lokal, mereka bilang lubang-lubang itu tempat perlindungan mereka saat ada serangan dari China daratan ketika terjadi perang saudara.
Di Taiwan saya tinggal di kota Taipei. Mendapat jatah dan menginap di Sherwood Hotel. Alhamdulillah kamar Deluxe Single cukup luas. Jangan tanya berapa rate semalam, karena ini gratisan. hehehe
Saat menerima undangan, saya tulis konfirmasi dan notes minta makanan HALAL. Panitia sempat ragu karena nama belakang saya Kristiani. Tapi setelah melihat foto di passpor saya menggunakan jilbab, permintaan dipenuhi. Alhamdulillah.
Jadi selama di pesawat Cathay, lunch + dinner selama acara, juga breakfast di hotel … alhamdulillah saya dan peserta muslim lain diberikan makanan sesuai notes tsb. Bahkan tamu dari India/Pakistan/Bangladesh yang menganut Hindu pun disediakan makanan vegetarian.
Cuaca menjelang Juni sudah masuk ke summer (musim panas). Hujan turun tiap hari. Suhu sering berubah secara drastis. Siang bisa panas terik, tapi begitu menjelang malam dan hujan turun … wah suhu bisa drop menjadi dingin sekali.
Dimana-mana orang membawa payung. Di setiap pintu masuk gedung, disediakan plastik untuk membungkus payung yang basah. Jadi sisa air hujan dipayung kita tidak akan membuat lantai becek. Para wanita yang saya temukan di jalan, biasanya memakai boots plastik berwarna warni seru. Para pengendara sepeda juga pakai payung dan sepatu plastik.
Jumlah pengguna sepeda memang cukup banyak di Taipei. Pemerintah pun sangat mendukung, dengan menyediakan parkir sepeda di semua tempat umum.
Tetapi jumlah motor pun tidak kalah banyak. Saya melihat lebih banyak motor di Taipei di banding Shenzhen. Disini hampir sama seperti di Jakarta. Kalau di lampu merah, paling depan adalah gerombolan pengendara motor.
Selama disana saya menggunakan nomor telepon selular lokal. Ternyata saya menemukan kartu MENTARI disana.
Karena banyaknya pekerja dari Indonesia (TKI), Indosat bekerja sama dengan operator telekomunikasi setempat dan menerbitkan kartu Mentari edisi Taiwan. Meski jenis kartunya prabayar, tapi saat beli kita harus menunjukan kartu identitas. Saya pun memberikan passpor untuk di fotocopy dan menjadi lampiran form pembelian kartu ini.
Sepertinya cuma di Indonesia yang penjualan kartu prabayar telekomunikasi nya paling bebas, saking bebasnya sudah seperti calling card. Orang Indonesia gonta ganti nomor telepon sudah seperti ganti sendal jepit. Gampang banget, murah dan bisa ditemukan di mana saja.
Walau jadwal saya cukup padat, saya menyempatkan diri juga untuk mengunjungi beberapa tempat yang terkenal di Taipei. Nantikan di postingan berikutnya yah!
Semua posting tentang Taipei bisa dilihat di http://www.masrafa.com/category/jalan-jalan/taiwan/taipei/