Main Sore

Main Sore

Demi membebaskan anak-anak dari gadget dan TV selama 2 jam per hari, setiap sore saya dan tetangga sebelah rumah mengumpulkan anak-anak di sekitar rumah kami untuk bermain bersama. Supaya anak-anak ini bisa menikmati permainan jaman kita kecil dulu.

Ide awal dari program #mainsore ini dicetuskan Fayra dan tetangga sebelah rumah. Kebetulan mama Dita ini punya 2 anak lelaki yang masih berusia dibawah 7 tahun, sementara Fayra mencari teman main yang bisa mengimbanginya. Secara masRafa udah masuk usia remaja … gak mau lagi diajak ikut permainan untuk anak-anak.

Ternyata Fayra dan Dita sudah membuat daftar permainan untuk 7-20 hari berikutnya supaya tidak bosan. Saya mendukung penuh kegiatan ini dan mengumpulkan beberapa material permainan mulai dari congklak, karet, bola kasti, karambol, dll.

Saya minta ijin Dita untuk mengumumkannya saat arisan RT. Sebenarnya Fayra dan anak-anak mama Dita ini udah bermain 2-3 minggu sebelum saya umumkan, tapi ya cuma ber3-5 orang aja. Nah kalo diumumkan … makin banyak yang ikut main, pasti semakin seru kan?

Setiap hari anak-anak berkumpul, belajar dan bermain bersama mulai jam 15:30 sampai jam 17:30. Saya juga mengumumkan jenis permainannya setiap hari ke WAgrup RT dan selalu update foto-foto anak mereka saat bermain.

Kegiatan anak-anak ini di antaranya sebagai berikut:

  • Aktivitas DIY (do it yourself) atau membuat kerajinan tangan
  • Permainan fisik / tradisional seperti galasin, gobak sodor, karambol, congklak, ularnaga, bekel, tak benteng, dll

mainsore1

Hari pertama setelah diumumkan ada 5-7 anak lain yang datang. Mereka main LOMPAT KARET dan diajak berkebun. Anak-anak semangat banget walau awalnya terlihat malu karena belum kenal satu sama lain.

mainsore2

Hari berikutnya yang datang jauh lebih banyak. Bahkan anak-anak dari blok lain yang tadinya hanya sekedar lewat karena mereka sepedaan keliling komplek, jadi parkir di depan rumah dan langsung ikutan main. Alhamdulillah ada sponsor berupa es buah, coklat bengbeng dan bolu pandan dari beberapa orangtua.

mainsore3

Hari berikutnya kami mengajak anak-anak untuk membuat pizza sendiri. Karena sebelumnya saya umumkan di WAgrup, ibu-ibu lain memberikan sponsor berupa roti tawar, sosis, saos tomat, keju, dll. Tetangga depan rumah mengijinkan garasinya dipakai menjadi tempat pembuatan pizza, lengkap dengan kompor dan oven. Sambil menunggu pizza matang, anak-anak bermain PETAK PATUNG dan main GOBAK SODOR. Seru banget!

mainsore4

Ketika anak-anak yang datang lebih dari 20 orang dengan rentang umur yang beragam, saya dan Dita mulai kewalahan. Sepertinya kami mulai butuh toa dan peluit untuk bisa mengatur mereka. Hahaha

Kami juga dituntut untuk makin kreatif mempersiapkan permainan yang lebih beragam untuk anak-anak. Tidak bisa semua anak diajak dalam 1 permainan yang sama. Kasian anak-anak usia TK yang pastinya akan kalah saing dengan anak-anak SD.

Alhamdulillah ada tetangga lain yang memberikan sponsor berupa potongan-potongan kertas yang bisa dikolase oleh anak-anak TK. Yang memberikan makanan dan minuman juga makin banyak. Kami mengajarkan anak-anak untuk berbaris antri setiap istirahat untuk menerima makanan dan minuman ini, supaya mereka tidak rebutan.

Setiap mau main basah-basahan atau kotor-kotoran, saya juga minta ijin melalui WAgrup supaya orangtua anak-anak ini gak kaget saat anak-anaknya pulang. Seperti waktu kami membuat permainan PERANG BALON AIR dan BOX SLIDING.

mainsore5

Kebetulan gak jauh dari rumah ada gundukan tanah yang berbatasan dengan kampung belakang. Bermodalkan dus bekas, anak-anak diajak main perosotan. Sensasinya beda lah sama main perosotan di playground sekolah. Yang ini lebih asyik dan menantang.

Anak-anak senang … ibu-ibu meriang!

Meriang karena terbayang harus mencuci pakaian kotor mereka yang bercampur tanah hahaha

Etapi kata iklan sabun cuci pakaian: BERANI KOTOR ITU BAIK hihihi

Setelah saya upload ke media sosial (IG + FB), banyak yang memberikan komentar:

Waahh coba rumah kita deketan mba, anak-anakku pasti senang ikutan main juga

Ini mah enak komplek rumahnya, jalanan luas. Kalo di rumah aku, jalanan sempit dan banyak dipake untuk parkir kendaraan

Saya cuma tersenyum dan membalas:

ayo bikin juga di sekitar rumah kalian. Tempat bukan alasan, selama kita bisa kreatif menciptakan suasana bermain untuk anak-anak

Coba deh diskusi dengan tetangga yang seumuran ama kita atau paling enggak anaknya sepantaran dengan usia anak kita. Pasti sebenarnya mereka mau kok. Harus ada yang berani memulai aja. Sesuaikan permainan dengan tempat bermain. Sekedar main BOLA BEKEL, KARAMBOL, CONGKLAK, MONOPOLI, di teras atau ruang TV aja bisa mengasyikan untuk anak-anak. Kuncinya adalah beri anak-anak kesibukan sehingga mereka bisa melupakan gadget dan TV selama 1-2 jam.

Walaupun akhir-akhir ini mamade syibuk dan gak bisa ngawasin anak-anak, alhamdulillah mamadita masih terus menjalankan program dibantu oleh ibu-ibu lain secara bergantian. Bersyukur banyak banget dukungan untuk program ini. Feedback dari orangtua juga lumayan positif karena setiap pulang ke rumah, anak-anak selalu lapor kalo permainannya menyenangkan.

Kami berharap kedepannya, tanpa kami awasi pun anak-anak bisa bermain sendiri karena mereka sudah saling mengenal satu sama lain dan sudah tau jenis-jenis permainan yang bisa dilakukan.

Kata psikolog (ngutip FB mama Dita), masalah kenakalan dan penyimpangan anak-anak itu berawal dari BLAST (bored, lonely, angry, stress, tired). Jadi mari kita tumbuhkan anak-anak yang BEST (behave, emphatic, smart, though).

Ada ide permainan apa yang seru untuk anak-anak?

Share this...
Share on Facebook0Share on Google+0Tweet about this on TwitterShare on LinkedIn0

11 thoughts on “Main Sore

  1. Inspiring as always. Secara kita mah masih jadi ibu amphibi ya, jadi baru bisa ajak anak2 ke weekend class project 2 minggu sekali. Nah materi2 di weekend class project itu rencananya mau gw praktekin buat anak2 sekitar rumah supaya ga bosen mainnya cuman sepedaan mulu. Mudah2an kesampaian.

  2. Ya Allah Mba De, ini bagus banget ide nya..
    jadi pengen segera resign trus bisa meneruskan tradisi ini di lingkungan tempat aku tinggal, karena tetanggaan sebelah aja kl jaman kecil dulu akrab sering main, nah sekarang anak2.. ketemu sekilas aja cuma kenal nama,hiks.

Leave a Reply to arman Cancel reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *