Mengeluh
Saya tersanjung dengan tulisan mbak Dey yang ini. Kebetulan tanggal 28 Okt lalu saya menemukan kalimat keren dan saya share ke SocMed:
Membaca tulisan mbak Dey yang bilang “sekalipun belum pernah dia mengeluh dengan semua yang dihadapinya“, ah pipi saya merona.
Saya jadi membuka-buka arsip blog ini, terutama perjalanan hidup saya di bulan April, Mei dan Juni 2004. Periode tersebut adalah 3 bulan proses saya merasa dilahirkan kembali ke dunia ini. Diberikan kepercayaan oleh Sang Maha Pengasih untuk bisa merasakan kesempatan hidup kedua, yang hingga hari ini amat sangat saya syukuri tiada henti. Dan ketika saya membaca ulang seluruh postingan tsb, tak terasa pipi saya menghangat dan ada genangan di mata saya. Saya kagum sendiri, kok saya kuat banget yah bisa melalui itu semua?
Saking lagi semangatnya punya blog baru kala itu, saya meminta tolong seorang sahabat (Renny) untuk update blog saya. Dia menelpon saya dan menuliskan apapun yang saya sampaikan secara lisan, dengan gaya bahasanya dan tanpa mengada-ada.
Orang banyak yang heran kenapa saya bisa menceritakan penyakit saya dan bagaimana saya melalui masa-masa itu, dengan santai bahkan disampaikan dengan gaya bercanda?
Saya justru heran, memang harus bagaimana? Dengan nada memelas dan cucuran air mata?
Mbak Irma menjadikan bahan obrolan kami melalui BBM, menjadi sebuah cerita indah di sini. Benar sekali kata-katanya: “penyintas (orang yang terus bertahan hidup atau yang selamat dari suatu peristiwa atau bencana berbahaya yang bisa saja menyebabkan kematian/ mengancam nyawa) itu pintar menggunakan topeng… mereka pandai menutupi wajah aslinya dengan topi, selendang, wig, make up, senyuman, semangat juga harapan.”
Mbak Irma memilih menutupinya dengan harapan dan senyum. Sementara saya memilih menutupinya dengan SEMANGAT.
Saya bukan tipe orang yang gampang mengeluh. Saya lebih memilih menikmati apa yang terjadi dan apa yang saya hadapi dengan semangat dan harapan. Saya tidak akan teriak sakit, kalau saya masih bisa menahan rasa nyeri dengan menggigit handuk kuat-kuat.
Mungkin saya terlalu sibuk, hingga tidak ada waktu untuk mengeluh. Saya sibuk melawan rasa sakit yang pernah hinggap di tubuh saya, saya sibuk menikmati perkembangan putra putri di rumah, saya sibuk memikirkan bentuk kontribusi yang bisa saya berikan untuk perusahaan tempat saya mencari uang, dan saya sibuk mengatur strategi untuk mewujudkan mimpi yang dibangun bersama suami.
Yang pasti saya akan merasa malu kalau sampai mengeluh. Malu kepada DIA yang sudah sedemikian pemurahnya memberikan saya kesembuhan dan kesempatan untuk bangkit lagi. Malu kepada keluarga yang selalu memberikan semangat dan tidak pernah lelah menemani saya melewati titik terendah dalam hidup saya.
Sungguh tidak ada maksud sombong nan congkak dengan postingan blog saya yang terlihat gak pernah susah. Saya hanya ingin blog ini dihiasi dengan cerita perjalanan hidup saya dan keluarga, yang kalau saya baca ulang lagi di kemudian hari … tidak akan terucap “yaelah gw norak banget sih sampe nulis tentang hal ini. Duh gw cemen banget sih, cuma ngalamin kek gitu doang ditulis dengan merana di blog yang semua orang bisa baca. Ampun deh kok gw lebay amat curhat gak penting macam orang paling menderita sedunia“.
Saya nulis di blog ini sebagai catatan pribadi dan pengingat untuk diri sendiri. Bukan untuk menciptakan citra sebagai seorang yang luar biasa. Apa yang saya alami mungkin tak seberapa dibandingkan dengan perjalanan hidup orang lain di luar sana. Mungkin saya hanya sedikit lebih beruntung dibandingkan dengan sebagian orang lain.
Saya berharap tulisan saya bisa menularkan semangat kepada yang membaca. Kalau saya yang sangat biasa ini BISA melalui masa-masa sakit menuju kesembuhan, saya yakin orang lain juga akan BISA bangkit.
Kalau ada orang di luar sana menilai saya dan tulisan di blog ini terlalu lebay dan sok, ya biarin aja. Mungkin beliau hanya belum pernah merasakan apa yang pernah saya lalui. Atau bisa jadi orang tsb memang sudah pernah merasakan yang lebih buruk dari saya.
Saya hanya bisa mendoakan semoga hidupnya jauh lebih beruntung dari saya dan penuh berkah berlimpah.
Every one you meet is fighting a battle you know nothing about.
Be kind.
Always.